Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP KERJA

Pengukuran intensitas pencahayaan ini memakai alat Luxmeter yang hasilnya dapat
langsung dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik
dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik
diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

VI. CARA KERJA


Menentukan titik pengukuran
Melakukan pengukuran lokal, yaitu diatas meja yang ada.
Melakukan pengukuran umum, yaitu dengan memotong garis horisontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Membedakan jarak tersebut
berdasarkan luas ruangan, antara lain:
1. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: memotong titik garis horisontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter.
2. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: memotong titik garis horisontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
3. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: memotong titik horisontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 6 meter.
Mempersiapkan alat
Memasang baterai pada tempatnya.
Menekan tombol power.
Mengecek garis tanda pada termometer untuk mengetahui baterai dalam keadaan baik atau tidak.
Mengukur penerangan umum
Membagi ruangan menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar titik sekitar 1 meter.
Melakukan pengukuran dengan tinggi Luxmeter kurang lebih 85 cm di atas lantai dan posisi
photo cell menghadap sumber cahaya.
Memebaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.
Mengukur penerangan lokal
Mengukur pencahayaan pada obyek kerja.
Membagi obyek kerja menjadi beberapa titik ukur.
Melakukan pengukuran dengan meletakkan Luxmeter pada obyek kerja.
Memebaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.
Mengukur reflektan
Mengukur intensitas pencahayaan yang jatuh pada bidang ukur dengan meletakkan photo cell
menghadap sumber cahaya.
Membalik photo cell, kemudian menarik photo cell sampai angka pada display menunjukkan
anka tertinggi. ( Photo Cell menghadap bidang ukur).
Menghitung reflektan dengan rumus :
Reflektan = B x 100%
A
Pengukuran, Nilai Ambang dan Zona Kebisingan
Posted on Januari 2, 2009 by Prabu

45 Votes

Setelah mengetahui pengertian kebisingan serta jenis dan penyebab bising maka, untuk
mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound
Level Meter. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu
atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai
kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator.
Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter.
Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.

2. Pengukuran dengan peta kontur


Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan,
karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan
area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang
sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk
menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas
dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna
kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 90 dBA.
3. Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi
yang di inginkan. Titiktitik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama
diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang
berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris
dan kolom untuk memudahkan identitas.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman
untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40
jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk
waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut
No. TINGKAT KEBISINGAN PEMAPARAN
(dBA) HARIAN
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan
Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat
penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan,
tempat Pendidikan dan rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,
Perdagangan dan pasar.
Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri,
pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)
Zona A: intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga
(earmuff dan earplug)
Zona C: 115-135 dB perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB perlu memakai earplug

Rabu, 06 Januari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN SUHU DAN


KELEMBABAB

I. Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Selasa, 29 Desember 2015

Tempat praktik : Ruang kelas Higiene 1 Poltekkes Kemenkes


Yogyakarta

II. Tujuan

a. Mahasiswa terampil menggunakan atau mengoperasionalkan alat

b. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suha dan kelembaban

c. Mahasiswa dapat menentukan kriteria suhu dan kelembaban ruang berdasar


persyaratan

III. Dasar Teori

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Dimana semakin tinggi suhu suatu
benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukkan
energy yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-
masing bergerak baik dalam bentuk perpindahan maupun gerakkan di tempat
berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi
suhu benda tersebut (Santoso, 2007).

Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini


dapa diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau
kelembaban relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut hygrometer yaitu
sebuah humidistat digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara dalam
sebuah bangunan dengan sebuah penghawaan lembab (dehumidifier) yang dapat
dianalogikan dengan sebuah thermometer dan thermostat untuk suhu udar.
Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu
(Handoko, 1994).

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002


tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas
(NAB) atau standar untuk temperature ruangan adalah 18 0C sampai 300C
kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar antara 40% sampai 60%
untuk situasi kerja masih bisa dihadapi oleh tenaga kerja di dalam bekerja sehari-
hari dimana tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dan menurut
Manuaba suhu nyaman dalam ruangan adalah 22 0C - 280C.

