Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM BAJA 1

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2022
Kelompok 9
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR BAJA I

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Dicki Awan Jalandra : 1431800053
Mukhammad Khabibur Rakhman : 1431800153
Mochammad Choiron : 1431600109
Shafiul Oktavian : 1431700022
Junissong Y Solossa : 1431700021
Fredrik Batilmurik : 1431700033
Bagas Ramdhani : 1431800068
Agus Rahman : 1431900052
Ach. Barizi : 1431900178
Amos Yesaya Jesnath : 1431700027

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2022
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM BAJA
Kelompok : 9
Dosen : Retno Trimurtiningrum ST, M.T.

TTD
NO TANGGAL URAIAN ASISTENSI
PEMBIMBING
1. Jumat Revisi
11 November 2022 - Rapikan Laporan
- Perbaiki Perhitungan Kelompok 17
- Atur lagi susunan Laporan sesuai catatan
- Lengkapi Perhitungan

Revisi
2. Jumat
- Tambahkan SNI 2052:2017 pada daftar pustaka
18 November 2022 - Cari referensi lain tegangan leleh
- Cari referensi lain hubungan tegangan &
regangan

3. Sabtu ACC

26 November 2022

ii
KONTRIBUSI DALAM PENGERJAAN LAPORAN

BAGIAN NAMA ANGGOTA NBI

HALAMAN JUDUL Dicky Awan Jaladara 1431800053


LEMBAR ASISTENSI Mukhammad Khabibur Rakhman 1431800153
KATA PENGANTAR Shafiul Oktavian 1431700022
DAFTAR ISI Jonisong Y Solossa 1431700021
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Fredrik Batilmurik 1431700033
1.2 Tujuan Praktikum Bagas Ramadhani 1431800068
1.3 Landasan Teori Agus Rahman 1431900052
1.4 Waktu Praktikum Amos Yesaya Jesnath 1431700027
1.5 Lokasi Praktikum Amos Yesaya Jesnath 1431700027
BAB 2 PENGUJIAN TARIK
2.1 Tujuan Pengujian Dicky Awan Jaladara 1431800053
Peralatan yang
2.2 Jonisong Y Solossa 1431700021
digunakan
Bahan yang
2.3 Shafiul Oktavian 1431700022
diperlukan
Langkah-langkah
2.4 Mukhammad Khabibur Rakhman 1431800153
Prisedur
Amos Yesaya Jesnath 1431700027
2.5 Data Hasil Pengujian Dicky Awan Jaladara 1431800053
2.6 Analisis Data
2.6.1 Analisa Besi Polos Mochammad Choiron 1431600109
Kelompok 17
2.6.2 Analisa Besi Ulir Mochammad Choiron 1431600109
Kelompok 17
2.6.3 Analisa Besi Polos Ach. Barizi 1431900178
Kelompok 18
2.6.4 Analisa Besi Ulir Ach. Barizi 1431900178
Kelompok 18
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan Fredrik Batilmurik 1431700033
3.2 Saran Bagas Ramadhani 1431800068
LAMPIRAN

DATA PENGUJIAN Agus Rahman 1431900052

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami Persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah - Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Struktur Baja ini dengan baik dan lancar, semua ini berkat kerja keras dan
bantuan dari dosen pembimbing kami.

Dengan adanya pengantar ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang membantu kami mengerjakan karya tulis ilmiah inisampai selesai
tepat pada waktunya, Ucapan terima kasih antara lain kepada :

1. Ibu Retno Trimurtiningrum, ST., MT. selaku Dosen PembimbingPraktikum


Struktur Baja Jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
2. Pihak Pengurus Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya
3. Semua pihak yang telah memperlancar proses penyelesaian laporan tugasbesar ini.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini tidak lepas darikekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi menyempurnakan laporan praktikum konstruksi baja ini agar lebih baik
dan bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penyusun sendiri.

Surabaya, 26 November 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN ...................................................................................................................... i

LEMBAR ASISTENSI ................................................................................................................. ii

KONTRIBUSI DALAM PENGERJAAN LAPORAN ........................................................ ….iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iv

DAFTAR ISI...................................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum ...................................................................................................................1

1.3 Landasan Teori .......................................................................................................................1

1.3.1 Pengertian Tegangan, Tegangan Leleh, Tegangan Ultimate dan Tegangan Putus .........2

1.3.1.1 Pengertian Tegangan ................................................................................................2

1.3.1.2 Pengertian Tegangan Leleh ......................................................................................2

1.3.1.3 Pengertian Tegangan Ultimate .................................................................................3

1.3.1.4 Pengertian Tegangan Putus ......................................................................................3

1.3.2 Pengertian Regangan .......................................................................................................3

1.3.3 Hubungan Tegangan-Regangan ......................................................................................3

1.4 Waktu Praktikum....................................................................................................................4

1.5 Lokasi Praktikum ...................................................................................................................4

BAB II PENGUJIAN TARIK .......................................................................................................5

2.1 Tujuan Pengujian....................................................................................................................5

2.2 Peralatan yang digunakan.......................................................................................................5

2.3 Bahan yang diperlukan ...........................................................................................................6


2.4 Langkah-langkah Prosedur Percobaan ...................................................................................6

2.5 Data Hasil Pengujian ..............................................................................................................9

2.6 Analisa Data .........................................................................................................................10

v
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................28

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................28

3.2 Saran .....................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................29

LAMPIRAN..................................................................................................................................30

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sifat fisik, mekanik, thermal, dan korosif merupakan sifat-sifat yang dimiliki suatu logam.
Sifat mekanik merupakan salah satu yang penting dari sifat tersebut. Sifat mekanik terdiri dari
keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan
untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan
dilakukan proses permesinan.
Pengujian Tarik merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sifat
mekanik pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Pengujian ini
dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari material, sehingga dapat
dilihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat
memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying.
Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.
Pengujian tarik merupakan jenis pengujian yang dilakukan dengan melakukan penarikan
terhadap suatu bahan sampai bahan tersebut putus atau patah. Benda uji yang diberi gaya tarik
diletakkan secara sejajar dengan garis sumbunya dan serenjang terhadap permukaan
penampangnya. Standar dimensi dari benda uji ditentukan menurut standar teknik untuk
material yang berlaku di tempat pengujian dan dianalisis lebih lanjut sebelum diterapkan.
Pengujian tarik merupakan pengujian yang paling diperlukan dalam pengujian statis. Adanya
pengujian tarik yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari suatu bahan digunakan
sebagai landasan dasar dari teori plastisitas.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan penulisan laporan ini pada dasarnya adalah untuk memperluas wawasan dan
ilmu pengetahuan.Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
• Mengetahui fenomena – fenomena yang terjadi dari pengujian Tarik
• Memahami sifat mekanik material baja tulangan
• Menentukan kekuatan leleh (yield), kekuatan maksimum dan kekuatan putus (fracture)
material baja

1.3 Landasan Teori

Besi beton atau baja tulangan (reinforcing bar disingkat rebar), dikenal ketika
dipadatkan sebagai baja tulangan, adalah batang baja yang berbentuk menyerupai jala baja
yang digunakan sebagai alat penekan pada beton bertulang dan struktur batu bertulang
untuk memperkuat dan membantu beton di bawah tekanan. Beton menjadi kuat di bawah
kompresi, tetapi memiliki kekuatan tarik yang lemah. Besi beton secara signifikan
meningkatkan kekuatan tarik struktur. Permukaan besi beton sering berubah bentuk untuk
memposisikan ikatan yang lebih baik dengan beton.

