BAB II
GAYA
A. Pengertian Gaya
Tiap sebab yang mengakibatkan sesuatu benda berubah dari keadaan diam
menjadi bergerak dan dari keadaan bergerak menjadi diam disebut gaya (Soemadi,
1978:9 ). Hukun pertama Newton menyebutkan apabila sebuah benda dibiarkan pada
dirinya, maka dalam keadaan bergerak atau diam kedudukan benda itu tak akan berubah
(azaz kelembaman inersia). Jikalau sebuah benda beralih dari keadaan diam ke keadaan
bergerak atau sebaliknya, atau jika ada perubahan dalam kedudukan diam atau
kedudukan bergerak itu, maka ada suatu sebab yang yang menjadikan perubahan itu,
penyebab ini dinamakan gaya.
Gaya juga menyebabkan perubahan arah atau kecepatan suatu gerak. Untuk
menentukan pengaruh gaya sebuah benda, maka harus diketahui karakteristik suatu Gaya
yakni :
1. Besaran gaya (10 N, 20 N, 50 N, dan seterusnya).
2. Arah gaya (yakni sepanjang OX, OY, atau 30° arah utara atau selatan, dan
seterusnya) Juga diketahui garis kerja gaya.
3. Sifat gaya (yakni, apakah gaya menekan atau menarik). Ini ditulis dengan
menempatkan suatu kepala atau tanda panah pada garis kerja gaya.
4. Titik tangkap gaya pada benda.
Pada ilmu gerak dalam mekanika teknik terjadinya gaya itu karena beberapa hal,
antara lain oleh gaya otot, gaya berat, gaya pusingan atau gaya sentrifugal, dan gaya
pegas. Kemudian agar dapat menggambarkan gaya dipergunakan skala gaya,
perbandingan antara gaya dalan Newton (N) dan panjang garis dalam cm.
B. Resultan Gaya
Jika sejumlah gaya F1, F2, F3......... bekerja pada sebuah benda tegar, maka gaya
penganti (resultan) R mempunyai pengaruh yang sama dengan gabungan pengaruh dari
beberapa gaya tersebut dinamakan resultan gaya. Gaya F1 , F2, F3, ........ dinamakan
sebagai konponen gaya. Resultan gaya dari suatu sistem gaya dapat ditentukan
secara analitis maupun grafis. Resultan gaya yang ditentukan secara analitis dapat
menggunakan :
1. Hukum Paralellogram Gaya
Jika dua gaya bekerja pada sebuah partikel (titik) maka dapat digambarkan
besaran dan arahnya dengan sisi yang berdekatan dari sebuah paralellogram.
Selanjutnya diagonal dari paralellogram melalui titik potong menghasilkan
besaran dan arah resultan (gambar 2).
F1 F2 2 F1 F2 Cos
2 2
OC = R =
Pada segitiga OBM dan ACT, sisi OB dan AC sejajar dan sama
besarnya. Sisi OM dan AT juga sejajar.
OM = AT = lN
Dari geometris gambar didapat :
ON = OL + LN = OL + OM (,'. LN = OM)
ON adalah penguraian dari resultan R
OL adalah penguraian dari gaya P
OM adalah penguraian dari gaya Q
Penguraian R sepanjan OX = penguraian P sepanjang OX +
penguraian Q sepanjang OX. Jadi prinsip resolusi dapat dinyatakan sebagai :
jumlah aljabar dari penguraian sejumlah gaya pada arah tertentu adalah sama
dengan penguraian dari resultan pada arah yang sama.
3. Metode Kesetimbangan
Metode ini digunakan untuk menentukan resultan lebih dari dua gaya yang
berlainan. Semua gaya diuraikan secara horizontal dan vertikal (katakanlah
sepanjang sumbu X dan Y) dan hitunglah :
a. ∑ FV = jumlah dari komponen gaya vertikal.
b. ∑ FH = junlah dari komponen gaya horizontal.
c. Setelah dihitung ∑ FV dan ∑ FH, maka besar resultan dapat ditentukan
dengan rumus (persamaan):
2 2
R= FV FH
Nilai sudut θ sangat tergantung pada nilai ∑FV dan ∑FH. Apabila ∑FV
adalah positif ( + ) maka resultan gaya terletak antara sudut 0° dan 180°
Sedangkan ∑FV negatif ( - ), maka resultan gaya terletak antara sudut 180° dan
360°. Apabila ∑FH adalah positif ( + ) maka resultan gaya terletak antara sudut 0°
dan 90° dan 270° sampai 360° akan tetapi ∑F V adalah negatif (-), maka resultan
gaya terletak antara sudut 90° sampai 270°.
Resultan gaya dari suatu sistem gaya dapat pula ditentukan dengan metode
grafis seperti berikut :
1. Hukum Segitiga Gaya
Jika sebuah partikel memiliki dua gaya yang bekerja dan digambarkan
dengan sisi AB dan BC dari sebuah segitiga, ini adalah setara dengan gaya yang
digambarkan dengan sisi ketiga, yakni AC (lihat gambar 4).
