Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ACUAN DAN PERANCAH

OLEH :

Muhamad Ali Maftuh Cahyadi (1715113067)

Adityas Aji Saputra (1715113070)

I Putu Gede Ari Wirawan(1715113073)

IB Raka Weda(1715113076)

I Putu Dody Astika(1715113079)

Ketut Krisna Parayoga Putra(1715113082)

Dinar Git Islami(1715113085)

Insoraki Maya Irene Mayor(1715113088)

2A D3 TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BALI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan banyak
nikmat.Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Kerja Acuan dan Perancah ini
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Laporan ini kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak.Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah
berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian laporan ini.

Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan laporan ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab
itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Dengan karya ini kami berharap dapat membantu dalam pelaksanaan maupun penyusunan
Praktikum Kerja Acuan dan Perancah.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat nyata untuk kita semua.

Jimbaran, 22 April 2018

Penulis
BAB I
Pendahuluan

1.1 LATAR BELAKANG

Acuan adalah suatu benda yang dijadikan Mal atau Cetakan untuk membuat atau membentuk
suatu struktur yang diinginkan.Biasanya suatu struktur dibuat dari benda cair atau plastis
kemudian dipadatkan atau menjadi keras dengan sendirinya.Contohnya : Beton, Keramik,
Timah, Emas, Perunggu, dll.

Perancah adalah struktur penopang atau penahan atau penyangga yang berfungsi menyangga
Acuan agar berdiri tegak dan lurus serta tidak mengalami deformasi.

Acuan dan Perancah adalah suatu struktur awal dari cetakan untuk membuat suatu struktur
yang nantinya keras/padat dimana hal ini sifatnya sementara.

Untuk membuat suatu struktur acuan dan perancah yang memenuhi syarat kuat, kaku/stabil,
rapat, ekonomis, dan mudah dibongkar, memerlukan pengetahuan tentang teknik konstruksi,
mekanika teknik, serta sifat dan kekuatan bahan yang digunakan.

Pada umumnya perencanaan sebuah bangunan yang menggunakan struktur beton bertulang
hanya membuat gambar struktur beton berikut besteknya namun tidak disertai dengan gambar
struktur acuan dan perancah.Oleh karena itu kontraktor (pemborong) harus dapat membuat
gambar kerja (shop drawing) serta metoda pelaksanaan pembuatan sebuah struktur acuan dan
perancah yang mampu memikul beton sampai beton tersebut mengeras dan dapat memikul
bebannya sendiri serta beban yang bekerja diatasnya.

1.2 JENIS-JENIS ACUAN dan PERANCAH


Berdasarkan tempat dan cara pengecoran beton, maka acuan dan perancah dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu :
a) Acuan untuk pengecoran di tempat (formwork for in situ pouring), adalah cetakan yang
dibuat untuk mencetak beton secara permanen langsung ditempat dimana beton tersebut
digunakan.
b) Acuan untuk beton (formwork for precast concrete elements), adalah cetakan yang
dipakai untuk mencetak elemen-elemen beton yang dibuat di pabrik (workshop). Hasil
cetakan (elemen) beton ini setelah mengeras baru dibawa ke lokasi proyek kemudian
dirakit.
c) Acuan gelincir (slift form), adalah cetakan beton yang dapat digerakan/digeser sehingga
untuk mencetak beton yang panjang hanya diperlukan cetakan beberapa meter saja.
d) Acuan luncur (jumping form), adalah cetakan yang dipergunakan untuk mencetak
struktur beton yang tinggi dengan cara meluncurkan cetakannya. Sehingga struktur beton
yang tinggi hanya memerlukan cetakan beberapa meter tingginya.
1.3 BAGIAN STRUKTUR ACUAN dan PERANCAH
Pada dasarnya struktur acuan dan perancah dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu :
bagian pada acuan/cetakan
 Papan cetakan (yang berhubungan langsung dengan beton)
 Pengaku cetakan (papan klaim)
a) Bagian pada perancah/steger
 Tiang acuan/perancah/steger
 Gelagar
 Pengaku/penyokong/skur
 Pasak/baji
 Balok alas/landasan

1.4 BAHAN-BAHAN YANG SERING DIGUNAKAN


Bahan-bahan yang sering dan umum dipergunakan sebagai bahan acuan dan perancah antara
lain adalah :

