Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

PENGUJIAN PERFORMA MESIN


UJI KEBISINGAN

A. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk memenuhi tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk melatih mahasiswa melakukan pengujian kebisingan.
2. Untuk melatih mahasiswa menggunakan Sound Level Meter.
3. Mengetahui besar kebisingan yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor.
4. Menganalisis tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh suatu
kendaraan bermotor.

B. Manfaat Praktikum
Praktikum ini mempunyai beberapa manfaat yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat melakukan pengujian kebisingan.
2. Agar mahasiswa dapat menggunakan Sound Level Meter.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui besar kebisingan yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
4. Agar mahasiswa dapat menganalisis tingkat kebisingan yang
dihasilkan oleh suatu kendaraan bermotor.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Pada praktikum ini digunakan beberapa alat untuk
membantu jalannya praktikum diantaranya:
a. Rachet Strap

Gambar 1 Rachet Strap.


Rachet Strap digunakan sebagai alat bantu untuk
mengikat sepeda motor pada Chassis Dynamometer.
b. Chassis Dynamometer

Gambar 2 Chassis Dynamometer


Chassis Dynamometer berperan sebagai penahan
sepeda motor ketika praktikum.
c. Sound Level Meter

Gambar 3 Sound Level Meter


Sound Level Meter berfungsi sebagai alat bantu hitung
besar kebisingan yang terjadi ketika praktikum berlangsung.
d. Sepeda Motor Megapro 150cc

Gambar 4 Sepeda Motor


Sepeda motor menjadi bahan utama praktikum kebisingan
kendaraan ini. Dalam penelitian kali ini saya menggunakan
sepeda motor HONDA tipe NEW MEGAPRO produksi 2014.
2. Bahan
a. Bahan Bakar
D. Dasar Teori
1. Teori Kebisingan
Menurut Wardhana (2001:62-65), berdasarkan asal
sumber, kebisingan dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang datangnya
tidak secara terus -menerus, akan tetapi sepotong – potong.
Contoh: kebisingan yang dating dari suara palu yang
dipukulkan, kebisingan yang dating dari mesin pemasang tiang
pancang.
a. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang dating secara
terus – menerus dalam waktu yang cukup lama.
Contohnya: kebisingan yang datang dari suara mesin
yang dijalankan (dihidupkan).
b. Kebisingan semi kontinyu (intermittent), yaitu kebisingan
yang hanya sekejab, kemudian hilang dan mungkin akan
datang lagi. Contohnya: suara mobil atau pesawat terbang
yang sedang lewat.
Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu dan
merusak pendengaran manusia” (Wardhana, 2001:65).
Menurut teori fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima
oleh syaraf pendengaran yang berasal dari suatu sumber bunyi.
Apabila syaraf pendengaran tidak menghendaki rangsangan
tersebut, maka bunyi tersebut dinamakan sebagai suatu
kebisingan.
Untuk menyatakan kualitas suatu bunyi digunakan
pengertian sebagai berikut:
a. Frekuensi bunyi, yaitu jumlah getaran per detik. Satuan
bunyi dinamakan dalam Hertz (Hz).
b. Intensitas bunyi, yaitu perbandingan tegangan suara yang
datang dan tegangan suara standar yang dapat didengar
oleh manusia normal pada frekuensi 1000 Hz dengan
satuan deci Bell (dB)
Untuk menentukan tingkat kebisingan, kebisingan tersebut
diukur melalui intensitas bunyinya.
Cara mengukur intensitas bunyi adalah melalui persamaan
berikut ini:
dB = 20 log (p/po)
dimana:
dB = tegangan suara yang datang
p = tegangan suara yang datang
po = tegangan suara standart dengan frekuensi 1000 Hz (0.0002
dyne/cm2)

2. Desibel (dB)

Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan


untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen
dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan
huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya,
yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk
mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat berupa daya
(power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi
(voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang.
dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan
yang berhubungan dengan kekerasan suara). Untuk mengukur
rasio dengan menggunakan dB dapat digunakan logaritma.
3. Sound Level Meter
Sound Level Meter merupakan alat ukur untuk tingkat
kebisingan (dB). Komponen utama pada alat ini adalah
Microphone yang ada di ujung alat. Michropone tersebut sangat
peka terhadap perubahan tekanan udara yang diakibatkan oleh
gelombang suara yang terjadi pada lingkungan sekitar.
SLM berfungsi mengubah gelombang audio menjadi
sinyal listrik. SLM pada umumnya terdiri dari 3 komponen,
yaitu:
a. Microphone yang berfungsi mengubah gelombang audio
menjadi sinyal listrik.
b. Amplifier yang menguatkan sinyal listrik yang telah masuk.
c. Meter, baik yang digital maupun analaog yang berfungsi
untuk menunjukan secara numeric besarnya SPL dalam dB.

