sebelum
penempatan
di
lingkungan
kerja
yang
bising
(Prereplacement).
3. Pemeriksaan berkala di tempat kerja bising (85-100 dB) atau dua kali
setahun untuk pemaparan tingkat kebisingan diatas 100 dB.
4. Saat akan ditempatkan di luar area bising.
5. Saat pemutusan hubungan kerja.
2.6. Audiogram
Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan audiometer yang berupa
catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang
berisi grafik ambang pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara
dalam desibel (dB).
Keterangan :
Gunakan tinta merah untuk telinga kanan, dan tinta biru untuk telinga kiri
Kanan
=O
Kiri
=X
Kiri
=<
Kiri
=>
dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga
kiri
2. Persiapan Pasien
1) Pemeriksaan kemampuan komunikasi penderita sebelum pemeriksaan
Pemeriksaan tinitus
3. Posisi Pemeriksaan
1) Penderita duduk di kursi
2) Penderita tidak boleh melihat gerakan pemeriksa, minimal menghadap
30 dari posisi pemeriksa
4. Presentasi Sinyal
1) Nada harus diberikan selama 1 3 detik.
2) Nada harus diberikan secara acak.
3) Pasien tidak boleh melihat gerakan pemeriksa dan menebak interval
waktu pemberian sinyal.
5. Pemeriksaan Air Conduction (AC)
1) Mulai pada telinga yang lebih baik.
2) Atur frekuensi dengan ketentuan sebagai berikut :
Mulai pada 1000 Hz, kemudian naik setiak 1 oktaf ke 8000 Hz, dan
kembali lagi ke 500 Hz dan 250 Hz.
Ambang
terendah
diperoleh
pada
respon
terhadap
kali
250
60
500
50
1000
40
2000
40
4000
40
yang
dipakai
adalah
ISO
(International
Standard
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear phone atau melalui bone
conductor ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya. Hasilnya akan diperiksa
secara terpisah, untuk bunyi yang disalurkan melalui ear phone mengukur ketajaman
pendengaran melalui hantaran udara, sedangkan melalui bone conductor telinga
mengukur hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang. Dengan membaca
audiogram yang dihasilkan kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang.
Gambar 2.7.a. Analogi garis vertical pada grafik audiogram; b. Analogi garis horizontal
pada grafil audiogram
Pada audiometri terdapat pilihan nada dari oktaf yaitu 125, 250, 500, 1000,
2000, 4000 dan 8000 Hz yang memungkinkan intensitas lebih dari 110 dB. Standar
alat yang digunakan berdasarkan BS EN 60645-1(IEC 60645-1).
c. Kontrol Infeksi
Alat yang telah terkena kontak dengan pasien harus dilakukan prosedur
kontrol infeksi. Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap
kali
pemakaian.
Pemakaian
disposable
ear
phone
sangat
b. Pemberian instruksi
Berikan perintah yang sederhana dan jelas. Jelaskan bahwa akan terdegar
serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga. Pasien harus
memberikan tanda dengan mengangkat tangannya, menekan tombol atau
mengatakan ya setiap terdengar bunyi bagaimanapun lemahnya.
c. Pemasangan earphone atau bone conductor
Lepaskan dahulu kacamata atau giwang, regangkan headband, pasangkan di
kepalanya dengan benar, earphone kanan ditelinga kanan kemudian
kencangkan sehingga terasa nyaman. Perhatikan membrane earphone tepat di
depan liang telinga di kedua sisi.
d. Seleksi telinga
Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu.
e. Urutan frekuensi
Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah, a) dimulai dengan signal nada yang
sering didengar (familiarization), b) pengukuran ambang pendengaran. Dua
cara menentukan nada familiarization:
1. Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil,
lalu secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga
terdengar.
2. Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan
pemeriksaan ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal di
tinggkatkan intensitas bunyi hingga 50 dB, dengan menaikkan tiap 10
dB hingga tedengar.
4) Interpretasi Audiogram
a. Audiogram Normal
Secara teoritis, bila pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaran
udara maupun hantaran tulang sebesar 0 dB. Pada keadaan tes yang baik,
audiogram dengan ambang dengar 10 dB pada 250 dan 500 Hz, sedangkan 0
dB pada 1000, 2000, 4000, dan 10000 Hz dan pada 8000 Hz dapat dianggap
normal.
yang
menyebabkan
gangguan
pendengaran
seperti
fiksasi
saja
(gangguan
pendengaran
sentral)
biasanya
tidak
e. Audiogram Nonorganis
Pasien dapat berpura-pura tuli dalam pemeriksaaan, ada yang secara
sadar atau tidak sadar melebih-lebihkan derajat ketuliannya. Pada keadaan
ganti rugi atau kompensasi misalnya, hal ini dapat menguntungkan. Indikasi
adanya keadaan ini adalah bila terdapat ketidakseusaian antara diagnosis
klinis dan hasil pemeriksaan audiometric. Bila tes diulang akan tampak
perbedaan nilai ambang. Pemeriksa sebaikya mengulang pemeriksaan
audiometric dan menerangkan ambang yang tidak tetap dan tidak dapt
dipercaya
Speech
Discrimination
Score
(SDS)
untuk
mengetahui
kemampuan pendengaran penderiata dalam membedakan macammacam kata yang didengar. Normal : 90 100 % Dengan SDS dapat
diperoleh gambaran ketulian secara Kualitatif.
2) Teknik Pemeriksaan
a. Kata-kata terpilih dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui
mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian
disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa
pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan
hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan
disalurkan melalui audiometer tutur.
b. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang
didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas
karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk
mnebaknya.
periksa dokter
periksa ulang dalam waktu 1 (satu) tahun . Bila STS (+) karena
pekerjaannya :
Daftar Pustaka :
Arief, Latar Muhammad. 2012. Noise Control Management. Jakarta : FKIK Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Esa
Unggul.
http://ikk354.blog.esaunggul.ac.id/files/2012/11/NOISE-CONTROL
MANAGEMET.pdf. Diakses tanggal 28 Agustus 2013.
Asroel, Harry A. 2009. Audiologi. Medan : Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas
Sumatera
Utara.
http://ocw.usu.ac.id/course/download/sss155_slide_audiologi.pdf.
Diakses
Universitas
Riau.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera
Utara.
Palembang
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sriwijaya.
Surakarta :
Fakultas
Kedokterab
Universitas
Sebelas
Maret.
Dadang.
2010.
Audiometri.
http://dadang-