Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

E Pada PASH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Fisika Terapan
Yang dibina oleh Bapak Dr. H.Tri Kuncoro, S.T, M.Pd

Oleh :
Aditya Cahya Ramadhan 170522526546

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Oktober 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mendesain sebuah rumah tinggal memiliki beberapa aspek atau


faktor-faktor yang harus diperhatikan salah satunya adalah pencahayaan,
baik pencahayaan alami maupun buatan. Dalam hal pencahayaan alami
salah satu yang perlu diperhatikan adalah tempat dan desain bukaan yang
tentunya sesuai dengan kebutuhan atau keinginan sang pemilik hunian.
Tetapi hal itu tidak terlepas dari pengaturan cahaya dan unsur cahaya
yang masuk ke dalam rumah tinggal. Jika dalam pencahayaan buatan
kuatnya pencahayaan sudah diatur sedemikian sehingga memiliki
kenyamanan yang bisa disesuaikan dengan jenis ruang sesuai kebutuhan.
Pencahayaan alami pun dapat diatur sesuain dengan kebutuhan
pemilik hunian meskipun tidak semudah pencahayaan buatan. Karena
pada kondisi tertentu, cahya matahari dan cahaya langit menimbulkan
efek silau karena memiliki luminasi yang cukup tinggi. Untuk itu perlu
kita ketahui untuk mengukur kuat pencahayaan antara lain menggunakan
lux meter dan menggunakan pengukuran E pada PASH untuk
memperoleh kenyamanan visual. Ada beberapa istilah yang dapat
memperjelas definisi PASH tersebut, antara lain: bidang kerja, titik ukur,
bidang lubang cahaya (BLC), bidang lubang cahaya efektif (BLCE) titik
ukur, dan terang langit. Sedangkan E sendiri adalah sinar matahari baik
yang terpantul maupun yang langsung masuk ke dalam hunian.

2
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa perbedaan signifikan antara pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan ?
1.2.2 Apa disebut unsur cahaya matahari ?
1.2.3 Apa faktor-faktor yang menentukan kuat penerangan dalam bidang
kerja ?
1.2.4 Bagaimana cara menentukan posisi titik ukur ?
1.2.5 Bagaimana cara mengukur kuat penerangan menggunakan metode
Ecotect ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan dari pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan
1.3.2 Untuk mengetahui unsur cahaya maahari
1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kuat penerangan
dalam bidang kerja
1.3.4 Untuk mengetahui cara menentukan posisi titik ukur
1.3.5 Untuk mengetahui cara mengukur kuat penerangan menggunakan
metode Ecotect

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencahayaan Alami dan Pencahayaan Buatan


Pencahayaan alami berasal dari cahaya matahari yang selalu tersedia
di alam dan cahaya langit hasil pemantulan cahaya matahari Intensias
cahaya langit dipengaruhi oleh waktu (pergantian siang dan malam) dan
cuaca (jenis, distribusi awan, serta ccurah hujan), karena intensitas cahaya
fluktuatif, besar kuat penerangan yang terukur di suatu titik pun tidak
stabil.
Pencahayaan buatan berasal dari sistem cahaya berenergi terbatas di
alam, misanya energi listrik serta energi dari proses minyak bumi dan gas.
Intensitas cahya buatan stabil tanpa dipengaruhi perubahan waktu dan
cuaca. Besarnya pun dapat diatur sesuai kebutuhan.

Tabel 1.1. Perbandingan Pencahayaan alami dan pencahayaan buatan

Pencahayaan Alami Pencahayaan Buatan


Sumber Cahaya Sinar matahari an Sistem cahaya
cahaya langit
Jenis Cahaya Terbarukan Tidak terbarukan
Intensitas Cahaya Tergantung waktu daan Dapat direncanakan dan
cahaya stabil
Kuat Penerangan Tergantung waktu daan Dapat direncanakan dan
cahaya stabil
Kualitas Warna Putih tunggal dengan Tiga jensi putih dengan
Cahaya spekrum cahaya spektrum cahaya terbatas
lengkap
Kualitas Warna Tampak alami dengan Sulit terlihat alami pada
Objek Yang Ra.100% Ra. 100% (empat colour
dikenali Cahaya rendering index)
Efek Penyilauan Fluktuatif dan hanya Dapat dikontrol
dapat diantisipasi

Kualitas warna (appearnce) cahaya matahari sangat baik, karena


memiliki spektrum cahaya lengkap. Objek yang dikenai cahaya alami akan
terlihat memiiki Ra. 100% sesuai warna aslinya.
Kualitas warna cahaya buatan terbagi atas tiga jenis warna putih ,
yaitu kekuningan, netral, dan kebiruan. Karena spektrum cahayanya
terbatas , sulit diperoleh warna objek agar sesuai aslinya seperti saat
dikenal cahaya matahari walaupun Ra. sebesar 100%. Indeks 1 diberikan

4
jika warna objek yang terlihat paling mendekati warna aslinya (terdapat
empat skala colour rendering index).
Kondisi tertentu, cahaya matahari dan cahaya langit menimbulkan
efek silau jika terjadi kontras berlebih antara cahaya dengan objek yang
dikenai cahaya atau antara objek itu sendiri. Untuk itu harus direncanakan
dengan baik agar luminasi dapat dikontrol.

Gambar 1.1. Spektrum cahaya matahari

(Sumber: dnc.sc.gov)

Rentang cahaya matahari (spektrum) untuk cahaya tampak memliki


panjang gelombang elektromagnetik ±360 - 770nm (1 nanometer = 10-9m).
Jika warna putih diurai, akan terdiri atas beberapa warna dengan panjang
glombang yang berbeda.
Panjang gelombang (λ, baca: lamda) dari spektrum yang terliat, yaitu:
1.) 360-420 nanometer = ungu
2.) 420-495 nanometer = biru
3.) 495-566 nanometer = hijau
4.) 566-589 nanometer = kuning
5.) 589-627 nanometer = jingga
6.) 627-770 nanometer = merah

1.2. Unsur Cahaya Matahari


Cahaya matahari dipantulkan oleh partikel dan awan di atmosfer
menjadi cahaya langit. Cahaya matahari maupun cahaya langit kemudian
dibiaskan oleh benda-benda diluar dan di dalam ruang.

5
Berdasarkan arah dan pantulannya, sinar matahari dapat diuraikan
menjadi unsur-unsur antara lain:
1.) Sinar matahari langsung
2.) Cahaya langit
3.) Sinar matahari refleksi luar, yaitu hasil pemantulan cahaya dari benda-
benda di luar ruang
4.) Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pemantulan cahaya dari
benda-benda di dalam ruang.

Kuat penerangan yang terukur di dalam ruang adalah gabungan unsur


cahaya langit serta unsur cahaya refleksi luar dan dalam (termasuk sunlight
jika dititik ukur tersebut langsung terpapar sinar matahari).

gambar 1.2. garis unsur cahaya matahari

(Sumber: fisika bangunan 2)

1.3. Menentukan kuat penerangan untuk bidang kerja


Luxmeter adalah alat ukur kuat penerangan dalam suatu ruang. Satuan
ukuran luxmeter adalah lux.
Luxmeter juga disebut digital light meter. Alat ini dilengkapi sensor
cahaya yang sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya yang diterima.
Lux meter digunakan untuk
gambar 1.3. Luxmeter
(Sumber : http://www.armlaser.com)

mengukur tingkat iluminasi.


Hampir semua lux meter terdiri
dari rangka, sebuah sensor
dengan sel foto, dan layer panel.
Sensor diletakkan pada sumber
cahaya. Cahaya akan menyinari
sel foto sebagai energi yang
diteruskan oleh sel foto menjadi
arus listrik. Makin banyak
cahaya yang diserap oleh sel,
arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat tentang cahaya

6
adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada
panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan
kombinasi efek dari semua panjang gelombang.
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini
termasuk kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic
adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu.
Kemudian dari hasil dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan
pada layar panel.

Berbagai jenis cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya
alami atapun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor.
Berbagai warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang
berbeda,dan panjang gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu
pembacaan yang ditampilkan hasil yang ditampilkan oleh layar panel
adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor
photo diode.

Pembacaan hasil pada Luxmeter dibaca pada layar panel LCD


(liquid Crystal digital) yang format pembacaannya pun memakai format
digital. Format digital sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8
yang terputus-putus. LCD pun mempunyai karakteristik yaitu
Menggunakan molekul asimetrik dalam cairan organic transparan dan
orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal.

Untuk mengukur kuat penerangan pada pencahayaan alami siang


hari (PASH), perlu diketahui faktor-faktor yang menentukan besar kuat
penerangan yang terukur di suatu titik ukur, istilah-istilah dalam pengukur
dan jenis titik ukur.
Terdapat beberapa penentu kuat penerangan yang terukur pada
bidang kerja, yaitu sebagai berikut:
1.) Hubungan geometris antara titik dan lubang cahaya.
Terdapat sistem pencarian lubang cahaya efektif (LCE) dari titik ukur
ke arah lubang cahaya. Posisi titik ukur adalah 1/3 d dari bidang
lubang cahaya (BLC). d adalah jarak antara BLC dengan permukaan
dalam dinding yang berhadapan.

2.) Ukuran dan posisi lubang cahaya.


Dimensi dan posisi lubang cahaya akan menentukan besar kuat
penerangan yang terukur di titik ukur.

3.) Distribusi terang langit.


Kondisi langit terkait distribuso awan dan cuaca akan menentukan
besar kuat penerangan yang terukur di titik ukur

7
4.) Bagian langit yang dapat diukur dari titik ukur.
Biasanya terdapat penghalang, sehingga tidak semua langit terlihat dari
titik ukur. Artinya, tidak semua cahaya langit diterima oleh titik ukur
tersebut.
5.) Tingkat transparasi lubang cahaya.
Makin transparan lubang cahaya, makin besar kuat penerangan yang
terukur di titik ukur.

Gambar 1.4. potongan bidang kerja,


lubang cahaya, dan titik ukur

(Sumber : Fisika bangunan 2)

Gambar 1.5. proyeksi


titik ukur U pada bidang
lubang cahaya efektif

(Sumber : Fisika bangunan 2)

Terdapat beberapa istilah pada PASH. Untuk memperjelas, definisi


istilah tersebuk sebagai berikut :
1.) Bidang kerja.
Bidang kerja adalah bidang imajiner setinggi 75 cm pada ruangan
yang terdapat titik ukur kuat penerangan.

8
2.) Titik ukur.
Titik ukur adalah titik tertentu pada bidang kerja di dalam ruangan
yang kuat penerangannya syarat kuat penerangan ruangan sesuai
aktivitas dan fungsi ruang.

3.) Bidang lubang cahaya (BLC).


BLC adalah bidang vertikal sebelah dalam lubang cahaya dalam
kondisi ideal tanpa kaca.

4.) Bidang lubang cahaya efektif (BLCE) titik ukur.


BLCE adalah bagian dari bidang luabang cahaya dimana dari titik
ukur tersebut pengamat dapat melihat langit.

5.) Terang langit.


Terang langit adalah sumber cahaya yang diambil sebagai dasar
penentu PASH, dengan keadaan langit diterapkan terang merata
(uniform luminance distributor).

Gambar 1.6. perbedaan BLC dan BLCE

(Sumber : Fisika bangunan 2)

Terdapat dua titik ukur pada suatu bidang kerja (Gambar 1.7.), yaitu
sebagai berikut :
1.) Titik ukur utama (TUU)
Titik ukur tepat di tengah antara dua dinding yang mengapit BLCE
dengan jarak 1/3 d dari BLCE tersebut. Tinggi titik ukur 75cm tepat di
bidang kerja.

2.) Titik ukur samping (TUS)


Titik ukur dengan posisi masing-masing berjarak 50cm dari
permukaan dalam dinding ruang (TUS 1 di kiri dan TUS 2 di kanan),
dengan jarak 1/3 d dari BLCE. Tinggi titik ukur 75cm tepat di bidang
kerja.