1. KAYU
Pada umumnya konstruksi acuan dan perancah menggunakan kayu sebagai bahan
utamanya (kebanyakan kayu local).Kayu-kayu tersebut harus cukup baik dan tidak terlalu
basah. Jika kayu yang digunakan memiliki kadar air yang tinggi sedangkan mutu kayu
rendah, maka cetakan akan mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah
melengkung sehingga hasil cetakan beton tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Jenis-jenis kayu yang banyak digunakan untuk konstruksi acuan dan perancah adalah
kayu dari kelas kuat III dan IV yang mempunyai σtk// 45-60 kg/cm2, seperti:
 Kayu terentang ; termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V, ukuran yang biasa
diperdagangkan adalah 2-3/17x400 cm.
 Kayu meranti ; termasuk kelas kuat II-IV dan kelas awet III-IV, ukuran yang
diperdagangkan adalah 2/20x400, 3/20x400, 5/7x400, 6/12x400 dsb.
 Kayu albasia ; termasuk kelas kuat IV dengan σtk // 45 kg/cm2, ukuran yang biasa
diperdagangkan adalah 2/20x400, 3/20x400, 5/7x400, 6/12x400.

2. TRIPLEKS
Tripleks adalah kayu olahan yang berupa lembaran papan lebar yang terdiri dari
sejumlah lapisan finer yang direkatkan dengan arah serat bersilang satu diatas yang lain.
Pada umumnya lapisan-lapisan finer dikupas dari sebatang kayu bulat (glondong).
Ketebalan satu lapis finer adalah 0,7 – 3 mm. Setiap lapis finer dari suatu palat tidak
harus sama tebal dan jenis kayu yang sama. Tripleks sangat baik dipakai untuk bahan
cetakan karena :
 Permukaannya rata (flat) sehingga hasil cetakannya bagus.
 Ketebalannya merata.
 Kesikuan sudut-sudutnya baik.
 Kerapatan/kerapian sambungan baik karena tebalnya sama dan sudutnya siku.
Kemungkinan tembus air relatif kecil.
 Pemuaiannya kecil, sehingga tidak akan melengkung atau pecah-pecah.
 Kemungkinan pemakaian pengulangan lebih sering (faktor kerusakan kecil).
 Mudah dibuat lengkung.

3. BAJA
Dalam konstruksi acuan dan perancah, material baja digunakan dalam berbagai
bentuk dan kualitas konstruksi.Pada zaman dahulu kita melihat bahan baja hanya
digunakan sebagai bahan pembantu atau alat penyambung pada bekisting konvensional
seperti baut/mur dan paku. Tetapi sekarang material baja sudah dipergunakan dalam
berbagai bentuk mulai plat baja sebagai sisi cekatan, alat penyambung hingga konstruksi
penyangga (steel proof dan skapolding).Hal ini juga dikarenakan sifat baja yang
menguntungkan seperti kekuatan yang tinggi, permukaannya keras dan halus sehingga
menghasilkan permukaan beton yang bagus dan halus, dsb.
Ada beberapa material baja yang sering digunakan sebagai alat dalam pekerjaan
acuang dan perancah, seperti;
 Plat Baja, biasanya digunakan untuk bagian sisi cetakan karena mempunyai
permukaan yang rata, halus, dan tidak lengket dengan beton sehingga
menghasilkan permukaan beton yang bagus.
 Pipa Baja, biasanya dipergunakan untuk sekur-sekur atau batang perangkai pada
steger yang menggunakan skapolding atau multyproof.
 Skapolding (Steger Baja), satu rangkaian steger system (perancah) yang terdiri
dari dua tiang yang dihubungkan dengan dua buah ampang datar yang dapat
dengan mudah dipasang, disetel, dan dibuka kembali, serta dipindahkan ke tempat
lain. Pemasangan skapolding ini sangat mudah karena sudah dilengkapi dengan
alat-alat penyambung, serta ukurannya dapat diatur sesuai dengan keinginan.
 Multy Proof, merupakan profil serbaguna yang terdiri dari dua bagian. Bagian
atas diameternya lebil kecil daripada bagian bawah dan dilengkapi dengan
lubang-lubang untuk memasukan pen yang berfungsi untuk mengatur ketinggian
secara kasar. Sedangkan pipa bagian bawah diameternya lebih besar serta
dilengkapi dengan ulir untuk menyetel ketinggian secara tulus.
 Beam/Girder (Balok Gelagar), merupakan bagian struktur yang berfungsi untuk
menyangga beban cetakan acuan/acuan berikut betonnya untuk diteruskan kepada
tiang perancah (steger).
 Alat Penyambung dan Pengunci, merupakan susunan dari beberapa
elemen/komponen yang merupakan suatu kesatuan yang utuh. Untuk membuat
susunan atau rangkaian elemen-elemen yang terdiri dari bahan yang ukurannya
lebih kecil dari struktur yang dibuat untuk alat sambung, alat penghubung, serta
alat perangkai seperti : paku, mur, rapid klam, connecting frame, proof head,
penyiku, dan sebagainya.

