Anda di halaman 1dari 47

KOMPONEN IKLIM

DIII Kesehatan Lingkungan


Politeknik Banjarnegara
Pengukuran Suhu
Sinar matahari yang sampai ke bumi akan mengalami
proses:
• pemantulan (refleksi),
• pembauran (scattering), dan
• penyerapan (absorpsi) oleh material-material di
atmosfer.

Persentase jumlah pemantulan dan pembauran sinar


matahari oleh partikel atmosfer ini dinamakan albedo
(Utoyo, 2009)
Pada saat memasuki atmosfer bumi, sekitar 7% energi sinar
matahari langsung dibaurkan kembali ke angkasa, 15% diserap
oleh partikel-partikel udara dan debu atmosfer, 24% dipantulkan
oleh awan, dan 3% diserap oleh partikel-partikel awan.

Jadi, persentase albedo sinar matahari oleh atmosfer adalah


sekitar 49%, sedangkan yang sampai di permukaan bumi hanya
51%. Energi matahari yang sampai di permukaan bumi ini
kemudian dipantulkan kembali sekitar 4%.

Jadi, jumlah keseluruhan energi matahari yang diserap muka


bumi adalah sekitar 47%.
Suhu udara permukaan merupakan suhu udara pada ketinggian 1,25
sampai dengan 2,0 meter di atas permukaan bumi.

Fluktuasi suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian,


demikian pula dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau tahunan.
Pada periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa
terjadi setelah beberapa saat setelah matahari melewati titik
kulminasinya sedangkan suhu udara terendah atau minimum biasa
terjadi setelah beberapa saat sebelum matahari terbit.

Nilai perbedaan antara suhu udara maksimum dan suhu udara


minimum selama satu hari (24 jam) disebut dengan amplitudo suhu
harian.
Suhu udara bervariasi secara horizontal dan vertikal. Suhu udara
yang tinggi dapat mempercepat reaksi pembentukan polutan
sekunder di udara.

Suhu udara yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi pembakaran


bahan bakar, sehingga entropi hasil pembakaran yang dihasilkan
akan lebih sedikit.

Suhu udara yang tinggi akan meningkatkan penguapan air


sehingga udara dapat menjadi lembab. Suhu udara akan
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara yang akan
bepengaruh terhadap pergerakan udara (angin).
Cara pengukuran suhu udara umumnya menggunakan
thermometer alkohol, thermometer air raksa, thermometer
digital atau thermohygrometer yang juga mengukur kelembaban
udara. Cara pengukuran suhu dilakukan sebagai berikut:
1. Siapkan thermometer
2. Gantung thermometer setinggi 1,25 – 2 meter
3. Hindari themometer dari terkena sinar matahari langsung atau
pantulan radiasi sinar matahari
4. Biarkan selama 5 menit, sampai konstan
5. Baca dan catat suhu udara pada thermometer
Pengukuran Kelembaban
1. Pengukuran Kelembaban dengan Suhu Basa dan Suhu Kering

a. Siapkan alat dan bahan


b. Buat kayu penyangga berbentuk tanda tambah dan ikatkan payung di atas kayu tersebut
sebagai pelindung
c. Kemudian ikatkan thermometer diujung-ujung dari kayu
d. Kapas diikatkan pada salah satu thermometer dan diberi air sementara yang satunya tidak diberi
apa-apa
e. Lakukan pengamatan selama 30 menit
f. Tentukan kelembaban udara dengan menggunakan tabel di bawah ini

Contoh:
Suhu kering = 27oC
Suhu basah = 25oC
Selisih suhu kering dan suhu basah adalah 2oC
Kelembaban udara lihat pada tabel pada suhu kering 27oC, kemudian lihat pada kolom selisih
suhu kering dan suhu basah = 2, maka kelembaban udara adalah 83%.
2. Pengukuran dengan Psycrometer
a. Siapkan psycrometer
b. Basahi kapas/kain yang ada pada ujung thermometer yang bertuliskan wet
c. Thermometer yang bertulisakan dry tidak dibasahi
d. Letakkan pada dinding atau meja kerja/lokasi yang diukur dengan ketinggian
1,2 sampai 1,5 meter selama 2-5 menit (sampai konstan)
e. Catat suhu thermometer yang bertulisan wet dan dry
f. Tentukan kelembaban udara dengan melihat pada tabel

Contoh:
Suhu kering = 27oC
Suhu basah = 25oC
Selisih suhu kering dan suhu basah adalah 2oC
Kelembaban udara lihat pada tabel pada suhu kering 27oC, kemudian lihat
pada kolom selisih suhu kering dan suhu basah = 2, maka kelembaban udara
adalah 83%.
3. Pengukuran dengan Hygrometer atau Thermohygrometer
Pengukuran kelembaban menggunakan alat elektoronik yang
mampu mengukur kelembaban relatif udara, atau perangkat
elektronik yang dirancang untuk mengukur suhu dan
kelembaban relatif udara, baik secara manual maupun digital.
Jika pengukuran kelembaban dilakukan dengan alat-alat tersebut,
caranya adalah meletakkan atau menggantung alat pada
ketinggian 1.25-2 meter, dan dibiarkan selama 5 menit (sampai
stabil) lalu dibaca.
Kecepatan dan Arah Angin
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan speedometer/
anemometer, sedangkan arah angin ditentukan dengan panah
angin (wind vane) dan kantong angin (windsock).
Dalam keadaan tidak memiliki alat yang memadai, maka arah
angin juga dapat ditentukan dengan menggunakan kompas, asap,
atau kapas, tisu, atau bendera.
Kompas digunakan untuk menentukan arah mata angin.
Sedangkan kapas, asap, atau tisu digunakan untuk melihat arah
angin.
Angin dinamai sesuai dengan arah datangnya, seperti angin utara,
berarti angin yang datang dari utara, angin barat berarti angin
yang datang dari barat, dan seterusnya.
Di samping itu kecepatan angin juga dapat ditentukan dengan
skala Beaufoort, yakni dengan mengamati pergerakan benda-
benda, terutama tanaman dan pepohonan. Beaufort merupakan
nama dari seorang perwira peltut Inggeris yang pertama kali
membuat skala mengenai kecepatan angin dengan mengamati
pergerakan benda-benda di sekitar.
Skala Beaufort
Pengukuran Kebisingan
Standar kualitas kebisingan mengacu pada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 48/MenLH/11/1996, tentang
Baku Tingkat Kebisingan.