4. Pengukuran Tingkat Kebisingan


Pengukuran tingkat kebisingan bunyi dilakukan dengan
mengarahkan mikropon sound level meter ke sumber yang akan
diukur tingkat kebisingan bunyinya. Namun sebelum
melakukan pengukuran tingkat kebisingan bunyi, hendaknya
sound level meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan kalibrator atau pistonphone yang merupakan alat
standar berupa sumber bunyi dengan frekuensi dan tingkat
kebisingan bunyi yang standart dan tetap. Kalibrator Bruel dan
Kjaer,misalnya,menghasilkan bunyi 1000 Hz pada 94 dB,
sedangkan pistonphone-nya menghasilkan bunyi 250 Hz pada
124 dB.
Kalibrator dipasang pada sound level meter lalu dihidupkan,
setelah itu dibaca hasilnya untuk mengetahui apakah nilainya
sudah sama dengan pistonphone atau kalibrator yang sudah
dipasang. Seperti pada gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Kalibrasi Sound Level Meter


Apabila tampak perbedaan, maka dilakukan penyesuaian
terlebih dahulu dengan memutar sekrup (ateunator) yang
biasanya ada di samping sound level meter. Pengkalibrasian
harus dilakukan sebelum pengukuran dimulai dan juga pada
akhir proses pengukuran. Apabila tingkat kebisingan bunyi
yang diukur cukup tinggi atau pengukuran dilakukan dengan
banyak berpindah tempat dan terjadi goncangan-goncangan,
maka pengkalibrasian harus sering dilakukan. Hal ini untuk
menjaga validitas dari hasil pengukuran.
Pada waktu pengukuran dilakukan, seseorang yang
menggunakan sound meter level harus selalu mengusahakan
agar tubuhnya tidak bertindak sebgai pemantul yang akan
mempengaruhi hasil pengukuran.

5. Pengendalian Kebisingan
Pengendalian pada sumber kebisingan sebenarnya harus
dilakukan pada tahap awal perencanaan dan pemasangan
mesin atau sumber bunyi. Menurut Prasetya (1996:8-9),
pengendalian sumber kebisingan secara umum dapat dilakukan
dengan cara:
a. Memberi peredam pada sumber kebisingan.
b. Merancang muffler.
c. Menempatkan sumber bunyi pada posisi yang benar.
d. Mengatur jadwal operasi mesin.
Selain pengendalian dilakukan pada sumber kebisingan,
pengendalian perambatan kebisingan juga harus dilakukan.
Pengendalian ini pada dasarnya berfungsi memperpanjang
jarak antara sumber dengan penerima.
Cara – cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
perambatan kebisingan adalah sebagai berikut:
a. Memberi penutup penuh atau sebagian sumber kebisingan.
b. Memasang barrier antara sumber dan penerima.
c. Memberi bahan penyerap sekitar sumber.
Sedangkan pengendalian pada penerima kebisingan yaitu
dengan cara memberi penutup pada telinga, misalnya ear muff,
ear plug, dan bahkan kapas.

E. Standar Operasional Prosedur (SOP)


Berikut ini adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
wajib dilaksanakan selama praktek kebisingan berlangsung guna
mendapat data yang valid. Karena penelitian menggunakan
standard Amerika (DOT) maka SOP yang wajib dijalankan sebagai
berikut :
1. Persiapan
a. Ikat sepeda motor pada chassis dynamometer dengan
menggunakan Rachet Strap.
b. Ambil Sound Level Meter dan letakkan tepat di sebelah
lubang muffler (knalpot).
Kemudian, pastikan posisi Sound Level Meter berada pada
kedudukan 45 dengan jarak 0,5 m dari lubang muffler.
c. Pastikan penguji tidak berada di depan Sound Level Meter.

2. Proses Pengambilan Data


a. Nyalakan Sound Level Meter terlebih dahulu dan geser skala
ke dB untuk mendapatkan besar kebisingan yang terjadi.

b. Nyalakan mesin sepeda motor dan posisikan gigi transmisi


pada posisi netral.
c. Sebelum memulai pengambilan data, terlebih dahulu cari
rpm maksimum pada sepeda motor. rpm tersebut dicari
dengan membuka throttle pada posisi maksimum ketika gigi
transmisi berada pada posisi netral.
d. Karena pengujian menggunakan standar DOT maka rpm
maksimum yang didapat dibagi 2. Misal 2pm maksimum
9000 rpm maka jika dibagi dua hasilnya 4500 rpm. Maka dari
itu ketika pengambilan data throtlle hanya dibuka sampai
RPM menyentuh angka 4500 rpm.
e. Ketika rpm menyentuh angka 4500 rpm. Maka pada Sound
Level Meter kita menekan tombol MAX agar alat tersebut
dapat mengukur kebisingan maksimum yang terjadi.
f. Ketika skala kebisingan yang muncul berada pada posisi
konstan. Maka kita menekan tombol HOLD untuk menahan
skala tersebut.

Setelah dicatat, kita tekan tombol HOLD kembali untuk


mengembalikan skala pada posisi yang dinamis.
g. Setelah data pertama didapat kemudian ulang lagi langkah
percobaan diatas sampai mendapat 3 buah data. Kemudian
data tersebut dimasukkan kedalam tabel dan di rata-rata.
h. Data yang dirata-rata dibandingkan dengan standar
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07
Tahun 2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan
Bermotor Tipe Baru ada peraturan mengenai kendaraan
bermotor tipe dua (L).

F. Pembahasan
1. Menghitung rata-rata nilai yang didapat
Dari penelitian yang dilakukan di Lab Performa Dasar
Mesin didapat data sebagai berikut:
RPM Kebisingan (dB)
4750 84,3
4750 83,8
4750 83,8
Tabel 1 Tabel data kebisingan praktikum

GRAFIK TINGKAT KEBISINGAN


85
84.5
Kebisingan (dB)

84
83.5
83
82.5
82
4750 4750 4750
RPM

Grafik Tingkat Kebisingan

Ketika pengambilan pertama dilakukan pada rpm


4750 didapatkan tingkat kebisingan sebesar 84,3 dB. Lalu pada
pengambilan data yang kedua pada rpm 4750 didapatkan
tingkat kebisingan sebesar 83,8 dB. Dan pada pengambilan data
yang ketiga pada rpm 4750 didapatkan tingkat kebisingan
sebesar 83,8 dB.
Dari tiga nilai diatas yang dihasilkan maka nilai-nilai yang
dihasilkan dirata-rata:

(84,3 + 83,8 + 83,8) 251,9


= = 83,96 dB
3 3

2. Membandingkan Data Dengan Peraturan Pemerintah

Setelah dilakukan pengambilan data dan dirata-rata tingkat


kebisingan yang terjadi pada saat praktikum adalah 83,96 dB.
Kemudian data tersebut di bandingkan dengan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2009
tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe
Baru ada peraturan mengenai kendaraan bermotor tipe dua (L).

Dari data yang telah ada, maka motor new megapro


150 cc yang memiliki tingkat kebisingan 83,96 dB yang masih
memenuhi standar yang telah ditentukan. Akan tetapi, hasil
yang keluar dari sound level meter tersebut dapat dipengaruhi
dengan beberapa faktor, diantaranya adalah tempat pengujian,
suara-suara pantulan yang timbul selama pengujian, kalibrasi
dari alat ukur dan tingkat akurasinya. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mengendalikan kebisingan, yaitu
memberi peredam pada mesin, dan merancang muffler.
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, maka ada
beberapa simpulan yang didapat, yaitu:
a. Pengujian kebisingan motor new megapro 150 cc pada rpm
4750 menghasilkan kebisingan sebesar 83.96 dB.
b. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan cara
memberi peredam pada mesin, dan merancang muffler.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu:
a. Kelengkapan praktikum uji kebisingan agar dilengkapi
atau diperbaiki.
b. Penyediaan ear plug untuk menghindari kerusakan pada
telinga penguji.

Anda mungkin juga menyukai