9
Gambar 1.7. posisi titik ukur pada
bidang kerja

(Sumber : Fisika bangunan 2)

Ketiga titik ukur pada gambar 1.7. mewakili seluruh titik pengukuran
kuat penerangan pada bidang kerja. Jika kuat penerangan yang terukur di
salah satu titik ukur dalam ruang belum memenuhi syarat minimal
kenyamanan visual, penerangan alami dui ruang tersebut harus dibantu
pencahayaan buatan.
Agar hasil pengukuran akurat dan valid, terdapat kriteria jumlah TUU
ke arah panjang ruang. Jika panjang ruang lebih dari 7m, TUU harus
ditambah agar jarak antara titik ukur tidak melebihi 3m.
Penentuan jarak d atau jarak antara BLC dengan permukaan dalam
dinding yang berhadapan. BLCE juga bersyarat jika ruangan mendapat
penerangan melalui lubang cahaya di beberapa dinding. Artinya, masing-
masing dinding ini mempunyai BLCE sendiri.

Gambar 1.8. pengukur ruang dengan


panjang maksimal 7m

(Sumber : Fisika bangunan 2)

Gambar 1.9. pengukuran ruang dengan


panjang lebih dari 7m

(Sumber : Fisika bangunan 2)

10
Terdapat beberapa langkah untuk menentukan jarak d, yaitu sebagai
berikut :
1.) Jika kedua dinding berharap tidak sejajar, d diambil sebagai jarak rata-
ratanya.
2.) Jika jarak kedua dinding berhadapan d < 6m, 1/3 d nilainya 2m.

(Sumber : Fisika bangunan 2)


Gambar : 1.10. jarak ‘d’ dan BLCE pada dinding yang bersebelahan (a),
jarak ‘d’ dalam kondisi normal (b), serta ‘d’ dan BLCE dengan bukaan
atap gergaji (c)
Pengukuran kuat penerangan pada pencahayaan alami siang hari
(PASH) diperlukan standar kondisi saat pengukuran termasuk ketentuan
sesuai standar dan kriteria penerapan PASH.
Kriteria kondisi pengukuran kuat penerangan pada PASH, sebagai
berikut :
1.) Pengukuran di TUU dan TUS harus dilakukan pada waktu yang sama.
2.) Keadaan langit sebaiknya pada kondisi stabil (terang merata).
Perubahan pergerakan awan menyebabkan pengukuran pada waktu
yang sama.
3.) Kondisi lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup kaca
transparan. Idealnya, pengukuran kuat penerangan dilakukan jika
lubang cahaya menggunakan kaca.

Langit perencanaan adalah keadaan langit yang ditetapkan dan


dijadikan dasar perhitungkan kuat penerangan alami. Langit perencanaan
di Indonesia, di lapangan terbuka kuat penerangan standarnya 10.000 lux
dengan asumsi keadaan terangnya merata.
Kriteria langit perencanaan pada PASH adalah langit biru tanpa awan
atau langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih.

11
Ketentuan pengukuran kuat penerangan pada PASH sesuai standar,
yaitu sebagai berikut :
1.) Lokasi titk ukur.
Lokasi titik ukur yang menjadi indikator untuk seluruh bagian bidang
kerja pada ruangan, yaitu TUU dan TUS
2.) Kuat penerangan.
Kuat penerangan yang terukur di titik ukur pada bidang kerja harus
memenuhi syarat minimal standar sesuai fungsi ruang dan aktivis
visual.
3.) Luminansi.
Luminansi yang terukur tidak melebihi batas maksimal standar
aktivitas atau fungsi ruang.
4.) Alat ukur.
Alat ukur penerangan adalah light meter atau luxmeter dengan satuan
lux.
5.) Hasil pengukuran.
Hasil pengukuran luxmeter akan fluktuatif tergantung posisi matahari
dan kondisi cuaca.

Nb: “Kuat penerangan yang terukur di titik ukur pada bidang kerja
memenuhi syarat minimal standar sesuai aktivitas/fungsi dan sesuai
tugas/kerja visual. Luminansi yang terukur tidak melebihi batas maksimal
standar sesuai aktivitas/fungsi ruang”

Terdapat beberapa kriteria penerapan PASH, yaitu sebagai berikut :


1.) Waktu pengukuran pada pukul 08.00 – 16.00, sebab di Indonesia
cahaya matahari optimal pada rentang waktu tersebut.

2.) Ditentukan oleh kuat penerangan cahaya langit di bidang datar pada
waktu yang sama. Di Indonesia, semua perhitungan kuat penerangan
dihitung sebagai persentase dari stsndar (10.000 lux).

3.) Distribusi cahaya dalam ruangan akan berefek pada kenyamanan


visual. Dimensi dan posisi lubang cahaya pada ruangan harus didesain
dengan baik agar tidak menghasilkan kontras cahaya berlebih pada
titik tertentu.

4.) Jumlah cahaya pada bidang kerja harus cukup agar kuat penerangan
yang diperoleh memenuhi syarat.

5.) Terdapat luminan yang cukup, sehingga baik penerangan langsung


maupun tak langsung tidak menghasilkan kontras cahaya yang tajam

12
1.4. Pengukuran E (Metode Ecotect)

Metode ini menggunakan software Ecotect sebagai alat bantu


pengukuran kuat penerangan dalam ruangan. Untuk kemudahan, model 3D
dibuat menggunakan software grafis.
Ecotect merupakan salah satu software yang saat ini digunakan
dibidang arsitek untuk membantu perhitungan-perhitungan pada bangunan,
antara lain :
- Studi penghawaan
- Studi Pencahayaan
- Studi Akustik
- Kenyamanan Thermal, dan lain-lain
Software grafis yang dapat menghasilkan model dalam format 3ds
untuk diimpor Ecotect adalah AutoCAD versi 2004 dan ArchiCAD versi
terbaru. Versi Ecotect yang dapat digunakan adalah versi 5.20 dan yang
terbaru Ecotect Analysis 2011. Dalam perhitungan menggunakan Ecotect,
sangat diperlukan memori komputer yang cukup agar kalkulasi
menghasilkan render grafik, makin kompleks model, makin besar memori
yang dibutuhkan. Dengan bentuk dan dimensi yang sama, model
ArchiCAD lebih kompleks daripada model AutoCAD.

13
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Salah satu penentu kenyamanan visual adalah bagaimana kita


mengatur luminan dan bukaan sesuai dengan ruangan yang kita
butuhkan. Jadi pengukuran E pada PASH ini adalah faktor penting
dan strategi dalam menentukan kenyamanan visual tersebut.
Inti dari makalah ini ialah penjelasan tentang pentingnya mengukur
pencahayaan dalam ruangan, faktor-faktor serta bagaimana
mengatur/mengukur bukaan agar sesuai dengan ruangan yang akan
kita pergunakan, antara lain membedakan pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan, mengetahui pancang gelombang dari spektrum,
mengetahui unsur cahaya matahari, mengukur menggunakan
Luxmeter, penentuan kuat penerangan pada pencahayaan alami siang
hari, mengetahui dan menjelaskan beberapa istilah pada PASH,
menentukan titik ukur suatu bidang kerja, menentukan kriteria kondisi
pengukuran kuat penerangan PASH, dan pengukuran E menggunakan
software Ecotect.

1.2 Saran

Masih banyak kekurangan dalam mekalah ini, dan bila mana ada
kata yang tidak sesuai harap dimaklumi. Saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dan dapat membantu saya agar dapat
mengembangkan makalah yang lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Latifah, Nur Laela. 2015. Fisika Bangunan 1I. Jakarta: Griya Kreasi

https://books.google.co.id/books?id=xReoCgAAQBAJ&pg=PA5&lpg=PA
5&dq=pengukuran+e+pada+pash&source=bl&ots=zdTaCIMKuz&sig=rzI
OEQ65iHoi0Gkl3f8dK85IGSY&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjrwtSG2K
PXAhVFr48KHRsADPQQ6AEILDAB#v=onepage&q=pengukuran%20e
%20pada%20pash&f=false
diakses 04 Oktober 2017

http://alatukur.web.id/lux-meter-alat-pengukur-cahaya-fungsi-prinsip-
kerja-dan-cara-menggunakannya/
diakses 05 Oktober 2017
http://neldyaja.blogspot.co.id/2011/11/mari-belajar-ecotect.html
diakses 05 Oktober 2017

15

Anda mungkin juga menyukai