Pengukuran intensitas kebisingan juga dapat dilakukan sesuai


dengan Prosedur yang dikeluarkan oleh SNI, yaitu SNI 7231-
2009, tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di
Tempat Kerja
Instrumen Pengukur
Instrumen pengukur kebisingan disebut Sound Level Meter
(SLM). Terdapat banyak nama, jenis, dan model SLM yang dijual
di pasaran, namun secara umum SLM dibagi menjadi dua jenis:
1. SLM manual atau biasa (menangkap suara secara current
time tanpa fungsi record dan processing sehingga datanya
harus diolah lagi sebelum dibandingkan dengan baku mutu)
dan
2. SLM otomatis atau integrating SLM (mampu merekam dan
mengolah data rekaman suara secara otomatis)
Berbeda dengan kebisingan di industri yang bersifat tetap atau
kontinyu (steady noise), kebisingan di lingkungan bersifat lebih
fluktuatif (intermitten) dan bervariasi menurut waktu (time
varying noise). Oleh sebab itu hal terpenting dalam pengukuran
kebisingan lingkungan adalah penggunaan respon fast saat
pengukuran.
Langka-langkah
1. Mengecek daya baterai dengan menghidupkan alat memperhatikan
indicator baterai pada layar SLM.
2. Melakukan kalibrasi internal dengan cara menekan tombol cal,
kemudian mencocokkan nilai yang tertera pada layar dengan nilai acuan di
atasnya, atau
3. Melakukan kalibrasi eksternal dengan cara menghubungkan mikrofon
dengan kalibrator yang memiliki intensitas tertentu, kemudian
menyesuaikan nilai yang tertera pada layar SLM dengan nilai kebisingan
kalibrator.
4. Mengatur respon jaringan dengan menekan tombol fast/slow (pilih
respon fast untuk pengukuran bising lingkungan)
5. Mengatur mode jaringan dengan menekan tombol A/C/P (pilih mode A)
6. Mengatur rentang pengukuran sesuai estimasi tingkat kebisingan yang
akan diukur
7. Memilih mode waktu yang digunakan dengan menekan menu pada
integrating SLM (10 menit untuk pengukuran bising lingkungan)
8. Memilih mode pengukuran dengan menekan tombol mode pada
integrating SLM (Leq, Le, Lmax, none)
9. Untuk SLM biasa waktu pengukuran ditentukan secara manual
sedangkan Leq dihitung dari 120 data yang terkumpul selama 10 menit
Metode Pengukuran
1. Cara Sederhana
Cara sederhana adalah cara penentuan intensitas kebisingan
menggunakan alat berupa Sound Level Meter (SLM), dan
stopwatch. Pengukuran tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10
(sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan
setiap 5 (lima) detik. Data yang diperoleh langsung dapat diolah
dan intensitas kebisingan saat dilakukan pengukuran tersebut dapat
segera diketahui.
2. Cara Langsung
Cara langsung adalah cara mengukur intensitas kebisingan
menggunakan sebuah integrating sound level meter yang
mempunyai fasilitas pengukuran, yaitu Leq dengan waktu
ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10
(sepuluh) menit. Pengukuran tersebut dilakukan secara
berlanjut.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM)
dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling
tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00
dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang
22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu
tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu
pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling
sedikit 3 waktu pengukuran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Perhatikan sumber bising; pengukuran bising sedapat


mungkin menghadap sumber bising dan tidak terhalang
bangunan, pohon, papan reklame dan sejenisnya, ada jarak dari
barrier (≥ 3 meter), dan tidak dalam kondisi hujan.
b. Ketinggian mikrofon ± 1,2 m dari lantai/tanah, SLM dapat
dipegang atau dipasang pada tripod.
c. Sebelum menekan tombol “start” pastikan alat telah disetting
dengan benar sesuai jenis bising yang akan diukur.
d. Integrating SLM akan berhenti secara otomatis sesuai waktu
yang telah ditentukan, data tersimpan di dalam memori alat dan
bisa dipanggil sewaktu-waktu meskipun alat telah dimatikan.
e. Untuk pengukuran secara manual, data kebisingan
dikumpulkan selama 10 menit dengan pencatatan tiap 5 detik,
sehingga total data yang dikumpulkan berjumlah 120 data.
f. Pengukuran kebisingan sebaiknya dilakukan oleh tiga orang,
dengan pembagian tugas sebagai berikut:
1) Satu orang memegang alat setinggi 1,5 sampai 2 meter
2) Satu orang membaca waktu dan memberi tanda setiap 5
detik
3) Satu orang mencatat intensitas ke dalam formulir pengukuran
g. Pada saat mengukur kebisingan di suatu tempat, maka perlu
juga diukur komponen iklim yang berpengaruh terhadap
intensitas kebisingan, yaitu; suhu udara, kelembaban udara, arah
dan kecepatan angin.
Pengukuran Pencahayaan
Tujuan pengukuran pencahayaan dalam penyehatan udara
adalah mengetahui kesesuaian intensitas penerangan sesuai
dengan aktivitas yang dilakukan pada sebuah ruangan sesuai
dengan peruntukan ruang tersebut.

Untuk maksud tersebut maka diperlukan pengukuran


pencahayaan yang tepat sesuai dengan sesuai dengan prosedur
yang baku. Alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan
adalah luxmeter yang mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, kemudian eneergi listrik diubah menjadi angka yang
dapat dibaca pada layar monitor.
Penentuan titik pengukuran
Titik pengukuran pencahayaan harus mewakili titik fokus fokus
aktivitas yang dilakukan. Misalnya, untuk perpustakaan, maka
titik yang diukur adalah titik dimana orang melakukan aktivitas
membaca, yaitu di atas meja baca.

a. Penerangan Setempat, objek kerja, berupa meja kerja


maupun peralatan dan pengukuran dapat di lakukan di atas
meja
b. Penerangan Umum, diukur pada beberapa titik. Titik
tersebut adalah titik potong garis horizontal panjang dan
lebar ruangan pada setiap jarak tertentu (sesuai luas
ruangan) setinggi 1 (satu) meter.
1) Luas ruangan kurang dari 10 m² .
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 1 (satu) meter.

2) Luas ruangan antara 10 sampai 100 m² .


Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 3 (tiga) meter

3) Luas ruangan lebih dari 100 m² .


Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 6 (enam) meter.
Cara kerja
a. Hidupkan Luxmeter
b. Letakan alat ke titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
penerangan setempat atau umum.
c. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil.
e. Matikan lux meter setelah pengukuran.
f. Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas (Permenkes) Nomor:
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Pengolahan data
a. Pencahayaan Umum
Rumus pengolahan data pencahayaan umum adalah sebagai
berikut:
1) Dalam satu titik dilakukan 3 kali pembacaan/pengukuran
karena angka yang tertera pada alat lux meter / light meter
berubah-ubah tidak stabil.

Perhitungan rata-rata pencahayaan per titik :


P1 + P2 + P3 = .... lux
∑P
2) Dalam satu ruangan akan diperoleh beberapa titik
pengukuran tergantung dari luas ruangan yang telah di ukur,
sehingga mendapatkan beberapa titik pengukuran.

Perhitungan rata-rata pencahayan ruangan :


T1 + T2 + .......... + Tn = .... lux
∑T
b. Pencahayaan Setempat
Rumus pengolahan data pencahayaan setempat adalah sebagai
berikut :
Dalam satu titik tempat kerja (objek kerja) dilakukan 3 kali
pembacaan/pengukuran karena angka yang tertera pada alat lux
meter / light meter berubah-ubah tidak stabil.

Perhitungan rata-rata pencahayaan per titik (objek kerja) :


P1 + P2 + P3 = .... lux
∑P
Pengukuran Debu Jatuh
• Debu Jatuh (dust fall) adalah debu yang berdiamater lebih dari
10 um.
• Debu jenis ini terpengaruh oleh gravitasi, sehingga bergerak
secara vertikal ke bawah dan mengendap di sekitar sumber
emisi.
• Debu ini tidak banyak menimbulkan masalah kesehatan,
karena akan tertahan di saluran pernafasan bagian atas dan
tidak sampai ke saluran pernafasan tengah.
• Debu jatuh lebih banyak menyebabkan gangguan secara
estetika, yakni mengotori atap dan dinding rumah, mengotori
tanaman hias dan vegetasi lainnya, serta mengotori perabotan
dan kendaraan.
• Debu jatuh banyak ditemukan disekitar industri dan kegiatan
antara lain seperti pabrik semen, pertambangan dan
penumpukan batu bara, panambangan batu kapur dan
pemecahan batu.
Kadar debu jatuh termasuk salah satu parameter kualitas
udara ambien sesbagaimana tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Pengukuran kadar debu jatuh harus mengikuti prosedur


yang benar, sehingga hasil yang diperoleh dapat
diperganggungjawabkan. Salah satu prosedur yang sering
diacu dalam pengukuran debu jatuh adalah Standar yang
dikeluarkan oleh BSNI, melalui SNI No. 13-47031998
tentang Penentuan kadar debu di udara dengan
penangkap debu jatuh (Dust fall collector).
Prinsip pengukuran
Debu jatuh bergerak secara vertikal dari atas kebawah, sehingga
prinsip pengukurannya adalah ditampung dengan penangkap
debu. Debu yang ada di udara sekeliling dikumpulkan atau
ditangkap secara pasif dengan penangkap debu jatuh selama
waktu tertentu.
Selanjutnya debu yang tertangkap dibersihkan dari pengotor,
disaring, dan ditentukan secara gravitasi untuk menentukan
jumlah debu total, fraksi debu terlarut, dan fraksi debu tidak
larut.

