Anda di halaman 1dari 6

NAMA: Ria Oktaviani

KELAS: X DPIB-1

MAPEL: Mekanik Teknik

GAYA STRUKTUR BANGUNAN

A. PENGERTIAN MEKANIKA

Statika yang dimaksud dalam bagan di atas adalah statika teknik bangunan, yaitu

ilmu yang mempelajari kekuatan dan stabilitas konstruksi bangunan. Ilmu statika

ini sering disebut meknnfkn reknfk. Ilmu mekanika terbagi menjadi dua yaitu Ilmu

Mekanika Teori dan Ilmu Mekanika Terpakai seperti perhitungan statika

bangunan.

Perhitungan statika bangunan adalah ilmu yang mempelajari kekuatan-kaekuatan dan

stabilitas konstruksi dan bagian dari bangunan. Perhitungan kekuatan dan stabilitas

meliputi perhitungan.

dimensi, kontrol, kekuatan, dan smbilitas. Definisi dafi masing-masing

perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Dimensi, adalah perhitungan untuk menentukan ukuran suatu momen gaya atau
sering disebut momen (M) adalah hasil kali dari besarnya sebuah gaya

terhadap garis tegak lurus yang ditarik dari sebuah titik terhadap garis kerja gaya dengan

kata lain momen merupakan hasil kali gaya dan jarak dengan satuan ton-meter (t-m) atau

kilogram-meter (kg-m).

C. CIRI-CIFI GAYA

Gaya memiliki ciri yang sering juga disebut sifat-sifat gaya. Ketiga cifi- cifi tersebut adalah

bersaran gaya, arah gaya, dan titik tangkap gaya.

1. Besaran gaya adalah ukuran besarnya gaya yang be kerja pada suatu benda. Misalnya 10

ton, 100 kg, 10 N.

2. Arah gaya (sering juga disebut gafis kerja gaya), adalah gafis lurus yang berimpit dengan

gaya itu sendiri. Arahnya bias kemana saja


3. Titik tangkap gaya adalah suatu titik sebagai tempat gaya itu menangkap atau dengan

kata lain sebagai tempat gaya itu bekerja.

Gaya bekerja sepanjang gafis kerjanya yaitu arah gaya-gaya yang ada. Jadi, arah ada pada garis

kerjanya. Namun tujuan arahnya bisa berbeda- beda. Sehingga gaya dapat dipindahkan atau

digeser sepanjang garis kerjanya.

D. SATUAN GAYA

Besaran gaya mempunyai satuan kg, ton, dan newton (N). Menurut standar

internasional (SI) satuan gaya disarangkan menggunakan newton. Namun dengan alasan

tertentu, dalam modul ini menggunalmn kg dan ton.

Satuan yang dipergunalmn dalam perhitungan statika bangunan menyesuaikan dengan

satuan yang dipakai dalam perhitungan konstruksi yang lain seperti perhitungan pada

konstruksi baja, beton, dan lmyu.

1. Beban terpusat

Satuan : Berat dalam kg, ton, N, Kn.

1 Ton = 1000 kg

1 N = 0,1 kg

1 Kn = 100 kg

Momen gaya atau sering disebut momen (M) adalah hasil kali dari besarnya sebuah gaya

terhadap garis tegak lurus yang ditarik dari sebuah titik terhadap garis kerja gaya.dengan

kata lainmomen merupakan hasil kali gaya dan jarak dengan satuan ton-meter (t-m) atau

kilogram-meter (kg-m).

C. CIRI-CIFI GAYA

Gaya memiliki ciri yang sering juga disebut sifat-sifat gaya. Ketiga cifi- cifi tersebut adalah

bersaran gaya, arah gaya, dan titik tangkap gaya.

1. Besaran gaya adalah ukuran besarnya gaya yang be kerja pada suatu benda. Misalnya 10

ton, 100 kg, 10 N.

