Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbedabeda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan
manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan
mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukug. Salah satunya
adalah penerangan yang baik. Di beberapa tempat kerja telah membuktikan bahwa
penerangan memberikan dampak positif seperti peningkatan produksi yang
maksimal, tersedianya barang dan jasa, serta perluasan lingkungan kerja.
Laboratorium adalah salah satu tempat kerja yang digunakan untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan seperti riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah yang dilakukan secara terkendali. Laboratorium
ini tentu membutuhkan penerangan yang baik, agar kegiatan yang dilakukan
didalamnya dapat berjalan lancar.
Penerangan yang baik yaitu penerangan yang memungkinkan kita dapat
melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu,
berikut hal-hal yang menentukan penerangan yang baik, Pembagian luminensi dalam
lapangan penglihatan, Pencegahan kesilauan, Panas penerangan terhadap keadaan
lingkungan, Arah sinar dan Warna.
Penerangan yang buruk yaitu penerangan dimana kita kurang dapat melihat
objek yang dikerjakan secara tidak jelas dan memungkinkan dibantu oleh alat Bantu
penglihatan. Pengaruh yang mengakibatkan penerangan yang buruk, Kelelahan
mata,Kelelahan mental,Kerusakan alat penglihatan, Keluhan pegal disekitar mata dan
Bertambahnya kecelakaan.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara pada
penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja
rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakaan kerja meningkat. Tingkat
pencahayaan dapat diukur dengan menggunakan alat Lux Meter. Lux meter
merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya cahaya
yang terdapat pada suatu ruangan atau tempat tertentu.

1.2. Tujuan
Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah:

a. Mengetahui cara pengukuran pencahayaan alami dan buatan.


b. Mengoperasikan alat pengukur pencahayaan.
c. Mengevaluasi jalur masuk cahaya alami sehingga pencahayaan memenuhi
standar.
d. Menentukan jumlah lampu dan jumlah titik lampu yang dibutuhkan agar
pencahayaan buatan memenuhi standar.
1.3. Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari praktikum ini adalah:
a. Dapat mengetahui hasil pengukuran pencahayaan alami.
b. Dapat mengenal dan mengetahui alat pengukur pencahayaan.
c. Dapat mengetahui cara mengoperasikan alat pencahayaan.
d. Dapat menganalisa dan mengevluasi penchayaan alami dan buatan agar sesuai
standar.

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada:
Pukul
: 08.40 10.20
Hari/tanggal : Senin/25 Mei 2015
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Bagian K3
2.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah:
a. Meteran
b. Lampu hemat energi
c. Lux meter
2.3. Sampling
Sampling yang digunakan dalam praktikum ini adalah ruanga Laboratorium Terpadu
FKM Undip.
2.4. Metode
Cahaya tampak adalah merupakan energi yang berbentuk gelombang
elektromegnetik yang panjang gelombangnya 400 nano meter -800 nano meter.
Cahaya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-sehari, bak oleh manusia, hewan
ataupun tumbuhan. Salah satu sifat cahaya yaitu bergerak lurus ke semua arah. Hal
ini terbukti ketika sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru dalam sebuah
ruangan gelap. Apabila cahaya terhalang, maka terjadi bayangan yang disebabkan
cahaya bergerak lurus dan tidak dapat berbelok. Dalam kehidupan sehari-hari cahaya
dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, tanpa cahaya manusia tidak akan bisa
berbuat apa-apa. Terlebih lagi ketika berada didalam ruangan, peran cahaya sangat
berpengaruh pada penglihatan manusia.
Kuat maupun lemahnya intensitas cahaya berpengaruh pada akomodasi mata
yang dikenai cahaya tersebut. Bagian mata yang tanggap kebutaan, kesemua itu
berhubungan dengan tingkat intensitas cahaya yang sampai kemata (J.F Gabriel
1996: 156-158)
Luxmeter merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Hasil
pengukuran disaji-kan dalam format digital. Komponen alat meliputi rangka, sebuah
sensor dengan sel foto dan layar panel.
Sensor diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya
menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik.

Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel maka arus yang dihasilkannyapun
semakin besar. Sensor yang digunakan adalah photo diode. Sensor ini termasuk jenis
sensor cahaya atau optic yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu.
Selanjutnya hasil pengukuran ditampilkan pada layar panel.
Berbagai jenis cahaya yang masuk pada lux meter baik itu cahaya alami
atapun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna
yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda, dan panjang gelombang
yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan hasil yang
ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang
ditangkap oleh sensor photo diode. Pembacaan hasil pada Luxmeter dibaca pada
layar panel LCD (liquid crystal digital) yang format pembacaannya pun memakai
format digital. Format digital sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8
yang terputus-putus. LCD memiliki karakteristik yaitu menggunakan molekul
asimetrik dalam cairan organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan
listrik eksternal.
2.5. Pengolahan Data
Pengukuran Pencahayaan Alami
1. Siapkan alat pencatat dan lux meter.
2. Ruangan dibagi menjadi grid (kotak) berukuran 90 90 cm kemudian diberi
tanda (x) di setiap perpotongan grid
3. Mengukur intensitas cahaya tepat di atas tanda (x) pada ketinggian 1,2
meter. Posisi badan berada satu jangkauan dari titik ukur dan tidak
menghalangi sumber cahaya.
4. Catat intensitas cahaya pada seluruh titik ukur kemudian hitung rata-ratanya.
5. Tekan tombol power lux meter sampai menunjukkan angka nol jika angka
belum menunjukan angka nol tekan zero.
6. Buka fotosel kemudian tekan record (tanda mulai)
7. Lakukan fotosel sejajar dengan bahu sampai muncul tulisan Rec
8. Kita hitung 10 detik pada setiap titik kemudian pindah ke titik berikutnya
sampai titik terakhir.
9. Tekan recall secara otomatis akan menunjukkan angka max, min dan average
tingkat pencahayaannya ruangan tersebut dan catat hasilnya.
10. Setelah selesai melakukan pengukuran, matikan lux meter dengan menekan
power.
Pengukuran Pencahayaan Buatan

1. Ukur panjang dan lebar ruangan.


2. Tentukan standar pencahyaaan rungan yang diukur.
3. Tentukan lampu hemat energi yang akan digunakan lengkap dengan watt
lampu, lumen, koefisien penggunaan, dan koefisien kebersihan ruangan.
4. Hitung kebutuhan titik atau jumlah lampu dengan rumus.
2.6. Analisa Data
Dalam menganalisa data yang diperoleh untuk pencahayaan alami menggunakan SNI
03-2396-1991 tentang Tata cara perancangan pencahayaan alami siang hari untuk
rumah dan gedung.
Tabel 2.1 Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (SNI 03-2396-1991)

Sedangkan dalam menganalisa data yang diperoleh untuk pencahayaan buatan


menggunakan SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan Pada Bangunan Gedung.
Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (SNI 03-2396-2001)
Fungsi ruangan
Rumah Tinggal :
Teras
Ruang tamu
Ruang makan
Ruang kerja
Kamar tidur
Kamar mandi
Dapur
Garasi
Perkantoran :
Ruang Direktur
Ruang kerja
Ruang komputer
Ruang rapat
Ruang gambar

Tingkat

Kelompok

Pencahayaan

renderasi

(lux)

warna

60
120~250
120~250
120~250
120~250
250
250
60

1 atau 2
1 atau 2
1 atau 2
1
1 atau 2
1 atau 2
1 atau 2
3 atau 4

350
350
350
300
750

1 atau 2
1 atau 2
1 atau 2
1 atau 2
1 atau 2

Keterangan

Gunakan

pencahayaan

setempat

pada meja

gambar.
Gudang arsip
Ruang arsip aktif.
Lembaga Pendidikan :
Ruang kelas
Perpustakaan
Laboratorium
Ruang gambar

150
300

3 atau 4
1 atau 2

250
300
500

1 atau 2
1 atau 2
1

750

1 atau 2

Gunakan

pencahayaan

setempat

pada meja

gambar.
Kantin
Hotel dan Restauran :

200

1
Pencahayaan pada bidang
vertikal sangat penting

Lobby, koridor

100

untuk

menciptakan

suasana/kesan
yang baik.
Sistem

ruang

pencahayaan

harus di rancang untuk


menciptakan
yang
Ballroom/ruang sidang.

200

suasana

sesuai.

Sistem

pengendalian switching
dan

dimming

digunakan
memperoleh

dapat
untuk

berbagai

efek pencahayaan.
Ruang makan.
Cafetaria.

250
250

1
1
Diperlukan

Kamar tidur.