1
Jenis besi tulangan ada 2 macam, sebagai berikut:
a) Baja tulangan beton polos (BjTP) Baja tulangan polos adalah baja tulangan
beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip/berulir.(SNI
2052:2017)
b) Baja tulangan beton sirip/ulir (BjTS) Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja
tulangan beton yang permukaannya memiliki sirip/ulir melintang dan
memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna
menahan gerakan membujur dari belakang secara relatif terhadap beton. (SNI
2052:2017)

1.3.1 Pengertian Tegangan, Leleh, Ultimate, dan Tegangan Putus


1.3.1.1 Pengertian Tegangan
Tegangan adalah perbandingan antara gaya tarik yang berkerja benda
terhadap luas penampang benda tersebut. Tegangan menunjukkan kekuatan gaya
yang menyebabkan benda berubah bentuk. Contoh, jika ada dua buah baja dari
bahan yang sama tetapi luas penampang berbeda dan diberi gaya, kedua baja
tersebut akan mengalami tegangan yang berbeda. baja dengan luas penampang
yang lebih kecil akan mengalami tegangan yang lebih besar daripada baja dengan
luas penampang yang lebih besar. Tegangan pada benda diperhitungkan dalam
menentukan jenis dan ukuran bahan penopang suatu beban contohnya ada
jembatan gantung dan bangunan bertingkat.
1.3.1.2 Pengertian Tegangan Leleh
Tegangan leleh (yield stress) yang menandai perubahan sifat material dari
elastis menjadi plastis merupakan nilai tegangan yang ketika terlampaui, maka
material akan meregang dengan sangat cepat meskipun perubahan tegangannya
tidak terlalu besar. Setelah melampaui yield stress, material akan meregang dengan
kecepatan yang jauh lebih cepat dari sebelumnya, sehingga nyaris ‘tanpa
perlawanan’, sebelum akhirnya putus pada suatu titik yang disebut ‘tegangan
ultimit’.

Gambar 1. Hubungan antara tegangan dan regangan

2
1.3.1.3 Pengertian Tegangan Ultimate
Tensile strength atau tegangan ultimate baja adalah tegangan maksimum yang
bisa ditahan oleh bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut
patah. Tensile Strength adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa
berbeda-beda. Beberapa bahan bisa patah begitu saja tanpa mengalami deformasi,
yang berarti benda tersebut bersifat rapuh. Bahan lainnya akan meregang dan
mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis.

1.3.1.4 Pengertian Tegangan Putus


Tegangan putus ultimate stress adalah nilai tegangan yang terjadi disaat baja
telah mencapai kekuatan maksimum ambang batas yang bisa mengakibatkan baja
terputus. Tegangan putus untuk perencanaan Fu tidak boleh diambil melebihi nilai
yang ditetapkan.

1.3.2 Pengertian Regangan


Regangan merupakan perubahan relatif ukuran atau bentuk suatu benda
yang mengalami tegangan.

ԑy = ∆L / L0 x 100%
Dimana:
ԑ = Regangan (%)
∆L = Pertambahan Panjang (mm)
L0 = Panjang awal benda (mm)

1.3.3 Hubungan Tegangan – Regangan


Hubungan tegangan-regangan baja tulangan yang diperoleh dari hasil test
tarik monoton (selanjutnya hubungannya disebut hubungan tegangan- regangan
monoton). Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Hubungan tegangan-regangan baja tulangan actual


(https://www.etsworlds.id/2020/01/kurva-tegangan-regangan-stress-strain.html
diakses pada 26 November 2022)

Pada kurva tegangan-regangan titik mula (O) sampai ke titik batas


proporsional kurva tegangan-regangan berupa garis lurus. Hubungan linear antara
3
perpanjangan dan gaya aksial tersebut pertama kali diketahui oleh Sir Robert
Hooke pada tahun 1678 dan disebut sebagai Hukum Hooke yang menyatakan
bahwa "dalam batas proporsional, tegangan berbanding lurus dengan tegangan.
Konstanta proporsionalitas tersebut dikenal sebagai Modulus Elastisitas (E) atau
Modulus Young dan dengan kemiringan yang sama pada diagram tegangan-
regangan dari O ke A.
Pada titik A hingga ke titik B, bahan masih pada kondisi elastis yaitu,
bahan dapat kembali ke bentuk asalnya ketika gaya yang bekerja padanya
dihilangkan. Jika spesimen diberikan gaya hingga melebihi titik B, maka akan
terjadi perubahan bentuk secara permanen terjadi atau pada kondisi tersebut,
spesimen memasuki daerah deformasi plastis. Pada daerah deformasi plastis,
regangan tidak dapat sepenuhnya hilang meskipun dengan menghilangkan gaya
yang bekerja. Jika gaya yang diberikan meningkat lebih jauh hingga mencapai
titik C dimana pada kondisi tersebut regangan terjadi meskipun tegangan tidak
meningkat. Titik ini disebut dengan (Yield point). Pada kenyataannya, terdapat
dua titik yield point yaitu titik C dan D yang masing-masing disebut sebagai Upper
dan Lower yield point.
Dengan regangan yang lebih lanjut, efek dari fenomena tersebut dikenal
dengan strain hardening (Pengerasan regangan) atau Work hardening (pengerasan
kerja). Spesimen uji pada kondisi tersebut mampu menerima lebih banyak
tegangan. Jika gaya yang diberikan pada spesmen semakin meningkat maka akan
mecapai titik E. Dimana itik E ini adalah titik tertinggi dalam kurva tegangan-
regangan dan mewakili nilai tegangan maksimum yang diterima oleh spesimen
atau dikenal dengan Ultimate Tensile Strength (UTS). Nilai dari Ultimate Tensile
Strength (UTS) ini sama dengan gaya maksimum yang diberikan dibagi dengan
luas penampang awal (A0) dari spesimen uji.
Efek peningkatan beban pada area penampang spesimen harus
mempertimbangkan. Dengan meningkatnya deformasi plastis, luas penampang
spesimen akan berkurang. Namun untuk perhitungan tegangan dalam grafik
tegangan-regangan, luas penampang awal perlu dipertimbangkan. Berdasarkan
pengaruh luas penampang tersebut, akan terjadi kerusakan spesimen yang
berpengaruh terhadap luasan penampang yang terjadi pada titik F dengan tingkat
tegangan yang lebih rendah daripada titik E. Setelah titik E Ultimate Tensile
Strength (UTS), terjadi pengurangan signifikan pada luas penampang spesimen
uji dan akan terbentuk "Neck" di tengah spesimen. Tegangan putus sebenarnya
jauh lebih tinggi daripada UTS, jika berkurangnya luas penampang spesimen uji
diperhitungkan.