Satuan yang digunakan untuk kadar debu terendap adalah berat


debu/satuan luas/waktu pengumpulan (g/m2/bulan) atau
(ton/km2/bulan)
Pemilihan lokasi
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dalam pengambilan
sampel debu jatuh digunakan dua alat dust fall collector pada
lokasi pengukuran dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Perbedaan hasil yang diperoleh dari kedua alat tersebut tidak
boleh lebih dari 10%.

Penempatan dust fall collector perlu memenuhi syarat sebagai


berikut:
1. Bebas dari gangguan langsung cerobong asap
2. Mulut botol pengumpul debu harus berada pada ketinggian
1,5 – 2,5 meter dari permukaan tanah
3. Jika pengambilan contoh dilakukan di daerah permukiman,
alat harus ditempatkan pada jarak kurang dari 10 kali panjang
cerobong yang ada, tidak boleh dekat dinding vertikal atau atap.
Penentuan
1. Pereaksi (larutan CuSO4 1 mg/liter), untuk mencegah
terkadinya pertumbuhan lumut dalam botol penampung
debu jika bersis air
2. Peralatan
a. dust fall collector
b. Saringan ukuran 20 mesh dari kuningan atau baja
c. Corong Buchner dan corong gelas dengan diameter 12,5 cm

d. Penangas air kapasitas 4 sampai 12 cawan penguap

e. Oven pengering
f. Botol timbang
Pengambilan sampel

1) Alat dust fall collector dipasang pada lokasi yang mewakili dari
suatu daerah yang debunya akan diukur
2) Isi botol pcngumpul debu dengan 500 ml larutan CuSO4
kemudian ditutup
3) Tempatkan botol pengumpul debu pada lokasi yang telah
dipilih dan buka tutupnya
4) Biarkan selama kurang lebih 1 bulan, catat waktunya secara
tepat
5) Setelah kurang lebih satu bulan, tutuplah botol pengumpul
debu dan bawa ke laboratorium
6) Periksa isi botol (dan bersihkan dari pengotor seperti daun,
serangga dan kotoran lainnya)
7) Saring dengan saringan 20 mesh dan kumpulkan filtratnya
8) Bila botol pengumpul pada saat dikembalikan ke laboratorium
menjadi kering atau volume larutannya tinggal sedikit,
tambahkan aquadest sampai volumenya menjadi 500 ml.
9) Bersihkan botol pengumpul debu dengan spatula dan bilas
dengan aquadest dan tambahkan pada filtrat tersebut
10) Catat volume akhir dari filtrat (V) dan kemudian filtrat dibagi
dua, sebagian digunakan untuk penentuan jumlah debu total
dan bagian yang lainnya untuk penentuan fraksi terlarut dan
tidak terlarut.
11) Pada saat pengukuran, juga perlu diukur komponen iklim
seperti suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan
angin.
Penentuan Jumlah Debu Total
1) Siapkan cawan pengering yang bersih dan beratnya telah
diketahui dengan tepat (W1)
2) Ambil 250 ml filtrat dan masukkan ke dalam cawan pengering
3) Uapkan cawan beserta isinya di atas penangas air sampai
kering
4) Setelah kering, penguapan dilanjutkan dengan oven dengan
suhu 105OC selama 1 jam
5) Masukkan ke dalam desikator
6) Timbang dengan teliti (W2)
7) Hitung jumlah debu total (Dt) dengan rumus sebagai berikut:

(W2-W1)x30xV
Dt = -------------------------
A x T x 0,250

Dimana:
Dt = Jumlah debu total (g/m2/bulan)
W2= berat cawan pengering dengan isinya (g)
W1= berat cawan pengering dalam keadaan kosong
30 = jumlah hari
V = volume filtrat yang terkumpul( liter)
A = Luas corong pengumpul debu (m2)
T = Waktu pengumpulan debu contoh debu (dari)
0,250 = volume filtrat yang digunakan dalam analisis (l)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai