Anda di halaman 1dari 24

BAB II.

G A Y A

2.1 Pendahuluan
Gaya adalah penyebab suatu pergerakan dan deformasi suatu benda. Gaya
mempunyai besaran dan arah. Untuk mempelajarinya kita lukiskan gaya itu
sebagai sepotong garis lurus yang berpangkal sebuah titik dan berujung tanda
panah yang disebut vektor: panjangnya melukiskan besar gaya, sedangkan tanda
panah menunjukkan arah kerja gaya.
Jika gaya bekerja pada sutatu benda, tempat berpegangnya disebut titik
tangkap. Garis yang ditarik melalui titik tangkap arahñya sama dengan arah kerja
gaya dan disebut garis kerja gaya. Dengan demikian, vektor digambarkan sejajar
dengan garis kerja gaya.
Gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada satu bidang datar disebut gaya
koplanar. Gaya-gaya yang garis kerjanya berpotongan pada satu titik disebut gaya
kongkuren (bertitik tangkap tunggal). Gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada
satu garis lupus disebut gaya Moliner.
Besar Suatu Gaya dinyatakan dalam unit (satuan) S.I. Unit yang
dipergunakan oleh para ahli mengukur besar suatu gaya adalah : Newton [N] dan
kelipatannya; Kilonewton [kN], yang sama dengan 1000 [N]. Sistim satuan teknik
lama yang dipergunakan adalah Kp dan Mp, yang sama dengan 1000 [Kp].
Arah Gaya ditentukan oleh garis aksi (garis kerja)nya, dan tujuan gaya,
garis kerja ini garis lurus yang tak terbatas, di mana gaya tersebut bekerja.
Membentuk sudut terhadap suatu axis (sumbu) tetap. Gaya itu sendiri
digambarkan sebagai suatu ruas (bagian) pada garis tersebut melalui penggunaan
skala tertentu. Panjang ruas ini bisa ditentukan untuk menggambarkan besar gaya,
dan terakhir arah gaya harus ditandai oleh anak panah.

3
Gambar 2.1 Vektor

Keterangan Gambar :
L = Besarnya Gaya
 = Arah Gaya
A = Titik tangkap
AB = Garis kerja gaya
Titika A disebut titik kerja (titik tangkap) gaya.
Hukum Newton
Sir Isaac Newton, adalah yang pertama kali menyatakan hukum dasar yang
benar untuk menentukan gerak suatu partikel dan menunjukkan kebenarannya.
Secara perlahan diolah mempergunakan peristilahan modern.
Hukum 1: Suatu partikel akan tetap diam atau bergerak kontinyu pada suatu
garis lurus dengan kecepatan tetap apabila di sana tidak ada gaya tak
seimbang (gaya luar) yang bekerja pada benda tersebut.
Hukum 2: Percepatan suatu partikel sebanding dengan resultan gaya yang
bekerja pada partikel tersebut dan arahnya searah dengan resultan
gaya.
Hukum 3: Gaya aksi dan reaksi diantara interaksi benda-benda adalah sebanding
besarnya, berlawanan arah dan segaris kerja, bisa juga dikatakan : Gaya reaksi
adalah sama besar, berlawanan arah dan segaris kerja dengan gaya aksi
Kebenaran hukum ini telah diuji oleh pengukuran Fisika berulang-ulang.
Hukum Newton kedua merupakan dasar untuk kebanyakan analisa dinamika.

4
Seperti yang dipergunakan untuk partikel yang bermassa: m, ini dinyatakan
sebagai

F=m . a [kg. m. s-2 ] ̂ [N]

Dimana F adalah resultan gaya yang bekerja pada partikel dan a adalah
percepatannya
Hukum Newton I, mengandung prinsip kasetimbangan gaya yang
merupakan topik utama dalam kumpulan statika. Pada dasarnya hukum ini adalah
konekwensi hukum kedua, karena di sana tidak ada percepatan bila gayanya
adalah nol, dan tiap partikel dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap. Hukum pertama tidak menambahkan sesuatu yang baru terhadap gambaran
gaya, tetapi dimasukkan disini karena merupakan bagian dari pernyataan klasik
Newton.
Hukum Grafitasi
Dalam statika maupun dinamika kita seringkali perlu menghitung berat
suatu benda. Tarikan grafitasi bumi pada suatu benda diketahui sebagai berat
benda. Karena tarikan ini merupakan suatu gaya, maka berat benda dinyatakan
dalam Newton. Gaya ini terjadi baik pada benda dalam keadaan diam maupun
bergerak. Untuk suatu benda yang bermassa : m pada permukaan bumi, yang
mempunyai percepatan akibat grafitasi : g. Kita menyatakan gaya atau beratnya
sebagai W.
W=m.g [N]
Keterangan:
m : massa [kg]
g : percepatan 9,81 [m . s-2]
W : berat (N)

Benda dalam keadaan setimbang (kesetimbangan) bila jumlah gaya-


gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol

5
Kedua bagian itu akan tetap dalam keadaan setimbang bila mereka menarik tali
pada titik kerja yang berbeda.

T Gambar 2.2 Garis Kerja Vektor


Panjang tali tidak menentukan (berpengaruh).
Jarak antara titik kerja tidak berpengaruh terhadap kesetimbangan. Arah kerja
gaya selalu lurus yang disebut garis kerja gaya.

Titik kerja gaya bisa dipindahkan hanya sepanjang garis kerjanya.

2.2 Gaya pada Satu Titik


Pada pelajaran sebelumnya bahwa gaya-gaya yang bekerja pada arah yang
sama, mematuhi hukum penjumlahan yang didefinisikan pada aritmatika biasa
atau aljabar. Jika dua gaya atau lebih bekerja pada titik yang sama pada suatu
benda dan masing-masing gaya-gaya tersebut mempunyai arah yang berlainan,
gaya-gaya itu tidak mengikuti (mematuhi) hukum penjumlahan yang didefinisikan
pada aritmatika biasa atau aljabar.
Gaya-gaya bekerja tidak pada titik yang sama, tetapi garis kerjanya
mempunyai titik perpotongan yang sama, maka kita bisa mengatakan bahwa gaya-
gaya itu bekerja pada satu titik, sebab kita telah mengetahui diatas, bahwa titik
kerja gaya bisa dipindahkan sepanjang garis kerjanya.

Titik Perpotongan

. FD

FA

FB FC

Gambar 2.3 Titik Perpotongan Gaya

6
2.2.1 Penjumlahan 2 gaya
Dua gaya yang sama FA dan FB bekerja pada partikel C, dan sudut diantara
dua garis kerjanya 900.
Dalam soal ini, kita bisa melihat dengan mudah bahwa partikel C bergerak
sepanjang sudut perpotongan garis.
Kita menyatakan bahwa gaya resultan yang bekerja pada partikel C bisa
menggantikan efek yang ditimbulkan gaya FA dan FB , tetapi gaya ini mempunyai
arah dan besar yang berbeda.
Arah dan besar resultan ini bisa ditentukan secara matematis dan grafis.

FA C
45
αR
45

FR
FB

Gambar 2.4 Penjumlahan Gaya

Pemecahan secara matimatis

( FA  FB
2 2
FR =
FA = FB = F

FR = ( F 2  F 2 )  2F 2

FR = F 2 = FA 2 = FB 2
Dalam hal ini mempergunakan dalil Phytagoras ( segitiga siku-siku )
FB
Arah resultan : tan αR =
FA
Pemecahan secara grafis

7
Besar FA dan FB dikonversikan dalam satuan panjang untuk penggambarannya,
missal untuk 1 [ N ] = 1 [ mm ]
Atau 1 [ N ] = 10 [mm]
Contoh : 2 gaya FA dan FB yang sama besar = 2 N bekerja pada paertikel C dan
sudut antara 2 garis kerjanya adalah 900
Penyelesaian :
Pemilihan Skala: 1 [ N ] = 20 [ mm ]
FA = FB = 2 [ N ] = 40 [ mm ]
FA = 40 [mm]
C
αR

FR FB = 40 [mm]
Kita ukur pakai penggaris :
FR = 56 [ mm ]
56
56 [ mm ] = 1 [N]
20
= 2,8 [ N ]
FR = 2,8 [ N ]
Arah resultan : αR diukur dengan busur derajat.