150

1 atau 2

Dapur.
Rumah Sakit/

300

250

1 atau 2

lampu

tambahan pada bagian


kepala tempat tidur dan
cermin

Balai pengobatan:
Ruang rawat inap.
Ruang

operasi,

ruang 300

Gunakan

pencahayaan

setempat

bersalin.

pada tempat

yang diperlukan.

Laboratorium
Ruang
rekreasi

dan

rehabilitasi.
Pertokoan/

500

1 atau 2

250

Ruang pamer:

Ruang

pamer

Tingkat pencahayaan ini

dengan

harus

obyek
berukuran

besar 500

(misalnya

Pasar Swalayan.

500

1 atau 2

beberapa produk tingkat

250

1 atau 2

50
100
100~200
200~500
500~1000
1000~2000
750

3
3
2 atau 3
1 atau 2
1
1
1

1
1
1
1

Toko alat listrik (TV,

lain-lain).
Industri (Umum):
Ruang Parkir
Gudang
Pekerjaan kasar.
Pekerjaan sedang
Pekerjaan halus
Pekerjaan amat halus
Pemeriksaan warna.
Rumah ibadah:

lantai. Untuk

vertikal juga penting.

Toko kue dan makanan.


250
Toko buku dan alat
300
tulis/gambar.
Toko perhiasan, arloji.
500
Toko Barang kulit dan
500
sepatu.
Toko pakaian.
500

dan

pada

pencahayaan pada bidang

mobil).

Radio/tape, mesin cuci,

di-penuhi

Pencahayaan pada bidang


vertical pada rak barang.

Untuk

tempat-tempat

yang mem
Mesjid

200

1 atau 2

tingkat

200
200

1 atau 2
1 atau 2

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

pencahayaan

yang lebih tinggi dapat


digunakan

Gereja
Vihara

butuhkan

setempat.
Idem
idem

pencahayaan

3.1 Hasil
3.1.1

Hasil Pengukuran Pencahayaan Alami


a. Jendela
Panjang jendela
= 2,27 m
Lebar jendela
= 1,63 m
Tinggi sisi atas jendela dari lantai = 2,63 m
Tinggi sisi bawah jendela dari lantai = 1 m
Luas jendela
= panjang x lebar
= 2,27 x 1,63
= 3,7 m2
Jumlah jendela
= 3 buah
Total luas jendela = 3,7 m2 x 3 = 11,1 m2
b. Ruangan
8,35 m

2,99 m

B
14,1 m

6,05 m

11,34 m
Luas A

= Panjang A x Lebar A
= 6,05 x 2,99
= 18,09 m2

Luas B

= Panjang B x Lebar B
= 14,1 x 8,35
= 117,735 m2
Total luas ruangan = 18,09 + 117,735 = 135,825 m2
Perbandingan luas jendela dan luas ruangan
= 11,1 m2 : 135,825 m2
= 1 : 12,2
= 1: 12
Jadi perbandingan luas dan luas ruangan adalah 1 : 12
c. Pencahayaan umum/alami
Pengukuran pencahayaan alami dilakukan mulai dari dekat jendela, maju tiap 1m
ke arah tengah ruangan hingga maksimal 2 kali tinggi jendela dari lantai. Tinggi
jendela dari lantai adalah 2,63m, sehingga pengukuran dilakukan dengan cara

maju tiap 1 m ke tengah maksimal = 2 x 2,63 = 5,26 m di 18 titik pengukuran


dengan jarak ukur 1x1 meter.
Jendela 1 terletak di bagian kanan.
Jarak dekat jendela 1 = 820 lux
1 m dari jendela 1
= 280 lux
2 m dari jendela 1
= 105 lux
3 m dari jendela 1
= 55 lux
4 m dari jendela 1
= 42 lux
5 m dari jendela 1
= 21 lux
Jendela 2 terletak di bagian tengah.
Jarak dekat jendela 2 = 954 lux
1 m dari jendela 2
= 148 lux
2 m dari jendela 2
= 105 lux
3 m dari jendela 2
= 70,5 lux
4 m dari jendela 2
= 24,1 lux
5 m dari jendela 2
= 26,8 lux
Jendela 3 terletak di bagian kiri.
Jarak dekat jendela 3 = 799 lux
1 m dari jendela 3
= 178 lux
2 m dari jendela 3
= 85 lux
3 m dari jendela 3
= 29,3 lux
4 m dari jendela 3
= 14,0 lux
5 m dari jendela 3
= 17,2 lux
d. Rata-rata Pencahayaan Alami

Xtotal =
Xtotal = 209,67 lux

3.1.2

Hasil Pengukuran Pencahayaan Buatan


a. Ruangan
8,35 m

2,99 m

14,1 m

6,05 m

11,34 m
= Panjang A x Lebar A
= 6,05 x 2,99
= 18,09 m2
Luas B
= Panjang B x Lebar B
= 14,1 x 8,35
= 117,735 m2
Total ruangan = 18,09 + 117,735 = 135,825 m2
Luas A

b. Lampu
A = 135,825 m2
E = 500 lux
W= 60 W
Lm/w = 56 Lm/w
LLF= Faktor kehilangan cahaya (ruangan ber-AC)
= 0,8
CU = 80 % (Efisinesi penggunaan)
n=1
F = Total lumen lampu
= Daya lampu x luminous efficacy lamp
= W x Lm/w
= 60 x 56
= 3360 lumen
N=

Ex A
F x LLF x CU x n

N=

500 x 135,825
3360 x 0,8 x 80% x 1

N = 31,58
N = 32 titik lampu.
Jadi titik lampu yang dibutuhkan untuk satu ruangan ini adalah sebanyak 32 titik
lampu.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pencahayaan Alami

Hasil pengukuran pencahayaan alami yang dilakukan di Laboraturium


Terpadu menunjukan intensitas 820 lux, 280 lux, 105 lux, 55 lux, 42 lux, 21 lux,
954 lux, 148 lux, 105 lux, 70,5 lux, 24,1 lux, 26,8 lux, 799 lux, 178 lux, 85,2 lux,
29,3 lux, 14,0 lux, 17,2 lux dengan nilai rata-rata intensitas pencahayaan alami
adalah 209,67 lux.
Dalam P.M.P No. 7 tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan
serta Penerangan dalam Tempat Kerja, terdapat ketentuan-ketentuan tingkat
penerangan pada suatu tempat kerja tergantung dari jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Tabel 3.1 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaam

Menyisihkan

Tidak teliti

Tingkat Penerangan yang

Contoh pekerjaan

dibutuhkan (Lux)
barang-

50

Agak teliti

barang yang besar


Menjahit textile

Teliti

Membaca, menulis

300

Pemasangan

700-1000

Sangat teliti
(PMP, 1964)

100

Tabel 3.2 Intensitas Cahaya Di Ruang Kerja


Jenis pekerjaam

Tingkat pencahayaan
(Lux)

Pekerjaan

kasar

tidak

terus 100

menerus

Pekerjaan

Keterangan
Ruang penyimpanan
peralatan/instansi
melakukan

dan
yang

pekerjaan

kontinyu
kasar

terus menerus

200

Pekerjaan dengan mesin dan


peralatan kasar
Ruang administras, ruang

Pekerjaan rutin

Pekerjaan

agak

halus
Pekerjaan halus

300

control pekerjaan mesin dan


perakitan serta penyusunan.
Pembuatan
gambar,

500

pemeriksaan

1000

dengan mesin.
Pemilihan

pekerjaan
warna,

pemprosesan
pekerjaan

Pekerjaan

amat

halus

Pekerjaan rinci

bayangan
3000

mesin

dan

perakitan
Menyulam dengan tangan,

1500
Tidak

tekstil,

menimbulkan

pemeriksaan
mesin,

pekerjaan

perakitan

halus
Pemeriksaan

sangat

pekerjaan

perakitan sangat halus

(Menkes, 2002)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tersebut, ruang
Laboratorium Terpadu FKM UNDIP membutuhkan intensitas cahaya untuk jenis
pekerjaan yang teliti seperti membaca, menulis, dan menganalisa yaitu sebesar
300 Lux. Oleh karena itu, hasil pengukuran penerangan yang ada masih belum
memenuhi standard yang baik untuk penerangan dengan pencahayaan alami
ataupun pencahayaan buatan, karena nilai range maksimal tertingi yaitu 206,67
3.2.2

lux.
Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya


selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit
dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Penerangan / pencahayaan buatan adalah suatu penerangan yang dibuat / disain oleh
manusia. Seperti lilin, lampu, obor, senter dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan
hasil penerangan / pencahayaan yang baik dan merata, kita harus dipertimbangkan
iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran lampu, jenis dan jarak penempatan lampu
yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam suatu ruangan atau fungsi ruang
tersebut.
Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang dipengaruhi
oleh benyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan / fungsi ruang, warna dinding,
type armature yang akan digunakan, dan masih banyak lagi. Pencahayaan pada gudang
di rumah kita, akan berbeda dengan pencahayaan pada ruang tamu atau kamar tidur. Ini
dikarenakan fungsi dari ruang tersebut dan berdasarkan tingkat kegiatan yang akan
dilakukan pada ruang tersebut.
Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun
yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:

Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta


terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman
Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata
tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
Jumlah lampu pada suatu ruang ditentukan / dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :
N=

Ex LxW
F x LLF x CU x n

Dimana :
N

= jumlah titik lampu

= Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)

= Panjang Ruang(Meter)

= Lebar Ruang (Meter)

= Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux

LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)


CU

= coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)

= Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu

KUAT PENERANGAN (E)


Perkantoran
Apartemen / Rumah
Hotel
Rumah sakit / Sekolah
Basement / Toilet / Coridor / Hall / Gudang
Lobby
Restaurant / Store / Toko
= W x L/w
Dimana :
W = daya lampu,

=
=
=
=
/=

200 - 500 Lux


100 - 250 Lux
200 - 400 Lux
200 - 800 Lux
100 - 200 Lux

200 - 500 Lux

L/w= Luminous Efficacy Lamp / Lumen per watt (dapat dilihat pada box lampu yang
kita beli).
Berdasarkan penghitungan hasil praktikum cahaya buatan untuk mengukur
kebutuhan lampu pada ruangan laboratorium terpadu yang memiliki luas ruangan
135,825 m2 yang akan dipasang lampu Phillips 60 W dengan type ESSENTIAL 60W
CDL E27 220-240V, E = 500 lux, W= 60 W, Lm/w = 56 Lm/w memerlukan paling tidak
32 titik lampu. Apabila hasil dari perhitungan diatas dirasa terlalu terang atau kurang
terang, kita dapat menyiasati dengan mengganti lampu dengan watt yang lebih tinggi
atau lebih rendah. Hasil penghitungan tersebut juga dipengaruhi LLF= Faktor
kehilangan cahaya (ruangan ber-AC) = 0,8 dan CU= 80 % (Efisinesi penggunaan) yang
dilihat dari karakteristik ruangan tersebut.

BAB V
SIMPULAN
Pengukuran pencahayaan diukur dengan menggunakan alat lux meter. Pengukuran
dilakukan di Laboratorium Terpadu FKM UNDIP. Data hasil pengukuran intensitas
penerangan dalam ruangan Laboratorium Terpadu menunjukkan bahwa pencahayaan
alami sebesar 206,67 lux. Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964
tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja,
ruang Laboratorium Terpadu FKM UNDIP membutuhkan intensitas cahaya untuk jenis
pekerjaan yang teliti seperti membaca, menulis, dan menganalisa yaitu sebesar 300 Lux.
Nilai pencahayaan alami ruang Laboratorium Terpadu masih belum memenuhi standar,
dikarenakan masih < 300 lux.
Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan

alami

atau

saat

pencahayaan

alami

tidak

mencukupi.

Penerangan / pencahayaan buatan adalah suatu penerangan yang dibuat / disain oleh
manusia. Berdasarkan penghitungan hasil praktikum cahaya buatan untuk mengukur
kebutuhan lampu pada ruangan laboratorium terpadu yang memiliki luas ruangan

135,825 m2 yang akan dipasang lampu Phillips 60 W dengan type ESSENTIAL 60W
CDL E27 220-240V, E = 500 lux, W= 60 W, Lm/w = 56 Lm/w memerlukan paling tidak
32 titik lampu.

DAFTAR PUSTAKA
1. SNI 03-2396-1991 tentang Tata cara perancangan pencahayaan alami siang hari
untuk rumah dan gedung.
2. SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada
Bangunan Gedung.
3. Gabriel. J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
4. C, Darmasetiawan dan Puspakesuma L. 1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak
Lampu. Jakarta: Gramedia.

5. Kristanto, Luciana. 2001. Penelitian Terhadap Kuat Penerangan, Hubungannya


dengan Angka Reflektansi Warna Dinding Studi Kasus Ruang Kelas Unika Widya
Mandala Surabaya (tesis). Program Pasca Sarjana,Universitas Kristen PETRA
Surabaya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai