Anda di halaman 1dari 11

SOUND METER

(Alat-Alat Ukur)

Oleh :

Andriansyah
0713022016

PENDIDIKAN FISIKA
PENDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2008

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebisingan merupakan problem lingkungan yang timbul akibat pertumbuhan pesat komunikasi,
industrialisasi, transportasi, dan populasi penduduk.

Kebisingan adalah suara yang tidak diiinginkan. Kebisingan dapat menyebabkan kerusakan pada
mekanisme alat pendengaran yang ada di telinga dalam, yaitu tempat suara diubah dalam bentuk
impuls syaraf. misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau
yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi

Kebisingan merupakan sejenis polusi udara dan seperti halnya polusi zat-zat kimia, dia dapat
melukai/merusak, menyebabkan ketulian dan kebutaan yang serius bila polusi tersebut
berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama.ini merupakan alasan diciptakannya
sound meter. Sound meter diciptakan untuk mengukur kebisingan atau taraf intensitas bunyi
yang ditimbulkan oleh transportasi, mesin industrialisasi, peralatan rumah tangga dan lain-lain.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk menjelaskan tentang Sound Meter


2. Untuk menjelaskan cara Mengkalibrasi dan Prinsip Kerja Alat
3. Untuk menjelaskan Prosedur Pengukuran dan Prosedur Pembacaan

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian

Manusia dapat mengalami kehilangan/penurunan sensitivitas pendengaran akibat dari


kebisingan. Jenis kehilangan pendengaran yang, dapat terjadi adalah:

Acoustic trauma, menunjukkan kerusakan organik pada pendengaran, merupakan


kerusakan yang permanen, yang dapat disebabkan oleh tingkat bunyi yang sangat tinggi
(Umumnya di atas 140 dBA).
Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS). yaitu kehilangan sensitivitas
pendengaran, tetapi sensitivitas pendenagran ini dapat diperoleh kembali
Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS), yaitu kehilangan sensivitas
pendengaran yang tidak dapat kembali(permen). Hal inidapal disebabkan oleh Acoustic
trauma atau kebisingan yang, kumulatif berlangsug tererus menerus selama bertahun-
tahun.

Tabel 1 Pembatasan waktu dan tingkat kebisingan yang diterima

Waktu Tingkat kebisingan


(Jam/hari) (dBA)
8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1,5 102
1,0 105
0,5 110
<0,25 115

Sumber:*) "Permissible Noise Frposure" menurut OSHA (Occupational Safety and Health
Administration), US Dept. of Labour
Untuk menghindari pengaruh negatif dari kebisingan terhadap pendengaran, maka tingkat
kebisingan yang boleh diterima oleh pendengaran atau kebisingan yang dikeluarkan oleh
alat/mesin kegiatan dibatasi. Baku mutu kebisingan yang diberikan pada tabel di bawah ini
membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lingkungan kegiatan.

Tabel 2 Baku Mutu Kebisingan *)

Kriteria Kualitas Kebisingan


I. Nilai Ambang Batas Untuk Kebisingan di Tempat Kerja Ditetapkan 85 dBA
II Nilai Ambang Batas Untuk Masyarakat /Lingkungan Industri, dibagi tiga
II.1. Daerah/Wilayah
Daerah sekitar rumah sakit,tempat perawatan :
II.1.1 Malam hari tidak boleh lebih dari 35 dBA
II.1.2 Pagi dan sore tidak boleh lebih dari 40 dBA
II.1.3 Siang hari tidak boleh dari 45 dBA
II.2 Daerah pemukiman biasa tempat tinggal :
II.2.1 Malam hari tidak boleh lebih dari 40 dBA
II.2.2 Pagi dan sore tidak, boleh lebih dari 45 dBA
II.2.3 Siang hari tidak boleh lebih dari 50 dBA
II.3. Daerah sekitar komplek pertokoan, jalan dan pabrik :
II.3.1 Malam hari tidak boleh lebih dari50dBA
II.3.2 Pagi dan sore tidak boleh lebih dari 55 dBA
II.3.3 Siang hari tidak boleh lebih dari 60 dBA

*) Menurut : S.K.Gubernur Kepala Daerah Tingkat Jawa Barat


Nomor : 660.31/SK/694-BKPMD/82
Lampiran III
tentang : Tata Cara Pengendalian dan Kriteria
Pencemaran Lingkungan Akibat Industr

Sebuah alat ukur kebisingan disebut Sound Meter. Alat ini didesign memberikan respon seperti
telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat dalam rangkaian elektroniknya yang
memberikan penguatan tegangan yang lebih kecil pada frekuensi rendah dan tinggi. Alat ukur ini
ditandai dalam satuan desibel (disingkat dB). Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah
satuan untuk mengukur intensitas suara. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena
merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu "Bell" (Alexander Graham Bell).

