PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
A. DASAR TEORI KEBISINGAN
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996 ‘ bising adalah bunyi tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan” Sumber-sumber kebisingan dibagi menjadi 3 macam yaitu sumber titik,sumber bidang dan sumber garis ( kebisingan lalu lintas). Sumber-sumber kebisingan juga dapat bersumber dari bising interior (dalam) yaitu sumber dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung. Bising outdoor(luar) yaitu sumber bising berasal dari aktivitas lalu lintas . Batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan telah diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan. Sedangkan nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Tipe-tipe kebisingan 1. Kebisingan continue ( berkelanjutan ) Kebisingan yang fluktuasi intensitas kebisingan tidak lebih dari 6 dB dengan spectrum frekuensi yang luas. Contohnya suara mesin gergaji. 2. Kebisingan terputus-putus Kebisingan yang dimana bunyi mengeras dan melemah secara perlahan. Contohnya misalnya seperti jalan raya dan bunyi yang dihasilkan dari kereta api. 3. Kebisingan impulsive berulang Waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 65 ms dan waktu yang dibutuhkan sampai 20 dBA di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 ms. Contohnya mesin di tempat pabrik. 4. Steady-state noise tingkat tekana bunyi stabil terhadap perubahan waktu dan tak mengalami kebisingan yang stabil. Contohnya seperti kebisingan sekitar air terjun dan kebisingan pada interior pesawat terbang saat sedang diudara. 5. Fluctuating noise Kebisingan yang kontinyu namun berubah-ubah tingkat tekanan bunyinya Alat ukur kebisingan Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter ( SLM ). SLM sendiri merupakan alat ukur dengan basis system pengukuran elektronik. Adapun SLM biasa hanya berfungsi menangkap suara secara current time tanpa fungsi record dan processing sehingga datanya harusdiolah lagi sebelum dibandingkan dengan bakumutu. Alat ini terdiri dari Microphone, alat penunjuk elektronik, amplifilter, 3 skala pengukuran A,B,C. a. Skala Pengukuran A untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah b. Skala Pengukuran B untuk memperlihatkan kepekaan telinga untuk bunyi dengan intensitas sedang. c. Skala Pengukuran C untuk skala dengan intensitas tinggi Prinsip kerja Sound Level Meter Prinsip kerja Sound Level Meter ialah didasarkan pada getaran yang terjadi. Apabila ada objek atau benda yang bergetar, maka akan menimbulkan terjadinya sebuah perubahan pada tekanan udara yang kemudian akan ditangkap oleh sistem peralatan, Lalu selanjutnya jarum analog akan menunjukkan angka jumlah dari tingkat kebisingan yang dinyatakan dengan nilai dB. Pada umumnya SLM akan diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar bisa menangkap kebisingan yang telah tercipta. Untuk keperluan mengukur nilai kebisingan pada suatu ruang kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan dari SLM