R= F1 F2 2 F1F2 cos
2 2
= 5,848
= 2,418 kN
b. Secara grafis
Tarik garis OA untuk menggambarkan gaya 1 kN dan OB untuk
menggambarkan gaya 1,5 kN dengan sudut sebesar 30° terhadap OA.
Lengkapi parallelogram OCB dengan OA dan OB sebagai sisi yang
berdekatan. Selanjutnya diagram OC adalah resultan yang dibutuhkan.
Setelah diukur diperoleh R = OC = 2,42 kN (lihat gambar 6a dan b).
Sebagai tambahan, agar memudahkan untuk melukis gaya, maka
sebaiknya tetapkan dahulu skala gaya, misalnya 1 cm = 500 N dan
seterusnya.
Gambar 11. Paralellogram Gaya Untuk contoh soal 2-1
Contoh soal 2-2
Dua buah gaya bekerja pada sudut 120°. Gaya yang lebih besar adalah 400
N dan resultan tegak lurus terhadap gaya yang lebih kecil. Tentukan gaya yang
lebih kecil.
Penyelesaian:
Gaya yang lebih besar (F1) = 400 N
Sudut antara resultan dan gaya yang kecil = 90°
Sudut antara kedua gaya (θ) = 90°.
Sudut antara gaya yang lebih besar dan resultan (α) = 120° - 90° = 30°.
F2 x sin 1200
tg α =
400 F2 x cos 1200
1 F x 3/2
= 2
3 400 F2 / 2
F2
400 - F2 x 3/2 x 3
2
2 F2 = 400
400
F2 = = 200 N
2
C. Menguraikan Gaya
Sebuah gaya F yang beraksi pada sebuah partikel atau benda dapat diganti dengan
dua atau lebih gaya yang secara bersama-sama menpunyai efek yang sama pada benda
tersebut. Proses penggantian sebuah gaya dengan bagian konponen dinamakan
menguraikan gaya dan komponen bagian dinamakan bagian yang diuraikan dari sebuah
gaya. Perhatikanlah gambar 2, dimana F 1 dan F2, adalah uraian dari gaya R. Dengan
memperhatikan gambar 2, jelaslah untuk tiap gaya F terdapat banyak sekali kombinasi
komponen yang mungkin, tetapi konbinasi dua komponen F1 dan F2 merupakan
kombinasi yang paling penting dan banyak dipakai secara praktis.
Ada dua kasus yang perlu diperhatikan dalam menggunakan gaya, yakni:
1. Salah satu daru dua komponen gaya harus diketahui. Bila gaya
F1 diketahui, maka gaya F2 diperoleh dengna menggunakan hukum segitiga
gaya dengan menghubungkan ujung F1 ke F (gambar 8a), besar dan arah F2
ditentukan secara grafis atau ilmu ukur segitiga.
2. Garis aksi dari setiap komponen diketahui Besar dan arah
komponen diperoleh dengan mengunakan hukum jajaran genjang dan dengan
menggambarkan garis melalui ujung F sejajar dengan garis gaya yang
diketahui (gambar 8b).
R = 52,5 Newton
Jika resultan gaya (R) membuat sudut θ dengna bidang Horizontal, maka:
FV 18,438
tg θ = = 49,142 = 0,3752
FH
θ = 20,5°
Dengan demikian resultan R membentuk sudut sebesar 20,5% arah
tenggara seperti ditunjukkan pada gambar 9.
E. Kesetimbangan Gaya
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bermacam-macam metode untuk
menentukan resultan gaya, apabila suatu partikel menerima sejumlah gaya. Resultan gaya
ini akan menghasilkan efek yang sama sebagai mana dihasilkan oelh semua gaya. Jika
resultan dari sejumlah gaya yang bekerja pada suatu partikel adalah nol, maka partikel
akan berada dalam kesetimbangan. Suatu susunan gaya yang mana resultannya adalah nol
dianamakan kesetimbangan gaya.
Kesetimbangan gaya-gaya dapat dipelajari secara analitis maupun grafis.
Kesetimbangan gaya-gaya secara analitis menggunakan teorema Lami. Lami
menyatakan: “Jika 3 gaya coplanar bekerja pada suatu titik berada dalam keadaan
setimbang, maka setiap gaya berbanding langsung dengan sinus dari sudut antara dua
gaya” (S.Ramamrutham 1981:16). Secara matematis dapat ditulis:
P Q R
sin sin sin
Dimana P, Q, dan R adalah tiga buah gaya dan α, β, dan γ adalah sudut-sudutnya
seperti ditunjukkan pada gambar 10.
Beban yang diam dengan porsi AB miring pada sudut 30° dan dengan porsi CD
miring pada sudut 60° terhadap vertical seperti ditunjukkan pada gambar 11. Tentukanlah
gaya tegang tali pada porsi AB, BC, dan CD, jika kemiringan porsi BC dengan vertikal
120°.
Penyelesaian :
Bagilah tali menjadi dua bagian seperti yang ditunjukkan pada gambar 12,
(a) dan (b).
sin 600
T1 = 10000 x
sin 300
T1 = 17320 N dan
T2 10000
0 =
sin 150 sin 1500
sin 1500
T2 = 10000 x
sin 1500
T2 = 10000 N
Selanjutnya gunakan persamaan Lami pada titik C,
T2 T3 10000
= =
sin 120 0
sin 120 0
sin 1200
T3 10000
0 =
sin 120 sin 1200
sin 1200
T3 = 10000 x
sin 1200
T3 = 10000 N
θ = 54° 39’
sudut BDO = 90° - 54° 39' = 35° 2’1
Berat bola atas akan didistribusikan secara merata kepada ketiga bola
horizontal (bawah). Tekanan yang diterima oleh sebuah bola (katakanlah bola B)
sepanjang garis BD :
Tekanan diterima oleh bola B
9000
= = 3678,27 N
3 cos 350 21'
Komponen horizontal tekanan yang diterima bola B
= 3678,27 cos 54° 39’
= 3678,27 x 0,5786
= 2128,25 N
Apabila T = gaya tarik pada tali
Resultan gaya tarik (bekerja pada sudut 60°yang sejajar dengan sisi-sisi
segitiga sama sisi ABC ) adalah sama dengan 2128,25 N.
600
2 T Cos = 2128,25
2
2128,25
T=
2 cos 300
T = 128,78 N
G. Soal-Soal Latihan
1. Tentukanlah resultan yang paling besar dan paling kecil dari dua gaya yang
besarnya 100 N dan 80 N. Bagaimana komentar anda ?.
2. Tentukanlah besar dua gayar jika gaya tersebut bekerja pada sudut 90° maka
resultannya t 125 N dan saat bekerja pada sudut 60° resultannya 175 N.
(key : 10 N ; 5 N)
3. Tentukanlah besar dan arah resultan dari 4 gaya yang besarnya 30 N,40 N, 50 N,
dan 60 N. Gaya-gaya ini bekerja sepanjang garis yang nenghubungkan pusat
sebuah segi empat terhadap puncaknya.
(key 20 2 N).
4. Sebuah kapal yang mogok ditarik oleh, tiga kapal penolong
seperti tampak pada gambar 16. Tegangan pada masing- masing tali 5000 lb (1 lb
= 4,448 N).
a). Tentukanlah secara grafis harga resultan gaya yang beraksi pada kapal.
b). BiLa kapal penarik hanya dapat bekerja dengan selamat kalau sudut
diantara kedua tali kurang dari 10°, dimana kapal penarik tersebut harus
ditempatkan agar memberikan gaya resultan terbesar dengan badan kapal?
Berapa besar gaya ini ?.
(key 63,2 kN; 5,1° ; 66,1 kN)
5. Tentukanlah secara grafis besar dan arah gaya resultan dari dua gaya pada ragum
yang ditunjukkan dalan gambar 17, dengan menggunakan :
Gambar 21. Gaya Pada Ragum Gambar 22. Gaya Untuk Menarik sebuah Kapal
(a). Hukum Jajaran genjang (paralellogram)
(b). Hukum segitiga.
(key: 3420 N; 40,9°)
6. Dua buah gaya F1 dan F2 yang besarnya masing-masing F1 = 4 kN dan F2, = 5 kN,
beraksi pada suatu bagian pesawat terbang seperti tampak pada gambar 18. Bila
bagian tersebut dalam keadaan setimbang maka tentukan1ah gaya tegang F3, dan
F4.
(Key : N)
7. Dua kabel diikat di titik C dan diberi beton seperti tampak pada gambar 19.
Tentukanlah gaya tegang AC dan BC.
(Key : N)
Gambar 23. Gaya Pada Bagian Pesawat Gambar 24. Beban Digantungkan Pakai Kabel
8. Dua gaya F1 dan F2, yang besarnya masing-masing 5 kN dan B = 2,5 kN beraksi
pada suatu sambungan poros seperti pada gambar 20. Bila sambungan tersebut
dalam keadaan setimbang, maka tentukanlah gaya F1 dan F2
(Key : 2170 N ; 3750 N)
9. Sebuah kereta dengan massa 75 kg seperti tampak pada gambar 21. Kereta ini
terletak diantara dua bangunan dan selanjutnya diangkat dan diletakkan di atas
truk yang akan memindahkan kereta tersebut. Kereta tersebut ditahan oleh suatu
kabel vertikal yang dihubungkan di titik A dengan dua tali yang diikatkan pada
dua pulli yang dipasang pada kedua bangunan di titik B dan C. Tentukanlah harga
tegangan pada tali AB dan AC.
(key: 647 N; 480 N)
Gambar 25. Gaya Pada Sambungan Poros Gambar 26. Gaya Kabel Pada Kereta
10. Gaya-gaya di bawah ini bekerja pada sebuah benda :
(a). 6 N arah 45° terhadap bidang horizontal.
(b). 4 N arah horizontal.
(c). 3 N arah 120° terhadap bidang horizontal.
(d). 8 N arah 210° terhadap bidang horizontal.
Tentukanlah resultan gaya.
(Key : 9,94 N; 60°,56’)