Sound meter, ada 2 jenis yaitu :


1. Sound meter analog, pada instrumen ini disusun dari rangkaian listrik yang didesign
khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon menjadi suatu bacaan angka pada
skala.

Gambar 1

2. Sound meter digital, pada instrument ini disusun dari rangkaian listrik
yang didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon menjadi bacaan
angka yang terdisplai pada layar.

Gambar 2

Beberapa sound meter digital mengatur rentang pengukuran sendiri. Ia mampu memilih
pengukuran yang terbaik, lalu memperlihatkan pada display.

Ketepatan alat jenis ini jauh lebih baik daripada jenis analog pada umumnya, yaitu lebih kecil
daripada 1% dan sering hanya 0,1 %. Kesalahan penunjukan akan dihilang oleh display digital.

Walaupun instrumen digital pasti lebih mudah dan jelas dibaca oleh semua orang, tetapi itu
hanya benar kalau besaran yang diukur bersifat statis. Untuk mengukur besaran secara relatif
berubah pelan-pelan, sound meter analog lebih sesuai. Karena itulah, sound meter analog lebih
cocok untuk memperlihatkan trend ( kecendrungan ) jenjang ukuran.

B. Prinsip kerja

Dalam setiap alat ukur pastilah memiliki prinsip kerja yang harus dipahami oleh orang atau
praktikan yang akan menggunakan alat ukur yang akan digunakan. Dalam alat ukur Sound Meter
menggunakan sistem pengukuran ini biasanya dibangun dari sejumlah hubungan antar
komponen.

Pada gambar 3 menunjukkan prinsip dasar alat meteran kebisingan suara (Sound Meter)
Gambar 3

Keterangan gambar 3 :

Tekanan suara diubah menjadi tegangan melalui mikrofon.Pada umumnya

Mikrofon menggunakan diafragma tipis untuk mengubah tekanan menjadi gerakan.

Gerakan ini selanjutnya diubah menjadi tegangan oleh tranduser yang cocok biasanya
tipe kapasitansi piezoelektrik atau tipe kumparan berputar.
Tegangan keluaran mikrofon secara umum adalah sangat kecil dan pada suatu tingkat
impedansi tinggi; sehingga pada keluaran mikrofon dipergunakan penguat dengan
impedansi masukan dan penguatan yang tinggi. Penguat ac sederhana relative dapat
digunakan, karena tidak diperlukan tanggapan terhadap tegangan yang static (tak
berubah) atau tegangan yang berubah secara perlahan.
Berikutnya setelah penguat pertama adalah jaringan imbangan. Jaringan ini adalah suatu
filter elektris yang mempunyai tanggapan frekuensi disesuaikan sehingga mendekati
tanggapan frekuensi telinga manusia rata-rata.
Jaringan timbangan adalah filter elektris yang dirancang mendekati tanggapan
pendengaran manusia pada tiga tingkat kenyaringan yang berbeda. Sehingga

pembacaan instrument akan menyatakan kenyaringan yang terasakan. Biasanya disediakan tiga
buah filter, yaitu A ( mendekati tanggapan pendengaran 40 phon ), B ( 70 phon ), dan C ( 100
phon ). Kenyataannya, banyak pengukuran praktis dibuat dengan menggunakan skala A karena
ini merupakan pendekatan sederhana yang memberikan hasil baik dalam banyak kasus dan telah
ditulis ke dalam banyak standard dan kode. Pembacaan dilakukan pada jaringan timbangan
disebut tingkat suara.

Keluaran jaringan timbangan selanjutnya diperkuat dan suatu jack keluaran tersedia
untuk mengeluarkan sinyal ke osiloskop ( jika diinginkan pengamatan bentuk
gelombangnya ) atau ke penganalisis gelombang ( jika akan menentukan kandungan
frekuensi suara ). Pemfilteran dilengkapi dengan filter RC lolos rendah sederhana dan
meter dinamika lolos rendah.
Beberapa meter memiliki perpindahan tanggapan cepat maupun pelan yang mengubah
pemfilteran. Posisi pelan memberikan suatu kemantapan, memudahkan pembacaan posisi
jarum, tetapi tidak mampu membaca bila terjadi perubahan sinyal dalam waktu yang
pendek. Jika diinginkan pembacaan pada perubahan waktu pendek, maka pengamatan
pada meter dialihkan ke tanggapan cepat.
Selanjutnya pembacaan meter adalah nilai rms dan tekanan suara, ini dikalibrasi dalam
desibel ( dB ) karena desibel mendefinisikan dengan baik suatu hubungan antara tekanan
suara dalam alat.