4. BAHAN atau ALAT PEMBANTU


Disamping bahan-bahan diatas, ada pula bahan lain yang dipergunakan dalam
pekerjaan acuan dan perancah terutama yang berfungsi untuk memudahkan pembukaan
cetakan, atau untuk mendapatkan hasil permukaan beton yang halus, atau untuk
mencegah penyerapan air dari beton oleh papan cetakan. Bahan-bahan tersebut adalah
berupa coating atau lembaran seperti : minyak pelumas, cat meni, lembaran plastic, busa,
dan sebagainya.

1.5 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari pelaksanaan praktikun acuan dan perancah adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan materi perkuliahan semester 2 untuk kelas IIC D3 Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang pekerjaan beton yang mana
harus menggunakan acuan ataupun perancah.
3. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan acuan dan perancah secara nyata
seperti pada kenyataan yang terdapat di lapangan serta sesuai dengan standard an syarat
acuan dan perancah.
4. Mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti manajemen waktu, biaya, dan mutu dalam
pekerjaan beton khususnya pada bagian pekerjaan acuan dan perancah.
BAB II
Landasan Teori

2.1 SYARAT KONSTRUKSI


Untuk memenuhi standar pekerjaan suatu kontruksi, kekuatan acuan dan perancah juga
sangat menentukan proses pengerjaan kontruksi beton. Walaupun hanya sebagai kontruksi
sementara acuan dan perancah merupakan jenis pekerjaan yang memerlukan perencanaan
matang, memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lama, serta membutuhkan biaya yang
cukup besar. Jadi, untuk menghasilkan suatu hasil kerja yang efisien serta hemat biaya maka
pembuatan perancah harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya;

 Kuat, Di dalam pekerjaan beban- beban beton yang berada pada bekisting dan beban
lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu acuan
perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.
- Berat sendiri (beton)
- Berat Manusia
- Berat Alat
- Berat Benda
 Kaku, karena apabila perancah tersebut tidak kakuatau dapat bergerak, maka hasil
yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak
sempurna.
 Mudah di Bongkar, Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan
hanya bersifat sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak
beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
 Ekonomis dan Efisien, Di dalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan
yang terlalu bagus, namun jangan juga bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena
kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi
mutu dari bekisting dan di dalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali
sehingga menghemat biaya.
 Bersih, Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih. Apabila tidak,
maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin saja naik dan masuk kedalam
adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik
maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga akan sulit
untuk dibersihkan.
 Rapi, Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan
mudah dalam penyusunan maupun pembongkaran.
 Rapat, Kerapatan suatu bekisting sangat memengaruhi didalam proses pengecoran.
Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi
akan keluar dan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen
keluar dari bekesting.
BAB III
Pembahasan

3.1 MEMBUAT PAPAN DUGA (STAKE OUT)

Papan duga adalah papan atau konstruksi yang berfungsi sebagai pedoman sementara dari
as bangunan, ketinggian bangunan, dan letak bangunan agar sesuai dengan rencana.
Papan duga dibuat dari lembaran papan yang diratakan sisi bagian atasnya, kemudian
dipakukan pada tiang-tiang yang telah ditancapkan pada tempatnya dengan ketinggian yang
telah ditentukan.
Papan duga ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu dan tidak
terganggu oleh kegiatan lain selama bangunan dikerjakan. Olehkarena itu, papan duga untuk
pekerjaan bangunan gedung sebaiknya ditempatkan pada sudut-sudut bangunancdengan jarak
kurang lebih 1,5m diluar as bangunan.Hal ini dimaksudkan agar papan duga tidak terganggu
oleh tanah galian.

a. ALAT dan BAHAN


 Palu
 Paku
 Pensil
 Benang
 Meteran
 Waterpass
 Selang plastik
 Tiang bowplank
 Papan bowplank

b. LANGKAH KERJA
1. Pasang tiang-tiang bowplank di bagian luar area kerja
2. Tentukan ketinggian bowplank sesuai rencana yang akan dibuat dan tandai dengan
pensil pada satu tiang (sebagai patokan)
3. Pindahkan ketinggian tiang pada tiang-tiang yang lainnya dengan menggunakan
selang plastik
4. Pakukan papan bowplank yang telah diketam lurus salah satu sisimya pada tiang-
tiang tersebut tepat pada tanda pensilnya.
5. Tentukan as kolom yang akan dibuat dengan benang sesuai dengan ukuran yang telah
direncanakan
6. Cek kesikuan serta ukur kembali apakah sudah sesuai rencana dengan
membandingkan kedua diagonalnya
Tiang papan duga

As Bangunan

Papan duga benang

3.2 MEMBUAT ACUAN KOLOM

Kolom merupakan bagian struktur yang berfungsi untuk menyangga beban dari lantai
diatasnya untuk diteruskan pada pondasi kebawahnya. Bentuk-bentuk penampang kolom
dapat berupa : bujur sangkar, segiempat panjang, lingkaran, segibanyak beraturan, profil I,
dan sebagainya.
Syarat-syarat Acuan Kolom, yaitu :
a. Syarat Umum
b. Tegak
c. Posisi tepat/As

Bagian–bagian dari Acuan Kolom :


a. Papan Acuan, Papan acuan dapat terbuat dari multipleks atau papan. Untuk acuan
kolom yang penampangnya berukuran besar lebih baik digunakan multipleks karena
apabila menggunakan papan (kayu masip) kemungkinan akan terjadi celah-celah
pada sambungan yang akan mengakibatkan air semen keluar sehingga beton akan
keropos.
b. Klem-klem Perangkai, Klem berfungsi untuk menyambung/memperlebar papan,
sebagai pengunci, dan untuk memperkokoh papan. Klem terbuat dari sisa-sisa
potongan kayu yang panjangnya masih cukup.
c. Papan Penjepit Dinding,Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem dan tepat
menjepit as dari klem tersebut. Papan-papan ini dipasang dengan kuat satu dengan
yang lainnya pada gelagar yang telah dirangkaikan pada tiang sehingga kedudukan
kolom tidak akan bias bergeser. Disamping itu, papan penjepit juga berfungsi untuk
menahan cetakan agar tidak pecah pada saat pengecoran.
d. Tiang-tiang Acuan, Untuk dapat berdiri tegak, acuan kolom memerlukan tiang-
tiang pendukung yang diletakkan di luar papan acuan dan papan penjepit. Tiang-
tiang ini dapat dibuat dari kasau atau dolken yang dirangkaikan dengan papan-papan
gelagar atau bisa juga dengan skafolding. Tiang-tiang beserta papan gelagar ini harus
benar-benar kuat dan kokoh sehingga tidak mudah bergerak ketika beton dicor
karena konstruksi ini juga merupakan tempat injakan pada saat pengecoran. Untuk
memperkokoh pendudukan tiang, dapat dipasang skur yang dipasang diagonal pada
dua tiang.

Untuk pekerjaan praktek acuan & perancah kali ini, kita akan membuat kolom segiempat.
Acuan kolom yang dibuat dari papan, terutama acuan kolom yang penampangnya lebar perlu
diperhatikan penyambungan papan arah lebar agar benar-benar rapat sehingga air semen
tidak akan keluar melalui celah-celahnya. Namun untuk memudahkan pekerjaan dan
mendapatkan hasil yang lebih baik, biasanya digunakan multipleks untuk sisi cetakannya.

A. ALAT
 Palu  Gum
 Paku  Usuk 4/6
 Meteran  Multipleks
 Waterpass  Balok girder
 Benang
 Unting-unting
 Klem besi
 Klem perangkai
 Skafolding
 Kawat
B. BAHAN
 Papan multipleks 1cm ukuran 0,4m x 3,5m x 2buah = 2,8m2
 Papan multipleks 1cm ukuran 0,4m x 3m x 2buah = 2,4m2
 Usuk 6/12 dengan panjang 3,5m x 4buah = 14m
 Usuk 6/12 dengan panjang 3m x 4buah = 12m
 Usuk 6/12 dengan panjang 0,3m x 16buah = 4,8m
 Usuk 6/12 dengan panjang 0,3m x 14buah = 4,2m
C. LANGKAH KERJA
1. Pemilihan acuan kolom yang sama ukuran sisinya serta ukuran tingginya
2. Penempatan acuan ke lantai kerja yang sudah disiapkan
3. Pemeriksaan ketepatan posisi acuan terhadap titik kolom
4. Pemasangan sepatu kolom yang berukuran 40 x 40 secara siku
5. Cari titik tengah dengan menggunakan unting-unting

Total bahan untuk 1 kolom :


 Total papan multipleks : 2,8m2 + 2,4m2 = 5,2m2
Luas 1 multipleks : 1,22m x 2,44m = 2,9768 m2
Kebutuhan bahan = 5,2m2 : 2,9768m2 = 1,746 buah multipleks
Dibulatkan = 2 buah papan multipleks tebal 1cm

 Total panjang Usuk 6/12 = 35m


1 buah usuk 6/12 panjangnya 4m
Kebutuhan bahan = 35m : 44m = 8,75buah usuk 6/12
Dibulatkan = 9 buah usuk ukuran 6/12