2. Arah gaya (sering juga disebut gafis kerja gaya), adalah gafis lurus yang berimpit dengan

gaya itu sendiri. Arahnya bias kemana saja

3. Titik tangkap gaya adalah suatu titik sebagai tempat gaya itu menangkap atau dengan

kata lain sebagai tempat gaya itu bekerja.


Gaya bekerja sepanjang gafis kerjanya yaitu arah gaya-gaya yang ada. Jadi, arah ada pada garis

kerjanya. Namun tujuan arahnya bisa berbeda- beda. Sehingga gaya dapat dipindahkan atau

digeser sepanjang garis kerjanya.

D. SATUAN GAYA

Besaran gaya mempunyai satuan kg, ton, dan newton (N). Menurut standar

internasional (SI) satuan gaya disarangkan menggunakan newton. Namun dengan alasan

tertentu, dalam modul ini menggunalmn kg dan ton.

Satuan yang dipergunalmn dalam perhitungan statika bangunan menyesuaikan dengan

satuan yang dipakai dalam perhitungan konstruksi yang lain seperti perhitungan pada

konstruksi baja, beton, dan lmyu.

1. Beban terpusat

Satuan : Berat dalam kg, ton, N, Kn.

1 Ton = 1000 kg

1 N = 0,1 kg

1 Kn = 100 kg

2. Beban merata/tidak merata

Satuan : Berat tiap meter panjang kg/m, ton/m2

, N/m, kN/m,

kg/m2

, ton/m2

, N/ mm2

, kN/m2

1 kg/m = 1 kg/m = 0,01 kg/cm

1 ton/m = 1000 kg/m = 10 kg/cm

1N/m = 0,1 kg/m = 0,001 kg/cm

1kN/m = 100 kg/m = 1 kg/cm

1kg/m2 = 1 kg/m2 = 0,0001 kg/cm

1ton/m2

= 1000 kg/m2 = 0,1 kg/cm2

1N/ m2 = 0,1 kg/m2 = 0,00001 kg/cm2

1Kn/m2 = 100 kg/m2 = 0,01 kg/cm2


3. Berat jenis

Satuan : Baret tiap meter kubik, kg/m', t/m', N/m', kN/m°.

1 kg/ m3 = 1 kg/ m3 = 0,001 kg/l

1 ton/m3 = 1000 kg/ m3 = 1 kg/l

1 N/m3 = 0,1 kg/ m3 = 0,0001 kg/l

1 KN/m3 = 100 kg/ m3 = 0,1 kg/l

1 kg/m3 = 100 kg/ m3 = 0,1 kg/l

1 kg/m3 = 1 kg/ m3 = 0,001 kg/l

4. Momen

Satuan : Be rat (gaya) x jarak = kg m

1 kg m = 1 kg m = 100 kg cm

1 ton m = 1000 kg m = 100.000 kg cm

1 N m = 0, 1 kg m = 10 kg cm

1 kN m = 100 kg m = 10.000 kg cm

A. Menguraikan Gaya

Gaya yang berarah miring F dapat diuraikan terhadap bidang datar, tegak dan atau

bidang acuan tertentu. Pada Gambar 2 (a) gaya yang membentuk sudut lancip (a)

terhadap bidang datar (bidang X), dapat diuraikan menjadi gaya datar Fx = F cos a dan

gaya searah bidang Fy = F sin a.

Untuk gaya miring F terhadap bidang acuan pada gambar tertentu yang membentuk

sudut lancip a pada gambar dapat diurai menjadi

gaya sejajar bidang F// = F cos a dan gaya tegak lurus bidang F^ = F sin a.

B. Menggabungkan Gaya

Besaran gaya merupakan besaran vektor, karenanya untuk dapat

menggabungkan atau mencafi resultannya perlu menyertakan arah dan titik tangkap

gaya tersebut pada suatu bidang atau struktur.

Dua buah gaya atau le bih dalam satu lintasan yang segaris dengan arah yang

sama, resultan gaya merupakan penjumlahan dari dua gaya tersebut.