C. Kalibrasi Sound Meter

Sebelum dan sesudah pengukuran-pengukuran, perlulah untuk mengecek bahwa bacaan yang
ditayangkan adalah benar dan kalibrasikan meteran tingkat kebisingan. Kalibrasi dapat dilakukan
dengan dua cara: secara internal dengan sinyal-sinyal listrik atau secara akustik dengan kalibrator
suara atau pistonphon.

Kalibrasi internal dilakukan dengan menggunakan referensi tegangan pada rangkaian-rangkaian


listrik dari meteran tingkat kebisingan serta amplitude disesuaikan. Penyesuaian dilakukan
dengan membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh fitur kalibrasi internal terhadap nilai
tertayang dari meteran tingkat kebisingan.

Kalibrasi akustik dilakukan dengan menyisipkan generator suara atau pistonphon ke dalam
mikrofon dari meteran tingkat kebisingan dan menggunakan tekanan ssuara referensi (berbeda
menurut alatnya, misalnya 94 dB pada 1 kHz, 124 dB pada 250 Hz, dll.). Skala penuh (FS) dari
meteran tingkat kebisingan yang dipakai oleh masukan sinyal kalibrasi disetel 6 dB lebih tinggi
dari pada tingkat tekanan suara dari sinyal kalibrasi normal. Misalnya, bila suara sinyal kalibrasi
adalah 124 dB, 130 dB disetel, atau bila suara sinyal kalibrasi adalah 94 dB, 100 dB disetel pada
alat.

Pada sound level meter tipe S2A, kalibrasi sound meter dilakukan dengan hati-hati. Kalibrasikan
sound meter sebelum melakukan tes suara. Menggunakan calibrator yang disetujui pabriknya.

1. Mengaktifkan kalibrator dan sound level meter


2. Memutar tombol penyetel, dan mengatur tingkat tekanan suara
3. Memastikan kalibrator berada pada sound level meter yang benar
4. Menyesuaikan sound level meter untuk mendapatkan pembacaan yang benar.

D. Prosedur Pengukuran

Kekuatan bunyi bergantung pada amplitudo gelombang bunyi. Gelombang suara diudara yang
mengelilingi kita merupakan akibat adanya perubahan tekanan yang sangat kecil dan cepat.
Tingkat tekanan suara ( SPL = the sound pressure level ) didefinisikan

SPL ( Sound Pressure level ) = 20 log 10 desibel ( dB) ( 3.1 )

Dengan p = akar kuadrat rata-rata (rms ) tekanan suara, bar ( 3.2)


Dan 1 bar = 1 dyn/cm2 = 1.45 x 10-5 lb/in2 (3.3)

Nilai rms dari komponen fluktuasi tekanan digunakan karena kebanyakan suara adalah sinyal
acak bukan gelombang sinus murni. Nilai 0,0002 bar digunakan sebagai nilai acuan standar
dari tekanan terhadap tekanan lain diperbandingkan dengan pers ( 3.1 ). Perhatikan, apabila p =
0,0002 bar, tingkat tekanan suara adalah 0 dB. Nilai ini telah dipilih secara sembarang, tetapi
mewakili ambang rata-rata dari pendengaran manusia jika suatu nada 1000 Hz digunakan.
Tingkat 0 dB telah dipilih sebagai fluktuasi tekanan terendah yang dapat dirasakan manusia
secara normal.

Dalam sound level meter tipe S2A analog, memiliki tombol ON dan OFF dimana tombol
tersebut memerintah dalam pengoperasiannya. Tombol ON mengaktifkan instrument tersebut,
dan Tombol OFF untuk mengnonaktifkan instrument.

Adapun pengukuran pada instrument ini, sangat mudah dan sederhana yaitu :

1. Menekan tombol ON untuk mengaktifkannya

2. Memutar tombol penyetel untuk menentukan tingkat tekanan suara, sebelum pengukuran test
suara. Misalnya 70-80 dB, 70 berada pada garis tebal atas sebelah kiri (0) dan 80 pada garis tebal
atas sebelah kanan ( 10 ). Pada sound level meter tipe S2A memiliki 10 skala, dan skala terluar
(0) berupa garis skala berwarna merah

3. Pada pembacaan meter ini, jika jarum penunjuk skala bergerak ke kanan (+) dan ke kiri (-).

4. Membaca hasil pengukuran pada sound level meter secara langsung.

5. Mencatat hasil pengukuran

6. Setelah pengukuran, melepas tombol ON untuk OFF

Pengukuran tingkat tekanan suara terendah 40 dB (berdasarkan ambang pendengaran normal


manusia). Pengukuran tingkat tekanan suara tertinggi 130 dB (berdasarkan ambang pendengaran
rasa sakit).