2.2.2 Paralelogram Gaya dan Poligon Gaya


Biasanya sudut antara 2 gaya yang bekerja pada suatu partikel (benda) tidak
900. Jika kita melengkapi gambar grafis dengan garis sejajar, maka kita dapatkan
suatu bentuk paralelogram sebagai pengganti dari empat persegi panjang.
Paralelogram ini disebut paralelogram gaya.

8
a) 2 gaya tertntu dengan α > 90°
b. paralelogram gaya

c. Ilustrasi suatu paralelogram gaya


α

Gambar 2.4 Paralelogram Gaya

9
Contoh soal :
2 gaya FA dan FB bekerja pada titk c , α = 90 0
carilah resultannya.

FA = 40 [ N ]
FB = 30 [ N ]

Penyelesaian trigonometri :

( FA  FB )  1600  900  2500  50 N 


2 2
FR =

FB 30
Tan α R =   0.75
FA 40
α R = 36.8 0

Penyelesaian grafis :
Skala : 1 N   1 mm

FA = 40 N   40 mm

FB = 30 N   30 mm

FR = 50 mm  50 N 

RR = 50 N 

10
Penjumlahan 2 gaya dengan sudut lebih besar atau lebih kecil 90°.

FB

FA
Pemecahan matematis
Untuk menggambarkan yang lebih baik, kita mengganti parallelogram
menjadi suatu segitiga gaya. Semua gaya pada segitiga ini mempunyai
arah dan besar sama seperti pada parallelogram.

Dengan menggunakan rumus cosinus kita dapat menghitung FR

FA  FB  2 FA FB cos (1800   )
2 2
FR =
Arah FR adalah :
h F sin 
Sin β =  B
FR FR

β = arc. Sin h/FR

11
Contoh soal:
2 gaya FA = 40N dan FB 60N, dan sudut antaranya 40°. Tentukan jumlah
kedua gaya tersebut, dan arahnya.
Jawab:
FA = 40N

FR

C FB = 60N

FR  FB  2 FA FB cos (180 0   )
2 2
FR =

FR = 40 2  60 2  2.40.60 cos (180 0  40  )


FR = 94,22 N.

atau

FR  FB  2 FA FB cos 40
2 2
FR =

FR = 402  602  2.40.60 cos 40


FR = 94,22 N.

2.2.3 Penjumlahan Beberapa Gaya pada Bidang Datar

Gambar 2.5 Penjumlahan Beberapa Gaya

12
Gaya yang bekerja lebih dari 2 gaya pada suatu titik di bidang datar, disini
kita mempunyai 2 kemungkinan untuk menentukan resultan dengan sisti grafis.
a) Kita menghubungkan 2 gaya pertama (FA dan FB) dengan paralelogram gaya
sehingga di dapat subresultan FR1. Kemudian FR1 ini dengan FC dihubungkan
menjadi parallelogram gaya yang baru dan resultan inilah yang merupakan
resultan dari ketiga gaya FA , FB , dan FC.
b) Kita menghubungkan gaya-gaya tersebut satu terhadap lainnya dengan skala “
besar dan arah “ yang benar sehingga membentuk sebuah polygon.
Garis penutup polygon yang menghubungkan titik tangkap gaya ke ujung panah
gaya terakhir merupakan resultan dari ketiga gaya tersebut.
Arah resultan berlawanan dengan arah polygon FA, FB, dan FC. Urutan-urutan
menempatkan untuk membentuk rangkaian gaya itu bisa dipilih sembarangan .

Gambar 2.6 Poligon Gaya

Pemecahan secara sistematis membutuhkan lebih banyak waktu dan sedikit ruwet.
Kita memproyeksikan gaya-gaya pada suatu sistim koordinat dan menghitung
besar absis (nilai pada sumbu x ) dan besar koordinat (nilai pada sumbu y).