1.4 Waktu Praktikum


Praktikum Baja dilaksanakan pada :
Hari : Minggu, 23 Oktober 2022
Pukul : 08:00 s/d Selesai WIB

4
1.5 Lokasi Praktikum
Praktikum Baja dilaksanakan di Laboratorium Material Gedung P, Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya Jl. Nginden Semolowaru No. 45, Menur Pumpungan,
Kec. Sukolilo, Kota Surabaya.

5
BAB II
UJI TARIK (TENSILE STRENGTH)

2.1 Tujuan Pengujian


▪ Untuk menentukan pertahanan atau perlawanan dari logam terhadap pemutusan
hubungan akibat tarikan
▪ Untuk mengetahui sifat mekanis suatu logam terhadap tarikan dimana sifat mekanis
tersebut antara lain batas leleh, kekuatan tarik, kekenyalan, pertambahan Panjang dan
pengecilan luas penampang
▪ Melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu material/bahan
▪ Sebagai referensi pendukung untuk spesifikasi material/bahan

2.2 Peralatan yang digunakan


▪ Alat mesin uji UTM (Universal Testing Machine)

Gambar 2.1 Mesin uji tarik

▪ Jangka sorong, digunakan untuk mengukur diameter benda uji

Gambar 2.2 Jangka sorong

▪ Penggaris, digunakan untuk mengukur panjang benda uji


▪ Alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil pengujian
▪ Kalkulator

Gambar 2.3 Kalkulator


6
2.3 Bahan yang diuji
▪ Besi Polos
▪ Besi Ulir

Gambar 2.4 Besi polos dan besi ulir


2.4 Langkah-langkah percobaan
1) Siapkan dan pasang kertas grafik dan pulpen pada mesin

Gambar 2.5 Pemasangan grafik dan pulpen pada mesin

2) Ukur diameter dan panjang benda uji menggunakan jangka sorong dan penggaris

Gambar 2.6 pengukuran diameter benda uji menggunakan jangka sorong

7
3) Perkirakan beban tertinggi yang diberikan sebagai tahanan

Gambar 2.7 Perkirakan beban tertinggi

4) Siapkan mesin tarik yang akan digunakan


5) Pasang specimen pada crosshead

Gambar 2.8 Pemasangan specimen pada crosshead

6) Nyalakan mesin uji tarik yang sudah diberi benda uji, lalu tunggu hingga besi putus

Gambar 2.9 Proses menyalakan mesin uji tarik

7) Ambil benda uji yang sudah patah kemudian ukur diameter dan panjang setelah patah
menggunakan jangka sorong dan penggaris

8
Gambar 2.10 Benda uji yang sudah patah kemudian diambil

8) Ambil grafik pada mesin, lalu olah data pada grafik

Gambar 2.11 Grafik yang diambil dari mesin uji tarik


Gambar 2.12 Mengolah data praktikum

9
2.5 Data Pengujian
2.5.1 Data Praktikum Kelompok 17
Tabel 2.1 Data praktikum kelompok 17
Benda Uji Besi Polos Besi Ulir
Diameter Awal 𝑑0 (mm) 9,75 10,6
Diameter Setelah Patah 𝑑1 (mm) 5,2 6,85
Luas Penampang
- Awal 𝐴0 (𝑚𝑚2 ) 74,6 88,2
- Akhir 𝐴𝑓 (𝑚𝑚2 ) 21,23 36,83
Panjang Ukur
- Awal 𝑙0 (mm) 102,75 102,4
- Akhir 𝑙𝑓 (mm) 125,55 129,3
- ∆L (mm) = 𝑙𝑓 − 𝑙0 22,8 26,9
Beban Luluh 𝑃𝑦 (kg) 2946,85 2878,8
Beban Maksimum 𝑃𝑚𝑎𝑥 (kg) 4300 4000
Beban Putus 𝑃𝑓 (Kg) 3929,16 3697
2
Tegangan Luluh 𝐹𝑦 (kg/𝑚𝑚 ) 39,50 32,64
2
Tegangan Putus 𝐹𝑓 (kg/𝑚𝑚 ) 52,8 41,92
2
Tegangan maksimum 𝐹𝑈𝑇𝑆 (kg/𝑚𝑚 ) 57,64 45,35

2.5.2 Data Praktikum Kelompok 18


Tabel 2.2 Data praktikum kelompok 18
Benda Uji Besi Polos Besi Ulir
Diameter Awal 𝑑0 (mm) 9,5 10,5
Diameter Setelah Patah 𝑑1 (mm) 7,1 8,1
Luas Penampang
- Awal 𝐴0 (𝑚𝑚2 ) 70,88 87,09
- Akhir 𝐴𝑓 (𝑚𝑚2 ) 39,59 51,53
Panjang Ukur
- Awal 𝑙0 (mm) 100,6 100,6
- Akhir 𝑙𝑓 (mm) 124,5 125,7
- ∆L (mm) = 𝑙𝑓 − 𝑙0 23,9 25,1
Beban Luluh 𝑃𝑦 (kg) 2903,2 2755,8
Beban Maksimum 𝑃𝑚𝑎𝑥 (kg) 4310 3950
Beban Putus 𝑃𝑓 (Kg) 3820 3674,4
Tegangan Luluh 𝐹𝑦 (kg/𝑚𝑚2 ) 40,96 31,65
2
Tegangan Putus 𝐹𝑓 (kg/𝑚𝑚 ) 53,89 42,20
2
Tegangan maksimum 𝐹𝑈𝑇𝑆 (kg/𝑚𝑚 ) 60,81 45,36

10
2.6 Analisis Data
1) Grafik Kelompok 17
a. Grafik besi polos
Titik 8 (maximum)
Titik 7 (40, 141) (66 , 143)

Titik 9 (fracture)
(71 , 131)

Titik 7 (50 ,
Titik 6 (20 , 127)
Titik 6 (30 , 124)

Titik 5 (20 , 116)


Titik 5 (yield)
(6 , 98) Titik 4 (yield)
(8 , 95)

Titik 4 (3 , 92) Titik 3 (5 , 91)

Titik 3 (2 , 72)

Titik 2 (1 , 70) Titik 2 (1 , 70)

Titik 1 (0 , 0) Titik 1 (0 , 0)

Gambar 2.13 Grafik besi polos kelompok 17


b. Grafik besi ulir
Titik 8 (maximum)
Titik 7 (40, 141) (66 , 143)
Titik 8 (maksimum)
Titik 9 (fracture) (80 , 132)
(71 , 131)
Titik 9 (fracture)
Titik 7 (50 , 130) (93 , 122)
Titik 6 (20 , 127)
Titik 6 (30 , 124)

Titik 5 (20 , 116)


k 5 (yield)
(6 , 98) Titik 4 (yield)
(8 , 95)

4 (3 , 92) Titik 3 (5 , 91)

2)

1 , 70) Titik 2 (1 , 70)

Titik 1 (0 , 0) Titik 1 (0 , 0)

Gambar 2.14 Grafik besi ulir kelompok 17


11
2) Grafik Kelompok 18
a. Grafik besi polos

Ti ti k 8 (maximum)
Ti ti k 7 (70 , 141)
Ti ti k 9 (failure)
(50 , 140)
Ti ti k 6 (79 , 125)
(30 , 133)
Ti ti k 7 (
Ti ti k 5
Ti ti k 6 (33 , 122)
(18 , 120)

Ti ti k 4 Ti ti k 5 (20 , 113)
(uppe r yi eld)
(8 , 96) Ti ti k 4 (upper yi eld)
(7 , 90)
Ti ti k 3
(Lowe r yi eld) Ti ti k 3 (l ower yi eld
(5 , 94) (5 , 88)

Ti ti k 2 Ti ti k 2
(1 , 40) ( 1 , 40)

Ti ti k 1
Ti ti k 1 (0 , 0)
(0 , 0)

Gambar 2.15 Grafik besi polos kelompok 18


b. Grafik besi ulir
Ti ti k 8 (maximum)
Ti ti k 8 (maximum)
Ti ti k 7 (70 , 141)
Ti ti k 9 (failure) (70, 129)
(50 , 140)
Ti ti k 6 (79 , 125)
(30 , 133)
Ti ti k 7 (52 , 128)
Ti ti k 9 (failure)
Ti ti k 5
Ti ti k 6 (33 , 122) (79 , 120)
(18 , 120)

ti k 4 Ti ti k 5 (20 , 113)
pper yi eld)
, 96) Ti ti k 4 (upper yi eld)
(7 , 90)

r yi eld) Ti ti k 3 (l ower yi eld


(5 , 88)

Ti ti k 2
( 1 , 40)

Ti ti k 1
1 (0 , 0)

Gambar 2.16 Grafik besi ulir kelompok 18

12
4) Analisa Data Kelompok 17
Tabel 2.3 Analisis data kelompok 17
Besi polos Besi Ulir
Luas area awal (A0) dan luas area akhir Luas area awal (A0) dan luas area akhir
(Af) (Af)
1 1
𝐴0 = 𝜋𝐷2 𝐴0 = 𝜋𝐷2
4 4
1 2 1
= × 3,14 × 9,75 = × 3,14 × 10,6 2
4 4
= 74,6 𝑚𝑚2 = 88,2 𝑚𝑚2
1 1
𝐴𝑓 = 𝜋𝐷2 𝐴𝑓 = 𝜋𝐷2
4 4
1 1
= × 3,14 × 5,22 = × 3,14 × 6,852
4 4
= 21,23 𝑚𝑚2 = 36,83 𝑚𝑚2

Pertambahan panjang ∆L Pertambahan panjang ∆L

𝐿0 = 102,75 mm 𝐿0 = 102,4 mm
𝐿𝑓 = 125,55 mm 𝐿𝑓 = 129,3 mm
∆L = 𝐿𝑓 − 𝐿0 ∆L = 𝐿𝑓 − 𝐿0
= 125,55 − 102,75 = 129,3 − 102,4
= 22,8 mm = 26,9 mm

Skala beban Skala beban


𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑚𝑎𝑥
P Skala = P Skala =
Σ𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 Σ𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
4300 4000
= =
143 132
= 30,0699 kg = 30,30 kg

Beban luluh (Py), maksimum (Pmax) Beban luluh (Py), maksimum (Pmax) dan
dan putus (Pf) putus (Pf)

𝑃𝑦 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑦 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎


= 98 × 30,0699 = 95 × 30,30
= 2946,85 𝑘𝑔 = 2878,8 𝑘𝑔

𝑃𝑚𝑎𝑥 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑚𝑎𝑥 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎


= 143 × 30,0699 = 132 × 30,30
= 4300 𝑘𝑔 = 4000 𝑘𝑔

𝑃𝑓 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑓 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎


= 131 × 30,0699 = 122 × 30,30
= 3939,16 𝑘𝑔 = 3697 𝑘𝑔

Tegangan luluh σy, tegangan maksimum Tegangan luluh σy, tegangan maksimum
σmax dan tegangan putus σf σmax dan tegangan putus σf

𝑃𝑦 𝑃𝑦
𝜎𝑦 = 𝜎𝑦 =
𝐴0 𝐴0
2946,89 2878,8
= =
74,6 88,2
= 39,50 kg/𝑚𝑚 2 = 32,64 kg/𝑚𝑚2
13
𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑚𝑎𝑥
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝜎𝑚𝑎𝑥 =
𝐴0 𝐴0
4300 4000
= =
74,6 88,2
2
= 57,64 kg/𝑚𝑚 = 45,35 kg/𝑚𝑚2
𝑃𝑓 𝑃𝑓
𝜎𝑓 = 𝜎𝑓 =
𝐴0 𝐴0
3939,16 3697
= =
74,6 88,2
2
= 52,80 kg/𝑚𝑚 = 41,92 kg/𝑚𝑚2

Skala pertambahan Panjang Skala pertambahan Panjang

∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 ∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
Skala ∆L = Skala ∆L =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
22,8 26,9
= =
71 93
= 0,3211 𝑚𝑚 = 0,289 𝑚𝑚

Pertambahan panjang luluh ∆Ly, Pertambahan panjang luluh ∆Ly,


maksimum ∆Lmax dan ∆Lf maksimum ∆Lmax dan ∆Lf

∆𝐿𝑦 = Σkotak × Skala ∆L ∆𝐿𝑦 = Σkotak × Skala ∆L


= 6 × 0,3211 = 8 × 0,289
= 1,93 mm = 2,31 mm

∆𝐿𝑚𝑎𝑥 = Σkotak × Skala ∆L ∆𝐿𝑚𝑎𝑥 = Σkotak × Skala ∆L


= 66 × 0,3211 = 80 × 0,289
= 21,19 mm = 23,14 mm

∆𝐿𝑓 = Σkotak × Skala ∆L ∆𝐿𝑓 = Σkotak × Skala ∆L


= 71 × 0,3211 = 93 × 0,289
= 22,8 mm = 26,9 mm

Regangan luluh εy, regangan Regangan luluh εy, regangan maksimum


maksimum εmax dan regangan putus εf εmax dan regangan putus εf

∆𝐿𝑦 ∆𝐿𝑦
𝜀𝑦 = 𝜀𝑦 =
𝐿0 𝐿0
1,93 2,31
= =
102,75 102,4
= 0,019 = 0,023

∆𝐿𝑚𝑎𝑥 ∆𝐿𝑚𝑎𝑥
𝜀𝑚𝑎𝑥 = 𝜀𝑚𝑎𝑥 =
𝐿0 𝐿0
21,19 23,14
= =
102,75 102,4
= 0,21 = 0,22

∆𝐿𝑓 ∆𝐿𝑓
𝜀𝑓 = 𝜀𝑓 =
𝐿0 𝐿0
22,8 26,9
= =
102,75 102,4
= 0,22 = 0,26

14
4) Analisa data kelompok 18
Tabel 2.4 Analisis data kelompok
Besi polos Besi Ulir
Luas area awal (A0) dan luas area akhir Luas area awal (A0) dan luas area akhir
(Af) (Af)
1 1
𝐴0 = 𝜋𝐷2 𝐴0 = 𝜋𝐷2
4 4
1 2 1
= × 3,14 × 9,5 = × 3,14 × 10,5 2
4 4
= 70,88 𝑚𝑚2 = 87,09 𝑚𝑚2
1 1
𝐴𝑓 = 𝜋𝐷2 𝐴𝑓 = 𝜋𝐷2
4 4
1 1
= × 3,14 × 7,12 = × 3,14 × 8,12
4 4
= 39,59 𝑚𝑚2 = 51,53 𝑚𝑚2

Pertambahan panjang ∆L Pertambahan panjang ∆L

𝐿0 = 100,6 mm 𝐿0 = 100,6 mm
𝐿𝑓 = 124,5 mm 𝐿𝑓 = 125,7mm
∆L = 𝐿𝑓 − 𝐿0 ∆L = 𝐿𝑓 − 𝐿0
= 124,5 − 100,6 = 125,7 − 100,6
= 23,9 mm = 25,1 mm

Skala beban Skala beban


𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑚𝑎𝑥
P Skala = P Skala =
Σ𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 Σ𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
4310 3950
= =
141 129
= 30,567 kg = 30,62 kg

Beban luluh (Py), maksimum (Pmax) Beban luluh (Py), maksimum (Pmax) dan
dan putus (Pf) putus (Pf)

𝑃𝑦 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑦 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎


= 96 × 30,567 = 90 × 30,62
= 2934,47 𝑘𝑔 = 2755,8 𝑘𝑔

𝑃𝑚𝑎𝑥 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑚𝑎𝑥 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎


= 141 × 30,567 = 129 × 30,62
= 4310 𝑘𝑔 = 3950 𝑘𝑔

𝑃𝑓 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑓 = Σ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 × 𝑃 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎


= 125 × 30,567 = 120 × 30,62
= 3820,93 𝑘𝑔 = 3674,6 𝑘𝑔

Tegangan luluh σy, tegangan maksimum Tegangan luluh σy, tegangan maksimum
σmax dan tegangan putus σf σmax dan tegangan putus σf
𝑃𝑦 𝑃𝑦
𝜎𝑦 = 𝜎𝑦 =
𝐴0 𝐴0
2934,47 2755,8
= =
78,88 87,09
2
= 40,40 kg/𝑚𝑚 = 31,65 kg/𝑚𝑚2
15
𝑃𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑚𝑎𝑥
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝜎𝑚𝑎𝑥 =
𝐴0 𝐴0
4310 3950
= =
70,88 87,09
2
= 60,81 kg/𝑚𝑚 = 45,36 kg/𝑚𝑚2
𝑃𝑓 𝑃𝑓
𝜎𝑓 = 𝜎𝑓 =
𝐴0 𝐴0
3820,93 3674,6
= =
70,88 87,09
2
= 53,91 kg/𝑚𝑚 = 42,20 kg/𝑚𝑚2

Skala pertambahan Panjang Skala pertambahan Panjang

∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 ∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
Skala ∆L = Skala ∆L =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
23,9 25,1
= =
79 79
= 0,3025 𝑚𝑚 = 0,3177 𝑚𝑚

Pertambahan panjang luluh ∆Ly, Pertambahan panjang luluh ∆Ly,


maksimum ∆Lmax dan ∆Lf maksimum ∆Lmax dan ∆Lf

∆𝐿𝑦 = Σkotak × Skala ∆L ∆𝐿𝑦 = Σkotak × Skala ∆L


= 8 × 0,3025 = 7 × 0,3177
= 2,42 mm = 2,22 mm

∆𝐿𝑚𝑎𝑥 = Σkotak × Skala ∆L ∆𝐿𝑚𝑎𝑥 = Σkotak × Skala ∆L


= 70 × 0,3025 = 70 × 0,3177
= 21,18 mm = 22,24 mm

∆𝐿𝑓 = Σkotak × Skala ∆L ∆𝐿𝑓 = Σkotak × Skala ∆L


= 79 × 0,3025 = 79 × 0,3177
= 23,9 mm = 25,1 mm

Regangan luluh εy, regangan Regangan luluh εy, regangan maksimum


maksimum εmax dan regangan putus εf εmax dan regangan putus εf

∆𝐿𝑦 ∆𝐿𝑦
𝜀𝑦 = 𝜀𝑦 =
𝐿0 𝐿0
2,42 2,22
= =
100,6 100,6
= 0,024 = 0,022
∆𝐿𝑚𝑎𝑥 ∆𝐿𝑚𝑎𝑥
𝜀𝑚𝑎𝑥 = 𝜀𝑚𝑎𝑥 =
𝐿0 𝐿0
21,18 22,24
= =
100,6 100,6
= 0,21 = 0,22

∆𝐿𝑓 ∆𝐿𝑓
𝜀𝑓 = 𝜀𝑓 =
𝐿0 𝐿0
23,9 25,1
= =
100,6 100,6
= 0,24 = 0,25

16
2.6.1 Analisis Perhitungan Besi Polos
1. Analisis besi polos kelompok 17
▪ Tegangan dan regangan
1. Tegangan
- Jumlah kotak ke beban maksimum = 143 kotak
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 4300
- Skala = = = 30,0699
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑘𝑒 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 143
- Perhitungan beban
Tabel 2.5 Perhitungan beban
Beban Jumlah Kotak Skala Hasil (kg)
1 0 30,0699 0,00
2 70 30,0699 2104,90
3 72 30,0699 2165,03
4 92 30,0699 2766,43
5 98 30,0699 2946,85
6 127 30,0699 3818,88
7 141 30,0699 4239,86
8 143 30,0699 4300,00
9 131 30,0699 3939,16
Contoh perhitungan:
Beban no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 70 × 30,0699 = 2104,9 kg

- Perhitungan tegangan
Tabel 2.6 Perhitungan tegangan
Tegangan Beban (kg) Luas A0 (mm²) Hasil (kg/mm²)
1 0,00 74,6 0,000
2 2104,90 74,6 28,216
3 2165,03 74,6 29,022
4 2766,43 74,6 37,084
5 2946,85 74,6 39,502
6 3818,88 74,6 51,191
7 4239,86 74,6 56,835
8 4300,00 74,6 57,641
9 3939,16 74,6 52,804
Contoh perhitungan:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 2104,9
Tegangan no. 2 = = = 28,216 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴0 74,6

2. Regangan
- Jumlah kotak = 71 kotak
∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑦𝑎 22,8
- Skala = = = 0,3211
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 71
- Perhitungan pertambahan Panjang

17
Tabel 2.7 Perhitungan pertambahan Panjang
∆L Jumlah Kotak Skala Hasil (mm)
1 0 0,3211 0,000
2 1 0,3211 0,321
3 2 0,3211 0,642
4 3 0,3211 0,963
5 6 0,3211 1,927
6 20 0,3211 6,423
7 40 0,3211 12,845
8 66 0,3211 21,194
9 71 0,3211 22,800
Contoh perhitungan:
∆L no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 1 × 0,3211 = 0,321 mm

- Perhitungan regangan
Tabel 2.8 Perhitungan regangan
Regangan ∆Lmax (mm) Panjang L0 (mm) Hasil
1 0,000 102,75 0,0000
2 0,321 102,75 0,0031
3 0,642 102,75 0,0063
4 0,963 102,75 0,0094
5 1,927 102,75 0,0188
6 6,423 102,75 0,0625
7 12,845 102,75 0,1250
8 21,194 102,75 0,2063
9 22,800 102,75 0,2219
Contoh perhitungan:
∆𝐿𝑚𝑎𝑥 0,321
Regangan no. 2 = = = 0,0031
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐿0 102,75

▪ Tabel Perhitungan Tegangan dan Regangan Besi Polos

Tabel 2.9 Perhitungan tegangan dan regangan besi polos


X Y Beban Perpanjangan Regangan Tegangan
Titik Keterangan
(mm) (mm) kg ∆L(mm) ε σ(kg/mm²)
1 0 0 0,00 0,00 0,000 0,0
2 1 70 2104,90 0,32 0,003 28,2 Proportional Area
3 2 72 2165,03 0,64 0,006 29,0
4 3 92 2766,43 0,96 0,009 37,1
5 6 98 2946,85 1,93 0,019 39,5
Yield Area
6 20 127 3818,88 6,42 0,063 51,2
7 40 141 4239,86 12,85 0,125 56,8
8 66 143 4300,00 21,19 0,206 57,6 Ultimate Area
9 71 131 3939,16 22,80 0,222 52,8 Breaking Point

18
▪ Grafik Hubungan P dan ∆L

Grafik Hubungan P dan ∆L


5000,0
4500,0
4000,0 7
6 8
3500,0
5 9

Beban (kg)
3000,0
3 4
2500,0
2000,0
1500,0
2
1000,0
500,0
0,0
1
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0
∆L (mm)

Gambar 2.17 Grafik hubungan P dan ∆L besi polos

▪ Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan

Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


70,0

60,0
6 7 8
Tegangan (kg/mm²)

50,0 5 9
40,0 3 4
30,0

20,0
2
10,0
1
0,0
0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3
Regangan

Gambar 2.18 Grafik hubungan tegangan dan regangan besi polos

2. Analisis besi polos kelompok 18


▪ Tegangan dan regangan
1. Tegangan
- Jumlah kotak ke beban maksimum = 141 kotak
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 4310
- Skala = = = 30,5674
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑘𝑒 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 141
- Perhitungan beban

19
Tabel 2.10 Perhitungan beban
Beban Jumlah Kotak Skala Hasil (kg)
1 0 30,5674 0,00
2 40 30,5674 1222,70
3 94 30,5674 2873,34
4 96 30,5674 2934,47
5 120 30,5674 3668,09
6 133 30,5674 4065,46
7 140 30,5674 4279,44
8 141 30,5674 4310,00
9 125 30,5674 3820,93
Contoh perhitungan:
Beban no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 40 × 30,5674 = 1222,70 kg

- Perhitungan tegangan
Tabel 2.11 Perhitungan tegangan
Tegangan Beban (kg) Luas A0 (mm²) Hasil (kg/mm²)
1 0,00 70,88 0,000
2 1222,70 70,88 17,250
3 2873,34 70,88 40,538
4 2934,47 70,88 41,401
5 3668,09 70,88 51,751
6 4065,46 70,88 57,357
7 4279,44 70,88 60,376
8 4310,00 70,88 60,807
9 3820,93 70,88 53,907
Contoh perhitungan:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 1262,696
Tegangan no. 2 = = = 17,250 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴0 70,88

2. Regangan
- Jumlah kotak = 79 kotak
∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑦𝑎 23,9
- Skala = = = 0,3025
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 79
- Perhitungan pertambahan panjang
Tabel 2.12 Perhitungan pertambahan panjang
∆L Jumlah Kotak Skala Hasil (mm)
1 0 0,3025 0,000
2 1 0,3025 0,303
3 5 0,3025 1,513
4 8 0,3025 2,420
5 18 0,3025 5,446
6 30 0,3025 9,076
7 50 0,3025 15,127
8 70 0,3025 21,177
9 79 0,3025 23,900
Contoh perhitungan:
∆L no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 1 × 0,3025 = 0,303 mm

20
- Perhitungan regangan
Tabel 2.13 Perhitungan regangan
Regangan ∆Lmax (mm) Panjang L0 (mm) Hasil
1 0,000 100,6 0,0000
2 0,303 100,6 0,0030
3 1,513 100,6 0,0150
4 2,420 100,6 0,0241
5 5,446 100,6 0,0541
6 9,076 100,6 0,0902
7 15,127 100,6 0,1504
8 21,177 100,6 0,2105
9 23,900 100,6 0,2376
Contoh perhitungan:
∆𝐿𝑚𝑎𝑥 0,303
Regangan no. 2 = = = 0,003
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐿0 100,6

▪ Tabel Perhitungan Tegangan dan Regangan Besi Polos

Tabel 2.14 Perhitungan tegangan dan regangan besi polos


X Y Beban Perpanjangan Regangan Tegangan
Titik Keterangan
(mm) (mm) kg ∆L(mm) ε σ(kg/mm²)
1 0 0 0,00 0,00 0,000 0,0
Proportional Area
2 1 40 1222,70 0,30 0,003 17,3
3 5 94 2873,34 1,51 0,015 40,5
4 8 96 2934,47 2,42 0,024 41,4
5 18 120 3668,09 5,45 0,054 51,8 Yield Area
6 30 133 4065,46 9,08 0,090 57,4
7 50 140 4279,44 15,13 0,150 60,4
8 70 141 4310,00 21,18 0,211 60,8 Ultimate Area
9 79 125 3820,93 23,90 0,238 53,9 Breaking Point

▪ Grafik Hubungan P dan ∆L

Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


70,0

60,0
7 8
6
Tegangan (kg/mm²)

50,0
5 9
40,0 3 4
30,0

20,0
2
10,0

0,0
1
0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3
Regangan

Gambar 2.19 Grafik hubungan P dan ∆L besi polos

21
▪ Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan

Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


70,0

60,0
6 7 8
Tegangan (kg/mm²) 50,0 1 9
5
40,0 3 4
30,0

20,0
2
10,0

0,0 1
0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3
Regangan

Gambar 2.20 Grafik hubungan tegangan dan regangan besi polos

Kesimpulan:
Dari analisis perhitungan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 17 diperoleh tegangan
leleh sebesar 39,50 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 57,64 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 52,80 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 18 diperoleh tegangan
leleh sebesar 41,40 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 60,80 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 50,91 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 17 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,019, regangan maksimum sebesar 0,21 dan regangan putus sebesar
0,22
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 18 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,024, regangan maksimum sebesar 0,21 dan regangan putus sebesar
0,24

2.6.1 Analisis Perhitungan Besi Ulir


1. Analisis besi ulir kelompok 17
▪ Tegangan dan regangan
1. Tegangan
- Jumlah kotak ke beban maksimum = 129 kotak
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 4000
- Skala = = = 30,30
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑘𝑒 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 132
- Perhitungan beban

22
Tabel 2.15 Perhitungan beban
Beban Jumlah Kotak Skala Hasil (kg)
1 0 30,30 0,0
2 70 30,30 2121,2
3 91 30,30 2757,6
4 95 30,30 2878,8
5 116 30,30 3515,2
6 124 30,30 3757,6
7 130 30,30 3939,4
8 132 30,30 4000,0
9 122 30,30 3697,0
Contoh perhitungan:
Beban no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 70 × 30,30 = 2121,2 kg

- Perhitungan tegangan
Tabel 2.16 Perhitungan tegangan
Tegangan Beban (kg) Luas A0 (mm²) Hasil (kg/mm²)
1 0,0 88,2 0,000
2 2121,2 88,2 24,050
3 2757,6 88,2 31,265
4 2878,8 88,2 32,639
5 3515,2 88,2 39,854
6 3757,6 88,2 42,603
7 3939,4 88,2 44,664
8 4000,0 88,2 45,351
9 3697,0 88,2 41,916
Contoh perhitungan:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 2121,2
Tegangan no. 2 = = = 24,050 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴0 88,2

2. Regangan
- Jumlah kotak = 93 kotak
∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑦𝑎 26,9
- Skala = = = 0,2892
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 93
- Perhitungan pertambahan Panjang

Tabel 2.17 Perhitungan pertambahan panjang


∆L Jumlah Kotak Skala Hasil (mm)
1 0 0,2892 0,000
2 1 0,2892 0,289
3 5 0,2892 1,446
4 8 0,2892 2,314
5 20 0,2892 5,785
6 30 0,2892 8,677
7 50 0,2892 14,462
8 80 0,2892 23,140
9 93 0,2892 26,900

23
Contoh perhitungan:
∆L no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 1 × 0,2892 = 0,289 mm
- Perhitungan regangan
Tabel 2.18 Perhitungan regangan
Regangan ∆Lmax (mm) Panjang L0 (mm) Hasil
1 0,000 102,4 0,000
2 0,289 102,4 0,003
3 1,446 102,4 0,014
4 2,314 102,4 0,023
5 5,785 102,4 0,056
6 8,677 102,4 0,085
7 14,462 102,4 0,141
8 23,140 102,4 0,226
9 26,900 102,4 0,263
Contoh perhitungan:
∆𝐿𝑚𝑎𝑥 0,289
Regangan no. 2 = = = 0,003
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐿0 102,4

▪ Tabel Rerhitungan Tegangan dan Regangan Besi Ulir

Tabel 2.19 Perhitungan tegangan dan regangan besi ulir


X Y Beban Perpanjangan Regangan Tegangan
Titik Keterangan
(mm) (mm) kg ∆L(mm) ε σ(kg/mm²)
1 0 0 0,00 0,00 0,00 0,0
Proportional Area
2 1 70 2121,21 0,29 0,00 24,1
3 5 91 2757,58 1,45 0,01 31,3
4 8 95 2878,79 2,31 0,02 32,6
5 20 116 3515,15 5,78 0,06 39,9 Yield Area
6 30 124 3757,58 8,68 0,08 42,6
7 50 130 3939,39 14,46 0,14 44,7
8 80 132 4000,00 23,14 0,23 45,4 Ultimate Area
9 93 122 3696,97 26,90 0,26 41,9 Breaking Point

▪ Grafik Hubungan P dan ∆L

Grafik Hubungan P dan ∆L


4500,0
4000,0
7 8
3500,0 6 9
5
3000,0
3
Beban (kg)

2500,0
4
2000,0 2
1500,0
1000,0
500,0
1
0,0
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0
∆L (mm)

Gambar 2.21 Grafik ubungan P dan ∆L besi ulir


24
▪ Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
50,0
45,0
40,0 6 7 8
5 9
Tegangan (kg/mm²) 35,0
30,0 3 4
25,0
20,0 2
15,0
10,0
5,0 1
0,0
0,0 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3
Regangan

Gambar 2.22 Grafik hubungan tegangan dan regangan besi ulir

2. Analisis besi ulir kelompok 18


▪ Tegangan dan regangan
1. Tegangan
- Jumlah kotak ke beban maksimum = 129 kotak
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 3950
- Skala = = = 30,620
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑘𝑒 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 129
- Perhitungan beban
Tabel 2.20 Perhitungan pertambahan panjang
Beban Jumlah Kotak Skala Hasil (kg)
1 0 30,62 0,0
2 40 30,62 1224,8
3 88 30,62 2694,6
4 90 30,62 2755,8
5 113 30,62 3460,1
6 122 30,62 3735,6
7 128 30,62 3919,4
8 129 30,62 3950,0
9 120 30,62 3674,4
Contoh perhitungan:
Beban no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 40 × 30,620 = 1224,8 kg

25
- Perhitungan tegangan
Tabel 2.21 Perhitungan tegangan
Tegangan Beban (kg) Luas A0 (mm²) Hasil (kg/mm²)
1 0,0 87,08 0,000
2 1224,8 87,08 14,065
3 2694,6 87,08 30,944
4 2755,8 87,08 31,647
5 3460,1 87,08 39,734
6 3735,6 87,08 42,899
7 3919,4 87,08 45,009
8 3950,0 87,08 45,360
9 3674,4 87,08 42,196
Contoh perhitungan:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 1224,8
Tegangan no. 2 = = = 14,065 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴0 87,08