6. Letakan sepatu kolom dengan pertemuan benang tengah tepat di As yang sudah di
unting-unting
7. Pemasangan bekesting dengan cara merakit
8. Tinggi bekesting 2 buah = 350
9. Tinggi bekesting 2 buah = 300
10. Pasang 1 persatu dan cek kesikuannya
11. Setelah terakit semua maka pasanglah klem penjepit agar bekesting tidak roboh
12. Lakukan langkah berikut sampai kolom bekesting berdiri semua
13. Cek kembali dengan unting-unting apakah bekesting yang jita pasang tegak lurus
kalau tidak ganjalah dengan baji
3.3 MEMBUAT ACUAN BALOK

Balok adalah salah satu bagian struktur bangunan yang berfungsi untuk meneruskan
beban dari lantai atau dinding diatasnya kepada kolom. Bagian-bagian dari acuan balok yaitu
: papan acuan, papan penjepit, gelagar atau papan pendukung, tiang perancah, papan/balok
alas, dan skoor pengaku.
Syarat-syarat Acuan Balok:
a. Syarat umum
b. Ketepatan posisi/as
c. Elevasi
d. Kedataran

A. ALAT
 Palu
 Siku
 Benang
 Kawat
 Waterpass
 Meteran
 Scaffolding
 Join pine
 Gum
 Jack base
 Adjustment bar
 Uz beam bracket
 U head
 Balok 6/12
 Balok 8/12
 Balok girder
 Multipleks
 Usuk

B. BAHAN
 Papan multipleks ukuran 0,3m x 3,65m x 1buah = 1,095m2
 Papan multipleks ukuran 0,38m x 3,65m x 1buah = 2,413m2
 Papan multipleks ukuran 0,5m x 3,65m x 1buah = 1,825m2
 Usuk 6/12 panjang 3,65m x 6buah = 21,9m
 Usuk 6/12 panjang 0,25m x 7buah = 1,75m
 Usuk 6/12 panjang 0,35m x 10buah = 3,5m
 Usuk 6/12 panjang 0,45m x 10buah = 4,5m

C. LANGKAH KERJA

Total bahan 1balok :


 Total papan multipleks :1,095m2 + 2,413m2 + 1,825m2 = 5,333m2
Luas 1 multipleks = 1,22m x 2,44m = 2,9768m2
Kebutuhan bahan : 5,333m2 : 2,9768m2 = 1,791 buah multipleks
Dibulatkan : 2 buah multipleks
 Total panjang usuk 6/12 = 31,65m
1 buah usuk 6/12 pajangnya = 4m
Kebutuhan bahan : 31,65m : 4m = 7,9125 buah
Dibulatkan = 8 buah usuk 6/12

1. Siapkan bahan-bahan dan peralatan kerja seperlunya.


2. Buat sisi cetakan sesuai dengan gambar kerja.
3. Pasang tiang pendukung diatas papan alas yang sudah disediakan.
4. Setelah semua tiang terpasang dengan baik, pasang gelagar. Pemasangan gelagar
dimulai dari dua ujung acuan balok yang akan dibuat. Kedua gelagar harus benar-
benar waterpas karena akan dipakai sebagai pedoman pemasangan gelagar
berikutnya (merupakan profil).
5. Pasang sekur pengaku dari ujung gelagar ke tiang (untuk acuan dengan satu tiang
pendukung).
6. Kontrol sekali lagi kedataran dari kedua gelagar.
7. Pasang benang pada ujung kedua gelagar yang telah dipasang untuk pedoman
pemasangan gelagar-gelagar yang akan dipasang berikutnya (ditengah-tengah).
8. Selanjutnya pasang gelagar-gelagar yang lainnya (ditengah-tengah).
9. Perhatikan jarak antara gelagar agar pemasangannya tepat pada as klam dari
papan cetak.
10. Tarik benang dari profil untuk pedoman pemasangan sisi cetakan agar lurus dan
sesuai dengan rencana.
11. Pasang papan cetakan dan dilanjutkan dengan pemasangan papan penjepit agar
papan cetakan tidak tergeser oleh beton pada saat pengecoran maupun pemadatan.
12. Pasang papan penyokong sisi cetakan bagian atas dengan memperhatikan
kesikuan dan ketegakan sisi samping cetakan.
13. Periksa kekakuan dari konstruksi acuan dan perancah tersebut agar benar-benar
kaku.
14. Jika masing bergoyang, pasang sekur pengaku searah dengan goyangnya.

3.4 MEMBUAT ACUAN LANTAI

A. ALAT
 Palu  Balok girder
 Meteran  U head
 Scaffolding  Jack base
 Steelprops  Usuk 6/12
 Gum  Multipleks
 Siku  Paku
 Usuk  Kawat
 Balok 8/12

B. BAHAN
 Papan multipleks
Luas plat lantai = 3,65m x 3,65m = 13,3225m2
1 multipleks luasnya = 2,9768m2
Kebutuhan multipleks = 13,3225m2 : 2,9768m2 = 4,475 buah
Dibulatkan = 5buah multipleks tebal 1cm
 Balok 8/12 panjang 3,65m x 6buah = 21,9m
Kebutuhan bahan : 21,9m : 4m = 5,475 buah balok
Dibulatkan : 6 buah balok 8/12
 Balok 6/12 panjang 3,65m x 10buah = 36,5m
Kebutuhan bahan : 36,5m : 4m = 9,125buah usuk 6/12
Dibulatkan :10 buah usuk 6/12

C. LANGKAH KERJA
1. Pasang tiang-tiang acuan diatas papan alas dengan jarak sesuai dengan jarak tiang
acuan balok. Pemasangan tiang dimulai dari yang paling pinggir. Untuk merangkai
tiang tersebut dapat menggunakan papan peengaku/sekurnya.
2. Pasang gelagar paling tepi sehingga dapat dipergunakan sebagai papan duga bagi
pemasangan gelagar berikutnya (ditengah-tengah). Perlu diperhatikan ketinggian serta
kedatarannya.
3. Kontrol kedatarannya dengan menggunakan selang plastik atau waterpas atau dengan
alat penyipat datar lain.
4. Pasang benang untuk pedoman ketinggian gelagar minimal 3 jalur yaitu dipinggir dan
ditengah-tengah satu atau lebih sesuai dengan lebar lantai yang akan dibuat.
5. Setelah benang terbentang datar dan kencang, maka pemasangan tiang-tiang
berikutnya dapat dilanjutkan untuk dibagian tengah.
6. Pasang juga gelagar-gelagar di bagian tengah dengan menggunakan benang sebagai
pedoman ketinggian.
7. Untuk memperoleh acuan yang memenuhi syarat kuat, kaku, dan kokoh, maka perlu
dipasang sekur pengaku diatas baik kearah sumbu x maupun sumbu y.
8. Setelah semua tiang dan gelagarnya terpasang, maka dilanjutkan dengan pemasangan
papan cetakan lantai. Yang perlu diperhatikan disamping kerapatannya adalah cara
penyambungan papan acuan.

3.5 MEMBUAT ACUAN TANGGA

Tangga adalah suatu bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk
menghubungkan lalu lintas dari lantai yang satu ke lantai yang ada diatasnya atau
sebaliknya. Ada berbagai jenis-jenis tangga menurut bentuknya yaitu : tangga tusuk
lurus, tangga bordes lurus, tangga dengan perempatan, tangga membilut, tangga dengan
lengan (L), tangga dengan dua lengan (U), tangga poros, dan tangga putar. Bahan-bahan
konstruksi tangga juga beragam seperti : konstruksi kayu, konstruksi baja, konstruksi
aluminium, dan konstruksi beton. Dari kelima jenis bahan tersebut, hanya konstruksi
beton yang memerlukan acuan dan perancah.
Syarat-syarat tangga yang ideal :
1. Kemiringan maksimal 45o atau dengan mempergunakan perbandingan dibawah :
2 oprete (langkah naik) + 1 antrede (langkah datar) = 1 langkah
1 langkah = 57-65 cm (panjang 1 langkah berjalan kaki bias di tempat datar)
2. Tinggi optrede untuk bangunan rumah tinggal maks. 20 cm, sedangkan untuk
bangunan umum adalah 17 cm.
3. Antride minimum 25 cm.
4. Lebar tangga untuk bangunan rumah tinggal 80-120 cm dan untuk bangunan
umum minimum 120cm.

Perhitungan tangga yang akan dibuat :


 Bentuk tangga adalah tangga dengan lengan (L)
 Tinggi lantai II (H) = 350 cm
 Lebar tangga = 100 cm
 Tinggi optrede diambil 17.5 cm
 Antride yang diambil 1 kaki = 25 cm
 Jumlah optrede (tanjakan ) = 350 : 17.5 = 20 buah optrede
 Jumlah antrede (injakan) = 20 – 1 – 1 = 18 buah antrede

A. ALAT
 Palu
 Meteran
 Siku
 Pensil
 Paku
 Waterpass
 Unting – unting
 Benang
 Multipleks
 Tiang bowplank
 Balok bowplank
 Amban bowplank
 Usuk
 Scaffolding
 Cross
 Balok 6/12
 Skor
 Cetakan optride

B. BAHAN
 Bordes 17,5 x 100 (2)
 Anak tangga 19 x 17,5 (40) dan 86 x 40 dibutuhkan usuk sebanyak 6 buah dan
kekurangannya diambil dari sisa sebelumnya, maka total usuk yang diperlukan 20
buah
 Dinding samping pada tangga untuk di tangga atas dan tangga bawah diperlukan 4
dengan panjang 307 dengan lebar 38 (4) maka total usuk yang diperlukan 8 buah,
maka sisa ukuran usuk 93 cm (8)
 Alas bordes 100 x 100 (1) dibutuhkan 1 usuk
 Alas pada anak tangga dengan lebar 100 cm dan panjang 307 cm (2) , panjang
penjepit anak tangga atas yang dibutuhkan 307 x 2 dan 86 x 6 usuk yang
dibutuhkan 2 buah dengan sisa ukuran 93 sebanyak 2 buah, sedangkan ukuran 86
perlu 8 buah diambil dari sisa di dinding tangga
 Dinding bordes 4 buah dengan menggunakan 1 buah usuk sepanjang 400 cm
tanpa sisa
 Penjepit anak tangga bawah 307 x 2 buah menggunakan sisa ukuran 93 (2)
Jadi total usuk yang diperlukan dalam pembuatan tangga siku adalah 20 Buah Usuk
 Satu multipleks (9 mm) atau (122 x 244 cm)
 Luas dinding bordes 2 buah
Luas = 17.5 x 100 x 2 = 3500 cm2
 Luas anak tangga (20 Buah)
Luas = 17.5 x 100 x 20 = 35.000 cm2
 Luas dinding samping (4 buah)
Luas = 38 x 307 x 4 = 46.664 cm2
 Luas Alas Bordes
Luas = 100 x 100 = 10.000 cm2
 Luas Alas Plat Tangga
 Luas = 307 x 100 x 2 = 61.400 cm2
 Luas Jumlah Total
Luas Total = 156.564 cm2
Satu Buah Multipleks = 29.768 cm2
Jumlah Multipleks yang dibutuhkan
= 156.564 / 29.768
= 5.259
Total multipleks yang dibutuhkan adalah 6 Buah.

