Anda di halaman 1dari 45

* KEBISINGAN *

1. Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja


a. Pengukuran untuk mendapatkan data kebisingan lingkungan kerja
1) Dilakukan di setiap tempat kerja yang ada bising
2) Titik pengukuran dimana ada tenaga kerja
3) Cara pengukuran mikropon diarahkan ke sumber bising yang paling
dominan setinggi telinga, dengan respon indikator fast
4) Diukur dalam 1 shift atau 8 jam kerja pada setiap jam, jadi 8 x pengukuran
5) Setiap pengukuran dilakukan pembacaan minimal 6 x
6) Dihitung rata-rata dan dibuat grafik sehingga dapat diketahui saat pek
b. Pengukuran untuk evaluasi sumber bising di lingkungan kerja
1) Dilakukan pada sumber bising, jika sumber bising mesin yang besar, titik
pengukuran dipilih pada sisi mesin dimana terdapat bising paling tinggi
2) Pengukuran dilakukan dnegan analisa frekuensi
3) Pengukuran dnegan cara mikropon diarahkan ke sumber bising paling
tinggi setinggi telinga
4) Alat yang digunakan SLM yang dilengkapi dengan Ocatve Band Analyzer
(Frequency Analyzer)
c. Pengukuran untuk mengetahui tingkat pemaparan bising terhadap tenaga kerja
selama 8 jam kerja (1 shift) secara akumulatif
1) Alat yang digunakan Noise Dosimeter yang terpasang pada baju tenaga
kerja yang akan diperiksa
2) Setiap tenaga kerja pindah lokasi diganti event baru
3) Dicatat lamanya tenaga kerja dilokasi tersebut/tiap lokasi yang ditempati
4) Tingkat pemaparan bising akumulatif selama 1 shift (8 jam kerja) dapat
dihitung sebagai berikut :

Dimana :
Cn = waktu pemaparan dilokasi n
Tn = waktu pemaparan yang diperkenankan di lokasi n
Jika hasilnya = 1 atau <1 dianggap aman, dibawah NAB
Jika hasilnya >1 dianggap tidak aman, diatas NAB

2. Pengukuran Kebisingan di Lingkungan

1
a. Dipilih titik yang dikehendaki, dengan mikropon diarahkan ke sumber bising
yang paling dominan
b. Pengukuran dengn integrating sound level meter yang dapat mengukur Leq
selama 10 menit setiap pengukuran
c. Leq = Equivalent Continous Noise Level atau tingkat kebisingan dari
kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, setara
dengan tingkat kebisingan siang hari (L s) selmaa 16 jam yaitu pada jam 06.00
– 22.00 dan pada malam hari (Lm) selama 8 jam yaitu jam 22.00-06.00
d. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan 3 waktu
pengukuran pada malam hari, yaitu :
Siang hari :
L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00-09.00 (3 jam)
L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00-14.00 (5 jam)
L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00-17.00 (3 jam)
L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00-22.00 (5 jam)
Malam hari :
L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00-24.00 (2 jam)
L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00-03.00 (3 jam)
L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00-06.00 (3 jam)

➢ Tingkat kebisingan siang hari (Ls) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Ls = 10 log (T1.100,1L1 + .....+ T4.100,1L4) dB A

Dimana T = jumlah waktu yang terwakili (jam)


➢ Tingkat kebisingan malam hari (Lm) dihitung denganr umus sebagai berikut :

Lm = 10 log (T5.100,1L5 + .....+ T7.100,1L7) dB A

Dimana T = jumlah waktu yang terwakili (jam)


➢ Tingkat kebisingan siang hari (Lsm) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Lsm = 10 log (16.100,1Ls + .....+ 8.100,1Lm) dB A

e. Hasil dievaluasi dengan membandingkan Lsm dengan nilai baku tingkat


kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 dB A
3. Titik Ukur
a. Pada dasarnya pengukuran dilakukan di tempat dimana terdapat
keluhan/dimana dilakukan pemantauan secara teratur. Tidak diizinkan untuk

2
melakukan pengukuran di tempat dimana sehari-hari sama sekali tidak pernah
ada orang lalu lalang.
b. Pengukuran harus dilakukan di tempat terbuka, berjarak 3 meter dari dinding-
dinding untuk menghindari pantulan. Kalau hal ini tidak mungkin, maka
diizinkan untuk melakukan pengukuran pada jarak 0,5 meter di depan jendela
terbuka.
c. Tinggi alat ukur sekitar 1,2 meter di atas tanah, harus dipasang pada statif.
Dalam keadaan apapun tidak diizinkan untuk memegang alat ukur terus
menerus, kecuali pada saat mengubah control attenuator pada alat ukur. Jarak
antara badan operator dan alat ukur harus cukup jauh agar tidak terjadi
pantulan.
4. Teknik Pengukuran
a. Dalam pengukuran diperlukan 2 orang operator, satu untuk untuk membaca
alat ukur dan satu untuk memberi aba-aba membaca dan mencatat hasil
pengukuran.
b. Pengukuran dilakukan pada skala A. Sebelum pengukuran dilakukan,
kalibrasi alat terlebih dahulu.
c. Pengukuran dilakukan dengan cara pengambilan sample serta dilakukan pada
cuaca yang cerah, tidak hujan, da kecepatan angin tidak terlalu besar. Sebagai
pengaman, pada mikropon harus selalu dipasang pelindung angin (wind
screen).
d. Apabila terjadi gangguan pada saat pengukuran maka harus diambil sample
baru lagi untuk mendapatkan validitas data.
e. Tulis hasil pengukuran pada format yang telah tersedia.

5. Alat
Alat untuk mengukur tingkat kebisingan adalah sound level meter (SLM).
SLM memberikan respons kira-kira sama dengan respons telinga manusia dan
memberikan pengukuran objektif serta dapat diulang-ulang untuk setiap tingkat
kebisingan. Pada umumnya SLM mempunyai skala A, B, dan C. Untuk pengukuran
tingkat kebisingan dipakai skala A.

6. Cara Pengukuran
a. Pengukuran Kebisingan lingkungan dan atau di tempat kerja
Alat : Sound Level Meter
Merk/Type : Extech 407750/KIT

3
Fungsi : untuk mengukur kebisingan lingkungan dan atau di
tempat kerja
Cara Kerja Alat :
a. Pasang baterai
b. Kalibrasi
• Kalibrasi alat SLM menggunakan Sound Calibrator
• Pasang baterai dalam sound calibrator
• Sambungkan sound calibrator dengan alat SLM
• Hidupkan alat SLM setelah itu hidupkan sound calibrator pada
range 94 dB dan 114 dB
• Lihat hasil pada layar SLM dan sesuaikan hasilnya dengan sound
calibrator (94 dB atau 114 dB)
• Jika hasilnya belum sesuai maka putarlah lubang “Cal” pada alat
SLM sampai hasilnya sesuai
• Matikan alat

c. Pengukuran
1) Hidupkan alat dengan menekan tombol “on/off”
2) Pilih Frequency Weighting dengan menekan tombol A/C
Fungsi : mengubah signal yang terukur sesuai cara serupa seperti mekanisme
pendengaran manusia
• Weighting Net Work “A”:
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human response for low
levels), untuk pengukuran kebisingan lingkungan, tempat kerja, dll
• Weighting Net Work C:
Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi ( Human response for high
sound levels ), untuk diagnosis kerusakan pada perangkat listrik, elektronik
dan mekanik
3) Pilih FAST atau SLOW dengan menekan tombol F/S
“FAST” (125 ms response) atau “SLOW” (1 second response). “FAST”
digunakan untuk bising yang impulsive, “SLOW” digunakan untuk bising yang
continue
4) Tekan tombol “REC” untuk merekam hasil pengukuran. Tekan tombol “REC”
lagi untuk melihat nilai “MAX” atau nilai tertinggi saat pengukuran dilakukan.
Tekan tombol “REC” lagi untuk melihat nilai “MIN” atau nilai terendah saat
pengukuran dilakukan.

4
Untuk menghentikan perekaman, tekan tomnol “REC” sampai indikator “REC” di
layar hilang.
catatan : setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit,
dengan  6 kali pengamatan. Hasil pengukuran adalah nilai tertinggi yang
ditunjukkan pada monitor.
5) Catat hasil pengukuran
6) BA (Background Noise Absorber) Mode
Jika menginginkan hasil yang akurat bisa menggunakan BA Mode. BA Mode bisa
“menghilangkan background noise. Untuk mengoperasikan BA Mode sebagai
berikut :
➢ Tekan tomobl MAXHLD (ikon MAX HOLD akan muncul di layar)
➢ Tekan tombol BA (“F” akan muncul di layar)
➢ Tekan tombol MAXHLD lagi (MAX HOLD akan muncul kembali di
layar)
➢ Di layar akan menunjukkan hasil background noise
➢ Jika angka hail pengukuran berubah, maka itu adalah hasil pengukuran
dari alat. Tapi jika hasil pengukuran tidak berubah, berarti hasil kebisingan
dari mesin hampir sama atau lebih rendah dari background noise
Background Noise bisa juga dilakukan secraa manual dengan cara sebagai
berikut :
Untuk mendapatkan intensitas kebisingan mesin yang akurat terhadap bising
lingkungan maka perlu faktor koreksi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
- ukur bising mesin hidup (Ls + n) dB
- ukur bising mesin mati (Ln) dB
- hitung perbedaan antara [(Ls + n)-Ln] dB
Merupakan sumbu kemudian tarik garis sejajar sumbu Y sampai memotong garis
grafik kemudian tarik garis sejajar sumbu X sampai memotong sumbu Y.
Catatan : apabila [(Ls + n)-Ln] > 10 dB maka tidak perlu koreksi grafik. Jika
perbedaan ini kurang dari 3 dB maka bising lingkungan semakin tinggi.

b. Pengukuran kebisingan personal


Alat : Sound Level Meter
Merk/Type : Extech 407750/KIT
Fungsi : untuk mengukur kebisingan lingkungan dan atau di
tempat kerja

5
Cara Kerja Alat
1) Pemakaian Alat
• Nyalakan alat dengan menekan tombol power
• Jika telah menyala, tekan tombol MODE untuk memilih jenis operasi
yang dikehendaki
• Untuk operasi sound level meter (SLM) maka display tampil dBA
• Range SLM : type 2.70 – 140 dB
2) Kalibrasi
• Set alat pada mode SLM
• Set respon time pada slow mode
• Masukkan sensor SLM pada alat kalibrasi
• Nyalakan kalibrator pada 94 dB, lalu stel crew calibrasi hingga penunjukkan
di 94 dB
• Kalibrasi sebaiknya dilakukan saat alat akan digunakan

3) Data Logging
• Saat mode SLM, alat ini bisa melakukan perekaman data
• Tekan tombol RUN untuk mengaktifkan operasi ini. Display akan tampil
icon MEM yang berkedip
• Untuk mengehentikan perekaman data tekan kembali tombol RUN
• Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software yang
disertakan
4) Operasi dosimeter
• Tekan tombol MODE, lalu pilih %DOSE
• Pilih lokasi penyimpanan data (E1-E5) dengan tombol EVENT
• Pasang alat di ikat pinggang atau saku, letakkan mic di dekat telinga
• Tekan RUN dan akan tampil icon JAM pada display
• Jika akan melakukan jeda pada saat pengukuran tekan tomobl PAUSE dan
untuk memulai pengukuran tekan RUN kembali
• Untuk megakhiri operasi ini tekan tombol RUN selama 3 detik
• Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software yang telah
disertakan

6
7. Hasil
a. Berikut contoh data hasil pengukuran tingkat kebisingan Lingkungan di Kota
Denpasar :
Tabel 11. Contoh Data Hasil Pengukuran Kebisingan Lingkungan
No Lokasi Titik Hasil Baku Kawasan
Pengukuran Pengukur Mutu Peruntukan
an (dB) (dB)
1. Prumnas Tegal kerta 63,71 55 Perumahan
Monang
Maning Tegal Harum 64,27
2. Carrefour Jalan Gelogor 64,24 65 Perdagangan
Carik
3. Teuku Umar Teuku Umar 1 63,88 70 Perdagangan
Teuku Umar 2 63,71 dan Jasa
4. Terminal Utara terminal 61,76 70 Fasilitas
Kreneng Umum
Selatan terminal 62,69
5. RS Dalam Poliklinik 55,05 55
Wangaya Di Sal 47,89 Rumah Sakit
6. Taman kota Depan SD 17 63,29 55 Ruang terbuka
Lumintang Dangin Puri Hijau
Utara lapangan 65,58
7. SMP 1 Jl Kapten Agung 68,72 55 Sekolah
Denpasar Jl Surapati 60,89
8. Pasar Jl Kamboja 72,90 70 Fasilitas
Kreneng Dalam Pasar 59,45 Umum

b. Contoh Hasil Pengukuran Kebisingan di tempat Kerja


Tabel 12. Contoh Data Hasil Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja

SUMBER JENIS HASIL PENGUKURAN (dB)


NO LOKASI
BISING BISING 1M 2M 3M 4M 5M 6M
Ruang
1 Genset Genset Continue
utara 90.2
timur 95
selatan 92
barat 94
Ruang
2 Kontrol Genset Continue 89

3 Gudang Genset Continue 86 81


Ruang
4 Maintenance Genset Continue 87.1 80 74
Ruang
5 Finishing Genset Continue 88.3 85.1 80 76

7
8. Analisis
a. Analisis dari contoh hasil pengukuran tingkat kebisingan di perkotaan adalah :
Baku mutu tingkat kebisingan yang dipergunakan adalah Keputusan
Menteri LH No. 48 Tahun 1996, yaitu : 55 dBA (untuk pemukiman), 55 dBA
(untuk rumah sakit), 55 dBA (untuk sekolah), 55 dBA (untuk ruang terbuka
hijau), dan 65 dBA (untuk daerah perkantoran/perdagangan), serta 70 dBA
(untuk tempat-tempat umum). Berdasarkan peraturan tersebut, dapat
dinyatakan bahwa :
1) Untuk kawasan perumahan, tingkat kebisingan yang terjadi sudah melebihi
baku mutu lingkungan yang diperbolehkan.
2) Untuk kawasan Perdagangan/perdagangan dan jasa tingkat kebisingan yang
terjadi masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan.
3) Untuk kawasan fasilitas umum (terminal) dan RS tingkat kebisingan yang
terjadi masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan.
4) Untuk kawasan fasilitas umum (pasar), sekolah, dan ruang terbuka hijau
tingkat kebisingan yang terjadi sudah melebihi baku mutu lingkungan yang
diperbolehkan.

b. Analisis dari contoh hasil pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja adalah
:
1) Hasil pengukuran kebisingan tersebut dibandingkan dengan Nilai
Ambang Batas (NAB) Kebisingan berdasarkan Permenaker No. 13 tahun
2011, dimana NAB kebisingan selama 8 jam kerja/hari adalah 85 dB.
Sedangkan untuk mengetahui berapa intensitas kebisingan dalam ruangan
tersebut dengan hasil pengukuran kebisingan yang berubah-ubah maka
kita bisa menggunakan rumus Leq.
2) Membuat peta kebisingan
a) Peta kebisingan dalam bentuk garis contour kebisingan pada (85, 88,
91, 94, 97, 100dBA, dan seterusnya)
b) Perlu dibuat gambaran daerah kebisingan dalam sekala yang benar.
c) Diperlukan denah/ lay out unit/ tempat kerja, mesin-mesin dan
fasilitas lain.
d) Peta kebisingan berguna untuk menentukan daerah yang
mengharuskan pekerja menggunakan APT
e) Peta kebisingan digunakan untuk menghitung dosis paparan harian
secara manual.
f)

8
Gambar 1. Contoh Peta Kebisingan

9
* GETARAN MEKANIS *

1. Alat
Nama Alat : Vibration Meter
Kegunaan : Untuk mengukur getaran mekanik
Getaran mekanik yang dapat diukur meliputi :
a. Acceleration, satuan : m/det 2
b. Velocity, satuan : cm/detik.
c. Displacement, satuan : mm
Spesifikasi :
Merk : Rion
Model : Riovibro VM-63
Buatan : Jepang
2. Cara Kerja Alat
a. Mula-mula cek baterai dengan menekan tombol MEAS. Bila muncul titik dobel
pada display berarti baterai harus diganti.
b. Tekan MEAS atau power ON kurang lebih 10 detik. Pilih skala pengukuran
yang sesuai. Alat siap untuk pengukuran.
c. Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan tahan. Ujung alat
ditempelkan pada objek yang diukur dengan posisi tegak lurus. Nilai getaran
mekanik ditunjukkan pada display. Setelah itu, alat dapat dilepas dari objek.
Baca dan catat angka pada display.
d. Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu menit setelah
tombol MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis.
3. Pengukuran
a. Pengujian Getaran Mekanis di Tempat Kerja
1) Segmental Vibration atau biasanya Hand Arm Vibration (HAV)
Satuan : Accelerasi (m/s2)
Yang diukur : Handle mesin atau bagian mesin yang sering
bersentuhan dengan tenaga kerja dan berpengaruh pada sebagian tubuh
tenaga kerja
Standar : Permenakertrans RI No.Per 13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor
fisika dan faktor kimia di tempat kerja.
2) Whole Body Vibration (WBV)
Satuan : Accelerasi (m/s2)

10
Yang diukur : Bagian yang menopang tubuh tenaga kerja.
Bila tenaga kerja duduk pada alas duduknya dan sandarannya, bila tenaga
kerja berdiri pada lantainya.
Standar : berdasarkan ISO 2631, dibagi menjadi 3
kategori yaitu :
a) Menganggu kenyamanan
b) Meningkatkan kelelahan
c) Menganggu kesehatan (batas pemaparan)
3) Getaran Mesin
Satuan : Accelerasi (mm/s2)
Yang diukur : pada dasar mesin
Standar : berdasarkan ISO 2372, dibagi menjadi 3 kategori
yaitu :
a. Baik (Good)
b. Dapat diterapkan (Accetable)
c. Masih diijinkan (Still Permissible)
d. Berbahaya (Dangerous)
Mesin dikelompokkan menjadi 4 group yaitu :
1. Group K (small Machines)
2. Group M (Medium Machines)
3. Group G (Large Machines)
4. Group T (Largest Machines)

Tabel 13. Standar Getaran Mesin


Kecepatan Getaran (mm/det)
Kategori
Group K Group M Group G Group T
s/d 0.71 s/d 1.12 s/d 1.80 s/d 2.80 Baik (Good)
Dapat Diterapkan
0.72-1.80 1.13-2.80 1.81-4.50 2.81-7.10 (acceptable)
Masih diperkenankan
1.81-4.5 2.81-7.1 4.51-11.2 7.11-18.0 (still permissible)
Membahayakan
➢ 4.5 >7.1 >11.2 >18 (dangerous)

Sumber : ISO 2732 dan VDI 2056

11
b. Pengujian Getaran Mekanis di Lingkungan
1) Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
Satuan : Simpangan (mikron), dapat dirubah menjadi
Velocity atau Accelerasi
Yang diukur : lantai atau tanah
Baku Mutu : Kepmen LH no 49 tahun 1996
2) Getaran berdasar dampak Kerusakan
Satuan : velocity (mm/s2)
Yang diukur : dinding atau pondasi
Baku Mutu : Kepmen LH no 49 tahun 1996
3) Getaran berdasar Jenis Bangunan
Satuan : velocity (mm/s2)
Yang diukur : lantai pada bangunan paling atas
Baku Mutu : Kepmen LH no 49 tahun 1996
Keterangan : semua penugkuran tersebut dengan analisa frekuensi

12
* SINAR ULTRAVIOLET *

1. Alat dan Bahan


Nama Alat : UV Light Meter
Merk/Type : Lutron UVC-254
Angka pengukuran mempunyai kisaran antara 0 μW/cm2 – 19.990 μW/cm2, dengan
resolusi 0,1μW/cm2

2. Prosedur Pengukuran
a. Pada saat mengadakan pengukuran disyaratkan bahwa suhu tempat kerja yang
akan diukur harus antara 0oC sampai 40oC.
b. Pengukuran minimal dilakukan pada 3 titik yaitu:
1) zona penglihatan dengan jarak maksimal 30 cm dari mata;
2) setinggi siku (sesuai posisi kerja duduk atau berdiri) dengan jarak
maksimal 30 cm dari bagian badan paling luar;
3) setinggi betis dengan jarak maksimal 30 cm dari betis.
c. Prosedur kerja
1) Tutup sensor dan hidupkan alat.
2) Atur tombol pengatur agar monitor menunjukkan angka nol (zero
adjustment).
3) Bawa alat ke tempat pengukuran.
4) Letakkan sensor di tiap titik pengukuran dengan arah menghadap sumber
sinar ultra ungu.
5) Lakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran.
6) Baca dan catat hasil pengukuran pada formulir pengisian.

3. Cara Kerja Alat


a. Tekan tombol “Power Off/On”
b. Pilih maksimum range menggunakan “Range Switch”
Jika layar menunjukkan “_ _ _ ”, ini menandakan nilai pengukuran melebihi
range yang telah dipilih, maka pilihlah range yang lebih tinggi.
c. Prosedur Zero Adjust
Tempatkan “Range Switch” pada “199,9 uW/Cm2”.
• Tutup UV Sensor dengan telapak tangan, sampai tidak ada lagi sinar UV
yang ditangkap.
• Tekan tombol Nol (Zero Button), maka layar akan menunjukkan nilai Nol.
• Letakkan UV Sensor langsung di bawah sumber cahaya. Maka layar akan
menunjukkan nilai pengukuran.

13
d. DATA HOLD
• Waktu mengukur tekan tombol ‘Data Hold’, maka layar akan
menunjukkan nilai pengukuran. Dan layar akan menampilkan “D.H”
simbol.
• Untuk menghentikan fungsi data hold, tekan Tombol Data Hold sekali
lagi.
e. DATA RECORD (Pembacaan nilai maksimum dan minimum).
• Fungsi DATA RECORD akan menunjukkan nilai maksimum dan
minimum sinar UV yang pernah terukur. Untuk memulainya tekan tombol
“RECORD” sekali. Simbol “REC” akan muncul pada display LCD.
• Dengan adanya simbol “REC” pada layar :
f. Tekan “Recall Button” sekali, maka simbol “Max” dengan nilai maksimum
yang pernah terukur akan muncul di layar LCD.
g. Tekan “Recall Button” sekali lagi, maka simbol “Min” dengan nilai minimum
yang pernah terukur akan muncul di layar LCD.
h. Untuk menghentikan fungsi data record, tekan “Data Record Button” sekali lagi.
i. Untuk proses pengukuran yang cepat, dapat mengikuti prosedur di bawah ini

PROSEDUR
UTAMA
Power ON Pilih Range ZERO
(blank “UV
sensor”)
PROSEDUR PILIHAN PADA
PENGUKURAN

DATA HOLD MEMORY RECORD RS 232 OUT PUT


MAX, MIN

POWER
MANAGEMENT AUTO POWER OFF
Di bawah fungsi “Memory Record”
MANUAL POWER ATAU
OFF
Tidak bekerja selama
pemilihan “Memory
Record”

Karena ada keterbatasan dari struktur UV sensor, maka nilai dari sensor out
put mungkin akan mengalami penyimpangan sekitar 1% setelah satu tahun pertama,
dan ini adalah kondisi yang normal. Maka ini sangatlah beralasan apabila kaliberasi
dilakukan secara periodik setiap tahun.
Bagian FILTER sangat sensitif terhadap kelembaban, maka penyimpanan
sangatlah penting. Jika alat ini tidak digunakan dalam periode waktu yang lama, maka
harus disimpan di bawah lingkungan yang mempunyai kelembaban rendah,

14
contohnya disimpan di dalam plastik yang kering. Jika FILTER disimpan dengan cara
yang benar, maka periode kaliberasi dapat bertahan dalam waktu yang lama.
UV sensor COS akan menyebarkan sinar dengan sudut 30 derajat. Signal
input akan COS law (>95%). Sudut sinar 45 derajat, dengan COS law (>90%). Maka
ini sangatlah perlu bahwa sudut efektif dibatas tak lebih dari 45 derajat, dan batas
yang terbaik adalah 30 derajat. Kaliberasi dilakukan dengan sudut sinar 0 derajat
(vertikal).

➢ Bagaimana membuat Internal Zero Adjustment ?


Jika internal zero adjustment menyimpang lebih dari 20 angka, maka “Zero
Button” tidak bekerja. Maka layar akan menampilkan :

CAL 0
Dalam kondisi ini maka perlu dilakukan Internal Zero Adjustment dan
prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Tekan Power OFF
b. Tekan Tombol “Zero Button” terus-menerus. Power ON sampai layar
menunjukkan seperti gambar di bawah, kemudian lepas “Zero Button”.

2 3
Up Display : Layar yang menunjukkan Nilai Internal Zero
Down Display : Selalu menunjukkan nilai 0000

c. Sesuaikan (adjust) VR9 (single turn VR), sampai UP DISPLAY


menunjuk pada nilai nol (Zero Value).

Battery Cover

VR 9
Display (Name Plate)

15
➢ Cara penggantian baterai adalah sebagai berikut :
a. Ketika sudut kiri dari layar LCD menunjukkan “LBT” ini menandakan
battery uot put kurang dari 6,5-7,5 V. Maka perlu untuk mengganti
battery. Namun alat masih bisa digunakan untuk beberapa jam setelah
indikator muncul, sebelum alat menjadi tidak akurat lagi.
b. Buka/copot tutup baterai dari alat dan ambil baterai yang habis tadi.
c. Pasang baterai 9 V (006 P, PP3 type) dan tutup kembali tutupnya.

16
* PENERANGAN *

1. Alat
Nama alat : Light Meter/Lux Meter
Merk/Type : Lutron LX-1102
Prinsip kerja : alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila kena cahaya
akan menghasikan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya akan makin besar pula
arus yang dihasilkan. Besarnya intensitas cahaya dapat dilihat pada level meter. Cara
menggunakan alat pada prinsipnya adalah sebagai berikut :
a. Alat dihidupkan (On)
b. Photo cell menghadap sumber cahaya.
c. Baca hasil pada display (level meter)
2. Cara Kerja Alat
a. Hidupkan alat dengan menekan tombol Power ON
b. Pilih satuan pengukuran dengan menekan tombol ”Lux/Fc”. Layar akan
menunjukkan satuan pengukuran yang dipilih, Lux atau Ft-cd
c. Pilih range menggunakan tombol ”Range”
1) Jika di layar menunjukkan ”-----”, ini berarti range yang dipilih kurang
tinggi dikarenakan hasil yang tinggi, pilih range yang lebih tinggi.
2) Jika di layar menunjukkan ”_ _ _ _”, ini berarti hasil yang diperoleh lebih
rendah dari range tersebut, pilih range yang lebih rendah.
d. Letakkan sensor di bawah sumber cahaya
e. Zero adjusment
1) Tutup sensor menggunakan penutup sensor
2) Set pada range 40.00 lux
3) Tekan tombol ”Zero”, layar akan menunjukkan ”0000”
4) Buka kembali penutup sensor
f. Data Hold
Jika selama pengukuran ingin mencatat data yang dihasilkan, bisa menekan
tombol ”HOLD” maka pengukuran akan berhenti untuk sementara. Jika ingin
melanjutkan penugkuran, tekan kembali tombol ”HOLD”
g. Data Record
1) Data record berfungsi untuk merekan nilai maksimum dan minimum.
Tekan tombol ”Rec” untuk memulai merekan data. Maka akan muncul
ikon ”Rec” pada layar.
2) Jika ingin melihat nilai maksimal, tekan tombol ”REC” sekali lagi maka
akan muncul ikon ”Rec Max” pada layar.

17
3) Jika ingin melihat nilai minimum, tekan tombol ”REC” lagi maka akan
muncul ikon ”Rec Min” pada layar.
4) Untuk menghentikan data record, tekan tombol ”REC” beberapa saat
sampai ikon ”REC” di layar hilang.

3. Penentuan Titik Pengukuran


a. Penerangan setempat (lokal)
Antara lain obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan
meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah
pengukuran intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran.
b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada
setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.
Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas
ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2

1m 1m

1m

Gambar 2. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas


kurang dari 10 m2

2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara
10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 3.

3m 3m 3m

3m

3m

Gambar 3. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas


kurang dari 10 m2 – 100 m2

18
3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan
luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar

6m
6m

6m

6m

Gambar 4. Denah pengukuran intensitas penerangan umum


luas lebih dari 100 m2

4. Prosedur Pengukuran
a. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan
dilakukan.
b. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
c. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.
d. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
e. Pengukuran dilakukan pada salah satu sudut ( X 1) dimana setiap photo cell
menghadap sumber cahaya, alat di pegang ± 85 cm dari lantai.
f. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
g. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat seperti pada Lampiran, dan untuk intensitas penerangan
umum seperti pada Lampiran.
h. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.

5. Perhitungan
a. Penerangan Lokal
Hasil pengukuran berdasarkan tiap lokasi pengukuran yang diukur. Untuk
memudahkan dalam membaca hasil pengukuran, maka bisa menggunakan
denah. Contoh denah dalam lampiran.

19
b. Penerangan Umum
Besarnya intensitas penerangan umum :
Jumlah intensitas penerangan ( Lux) = ...............Lux
Jumlah titik seluruh ruangan

1p1+1p2 + 1p3 + ............................+ 1pn =......Lux


n

c. Reflaktan
Pengukuran Reflektan :
a) Ukurlah intensitas penerangan yang jatuh pada dinding lantai, langit-
langit, meja mesin atau yang akan diukur dengan Lux meter menghadap
sumber cahaya. Misalnya A Lux.
b) Photo cell di balik, kemudian tarik pelan-pelan sampai jarum/angka pada
display tidak bergerak/konstan. Misalnya B Lux.
Reflektan dihitung dengan rumus :

Reflektan = B x 100 % =.........%


A

20
* TEKANAN PANAS *

1. Alat
Nama Alat : Heat Stress Area
Merk : Quest Temp
Fungsi : mengukur kelembaban, suhu basah, suhu kering, radiasi
Prinsip kerja : termometer yang dilengkapi sensor listrik (baterai) yang
lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan mengetahui lama
pendinginan karena dalam satu alat ukur psychrometer, globe thermometer dan kata
thermometer sekaligus hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan
diukur.
2. Prosedur Pengukuran
a. Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan
b. Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift
kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.
c. Penentuan titik pengukuran
Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan
pekerjaan.
Catatan : Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari
kegiatan yang dilakukan.
d. Cara Kerja Alat :
1) Siapkan alat dan rangkai pada statif
2) Beri air pada wet sensor bar, lalu tekan ON dan biarkan ±10 menit untuk
kalibrasi
3) Tekan tombol, pilih dalam 0C atau 0F
4) Tekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan diukur)
5) Tekan tombol yang akan diukur. Lalu perhatikan angka di display, catat
hasilnya.
6) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF
3. Perhitungan

a. Penilaian menurut Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).


Analisis penilaian iklim kerja dapat dilakukan antara lain dengan
parameter ISBB (Indeks suhu basah dan bola). Untuk menilai tekanan panas
dengan ISBB, dibedakan antara keadaan di dalam ruangan dimana tidak ada
pengaruh sinar matahari dan di luar ruangan dimana terdapat pengaruh sinar
matahari.

21
Rumus ISBB :
Untuk tempat kerja dengan kondisi yang berbeda-beda selama jam kerja, ISBB
rata-rata dapat dihitung dengan rumus :

ISBB rata-rata = (ISBB1 ) t1+(ISBB 2 ) t 2 + .......(ISBB n )


tn
Keterangan :
ISBB1,2,…n : ISBB pada tempat-tempat ke 1,2…n.
T1,2,…n : Waktu (menit) dimana tenaga kerja bekerja pada tempat ke
1,2,…n.

b. Penilaian menurut Indeks Tekanan Panas


Indeks Tekanan Panas atau Heat Stres Index (HSI) dikembangkan oleh
Belding and Hatch di University of Pittsburg. Indeks ini mengkombinasikan
lingkungan (panas radiasi dan konveksi) dengan panas metabolisme dalam
tekanan yang ditunjukkan didalam waktu dari kebutuhan untuk penguapan
keringat (Ereq).
Rumus Keseimbangan panas : MCR–E=0
Dimana :
M : Panas yang dihasilkan oleh proses metabolik.
C : Panas yang dipancarkan/diabsorbsi dengan jalan konveksi.
R : Panas yang dipancarkan/diabsorbsi dengan jalan radiasi.
E : Panas yang dipancarkan oleh penguapan keringat.
4. Analisis Perhitungan
a. Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)
Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan
menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 14. Estimasi Pengukuran Panas Metabolik
A Body Position and movement Kcal/min*
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0 - 3.0
Walking uphill Add 0.8 per meter rise
B Type of work Average Range
Kcal/min Kcal/min
Hand work
Light 0.4 0.2 – 1.2
Heavy 0.9
Work one arm
Light 1.0 0.7 – 2.5

22
Heavy 1.8
Work both arms
Light 1.5 1.0 – 3.5
Heavy 2.5
Work whole body
Light 3.5 2.5 – 9.0
Moderate 5.0
Heavy 7.0
Very heavy 9.0
C Basal Metabolism 1.0
D Sample calculation ** Average (Kcal/min)
Assembling work with heavy and tools
Standing 0.6
Two arm work 3.5
Basal metabolism 1.0
Total 1.1 kcal/min
* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1,8 m2 body surface
(19,4 ft2)
** Example of measuring metabolic heat production of worker when performing
initial screening
Sumber : NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986
b. Evaluasi Tingkat Beban Kerja
Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan
hasilestimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai den
gan kategori OSHA pada tabel dibawah ini :
Tabel 15. Standar Pengukuran beban kerja
No BEBAN KERJA PENGELUARAN KALORI
Kcal/Jam
1 Pekerjaan ringan ≤ 200
2 Pekerjaan sedang 200-350
3 Pekerjaan berat 350-500
4 Pekerjaan sangat berat 500-600
Sumber : OSHA

c. Kriteria jenis pekerjaan menurut WHO


1) Kerja ringan
a) Laki-laki : Kerja kantor, dokter, guru, perawat, pengangguran
b) Wanita : Kerja kantor, dokter, guru, perawat.
2) Kerja sedang
a) Laki-laki : Industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, nelayan.
b) Wanita : Industri ringan, mahasiswi, kerja toko, kerja rumah tangga
(tanpa mesin).
3) Kerja berat
a) Laki-laki : Petani (tanpa mesin), kuli, tukang kayu (tanpa
mesin), tukang besi, kerja tambang.
b) Wanita : Petani (tanpa mesin), penari, atlet.

23
d. Evaluasi Pengukuran WORK-REST REGIMEN
Jam kerja : 8 jam/hari
Jam istirahat : 1 jam/hari

➢ Persentase waktu istirahat yang didapat selama 8 jam bekerja (1 jam dalam 1
hari kerja) adalah :
Jam istirahat/hari (menit) X 100% = Persentase waktu istirahat
Jam kerja/hari (menit)

➢ Persentase waktu kerja yang didapat selama 8 jam bekerja adalah :


Total jam kerja/hari (menit) X 100% = Persentase waktu kerja yang didapat
selama 8 jam bekerja

e. Tekanan Panas Yang Diperkenankan


Setelah mengetahui hasil dari pengukuran, beban kerja dan variasi kerja maka kita
bisa mengetahui suhu/nilai ISBB yang diperkenankan di tempat kerja dengan cara
membandingkannya dengan tabel dibawah ini :

24
Tabel 16. Nilai ISBB yang dianjurkan menurut Permenaker No 5 Tahun 2018
ISBB (0C)
Pengaturan Waktu
Beban Kerja
kerja Setiap Jam
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Sumber : Permenaker No 5 Tahun 2018

Keterangan :
➢ Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
➢ Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa
panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

Catatan :
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kal
ori/jam.
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan
kurang dari 350 Kilo kalori/jam.
- Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang
dari 500 Kilo kalori/jam.

Untuk tempat-tempat kerja tertentu yang diperkirakan mempunyai efek-efek


panas khusus, harus diperhatikan khususnya pada hal-hal sebagai berikut :
a) Adanya sumber panas yang menimbulkan panas radiasi yang cukup besar.
Misalnya : tempat pengecoran logam, peleburan bahan gelas, tanur, dsb.
b) Untuk tenaga kerja yang selama jam kerja harus berpindah-pindah
tempat/lokasi maka lokasi-lokasi yang mempunyai perbedaan suhu lebih dari
50C harus mendapat perhatian khusus, meskipun suhu basahnya tidak
menyimpang dari persyaratan NAB.

25
a. Pengukuran Kadar Debu Total Di udara Tempat Kerja
1) Ruang Lingkup
Standar ini menguraikan pengukuran kadar debu total diudara tempat
kerja secara gravimetri yang meliputi tahap persiapan, pengambilan contoh,
penimbangan, dan perhitungan kadar debu total.
Acuan : Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7058-2004 tentang
Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja.
2) Istilah dan definisi
a) Debu Total : debu diudara tempat kerja pada semua ukuran
b) Desikator : alat untuk mempertahankan kelembaban dikertas filter
pada skala tertentu
c) Hidrofobik : Sifat yang tidak menyerap uap air
d) Zona Pernapasan : area setengah lingkaran dari lubang hidung tenaga kerja
dengan diameter 0,6 m disekitar kepala dan bahu
e) Flowmeter : alat yang digunakan untuk mengukur laju kecepatan
aliran udara

1. Metode Pengukuran
a. Pengukuran Kadar Debu Total
1) Prinsip
Alat diletakkan pada titik pengukuran setinggi zona pernafasan,
pengambilan contoh dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (sesuai
kebutuhan dan tujuan pengukuran dan kadar debu total yang diukur ditentukan
secara gravimetri.
2) Peralatan
a) High Volume sampler (HVS) dilengkapi dengan pompa penghisap udara
dengan kapasitas 5 l/menit-15 l/menit
b) Timbangan Analitik dengan sensitivitas 0.01 mg
c) Pinset
d) Desikator, suhu (20 ± 1)0 C dan kelembaban udara (50 ± 5)%
e) Flowmeter : digunakan untuk mengukur laju kecepatan udara
f) Tripod
3) Bahan
Filter hidrofobik (misal jenis PVC, fiberglas) dengan ukuran pori 0,5 µm
4) Prosedur Kerja
a) Persiapan
(1) Filter yang diperlukan disimpan didalam desikator selama 24 jam agar

26
mendapatkan kondisi stabil
(2) Filter kosong ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga
kali penimbangan, sehingga diketahui berat filter sebelum
pengambilan contoh. Catat berat filter blanko dan filter contoh
masing-masing dengan Berat B1 (mg) dan W1 (mg). Masing-masing
filter tersebut ditaruh didalam holder setelah diberi nomer (kode)
(3) Filter contoh dimasukkan ke dalam High volume dust sampler holder
dengan menggunakan pinset dan tutup bagian atas holder
(4) Pompa penghisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara
10l/menit dengan menggunakan flowmeter (flowmeter harus
dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi)
b) Pengambilan contoh
(1) HVS diletakkan pada titik pengukuran (didekat tenaga kerja terpapar
debu) dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan
tenaga kerja
(2) Pompa penghisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh
dengan kecepatan laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit
(3) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit
hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan, tujuan, dan kondisi di
lokasi pengukuran)
(4) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu
pada awal, pertengahan, dan akhir shift kerja
(5) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder
dibersihkan untuk menghindari kontaminasi
(6) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan
dimasukkan kedalam desikator selama 24 jam.

c) Penimbangan
(1) Filter blanko sebagai pembanding dan filter contoh ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik yang sama sehingga
diperoleh berat filter blanko dan filter contoh masing-masing B2 (mg)
dan W2 (mg)
(2) Catat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sebelum
pengukuran dan sesudah pengukuran

27
d) Perhitungan
Kadar debu total di udara dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
(W2 − W1 ) − ( B2 − B1 )
(mg / l )
C= V
Atau

(W 2−W1 ) − ( B2 − B1 )
x 10 3 (mg / m 3 )
C= V

V = flowrate x waktu (liter)

Keterangan :
C : kadar debu total (mg/l atau (mg/m3)
W2 : berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg)
W1 : berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg)
B2 : berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg)
B1 : berat filter blanko sebelum pengambilan contoh (mg)
V : Volume udara pada waktu pengambilan contoh (l)
b. Pengukuran Kadar Debu Perorangan di Tempat Kerja
1) Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar debu respirabel diudara
tempat kerja secara personal.
Acuan : NIOSH Manual of Analytical Methods, Metode 0600
2) Prinsip Dasar
Debu respirabel diudara tempat kerja diambil contohnya (sampelnya)
dengan cara menghisap udara yang terkontaminasi debu dengan menggunakan
media kertas filter dengan memakai alat Personal Vacum Pump yang
dihubungkan dengan selang silicon. Selanjutnya debu yang dihisap ditangkap
pada permukaan kertas filter. Penentuan kadar debu respirabel di udara
ditentukan secara gravimetri.
3) Bahan dan Peralatan
a) Bahan
(1) Filter hidrofobik seperti Poly Vinyl Chloride (PVC), ukuran pori 0,8
µm dan diameter 37 mm
(2) Kertas label

28
b) Peralatan
(1) Personal Dust Sampler, dilengkapi dengan two stage cassette holder
dan selang silikon
(2) Personal Vacum Pump
(3) Timbangan Analitik
(4) Pinset
(5) Vacum Desicator
(6) Flowmeter
(7) Holder
(8) Obeng kecil
4) Tata Cara Pengambilan Sampel
a) Filter PVC disimpan didalam Vacum Desicator selama 24 jam agar
mendapatkan kondisi stabil;
b) Filter PVC kosong ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal 3
kali penimbangan sehingga diketahui berat filter sebelum pengambilan
contoh. Catat berat filter blanko dan filter contoh masing-masing dengan
berat B1 (mg) dan W1(mg)
c) Taruh masing-masing filter yang telah ditimbang ke dalam two stage
cassette holder yang telah dialasi dengan cellulose support pad, kemudian
beri nomor (kode) dengan kertas label
d) Siapkan filter blanko
e) Hubungkan two stage cassette holder dengan personal vacum pump
menggunakan selang silicon
f) Hidupkan personal vacum pump, lakukan kalibrasi dengan flowrate 1,9
l/menit (untuk cyclone nylon atau 2,2 l/menit untuk cyclone HD. Catat data
hasil kalibrasi. Kalibrasi minimal tiga kali.
g) Lakukan pengambilan sampel selama 4 s/d 8 jam kerja (sesuaikan dengan
kondisi kadar debu di tempat kerja)
5) Tata Cara Analisis
a) Filter blanko sebagai pembanding dan filter sampel ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik yang sama, sehingga diperoleh berat filter
blanko dan filter sampel maisng-masing B2 (mg) dan W2(mg).
b) Catat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sesudah
pengukuran.
6) Perhitungan
Kadar debu respirabel selama 8 jam kerja, dihitung dengan rumus :
(C1 x T1 ) + (C2 x T2 )
8 jam (TWA) = V

29
Keterangan :
TWA : Time Weighted Average
C1 : Kadar debu respirabel pada sampel-1, sewaktu sampling ke-1 (mg/m3)
C2 : Kadar debu respirabel pada sampel-2, sewaktu sampling ke-2 (mg/m3)
T1 : Waktu pengukuran jam ke-1 (jam)
T2 : Waktu pengukuran jam ke-2 (jam)

Gambar 1. Vacum Desicator Gambar 2. Timbangan Analitik

Contoh Gambar

Gambar 3. Pemasangan PDS pada Gambar 4.Personal Dust


saat Pengukuran Sampler dan Perlengkapannya

30
* GAS *

1. METODE PENGUKURAN
a. Tujuan
Adalah untuk mengetahui kadar gas di udara lingkungan kerja secara kuantitatif.
b. Alat dan Bahan
1) Detektor Kitagawa dan Tube Detektor
a) Gambar alat

Guide Mark Handle

Hand strap
Tip Cutter

Tube Rubber Connector

Skala Ujung Tube

Batas atas dan


batas bawah Reagen
t

Gambar 5. Peralatan Detektor


Kitagawa dan Tube Detektor

b) Prinsip Kerja
Alat ini terdiri dari suatu pompa penghisap dengan volume 100 ml
dan Tube Detektor yang bekerja khas untuk gas/uap tertentu. Prinsip
kerjanya adalah suatu pompa penghisap yang digunakan untuk menghisap
udara lingkungan kerja dengan volume tertentu (100 ml). Dengan demikian
jumlah udara yang mengalir melalui tube detektor juga sebanyak 100 ml.
Gas/Uap yang akan diselidiki di udara akan diabsorbsi oleh absorben dan
bereaksi dengan reagentnya. Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan warna. Panjang kolom perubahan warna dalam tube detektor akan
menunjukkan konsentrasi gas/uap yang dideteksi.
c) Kalibrasi
Tarik Handle pompa semaksimal mungkin (100 ml) dan lepaskan.
Apabila pompa kembali penuh (0 ml) berarti pompa masih dapat digunakan.

31
d) Cara Kerja
a) Pilih tube detector yang sesuai dengan gas/uap yang akan dideteksi.
b) Patahkan kedua ujung tube detector menggunakan tip cutter.
c) Pasang tube detector pada lubang masuk detector kitagawa dengan gambar
panah ke bawah, pemasangan jangan sampai terbalik.
d) Tarik handle/tabung pompa alat sampai maksimal kemudian dikunci.
Sebanyak 100 ml udara akan mengalir melalui tube detector. Bahan kimia
yang akan diselidiki akan diabsorbsi dan bereaksi dengan reagent sehingga
terjadi perubahan warna biarkan selama 3 menit.
e) Pembacaan
Pada tube detector yang sudah ada skalanya, konsentrasi zat yang diukur
sudah dapat dibaca pada skala yang ada pada tube detector tersebut. Cara
pembacaan pada tube detector yang tidak mempunyai skala adalah dengan
chart, yaitu dengan meletakkan tube detector diatas chart yang sesuai (ada
pada kotak setiap tube detector) sedemikian rupa sehingga kedua ujung
kolom absorben tepat pada masing-masing garis atas dan bawah pada chart
tersebut. Kemudian batas perubahan warna diproyeksikan pada chart yang
akan jatuh pada garis diantara kedua garis paling atas dan paling bawah tadi
yang akan menunjukkan konsentrasi gas/uap yang dideteksi.

2) CO Meter
Fungsi alat CO meter adalah untuk mengukur konsentrasi gas CO dalam suatu
ruangan.
Nama alat : CO Meter
Merk : Lutron
Type : GCO-2008

Gambar 6. CO Meter
Cara Kerja alat :
1. Tekan tombol POWER untuk menghidupkan alat
2. Di layar akan terlihat hasil pengukuran gas CO (ppm) dan temperature ( 0C dan
0
F)
- Range CO bekisar antara 0 – 1000 ppm
- Temperature sekitar 0 – 50 0C/ 0F

32
3. Untuk melaksanakan pengukuran, bawa alat ke lokasi yang akan dilakukan
pengukuran
4. Tunggu sampai 10 menit dan baca hasil yang ditunjukan di layar
5. Jika ingin melihat hasil maksimal dan minimal maka tekan tombol REC untuk
merekam data hasil pengukuran
6. Setelah 10 menit tekan tombol REC kembali sehingga di layar tertulis “REC
MAX” untuk melihat nilai Maksimal dan tekan tombol REC sekali lagi
sehingga di layar tertulis “REC MIN” untuk melihat nilai minimal
7. Untuk menghentikan perekaman data maka tekan tombol REC sampai tulisan
“REC” di layar hilang
8. Matikan alat dengan menekan tombol POWER

c. Interpretasi Hasil
Jika menggunakan alat Gas Detector Kitagawa maka hasil akan terlihat pada tube.
Menurut Permenaker No 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Kimia di
tempat Kerja, apabila terdapat lebih dari satu bahan kimia berbahaya yang bereaksi
terhadap sistem atau organ yang sama, di suatu udara lingkungan kerja, maka
kombinasi pengaruhnya perlu diperhatikan. Jika tidak dijelaskan lebih lanjut,
efeknya dianggap saling menambah.
Dilampaui atau tidaknya Nilai Ambang Batas (NAB) campuran dari bahan-
bahan kimia tersebut, dapat diketahui dengan menghitung dari jumlah
perbandingan diantara kadar dan NAB masing-masing, dengan rumus-rumus
sebagai berikut:
C1 C2 Cn
+ + ......... = ..........
NAB (1) NAB (2) NAB (n)

Keterangan :
C : Kadar bahan kimia (bds/ppm)
NAB : Nilai Ambang Batas Bahan Kimia (bds/ppm)
NAB campuran = 1

Contoh :
Udara mengandung 400 bds Aseton (NAB-750 bds), 150 bds Butil asetat
sekunder (NAB-200 bds) dan 100 bds Metil etil keton (NAB-200 bds).
Kadar campuran = 400 bds + 150 bds + 100 bds = 650 bds. Untuk mengetahui
NAB campuran dilampaui atau tidak, angka-angka tersebut dimasukkan ke
dalam rumus :

33
C1 C2 Cn
+ + ......... = ..........
NAB (1) NAB (2) NAB (n)

400 150 100


= + + = 0,53 + 0,75 + 0,5 = 1,78
750 200 200
Dengan demikian kadar bahan kimia campuran tersebut di atas telah melampaui
NAB campuran, karena hasil dari rumus lebih besar dari 1 (satu).

34
* Spirometri *

a. Autosipiro AS : 300
Autospiro bekerja secara elektronik yang dikendalikan dengan tombol-
tombol yang ada. Secara garis besar hal-hal yang perlu diketahui dalam penggunaan
Autospiro AS : 300 adalah sebagai berikut :
a. Liquid Crystal Display (LCD)
LCD menunjukkan hasil kurva dan hasil pengukuran.
b. ID Selectors
ID Selectors untuk menentukan nomor pasien, jenis kelamin, umur dan tinggi
badan sesuai dengan identitas pasien.
c. FVC Indikator Light
Bila menyala dihasil FVC. Jika ditekan bersama kunci Start/Stop (menyala) maka
pengukuran FVC dapat dilakukan.
d. VC Indicator Light
Bila menyala menghasilkan VC. Jika ditekan bersama kunci Start/Stop (menyala)
maka pengukuran VC dapat dilakukan.
e. Print Indikator Light
Jika ditekan lampu indicator cetak menyala terang menunjukkan pencetakan mulai
bekerja dan selesai mencetak lampu indicator akan mati secara otomatis.
f. Start Indikator Light
Jika ditekan lampu indicator akan menyala, menunjukkan pengukuran bias
dilakkukan dan bila selesai pengukuran lampu akan mati secara otomatis.
g. Feed Key
Untuk memasukkan kertas pada printer, tekan kunci ini.
h. Data/Curve Key
Jika ditekan data dan kurve tampak pada LCD
i. Start/Stop
Jika ditekan lampu indicator start akan menyala terang sebagai petunjuk
pengukuran bisa dilakukan. Jika selesai lampu indicator akan mati secara
otomatis.
j. Contras Volume
Kontra layar LCD disetel dengan memutar volume ke kanan atau ke kiri.
k. Input Terminal for Tranduser
Untuk menghubungkan tranduser ke terminal sebelum power switch dihidupkan.
l. Kabel Power
Untuk memasukkan arus listrik (AC) sebagai tenaga.

35
Cara Kerja Alat :
a. Hidupkan/jalankan switch kurang lebih 30 menit sebelum alat digunakan. Ini
penting untuk memanaskan kabel tranduser.
b. Pasang kabel untuk mouth piece ke tranduser.
c. Pasang kabel AC, lalu hidupkan alat (saklar “ON”).
d. Masukkan data identitas pasien yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan pada ID
Selector.
e. Pengukuran kapasitas vital (VC) :
1) Tekan tombol VC (lampu menyala) dan Start/Stop (lampu menyala)
Berita “Breathe Quite” pada LCD menunjukkan pengukuran siap dimulai.
2) Pasien ambil nafas semaksimal mungkin (Inspirasi maksimum), jepit hidung
dipasang, kemudian menghembuskan nafas semaksimal mungkin (ekspirasi
maksimum) melalui Mouth Piece.
o Setelah selesai lampu Start/Stop mati secara otomatis.
o Jepit hidung dilepas.
3) Data dapat dilihat dengan menekan kunci Curve/Data.
4) Akan muncul data hasil pengukuran pada LCD.
5) Jika ingin dicetak, tekan tombol Print/Stop (lampu menyala)
o Secara otomatis alat mencetak data.
o Setelah selesai lampu akan mati secara otomatis.
f. Pengukuran Forced Vital Capacity (FVC) :
1) Tekan tombol FVC (lampu menyala) dan start/stop (lampu menyala). Berita
“Expire Fully” pada LCD menunjukkan pengukuran siap dimulai.
2) Pasien menghirup nafas semaksimal mungkin (Inspirasi maksimum), jepit
hidung dipasang, kemudian menghembuskan nafas semaksimal mungkin
(ekspirasi maksimum) dengan sekuat-kuatnya dan secepat-sepatnya melalui
mouth piece sampai tuntas. Setelah selesai lampu Start/Stop mati secara
otomatis dan jepit hidung dilepas.
3) Data dapat dilihat dengan menekan kunci Curve/Data
Akan muncul data hasil pengukuran pada LCD.
4) Jika ingin dicetak, takan tombol Print/Stop (lampu menyala) secara otomatis
alat akan mencetak data.
5) Setelah selesai lampu akan mati secara otomatis.

36
b. Spirometer MIR Spirobank-2
1) Persiapan Alat
a) Hidupkan PC yang digunakan untuk pembacaan alat
b) Lalu sambungkan alat dengan menggunakan kabel data yang disediakan
c) Double klik icon WINSPIRO
d) Klik pada toolbar CONFIGURATION
e) Klik OPTION pada jendela configuration
f) Lakukan setting pada lembar general
- Bahasa
- Satuan pengukuran : cm/kg
- Set turbine : reuseable
g) Lakukan setting pada lembar COMMUNICATION
- Port komunikasi : USB
- Klik TEST USB, untuk diagnose koneksi alat ke PC
h) Setelah setting selesai, klik tombol APLLY lalu OK
i) Alat telah siap untuk digunakan untuk pengukuran

2) Pengujian
a) Klik ICON PATIENT, kemudian pilih ikon NEW
b) Isi kolom yang bertanda * dengan data pasien, kolom lain bisa dilewati
c) Kemudian simpan data pasien tersebut dengan mengklik icon SAVE
d) Pilih data dari pasien yang diisikan tadi dengan dikolom pencarian lalu klik
nama tersebut untuk menampilkan
e) Pilih tipe pengukuran pada toolbar : VC, FVC
f) Lakukan instruksi pada layar PC
g) Data yang diambil pada pasien akan otomatis tersimpan pada PC, sehingga
dapat dicetak atau dibaca ulang untuk penggunaan selanjutnya

c. Analisis Hasil Pemeriksaan


Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan Tabel Kelainan fungsi paru,
penilaian derajat sesak dan Penilaian Cacat menurut Permenaker No.
25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Pada Kecelakaan
Dan Penyakit Akibat Kerja

37
d. Kelainan fungsi paru
Tabel 4. Kelainan Fungsi Paru
Kriteria Restriksi Obstruksi
(KVP% atau (VEP1/KVP% atau
KVP/Prediksi%) VEP1%(VEP1/prediksi)
Normal > 80% >75 %
Ringan 60 – 79% 60 – 74 %
Sedang 30 – 59% 30 – 59 %
Berat < 30% < 30%
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008
a. Restriksi adalah Kerusakan jaringan paru-paru, misalnya pada penderita
Pneumonia, Peneumonokiosis
b. Obstruksi adalah penyumbatan saluran nafas misalnya pada penderita asma,
bronchitis khronis

e. Penilaian derajat sesak


Derajat O : Tidak sesak kecuali exercise berat
Derajat I : Sesak ringan, rasa napas pendek bila berjalan cepat mendatar atau
mendaki
Derajat II : Sesak sedang, berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama
umur karena sesak atau harus berhenti untuk bernapas saat
berjalan mendatar
Derajat III : Sesak berat, berhenti untuk bernapas setelah berjalan 100
meter/beberapa menit, berjalan mendatar
Derajat IV : Sangat berat terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat
mengenakan/melepaskan pakaian
f. Penilaian Cacat
Penilaian cacat pada penyakit paru akibat kerja didasarkan kepada hasil penentuan
pemeriksaan spirometri dan derajat sesak sebagai berikut:
Tabel 5. Penilaian Cacat Pada Penyakit Paru
Derajat sesak VEP 1 Presentase cacat fungsi
(fungsional disability)
0 > 2,5 L -
1 Ringan 1,6 – 2,5 L 25 %
2 Sedang 1,1 – 1,5 L 50 %
3 Berat 0,5 – 1 L 75 %
4 Sangat Berat < 0,1 L 100 %
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008

38
Penilaian dilakukan setelah penderita mendapat terapi maksimal (bronkodilator)
selama 3 bulan dengan hasil menetap.
Cara menetapkan penilaian kecacatan fungsi (Functional disability) ditentukan
dengan menilai secara subyektif keluhan sesak napas dan penilaian obyektif dengan
pemeriksaan spirometri

39
*AUDIOMETRI*

a. Peralatan Dan Bahan


1) Audiometer nada murni dengan hantaran udara
2) Audiogram (kertas pencatat berupa grafik dengan garis horizontal dari kiri ke
kanan mulai dari frekuensi 500 – 8000 Hz dan garis vertikal dari atas ke bawah
yang menunjukkan tingkat intensitas suara dalam dB). Tingkat ambang dengar
yagn dicatat adalah tingkat intensitas terendah yang masih dapat didengar.
3) Tempat/Ruang pemeriksaan yang kedap suara/tenang
4) Spidol merah dan biru

b. Prosedur Kerja
1) Tahap Persiapan
a) Persiapan tenaga kerja yang akan diperiksa :
• Hindari paparan bising (termasuk music) selama 16 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan.
• Lakukan pemeriksaan telinga luar apakah ada sumbatan (contoh :
serumen). Bila terdapat sumbatan harus dibersihkan terlebih dahulu
(konsultasikan ke dokter THT)
• Ditanyakan apakah ada gangguan pendengaran dan adakah perbedaan
kemampuan mendengar pada kedua telinga
• Duduk dalam ruangan kedap suara (≤ 40 dB) atau duduk dalam ruangan
tenang (≤ 40 dB) menghadap ke arah yang berlawanan dengan operator.
b) Persiapan peralatan dan bahan
• Audiometri set telah terkalibrasi
• Tersedianya audiogram dalam jumlah yang cukup (sesuai dengan jumlah
tenaga kerja yang akan diperiksa)
• Tersedianya alat tulis (spidol merah dan biru)
• Tersedianya sumber listrik untuk peralatan audiometri
c) Persiapan metode
• Tersedianya SOP (standar Operational Prosedur)
• Tersedianya data audiogram dasar (baseline data)

40
2) Tahap Pelaksanaan
a) Berikan instruksi kepada orang yang diperiksa untuk memberikan respon
dengan menekan tombol respon atau mengangkat tangan setiap mendengar
nada melalui earphone.
b) Tempatkan earphone sesuai dengan liang telinga (warna merah pada
telinga kanan dan warna biru pada telinga kiri).
c) Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/power
d) Dahulukan telinga yanglebih baik pendengarannya atau telinga kanan
(tekan tombol nada warna merah untuk memeriksa telinga kanan)
e) Mulai pemeriksaan di frekuensi 1000 Hz dengan menekan/memutar tombol
frekuensi sesuai dengan 1000 Hz.
f) Tekan tombol nada mulai 0 dB dan tingkatkan intensitas secara bertahap
dengan menekan/memutar tombol tombol intensitas, lepaskan tombol nada
bila terdapat respon
g) Turunkan intensitas 10 dB lebih rendah danberikan nada pendek (1 detik
penekanan tombol nada)
h) Jika terdapat respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang diperiksa
tidak memberikan respon
i) Tingkatkan intensitas 5 dB lebih tinggi dan berikan nada pendek (tiga) kali
j) Jika terdapat 1 respon, ulangi prosedur diatas sehingga orang yang
diperiksa memberikan 2 respon dari 3 nada pendek yang diberikan
k) Turunkan intensitas 5 dB lebih rendah dan berikan nada pendek (tiga) kali
l) Tingkat intensitas terendah yang memberikan 2 respon dari 3 nada pendek
yang diberikan diambil sebagai tingkat ambang dengar
m) Catat tingkat ambang dengar pada audiogram dengan spidol (tanda
lingkaran merah untuk telinga kanan, tanda silang biru untuk telinga kiri)
n) Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 2000, 3000, 4000, 6000 Hz
dengan prosedur yang sama, kemudian ulangi pemeriksaan pada frekuensi
1000 Hz
o) Pemeriksaan ulang pada frekuensi 1000 Hz harus memberikan tingkat
ambang dengar yang sama. Jika tidak, harus dilakukan pemeriksaan ulang
p) Periksa tingkat ambang dengar pada frekuensi 500 Hz dengan prosedur
yang sama
q) Periksa telinga sebelahnya dengan prosedur yang sama
r) Lepaskan earphone. Jika ditemukan kelainan pendengaran, harus dilakukan
pemeriksaan ulang dan catat tingkat ambang dengar rata-rata di audiogram

41
3) Interpretasi Audiogram
a) Frekuensi percakapan adalah 500, 1000, 2000, dan 3000 Hz
b) Untuk menentukan ambang dengar rata-rata (pure Tone Average/PTA),
jumlahkan nilai ambang dengar pada frekuensi percakapan tersebut
kemudian dibagi 4
c) Gambaran patogenomonik audiogram ketulian akibat bising dilihat pada
frekuensi 4000 Hz berbentuk takik (V)
d) Diharapkan semua tes audiogram tenaga kerja dalam batas normal,
artinya tidak ada ambang dengar yang lebih dari 25 dB terutama pada
frekuensi 500 hz dan 1000 Hz, jika ada kemungkinan background noise
terlalu tinggi.
e) Penandaan pada audiochart :
- Untuk hantaran udara, untuk telinga kanan tanda O warna merah dan
untuk telinga kiri tanda X warna biru
- Untuk hantaran tulang, untuk telinga kanan tanda > dan untuk telinga
kiri tanda <

4) Kriteria Audiogram
a) Untuk membuat data base line (pre employment) diharapkan ambang
dengar rata- rata frekuensi percakapan tidak melebihi 25 dB
b) Untuk tujuan monitoring :
• Perubahan ambang dengar rata-rata dibanding dengan audiogram
sebelumnya dianggap signifikan bila lebih besar dari 10 dB pada
frekuensi 500, 1000, 2000, 3000, dan 4000 Hz
• Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih 10 dB pada
frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz. Standar Threshold Shift adalah 10
dB
• Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih dari 15 dB
pada salah satu dari frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz

c. Penilaian Kecacatan
1) Evaluasi kecacatan pada NIHL
Dalam menghitung cacat akibat bisisng (NIHL) diperlukan
audiogram nada murni pada saat mulai bekerja di lingkungan bising dan
audiogram yang terakhir. Bila audiogram pada saat mulai bekerja pada
lingkungan bising tidak ada, maka dianggap ambang pendengaran yang dulu
adalah 25 dB. Juga diperlukan untuk pekerja untuk koreksi terhadap penurunan

42
akibat pertambahan umur (koreksi pesbicusis) dimana tiap kenaikan 1 tahun
setelah umur 40 tahun ambang pendengaran ditambah 0,5 dB. Dengan catatan
tidak lebih dari 12,5 dB.
Tabel 6. Kriteria Nilai Ambang Pendengaran
Kriteria Nilai Ambang Keterangan
Dengar (dB)
Normal ≤ 25 Dalam pembicaraan biasa tidak ada
kesukaran mendengar suara perlahan
Tuli Ringan 25 – 40 Dalam pembicaraan biasa terdapat
kesukaran mendengar
Tuli sedang 40 – 55 Seringkali terdapat kesukaran untuk
mendengar pembicaraan biasa
Tuli sedang 55 – 70 Kesukaran mendengar suara
berat pembicaraan kalau tidak dengan suara
keras
Tuli berat 70 – 90 Hanya dapat mendengar suara yang
sangat keras
Tuli sangat > 90 Sama sekali tidak mendengar
berat pembicaraan
Sumber : Permenaker No 25/MEN/VII/2008
Tingkat cacat :
American Medical Association (AMA) Committee on Medical Rating of
Physical Imparment, menyatakan bahwa cacat total pendengaran, apabila
ambang dengar diatas 92 dB. Jadi ambang tertinggi ialah 93 dB dan batas
terendah untuk tuli ialah 25 dB.
2) Derajat Ketulian
Tabel derajat ketulian berdasarkan Tingkat Pendengaran sebagai berikut :
Tabel 7. Derajat Ketulian Berdasarkan Tingkat Pendengaran
Ambang Pendengaran Nilai Ketulian Penampilan
(dB)
>81 5 (Tuli sangat Kedua telinga tidak dapat
berat 2 telinga) mendengar kata yang
diucapkan
61 – 80 4 (Tuli berat 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali diteriakkan
pada sisi telinga
41 – 60 3 (Tuli sedang Tidak dapat mendengar
2 telinga) percakapan kecuali dengan
suara keras jarak kurang dari 3
meter
26 – 40 2 (Tuli ringan 2 Tidak dapat mendengar
telinga) percakapan kecuali dengan
suara keras
Satu telinga dg nilai 1 (Tuli satu Ketulian hanya terjadi pada
ambang dengar >25 telinga) satu telinga
Kedua telinga ambang 0 normal Kedua telinga nilai ambang
dengar ≤ 25 dengar normal
Sumber : WHO 1992

43
3) Penilaian Tingkat Kecacatan
a) Tingkat pendengaran (Hearing Threshold Level)
Rata-rata tingkat bunyi terendah yang masih dapat terdengar pada frekuensi
500, 1000, 2000 dan 3000 Hz.
b) Tingkat Ketulian
Tingkat pendengaran dikurangi 25 dB (Low Fance)
c) Prosentase Ketulian
Koreksi Presbicusys untuk perhitungan prosentase ketulian : sesudah umur
40 tahun, setiap kenaikan 1 tahun Low Fance naik 0,5 dB.
Tabel 8. Koreksi Low Fance
No Umur (Tahun) Koreksi Low Fance (dB)
1 < 40 25,0
2 41 25,5
3 42 26
4 43 26,5
5 44 27,0
… ……. ……
24 >64 37
Perhitungan prosentase ketulian :
a) Monoaural ( 1 telinga)
Tingkat pendengaran dikurangi Low Fance terkoreksi kemudian
dikalikan 1,5%
b) Biaural ( 2 telinga)
Prosentase Ketulian Monoaural yang lebih baik dikalikan 5 ditambah
Prosentase Ketulian Monoaural lainnya dibagi 6.
Contoh : Prosentase Ketulian Telinga Kanan 3%, Prosentase Ketulian
Kiri 2%, maka Prosentase Ketulian 2 Telinga (Biaural) sebesar (5 x
2% + 3%) : 6 = 2,166%
d. Pelaporan
1) Identifikasi : meliputi identifikasi perusahaan, tenaga kerja, petugas, peralatan,
kondisi dan waktu pelaksanaan.
2) Peralatan dan bahan : meliputi alat dan bahan yang digunakan
3) Teknik pelaksanaan : meliputi standar operasional prosedur baik alat, metode,
manual atau pedoman yang telah ditentukan.
4) Hasil pengujian : berupa audiogram yang menunjukkan tingkat ambang dengar
tenaga kerja. Audiogram berkala digunakan untuk menilai efektivitas program
konservasi pendengaran (misalnya alat pelindung telinga). Bial terdapat kelainan
pendengaran pada pemeriksaan audiometric monitoring, sebaiknya tenaga kerja
dikonsulkan ke dokter ahli THT untuk penatalaksanaan selanjutnya.

44
5) Interpretasi : Bila terdapat penurunan rerata daya dengar > 10 dB pada frekuensi
tinggi atau > 15 dB pada salah satu frekuensi dbandingkan dengan data awal,
maka hal tersebut menunjukkan adanya gangguan pendengaran akibat paparan
bising. Pada tenaga kerja sebaiknya diberikan konseling, evaluasi ulang
penggunaan alat pelindung telinga, dan pada kasus berat ditempatkan pada
tempat kerja yang tidak bising.

45

Anda mungkin juga menyukai