2. Regangan
- Jumlah kotak = 79 kotak
∆𝐿 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑦𝑎 25,1
- Skala = = = 0,3177
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 79
- Perhitungan pertambahan Panjang
Tabel 2.22 Perhitungan pertambahan panjang
∆L Jumlah Kotak Skala Hasil (mm)
1 0 0,3177 0,000
2 1 0,3177 0,318
3 5 0,3177 1,589
4 7 0,3177 2,224
5 20 0,3177 6,354
6 33 0,3177 10,485
7 52 0,3177 16,522
8 70 0,3177 22,241
9 79 0,3177 25,100
Contoh perhitungan:
∆L no. 2 = Jumlah kotak × Skala = 1 × 0,3177 = 0,318 mm

- Perhitungan regangan
Tabel 2.23 Perhitungan regangan
Regangan ∆Lmax (mm) Panjang L0 (mm) Hasil
1 0,000 100,6 0,000
2 0,318 100,6 0,003
3 1,589 100,6 0,016
4 2,224 100,6 0,022
5 6,354 100,6 0,063
6 10,485 100,6 0,104
7 16,522 100,6 0,164
8 22,241 100,6 0,221
9 25,100 100,6 0,250

26
Contoh perhitungan:
∆𝐿𝑚𝑎𝑥 0,318
Regangan no. 2 = = = 0,003
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐿0 100,6

▪ Tabel Perhitungan Tegangan dan Regangan Besi Ulir

Tabel 2.24 Perhitungan tegangan dan regangan besi ulir


X Y Beban Perpanjangan Regangan Tegangan
Titik Keterangan
(mm) (mm) kg ∆L(mm) ε σ(kg/mm²)
1 0 0 0,00 0,00 0,000 0,0
Proportional Area
2 1 40 1224,80 0,32 0,003 14,1
3 5 88 2694,56 1,59 0,016 30,9
4 7 90 2755,80 2,22 0,022 31,6
5 20 113 3460,06 6,35 0,063 39,7 Yield Area
6 33 122 3735,64 10,48 0,104 42,9
7 52 128 3919,36 16,52 0,164 45,0
8 70 129 3949,98 22,24 0,221 45,4 Ultimate Area
9 79 120 3674,40 25,10 0,250 42,2 Breaking Point

▪ Grafik Hubungan P dan ∆L


Grafik Hubungan P dan ∆L
4500,0
4000,0
3500,0 6 7 8 9
3000,0
5
Beban (kg)

2500,0
3 4
2000,0
1500,0
2
1000,0
500,0
0,0
1
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0
∆L (mm)

Gambar 2.23 Grafik ubungan P dan ∆L besi ulir

▪ Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan


Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
50,00
45,00
7 8
40,00
5 6
9
Tegangan (kg/mm²)

35,00
30,00 3 4
25,00
20,00
15,00 2
10,00
5,00
0,00
1
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
Regangan

27
Gambar 2.24 Grafik hubungan tegangan dan regangan besi ulir

Kesimpulan:
Dari analisis perhitungan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 17 diperoleh tegangan
leleh sebesar 32,64 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 45,35 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 41,92 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 18 diperoleh tegangan
leleh sebesar 31,65 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 45,36 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 42,20 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 17 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,023, regangan maksimum sebesar 0,23 dan regangan putus sebesar
0,26
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 18 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,022, regangan maksimum sebesar 0,22 dan regangan putus sebesar
0,25

28
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari tujuan awal untuk menentukan pertahanan dan perlawanan dari logam terhadap
pemutusan hubungan akibar tarik satu arah maka dari hasil pengujian terhadap logam yaitu
besi maka dapat disimpulkan bahwa:
➢ Baja ulir memiliki sifat yang kuat dan ductile, halini dapat dilihat dari cepatnya besi
tersebut patah ketika sudah mencapai ultimate strenght yang bernilai sangat besar
tetapi memiliki daerah kurva yang panjang sebelum mendapatkan beban maksimum
(UTS), sedangkan;
➢ Besi polos termasuk ulet dilihat dari peristiwa necking dengan pemuluran yang
cukup panjnag setelah UTS dan sebelum patah, lalu;
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 17 diperoleh tegangan
leleh sebesar 39,50 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 57,64 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 52,80 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 18 diperoleh tegangan
leleh sebesar 41,40 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 60,80 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 50,91 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 17 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,019, regangan maksimum sebesar 0,21 dan regangan putus sebesar
0,22
➢ Pada perhitungan besi polos menggunakan data kelompok 18 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,024, regangan maksimum sebesar 0,21 dan regangan putus sebesar
0,24
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 17 diperoleh tegangan
leleh sebesar 32,64 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 45,35 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 41,92 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 18 diperoleh tegangan
leleh sebesar 31,65 kg/mm², tegangan maksimum sebesar 45,36 kg/mm² dan
tegangan putus sebesar 42,20 kg/mm²
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 17 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,023, regangan maksimum sebesar 0,23 dan regangan putus sebesar
0,26
➢ Pada perhitungan besi ulir menggunakan data kelompok 18 diperoleh regangan
leleh sebesar 0,022, regangan maksimum sebesar 0,22 dan regangan putus sebesar
0,25

2. Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, disarankan :
➢ Sebelum dilakukan pengujian sebaiknya alat-alat yang digunakan dilakukan
pengecekan terlebih dahulu, agar apabila terdapat alat yang rusak dapat segera
diperbaiki dan pengujian dapat dilakukan lebih maksimal;
➢ Penggunaan alat yang tepat dan efisien untuk marking benda yang uji;
➢ Disarankan kepada mahasiswa yang akan melakukan praktikum, sebaiknya datang
30 menit sebelum praktikum dimulai.

29
DAFTAR PUSTAKA

➢ Laporan Praktikum Pengujian Mekanik pengujian Tarik (Tensile test) - Material-is-me


(widimaterial.blogspot.com). Diakses pada 11 November 2022

➢ (PDF) LAPORAN PRAKTIKUM UJI TARIK | Danur Sawawa - Academia.edu.Diakses


pada11 November 2022
➢ http://articontohnya.blogspot.com/2012/11/tegangan-pada-baja.html. Diakses pada 26
November 2022
➢ https://ihategreenjello.com/grafik-tegangan-leleh-yield-stress/. Diakses pada 26
November 2022
➢ https://www.etsworlds.id/2020/01/kurva-tegangan-regangan-stress-strain.html. Diakses
pada 26 November 2022
➢ Febrian, D. (2021). Evaluasi mutu dan kekuatan baja tulangan beton menggunakan metode uji
tarik sesuai SNI 2052: 2017: baja tulangan beton.
➢ Nasional, B. S. (2017). SNI 2052: 2017 baja tulangan beton. Jakarta: Dewan Standarisasi
Indonesia.

30
LAMPIRAN

1. Tabel Data Hasil Pengujian Tarik


Kelompok 17

31
Kelompok 18

32
2. Grafik Hasil Pengujian Tarik
Kelompok 17

Kelompok 18

33

Anda mungkin juga menyukai