C. LANGKAH KERJA
a) Tahap Melukis Tangga
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk membuat dinding anak
tangga.
2. Potong multipleks dengan ukuran lebar 40 cm sebanyak 2 buah.
3. Pertama ukur masing – masing multipleks dengan lebar 12 cm untuk tebal
plat.
4. Cari optride dengan ukuran 17,5cm dengan sudut 35 o dan antride 25 cm.
5. Kemudian lukis anak tangga sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
6. Pasang dinding cetakan tangga pada kedua sisi tatakan bekisting.
7. Pasang usuk 6/12 untuk menahan dinding anak tangga dipasang dibagian luar
dinding yang telah dilukis.
8. Paku dinding tangga dan usuk dengan menggunakan paku 3 cm.
9. Dinding tangga pun siap untuk di pasang.
b) Tahap Pemasangan Bowplank Tangga
1. Menentukan tinggi bordes dari permukaan tanah dengan tinggi 163 cm.
2. Kemudian pasang paku pada ketinggian 163 cm.
3. Menentukan kedataran dan tinggi yang sama pada bowplank 1 yang
telahdibuat dengan menggunakan selang, kemudian geser 3cm sesuai tebal
usuk.
4. Pasang benang pada paku yang telah dipasang, kemudian tarik agar sejajar
dengan bowplank.
5. Kemudian ukur benang tepi usuk kolom dengan jarak 252 cm (28x9) dan beri
tanda pada benang.
6. Pasang Skafolding ukuran 90cm kemudian pasang Uhead diatasnya dan
pasang balok gidar kemudian paku pada Uhead.
7. Letakkan usuk diatas balok gidar sebanyak 4 buah kemudian pasang
multipleks ukuran 10mm diatasnya dan paku (122x97).
8. Pasang paku pada lantai atas dengan ukuran 175cm dari bordes.
9. Pasang tali untuk menghubungkan lantai atas dengan bordes.
10. Memasang usuk ukuran 6/12 untuk pengikat steelproof 2 buah samping
kanan, memasang steelproof dan diikat pada kayu usuk sebelumnya. Jumlah
steelprops yang digunakan ada 6 buah + Uhead.
11. Memasang balok diatas Uhead dan dipaku.
Tinggi steelproof + balok tidak melebihi benang (6,5) dibawah benang karena berfungsi untuk
penempatan tatakan bekesting dan naikkan tatakan bakesting.
c) Tahap Pemasangan Anak Tangga
1. Pasang paku pada kolom setinggi 163cm.
2. Letakkan bowplank sejajar dengan kolom K4 (sebagai bowplank 1), disebelah
kanan kolom K4 (sebagai bowplank 2), dan disebelah kiri kolom K3 (sebagai
bowplank 3).
3. Ukur ketinggian dengan menggunakan waterpass selang untuk mendapatkan
ketinggian yang sama pada setiap bowplank, lukis dengan spidol.
4. Pasang paku pada bowplank yang sudah ditandai.
5. Setelah itu pasang benang. Sambungkan benang pada paku di K4 dan
bowplank 1.
6. Pasang scaffolding ukuran 90cm, pasang cross, pasang jack base dibawahnya,
pasang U head pada scaffolding dan letakkan balok girder diatas U head.
7. Letakkan 4 usuk ukuran 6/12 diatas balok girder dan letakkan multipleks
diatas balok.
8. Paku multipleks pada usuk.
9. Atur jackbase supaya tingginya setinggi benang.
10. Ukur kedatarannya dengan waterpass.
11. Setelah multipleks datar dengan benang, pada kolom K4 dan bowplank 1,
lanjutkan pekerjaan pada bowplank 2 dan 3.
12. Pasang benang supaya sejajar dengan multipleks, setelah sejajar paku pada
bowplank 2 dan 3.
13. Buat tatakan bekisting tangga.
14. Lukis lubang tangga dan pasang usuk 6/12.
15. Pasang benang dengan kemiringan menyesuaikan dengan landasan bordes.
16. Setel steelproof dengan ketinggian menyesuaikan dengan kemiringan.
17. Pasang U head ditambah balok ukuran 8/16 kemudian dipaku.
18. Setel ketinggan balok terhadap benang berjarak 6,5cm dari benang tangga.
19. Pasang cetakan bawah bekisting tangga untuk membuat kemiringan tangga
menyesuaikan terhadap benang.
20. Pasang dinding bekisting tangga yang sudah dilukis pada kedua sisi miring
yang sudah ada dengan usuk berada di bagian luar kemudian dipaku.
21. Letakkan tangga kayu pada sisi miring tangga sebagai alat bantu berpijak.
22. Pasang optrede tangga sesuai dengan gambar yang telah dilukis mulai dari
atas, ukur dengan waterpass agar datar kemudian dipaku.
23. Pasang usuk pada sisi luar bawah multipleks yang telah dilukis.
24. Kemudian pasang usuk 5/7 kemudian dipaku sebagai landasan untuk
memasang skur. Lalu pasang skur dengan paku.
25. Pasang usuk ditengah-tengah pasangan optrede tangga sebagai penyangga
agar ketika di cor tidak melengkung.
26. Pemasangan anak tangga bawah.Ukur benang yang sudah dipasang pada
bordes dan bowplank 3 sepanjang 280cm (diukur mulai dari bordes).
27. Lalu pasang unting-unting pada panjang 280cm tersebut, kemudian paku pada
tanah.
28. Pindahkan benang yang dipasang pada bowplank 3 ke paku yang sudah
dipasang pada permukaan tanah.
29. Pasang 2 buah scaffolding, pasang U head dan letakkan usuk diatas U head
dengan ketinggian menyesuaikan benang.
30. Pasang usuk pada sisi luar scaffolding sebagai penyangga.
31. Pasang perancah kayu pengganti scaffolding dengan ketinggian menyesuaikan
benang.
32. Ulangi langkah ke 19-26 pada pemasangan tangga bawah.

3.6 PEMBONGKARAN

A. ALAT
 Palu
 Pengungkit paku/linggis
 Gem
 Tang
B. Langkah Kerja
1. Siapkan alat.
2. Mulainya pembongkaran tangga, kemudian dari bagian teratas dan tengah yaitu
pembongkaran plat lantai.
3. Pembongkaran acuan ring balok.
4. Pembongkaran acuan balok.
5. Pembongkaran acuan kolom.
6. Pengembalian bahan-bahan ke tempat yang aman.
7. Pembersihan area kerja.
BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Dari praktek acuan dan perancah yang telah kami selesaikan ini, dapat di
simpulkan bahwa kekakuan, kekuatan, keekonomisan, kebersihan, kerapian,
kerapatan, serta kemudahan saat pembongkaran pada acuan dan perancah juga
dapat berpengaruh terhadap mutu beton yang diperoleh.

4.2 Saran
Praktek acuan dan perancah yang sudah kita laksanakan dapat berjalan
dengan baik tanpa ada kecelakaan yang berarti, namun juga sebaiknya mahasiswa
harus meningkatkan kinerja dilapangan sesuai dengan prosedur keselamatan yang
telah ada, dikarenakan pekerjaan tersebut sangat beresiko terhadap keselamatan
kerja bila hal tersebut tidak dilaksanakan dengan hati-hati.

Anda mungkin juga menyukai