Gambar 2.7 Penjumlahan Beberapa Secara Sistematis

13
X1 = FA cos c1 Y1 = FA sin α1
X2 = FB cos c2 Y2 = FB sin α2
X3 = FC cos c3 Y3 = FC sin α3
Fx = X1 + X2 + X3 Fy = Y1 + Y2 + Y3

FX  FY
2 2
FR =

FY
tan αR =
FX
contoh :
FA = 300 [N] , α1 = 300
FB = 400 [N] , α2 = 600
FC = 500 [N] , α3 = 1200
Hitung : FR : αR

Penyelesaian :
X1 = FA cos α = 300 . 0,866 = 259,8 [N]
X2 = FB cos α2 = 400 . 0,5 = 200 [N]
X3 = FC cos α3 = 500 . (-0,5) = -250 [N]
X1 + X2 + X3 = FX = 209,8 [N]

Y1 = FA sin α1 = 300 . 5 = 150 [N]


Y2 = FB sin α2 = 400 . 0,866 = 346,4 [N]
Y3 = FC sin α3 = 500 . 0,866 = 433 [N]
Y1 + Y2 + Y3 = FY = 929,4 [N]

FR = 209,8 2  929,4 2 = 925,6 [N]

929,8
Tan αR =  4,426
209,8
αR = 77,30

14
2.2.4 Penjumlahan Beberapa Gaya pada Ruang
3 gaya yang sama tegak lurus F1, F2, F3 bekerja pada sebuah titik. Pertama-
tama ketika menentukan sub resultan FR1.2 dan kita kemudian kita mendapatkan
FR1.2 dan F3.
Pemecahan secara matematis :

FR1.2 = F1  F2
2 2

FR 1.2  F3 F1  F2  F3
2 2 2 2 2
FR = =

Kalau gaya-gayanya bersudut miring, kita menentukan sub resultan dari pasangan
gaya di bidang datar, kemudian sub resultan ini di tambahkan dengan gaya lainnya
untuk memperoleh resultan dengan cara ilmu ukur melukis.
Jika kita memecahkan soal ini secara matematis, pertama kita menetukan
komponen FX , FY dan FZ dari setiap gaya dengan penjumlahan secara aljabar
akan di dapat sub resultan FRX, FRY, FRZ
Dan resultannya adalah

FR x  FR y  FR Z
2 2 2
FR =

Gambar 2.8 Penjumlahan Gaya dalam ruang

2.2.5 Penjabaran Sebuah Gaya pada 2 Arah yang telah di tentukan


Persoalan ini merupakan kebalikan dari masalah yang dibicarakan pada bab
2.2. Arah dari gaya-gaya yang di cari harus berpotongan di satu titik. Kita
memindahkan gaya F yang telah di ketahui sepanjang garis kerjanya sampai ke

15
titik perpotongan dari 2 arah yang di tentukan itu, dalam gambar adalah garis 1
dan 2.
Bila kita menarik garis dari ujung anak panah gaya F, sejajar terhadap 1 dan 2,
maka akan terbentuk suatu paralelogram gaya dengan F1 dan F2 sebagai
komponen-komponennya. Dalam hal ini gaya F merupakan resultan parallelogram
gaya.

F1
l

F
F 2
F2

Gambar 2.9 Penjabaran Gaya

2.2.6 Penjabararan Gaya Dalam Ruang


Bila ada sebuah gaya dalam ruang maka penyelesaiannya dapat
menguraikan ke 3 sumbu, atau sebaliknya.
Perhatikan gambar :

Z
Fx = F . Cos θX
Fy = F . Cos θY

Fzk F2 Fz = F . Cos θZ

Y F = Fx 2  Fy 2  Fz 2
θz
θ2 F = i Fx + J . Fy
Fyj
θx

Fyj X

Gambar 2.10 Penjabaran Gaya dalam Ruang

16
F = i . F . Cos θx + J . F . Cos θy + K . F . Cos θz
Dimana : Cos θx = l
Cos θy = m
Cos θz = n

F = i . F . l + J . F . m + K . F. n
F = ( i . l + J . M + K .n) dimana : l2 + m2 + n2 = 1

Resultante gaya-gaya dalam ruang

R = Fx 2  Fy 2  Fz 2

Fx = F1X + F2X + F3X +    FnY


Fy = Fly + F2y + F3y +    Fny
Fz = Flz + F2z + F3x +    Fnz

R = Fx . l + Fy . J + Fz .

Gambar 2.11 Resultan Gaya dalam Ruang

Arah R :
Fy
Cos θRy = 
R
Cos …………
Fz
Cos θRz = 
R
Fx
Cos θRX = 
R
Contoh :
Diketahui; F1 = 20 [N] ; θly = 600 ; θlz = 450
F2X = 20 [N] ; F2Y = 40 [N] ; θ2Z = 300
Ditanya : besar dan arah resultannya.
Jawab :

17
R = Fx 2  Fy 2  Fz 2
FLx = F . Cos θlX
Cos2 θlX + Cos2 θly + Cos2 θlz = 1
Cos2 θlX + Cos2 600 + Cos2 450 = 1
1
Cos2 θlX =
4
1
Cos θlX =
2
1
Flx = 20 . = 10 [N]
2
Fly = F1. cos θly = 20 . cos 600
= 10 [N]
Flz = F1. Cos θly = 20 . cos 450
= 14,2 [N]
F2x = 20 [N]
F2y = 40 [N]
F2z = F2 . cos 300 =………..
20 40
Cos2 θ2x = ; cos θ2y =
F2 F2

20 2 40 2 1
( ) + ( ) + ( 3 )2 = 1
F2 F2 2
F22 = 8000 dan F2 = 89,44 [N]
1
F2Z = 89,44 . 3 = 77,437 [N]
2
`  FX = 10 + 20 = 30 [N]
 FY = 10 + 40 = 50 [N]
 FZ = 14,2 + 7,437= 91, 637 [N]
R = 30 2  50 2  91,637 2
= 108,6 N
F X 30
Cos θX =   0,276
R 108,6

18
θX = 73, 960
FY 50
Cos θY =   9,46
R 108,6
θY = 62,60
Fz 91,637
Cos θZ =   0,84
R 108,6
θZ = 32,860

2.3 Penjumlahan Gaya yang terleak pada Beberapa Titik dalam Satu Bidang
2.3.1 Dua gaya yang sejajar.
Dua gaya yang sejajar pada suatu benda, kita tidak dapat menyelesaikan
dengan parallelogram gaya untuk mencari jumlah gayanya atau (resultannya).
Contoh :

F2
F1

letak R
Penyelesaian : F
Fh
a) h

R1 R2

F1
F2

R1
R2

R = F1 + F2
R

19
b)
Letak R

F2

F1 F1

R
F2

R = F1 + F2

2.3.2 Poligon dan Poligon vektor =


Bila pada sebuah batang bekerja gaya-gaya yang sejajar maka
F
resultantenya dapat ditentukan dangan cara menyusun gaya-gaya tadi.
1

A B C
+

F2
F3 F F1
F1 2

F2 FR

Besarnya resultante:
F3
FR = F1 + F2 + F3

Untuk mendapatkan titik tangkap Resultannya di pakai metode


rope polygon (lukisan kutup).

20
A B C

F1
F1 F2 F3 1
R 2
II III F2 3
I 4
IV F3
R

Gambar 2.12 Poligon dan Poligon Vektor

2.3.3 Penjumlahan beberapa gaya dengan arah yang berbeda


1. Penyelesaian dengan cara analisis
y

F2
F1
γ

· β α

F3
··
x

y Gambar 2.13 Penjumlahan Gaya yang Tidak


Pepotongan pada Satu Titik

F2 F2Sinβ F1Sinα
F1
γ

·
F3Cosγ

·
β α

F3
·
F2Cosβ
F1Cosα

F3Sinγ

21
 Fx  F Cos  F Cos  F Cos
1 2 3

 Fy  F Sin  F Sin  F Sin


1 2 3

  
Jumlah ( F1  F2  F3 ) = R (resultan gaya-gaya)

R= ( Fx 2   Fy 2 )

·
S

Arah resultan gaya-gaya (θ)

θ = Arcus tangen
 Fy
 Fx
Menentukan letak titik tangkap R yaitu titik S (Sx,Sy) adalah menggunakan
metode momen.
Sx = ΣMx/ΣF dan Sy = ΣMy/ΣF

F2Sinβ
F2 F1Sinα
F1
γ
x3 F3Cosγ
My3
My1 x1 · β
·
α
F1Cosα
My2 x2 F2Cosβ
F3 F3Sinγ
·
y3 y2 y1

x
Mx3 Mx2 Mx1

22
Momen F1 terhadap sumbu x (Mx1) = F1Cosα y1
Momen F2 terhadap sumbu x (Mx2) = F2Cosβ y2
Momen F3 terhadap sumbu x (Mx3) = F3Cosγ y3
Σmomen gaya-gaya terhadap sumbu x (Mx)
Mx = F1Cosα y1 + F2Cosβ y2 + F3Cosγ y3
Momen F1 terhadap sumbu y (My1) = F1Sinα x1
Momen F2 terhadap sumbu y (My2) = F2Sinβ x2
Momen F3 terhadap sumbu y (My3) = F3Sinγ x3
Σmomen gaya-gaya terhadap sumbu y (My)
My = F1Sinα x1 + F2Sinβ x2 + F3Sinγ x3

θ
Sx
·
S
Sy
x

2. Dengan cara Grafis

Bila ada beberapa gaya dengan beberapa titik tangkap (seperti gambar
bawah) maka dapat dicari resultantenya dengan poligon atau dengan rope poligon
(lukisan kutup).
Contoh 1.

F1 F1 F2

R F3
F2
F3
Gambar 2.14 Penjumalahan Gaya dengan Cara Grafis

23
Contoh 2. Carilah besar dan letak resultante gaya-gaya pada kedua gambar di
bawah ini.
a)

F3 F4
1
F1 F2
2

O
IV
III
III

3
II
III
4
I
5
IV
III

R
III

R
III

b) Pada bidang AB bekerja gaya-gaya F1, F2, F3, dan F4.


Berapa dan dimana letak resultantenya ?
(gunakan metode rope polygon).

F2
A B
1 O
III III

F2 3
III
2
F1 F3 IV III

4
F4 F1
III III

V F3 R
II 5
III

R
I
F4

24
2.4 Penutup
Selesaikan Soal-soal berikut ini:
1. Dua buah gaya FA = 50N dan FB = 75N bekerja pada titik O. FA
membentuk sudut 90° terhadap sumbu X positip dan FB membentuk sudut
180° terhadap sumbu X positip. Pertanyaan: tentukan resultan (jumlah)
kedua gaya tersebut dan arah resultannya, secara analisis dan grafis.
2. Dua buah gaya FA = 50N dan FB = 75N bekerja pada titik O. FA
membentuk sudut 70° terhadap sumbu X positip dan FB membentuk sudut
110° terhadap sumbu X positip. Pertanyaan: tentukan resultan (jumlah)
kedua gaya tersebut dan arah resultannya, secara analisis dan grafis.
3. Tiga buah gaya FA = 50N, FB = 75N dan FC = 90N bekerja pada titik O.
FA membentuk sudut 20° terhadap sumbu X positip, FB membentuk sudut
80° terhadap sumbu X positip dan FC membentuk sudut 150° terhadap
sumbu X positip. Pertanyaan: tentukan resultan (jumlah) ketiga gaya
tersebut dan arah resultannya.
4. Tentukan resultan dan arah gaya secara polygon

F1

F4 F5
F2

F3

5. Tentukan resultan dan arah gaya secara polygon

F2 = 20N panjang A-B = 6Cm


Panjang A-C = 2Cm
A B

F1 = 30N F3 = 40N

25
6. Tentukan resultan dan arah gaya secara poligon.

F5

F1

F2
F4

F3
7. y

F2
F1
γ
y3
y1 · ·
β α
y2

F3
·
x3 x1
x2

Jika F1 = 5kN, F2 = 6 kN dan F3 = 3 kN dan sudut gaya-gaya terhadap sumbu


x positip adalah sebagai berikut; α = 20°, β = 115° dan γ = 240° serta jarak
titik tangkap gaya-gaya terhadap sumbu x dan sumbu y adalah x1 = 5 cm, x2 =
4 cm, x3 = 6cm, y1 = 8 cm, y2 = 6 cm dan y3 = 4 cm, hitung:
a. Resultan gaya-gaya F1, F2 dan F3 (R)
b. Arah resultan gaya-gaya F1, F2 dan F3 (θ)
c. Letak titik tangkap S (Mx, My)

26

Anda mungkin juga menyukai