Prosedur untuk Mengukur Kebisingan Pabrik atau Tempat Usaha untuk


Memberikan Bimbingan tentang Peraturan-peraturan atau Langkah-langkah
Penanggulangan

Prosedur untuk memberikan bimbingan mengenai peraturan-peraturan dan langkah-langkah


penanggulangan :
Tabel 3 berikut ini merupakan peraturan pemerintah Indonesia mengenai kebisingan
tercantum dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 dan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.48 Tahun 1996.

Keputusan
Menteri
Lingkungan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Hidup no.48
Nomor Tahun
Kep-51/MEN/1999 tentang Batas 1996 tentang
Kebisingan Maksimum dalam Area Batas
Kerja Kebisingan
Maksimum
pada Berbagai
Area Kota
Batas Batas
Durasi kontak dalam sehari kebisingan Alokasi area kebisingan
maksimum maksimum
Kawasan
8 jam 85 dBA 55 dBA
perumahan
Kawasan
4 jam 88 dBA jasa dan 70 dBA
perdagangan
Kawasan
2 jam 91 dBA bisnis dan 65 dBA
perkantoran
Lahan hijau
30 menit 97 dBA 50 dBA
terbuka
Kawasan
7.5 menit 103 dBA industri & 70 dBA
Pabrik
Kawasan
3.75 menit 106 dBA umum dan 60 dBA
pemerintahan
Kawasan
14.06 detik 118 dBA 70 dBA
rekreasional
Terminal
0.88 detik 130 dBA 60 dBA
kereta api
Pelabuhan
detik0.11 139 dBA 70 dBA
laut
Rumah sakit
dan 55 dBA
sekitarnya
Sekolah dan
55 dBA
sekitarnya
Rumah
55 dBA
ibadah

Keterangan: Kontak dengan kebisingan dengan level melebihi 140 dBA tidak diperbolehkan
pada kondisi apapun karena kebisingan di atas level tersebut berbahaya dan dapat menimbulkan
rasa sakit di bagian telinga.

E. Prosedur Pembacaan

Pada Sound meter digital hasil pengukuran langsung terdisplay pada layar, untuk pembacaan
meter berupa SPL ( Sound Pressure Level ) yang dikalibrasi dalam satuan desibel ( dB ).
Sedangkan pada sound meter analog, hasil pengukuran ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada
skala. Seperti gambar di bawah ini :

Gambar 4

Keterangan:

~ Microphone : penangkap suara

~ Meter Scale : skala penunjuk hasil pengukuran

~ Range Switch : batas ukur maksimal (yang digunakan)

~ Power Switch : tombol mengaktif dan nonaktif kan alat


Berdasarkan gambar diatas hasil pengukuran yang diperoleh dari sound level meter digital tipe
S2A adalah 93.5 dB.

Pada sound level meter tipe S2A analog, cara membacanya yaitu :

Jika pada saat melakukan tes suara, tingkat tekanan suara antara 60-70 dB, sedangkan jarum
penunjuk bergerak ke kanan menunjuk ke angka 5, maka dibaca 65 dB. Jika jarum penunjuk
bergerak bergerak ke kiri menunjuk ke angka 5, maka dibaca 55 dB.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, walaupun instrumen digital lebih mudah dan jelas
dibaca oleh semua orang, tetapi itu hanya benar kalau besaran yang diukur bersifat statis. Untuk
mengukur besaran secara relatif berubah pelan-pelan, sound meter analog lebih sesuai. Karena
itulah, sound meter analog lebih cocok untuk memperlihatkan trend ( kecendrungan ) jenjang
ukuran.

KESIMPULAN

Dari hasil makalah diatas maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini:

Kebisingan merupakan suara yang biasanya tidak diinginkan akibat problem lingkungan yang
timbul akibat pertumbuhan pesat komunikasi, industry, dan teknologi.

Dan alat yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur tingkat kebisingan ini adalah Sound
Meter dan decibel merupakan satuan internasional yang digunakan sebagai standard alat.

Prinsip kerja dari alat ini adalah menjabarkan tekanan suara menjadi sinyal-sinyal listrik oleh
mikrofon. Sebanding dengan tekanan suara, sinyal-sinyal listrik lewat melalui rangkaian
kompensasi frekwensi dan suatu rangkaian deteksi RMS (root mean square), dan akhirnya
ditunjukkan pada meteran dalam dB.

Kalibrasi alat ini dapat dilakukan dengan dua cara: secara internal dengan sinyal-sinyal listrik
atau secara akustik dengan kalibrator suara atau pistonphon.

Serta prosedur pengukuran alat memerlukan ketelitian dan ketentuan-ketentuan yang telah
dijelaskan, dan untuk prosedur pembacaan alat dapat langsung dilihat pada alat ukur itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Doebelin, D, Ernest.1987. Sistem Pengukuran edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Erlangga

www.google.com

www.wikipedia.com

www.youtube.com
www.altavista.com

Anda mungkin juga menyukai