IV. Alat dan bahan

a. Thermohigrometer

b. Psicrometer

c. Alat tulis

d. Stopwatch

V. Cara Kerja
a. Thermohigrometer

1) Menggantungkan alat di tengah ruang

2) Membiarkan sekitar 10-15 menit

3) Mencatat suhu dan kelembaban yang tertera pada thermohigrometer

4) Mengulangi 2-3 kali

5) Menghitung rata-rata hasil pengukuran

b. Psicrometer

1) Membasahi ujung benang sampai pada ujung thermometer basah

2) Memutar psicrometer hingga benang menjadi basah uap (selama 15 menit)

3) Membaca suhu pada thermometer basah dan kering

4) Menambahkan suhu basah dan kering kemudian dibagi 2, sebagai suhu ruang

5) Mencocokkan dengan grafik suhu-kelembaban

6) Cara membaca grafik

a) Menghitung atau mengkonversikan suhu dari thermometer (Celcius) menjadi suhu


Fahrenheit (pada grafik)

b) Suhu kering ditunjukkan pada garis mendatar


c) Suhu basah pada garis diagonal

d) Perpotongan antara suhu basah dan kering merupakan kelembaban

e) Ikuti garis melengkung sehingga diketahui kelembaan

VI. Hasil kerja

Hari/tanggal : Selasa, 29 Desember 2015

Waktu : 10.00-selesai

Lokasi : Ruang kelas higiene 1

A. Pengukuran menggunakan Thermometer digital

Thermohygrometer digital
Lokasi atau titik
No
pengukuran
Kelembaban (%) Suhu(0C)

1 Di tengah ruang
66,3 31,3
kelas Higiene 1

2 Di pojok ruang 70,4 31,3


kelas Higiene 1
antara arah barat
dan utara (barat
laut)

3 Di pojok ruang
kelas Higiene 1
antara arah utara 68,5 31,4
dan timur (timur
laut)

4
Di pojok ruang
kelas Higiene 1
antara arah timur 68,5 31,4

dan selatan
(tenggara)

5
Di pojok ruang
kelas Higiene 1
antara arah 72,1 31,6

selatan dan barat


(barat daya)

a. Rata-rata pengukuran kelembaban dengan Thermohygrometer digital

Diketahui : kelembaban 1 = 66,3 %

kelembaban 2 = 70,4 %
kelembaban 3 = 68,5 %

kelembaban 4 = 68,5%

kelembaban 5 =72,1 %

Ditanya : kelembaban rata-rata =...?

Jawab : kelembaban rata-rata

= kel 1 + kel 2 + kel 3+kel 4+kel 5

= 66,3% +70,4 % +68,5 %+68,5%+72,1%

= 69,16 %

jadi rata-rata kelembaban udara di ruangan tersebut adalah 69,16 %

b. Rata-rata pengukuran suhu dengan Thermohygrometer digital

Diketahui : Suhu 1 = 31,30C

Suhu 2 = 31,30C
Suhu 3 = 31,40C

Suhu 4 = 31,40C

Suhu 5 = 31,60C

Ditanya : kelembaban rata-rata =...?

Jawab : kelembaban rata-rata

= suhu 1 + suhu 2 + suhu 3+ suhu 4+ suhu5

= 31,30C +31,3 0C +31,4 0C+31,40C+31,60C

= 31,40C

jadi rata-rata suhu udara di ruangan tersebut adalah 31,4 0C

B. Pengukuran menggunakan Slingpiscrometer


Suhu (0C) Suhu (0F)
Lokasi/titi
SH
k RH
(grains/l DP (0F)
pengambil (%)
Basa Kerin Basa Kerin b)
an
h g h g

1 26 32 78,8 89,6 62 131 75

2 25,5 31,5 77,9 88,7 60 126 74

3 25 31 77 87,8 60 122 72,8

60,6
Rata-rata 25,5 31,5 77,9 88,7 126,33 73,93
7

Keterangan : RH = Relative humidity (%)

SH = Spesific humidity (grains/lb)

DP = Dew Point (0F)

VII. Pembahasan

Dalam pengukuran suhu dan kelembaban kami melakukan pengukuran


sebanyak lima kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hasil pengukuran
suhu dan kelembaban di ruang kelas Higiene 1 Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Yogyakarta. Rata-rata hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan
menggunakan Thermohygrometer digital yaitu didapatkan hasil suhu 31,40Cdan
kelembaban 69,16%.
Sedangkan rata-rata untuk hasil pengukuran suhu dan kelembaban
menggunakan slingpsicrometer yaitu didapatkan hasil suhu basah 25,5 0C dan suhu
kering 31,50C, apabila dalam suhu fahrenheit untuk suhu basah 77,9 0F dan suhu
kering 88,70F. Untuk rata-rata kelembaban (RH) yaitu 60,67%, spesific humidity (SH)
yaitu 126,33 grains/lb, dan Dew point (DP) 73,93 0F.

Kelembaban dan suhu tersebut melebihi standar yang ada dimana standar
yang ada Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas
(NAB) atau standar untuk temperature ruangan adalah 18 0C-300C, kelembaban
udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar antara 40%-60%.

Kelembaban udara yang tinggi pada ruangan menyebabkan suasana dalam


ruangan lembab. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak adanya sirkulasi udara
yang baik, dengan kelembaban yang tinggi akan memudahkan bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan dinding kelihatan kotor,
lebih mudah terserang penyakit dan rusaknya barang-barang elektronik, karena
bagian dalamnya ditumbuhi jamur. Kelembaban yang tinggi pada ruangan ini dapat
diatasi dengan menghidupkan AC dan kapur serap air yang akan menyerap uap air
yang ada di udara. Tingkat kelembaban di ruangan dapat disebabkan oleh
ketinggian tempat, kerapatan udara, radiasi matahari, angin dan suhu
(Anonymous,2008).

VIII. Kesimpulan dan saran

a. Kesimpulan

1. Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran suhu dan kelembaban udara
dengan hygrometer dan slingpsicrometer

2. Dalam praktikum pastikan titik pengukuran. Semakin banyak titik pengukuran,maka


hasil yang didapatkan akan lebih akurat. Hasil yang didapatkan dalam pengukuran
yaitu suhu dan kelembaban dengan menggunakan Thermohygrometer digital yaitu
didapatkan hasil suhu31,40C dan kelembaban 69,16%. Sedangkan bila
0
menggunakan slingpsicrometer didapatkan hasil hasil suhu basah 25,5 C dan suhu
kering 31,50C, apabila dalam suhu fahrenheit untuk suhu basah 77,9 0F dan suhu
kering 88,70F. Untuk rata-rata kelembaban (RH) yaitu 60,67%, spesific humidity (SH)
yaitu 126,33 grains/lb, dan Dew point (DP) 73,93 0F.

3. Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang


pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas (NAB) atau
standar untuk kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar 40%-60%.
Sedangkan suhu 180C sampai 300C. hasil pengukuran kelembaban melebihi
standar, dan hasil pengukuran suhu dengan hygrometer manual melebihi standar
yang ada. Sehingga kelembaban udara dalam ruangan kelas higiene 1 Jurusan
kesehatan Lingkungan Poltekkes Yogyakarta memiliki suhu kelembaban yang
tinggi.

4. Kelembaban udara yang tinggi pada ruangan menyebabkan suasana dalam


ruangan lembab. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak adanya sirkulasi udara
yang baik, dengan kelembaban yang tinggi akan memudahkan bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan dinding kelihatan kotor,
lebih mudah terserang penyakit dan rusaknya barang-barang elektronik, karena
bagian dalamnya ditumbuhi jamur.

5. Kelembaban yang tinggi pada ruangan ini dapat diatasi dengan menghidupkan AC
dan kapur serap air yang akan menyerap uap air yang ada di udara. Tingkat
kelembaban di ruangan dapat disebabkan oleh ketinggian tempat, kerapatan udara,
radiasi matahari, angin dan suhu (Anonymous,2008).

b. SARAN

Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya mahasiswa memahami cara penggunaan


Thermohygrometer dan slingpsicrometer, pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan
minimal 2 titik tergantung luas ruangan dan berhati-hati.

Sebaiknya suhu dalam ruangan diatur agar kelembaban udara tidak melebihi standar yang
ada dan memiliki ventilasi dalam ruangan.

Alat diperbaruhi atau selalu dikalibrasi agar hasil lebih akurat

Untuk menurunkan suhu dan kelembaban ruangan kelas higiene 1 yang tinggi, fasilitas
berupa ventilasi, jendela atau air conditioner (AC) untuk diperbanyak.

Anda mungkin juga menyukai