Sedangkan untuk gaya se lintasan yang berlawanan arah, resultan


dua gaya tersebut tersebut merupakan operasi pengurangan. Perhatikan F3 dan F4.

Resultan F3 + F4, = R F3+F4 = FS — F4.

Jika dua gaya atau lebih dalam satu titik tangkap memiliki arah berlainan seperti F5 dan F6,

maka resultan kedua gaya itu dapat dilukis dengan menggambar proyeksi F5 dan F6. Untuk mencari
resultan lebih dari dua gaya dalam satu titik tangkap digunakan cara yang

sama seperti dilakukan pada gaya F5 dan F6 atau F7 dan F8. Perhatikan gaya F9 hingga F11 pada

Gambar . Tentukan dahulu R F9+Fl0, kemudian tentukan resultan Fl 1 dengan R F9+F10 menjadi

R F9+F10+F11 yang merupakan resultan F9 hingga F11. Cara penggabungan gaya searah adalah
dengan menjumlahkan dan secara grafis

ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3 menunjukkan grafis menggabungkan dua gaya

berlawanan arah. Secara analitis adalah menentukan selisih dua gaya tersebut.

Gambar 4 menunjukkan cara grafis menggabungkan dua gaya bersambung

berbeda arah. Resultan gaya adalah garis hubung pangkal sampai ujung gaya ke dua.

Gambar menunjukkan cara grafis menggabungkan dua gaya satu titik tangkap berbeda

arah.

Caranya adalah memproyeksikan gaya kedua pada jung gaya pertama atau

sebaliknya. Besar gaya gabungan / resultan secara pfinsip mifip sepertı gambar

Cara ini dapat diulangi untuk menggabungkan lebih dafi dua gaya dalam satu titik

tangkap seperti digrafiskan pada gambar 5. Pada gambar resultan P9 dan P10 = R

P9+P10 menjadi gaya yang harus digabungkan dengan gaya P11 untuk mengahasilkan

resultan dari ke tiga gaya tersebut.

Untuk menggabungkan beberapa gaya berbeda titik tangkapnya, dapat dilakukan dengan

cara grafis maupun analistis. Cara grafis dapat dilakukan dengan lukisan kutub seperti

Tahapan lukisan kutub adalah sebagai berikut:

o Gambarlah secara terskala gaya-gaya yang akan digabungkan beserta garis

kerja masing-masing gaya

o Urutkan posisi, susun gaya tersebut secara linear, P1, P2 dan P3 seperti

Gambar.

o Tentukan titik kutub dan lukis garis kutub gaya tersebut. Yakni pada P1

terdapat garis kutub 1 dan 2 dan seterusnya

o Plotkan garis kutub tersebut pada masing-masing gafis kerja.

o Pada garis kerja P1, lukis suatu garis sehingga sejajar dengan garis kutub 1.
o Dari titik potong garis kerja P1 dengan garis kutub 1, lukis gafis kutub 2

hingga memotong garis kerja P2.

o Dari titik potong garis kutub 2 dengan garis kerja P2, lukis garis kutup 3

hingga memotong garis kerja P3.

o Dari perpotongan garis kutub 3 dan P3, lukis garis kutub 4 hingga

memotong garis kutup awal, garis kutub1.

o Perpotongan kedua garis kutub tersebut merupakan letak gariskerja

resultan ketiga gaya, R P1-3

Penyelesaian secara analitis dilakukan dengan kaidah momen dari titik acuan yang

ditentukan. Misal garis kerja P3 dipakai sebagai acuan, dengan yP2, yP1 dan y R masing

merupakan jarak gaya P2, P1 dan R dari garis kerja P3. Persamaan yR dapat dihitung

sebagai berikut :

o yR = (yP2 x P2 + yPl x P1) / R

o yR = (yP2 x P2 + yPl x P1) / (P1 + P2 + P3)

Anda mungkin juga menyukai