Anda di halaman 1dari 5

PENERANGAN

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mengenal metode dan peralatan pengukuran intensitas penerangan.
2. Mahasiswa mampu melakukan kegitan pengukuran intensitas penerangan.
3. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengukuran intensitas penerangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Hampir semua tempat kerja selalu membutuhkan penerangan yang baik sesuai dengan
tingkat ketelitian dan jenis pekerjaan yang berlangsung di tempat kerja tersebut.
Penerangan di tempat kerja yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga
kerja melihat obyek yang dikerjakannya dengan mudah, jelas dan tanpa upaya yang
berlebihan dari indera penglihatannya sehingga mereka dapat melakukan pekerjaannya
dengan cepat, teliti dan aman.
Hal ini selain akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya juga akan dapat
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Selain itu penerangan yang baik di
tempat kerja dapat membantu menciptakan lingkungan kerja nikmat dan menyenangkan
sehingga tenaga kerja dapat bekerja dcngan aman dan nyaman serta menghambat
timbulnya kelelahan pada tenaga kerja terutama kelelahan yang disebabkan oleh faktor
psikis.
Penerangan yang cukup dan diatur dengan baik juga akan membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan
kerja. Telah kita ketahui hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata,
dimana sering kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu
agar tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati obyek yang sedang dikerjakan. Intensitas
penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannnya jelas akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Sanders dan McCormick (1987) menyimpulkan dari hasil penelitian
pada 15 perusahaan, dimana seluruh perusahaan yang diteliti menunjukkan kenaikkan
hasil kerja antara 4-35%. Selanjutnya Armstrong (1992) menyatakan bahwa intensitas
penerangan yang kurang dapat menyebabkan gangguna visibilitas dan eyestrain.
Sebaliknya intensitas penerangan yang berlebihan juga dapat menyebabkan glare,
reflections, excessive shadows, visibility dan eyestrain. Semakin halus pekerjaan dan
mnyangkut inspeksi serta pengendalian kualitas, atau halus detailnya dan kurang kontras,
makin tinggi illuminasi yang diperluka, yaitu antara 500 lux sampai dengan 100 lux
(Suma’mur, 1996).
Tenaga kerja disamping harus dengan jelas dapat melihat obyek-obyek yang sedang
dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula benda atau alat dan tempat
disekitarnya yang mungkin mengakibatkan kecelakaan. Maka penerangan umum harus
memadai. Dalam suatu pabrik dimana terdapat banyak mesin dan proses pekerjaan yang
berbahaya maka penerangan harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi
kecelakaan kerja. Pekerjaan yang berbahaya harus dapat diamati dengan jelas dan cepat,
karena banyak kecelakaan terjadi akibat penerangan kurang memadai.

III. ALAT

1. Luxmeter atau Digital Light Meter (YF – 170).

IV. CARA KERJA

1. penentuan titik penerangan intensitas penerangan


a. penerangan setempat : obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan
bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan diatas meja yang
ada .
b. penerangan umum : titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.

Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sbb:


1. luas ruangan kurang dari 10 m2 : titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jaraj setiap 1 (satu) meter.
2. Luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2 : titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah jarak setiap 3 (tiga) meter.
3. Luas ruangan lebih dari 100 m2 : titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak 6 (enam) meter.
2. Tata cara pengukuran intensitas penerangan
a. Hidupkan Luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup
sensor.
b. Bawa alat ketempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
c. Gambar denah lokasi pengukuran.
d. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
e. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan intensitas
penerangan.
f. Matikan Luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
penerangan.

3. Pengukuran penerangan lokal


 Pengukuran dilakukan pada obyek kerja.
 Bagi obyek kerja menjadi beberapa titik ukur (± sejangkauan tangan)
 Pengukuran dilakukan dengan meletakan Lux Meter di obyek kerja.
 Catat data yang diperoleh pada lembar data dan hitung rata-rata
penerangan lokal pada ruangan tersebut.
4. Pengukuran reflectance
 Ukur intensitas penerangan yang jatuh pada bidang ukur dengan photo cell
menghadap sumber cahaya.
Misal : A Lux
 Photo cell dibalik, tarik sampai angka pada display menunjukan angka
tertinggi (photo cell menghadap bidang ukur)
Misal : B Lux
 Refletance dihitung dengan rumus = B x 100 %
A
V. KESIMPULAN

HASIL PENGUKURAN INTENSITAS PENERANGAN

Tanggal praktikum : 13/12/2012

Kelompok : 08

Penerangan setempat

No Lokasi Jenis Hasil pengukuran (lux) Syarat (lux) kes


pengukuran lamp
u
1 2 3 Rata-rata
1 Aula hiperkes TL 75 75 77 75,7 300
2 Lap. Kering TL 136 175 222 177,7 500
3 Lap. Basah TL 183 223 214 206,7 500

Penerangan umum

No Lokasi Jenis Hasil pengukuran (lux) Syarat (lux) kes


pengukuran lamp
u
1 2 3 Rata-rata
1 Lap. Kering 128 123 210 153,7 50
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002.


www.depkes.go.id
Hicks, Charles. Fundamental Concepts in the Design of Experiments.Florida : Saunders
College Publishing. 1993.
McCormick,E.J and M.S. Sanders. Human Factor in Engineering and Design. New York :
McGraw Hill Book Company, 1994.
Montgomery, Douglas. Design and Analysis of Experiments. New York : John Wiley & Sons
Inc. 1991.
Muhaimin. Teknologi Pencahayaan. Bandung: Refika Aditama, 2001.
Nurmianto, Eko. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Penerbit Guna
Widya, 1995.
Sudjana. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Penerbit Tarsito. 1995.
Sudjana. Metoda Statistika.. Bandung : Penerbit Tarsto. 1992.
Suma’mur. Hyperkes Kesehatan Kerja Dan Ergonomi. Jakarta: Muara Agung Dharma
Bhakti, 1987.
Sutalaksana dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri, Bandung : ITB, 1979.
Tarwaka dkk. Ergonomi untuk keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta :
UNIBA PRESS, 2004.

Anda mungkin juga menyukai