Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Darurat
suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan yang terjadi pada suatu
tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan manusia, merusak
peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya yang masih dapat
ditangani oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
2. Bencana
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologi yang tidak dapat ditangani sendiri
oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
3. Kesiapsiagaan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi kondisi darurat
dan/atau bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna.
4. Tanggap Darurat Bencana / Emergency Response
serangkaian upaya yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian darurat
dan bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan korban, penyelamatan, dan
pemulihan sarana prasarana.
5. Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat.

B. Kriteria Kondisi Darurat di Rumah Sakit


Beberapa kondisi darurat yang terjadi di Rumah Sakit antara lain
1. Kedaruratan keselamatan dan keamanan (demonstrasi/ huru-hara, penculikan
bayi, kekerasan dalam Rumah Sakit dan risiko kecelakaan yang diakibatkan
oleh kondisi gedung)
2. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Kegagalan peralatan medik dan non medik
4. Kedaruratan utilitas Rumah Sakit meliputi kegagalan kelistrikan, kegagalan
ketersediaan air, kegagalan informasi teknologi/ IT, dan kegagalan sistem tata
udara
5. Outbreak/wabah/pandemi penyakit

Kondisi darurat di Rumah Sakit dapat berkembang menjadi bencana apabila tidak
dapat ditangani oleh sumber daya internal Rumah Sakit.

C. Jenis bencana yang dapat berdampak pada kesiapan Rumah Sakit


Potensi bahaya yang terjadi di Indonesia berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2007
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis bencana yaitu bencana alam, bencana non alam,
dan bencana sosial.
1. Bencana Alam
1) Gempa bumi
2) Letusan gunung berapi
3) Tsunami
4) Tanah longsor
5) Kekeringan
6) Angin topan
7) Gelombang pasang/badai
8) Likuifaksi
9) Banjir

2. Bencana Non Alam


1) Kecelakaan transportasi
2) Kegagalan konstruksi/teknologi
3) Kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia
4) Ledakan nuklir
5) Dampak industri (kimia/biologi, dll)
6) Pencemaran lingkungan
7) Outbreak/Wabah/pandemi penyakit

3. Bencana Sosial
1) Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya, ekonomi dan
SARA
2) Demonstrasi/ huru-hara
3) Aksi teror
4) Sabotase

D. Pengetahuan terkait Isi dan Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS)
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagian informan sudah
mengetahui program tersebut yang terdiri dari pengunaan APD, screening kesehatan
petugas kesehatan, pengendalian limbah, pendidikan dan pelatihan terkait K3.
MenurutKMK1087/MENKES/SK/VIII/ 2010 Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang harus diterapkan yaitu pengembangan kebijakan K3RS,
pembudayaan perilaku K3RS, pengembangan SDM K3RS, pengembangan pedoman,
petunjuk teknis dan Standard Operational Procedure (SOP) K3RS, pemantauan dan
evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan
keselamatan kerja, pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah
padat, cair, dan gas, pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang
berbahaya, dan pengembangan manajemen tanggap darurat.

E. Komunikasi
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai
media baik lisan maupun tulisan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu
efektifitas komunikasi, informasi harus mudah diingat oleh penerima. Disamping
untuk menyampaikan perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan,
komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja digunakan untuk mendorong perubahan
perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan selamat. Sosialisasi
terkait program K3RS memang jarang karena program sudah terjadwal jadi jarang
disosialisasikan secara mendetail lagi.

F. Sumber Daya
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu pemeriksaan berkala meliputi
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin)
dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu dan
pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang- kurangnya 1 tahun.

G. Lingkungan kerja beresiko terjadi Penyakit Akibat Kerja atau Kecelakaan


Akibat Kerja
Faktor lingkungan ini meliputi hal yang berhubungan dengan proses kerja
secara langsung, seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan, peralatan
keselamatan kerja yang tidak memadai, kurangnya pelatihan dan kurangnya
pengawasan. Faktor-faktor fisik dalam perusahaan antara lain kebisingan, penerangan,
tekanan udara, dan aroma di tempat kerja.
H. Standar Operasional Procedure (SOP)
Standar Operasional Prosedur kerja di IGD mulai dari SOP penerimaan
pasien, melakukan tindakan, SOP penggunaan APD. Standar Operasional Prosedur
dibutuhkan agar karyawan mengetahui prosedur kerja yang harus dilakukan, sebagai
standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya,
mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara
keseluruhan.
Standar Prosedur Operasional (SPO) berisikan informasi mengenai pengertian,
tujuan, kebijakan, prosedur dan unit terkait. Beberapa SPO umum yang minimal harus
ada berdasarkan jenis kondisi darurat dan/atau bencana antara lain:
1. Pada Semua kondisi darurat dan/atau bencana:
1) Pedoman Kewasapadaan Bencana Rumah Sakit
2) SPO Aktivasi Tim Hospital Disaster Plan (HDP)
3) SPO Briefing dan SPO Debriefing
4) SPO Pelimpahan Wewenang (Transfer of Command) dari Direktur kepada
Ketua HDP
5) SPO Layanan Kritis
6) SPO Sistem Rujukan
7) SPO Keamanan dan Keselamatan
8) SPO Komunikasi Internal
9) SPO Pencatatan dan Pelaporan
10) SPO Aktivasi Tim Lapangan
11) SPO Triase Mass Casualty Incident
12) SPO Penyediaan Logistik
13) SPO Pengadaan dan Penyediaan Barang
14) SPO Manajemen Bantuan
15) SPO Manajemen Relawan
16) SPO Mobilisasi Internal (SDM, Sarana dan Prasarana)
17) SPO Manajemen Media (Humas)
18) SPO Administrasi dan Keuangan
19) SPO Pemulangan Pasien
20) SPO Pemulasaraan Jenazah (terutama bencana terkait infeksi)
21) SPO Pelaporan Insiden dan Investigasi
2. Natural Disaster :
1) SPO Gempa Bumi
2) SPO Tsunami
3) SPO Banjir
4) SPO Gunung Meletus
5) SPO Kebakaran Hutan
6) SPO Tanah Longsor
7) SPO Angin Kencang
8) SPO Suhu Ekstrim
9) SPO Kekeringan
3. Human Disaster :
1) SPO Kejadian Penculikan Bayi
2) SPO Ancaman Bom
3) SPO Huru-hara dan demonstrasi
4) SPO Sabotase dan Terorisme
5) SPO Kecelakaan Masal
6) SPO Kerusuhan Sipil
7) SPO Penyanderaan
8) SPO Konflik Bersenjata
9) SPO Kerumunan Massa
4. Technological Disater:
1) SPO Kejadian Kebakaran/ Code Red
2) SPO Penggunaan APAR
3) SPO Penggunaan Hidran
4) SPO Penggunaan sensor asap dan pemadam otomatis
5) SPO Penggunaan APD Fire Fighter
6) SPO Mitigasi Kebakaran
7) SPO Kegagalan Kelistrikan
8) SPO Kegagalan Generator
9) SPO Kecelakaan Industri
10) SPO Kegagalan Transportasi
11) SPO Kegagalan Sistem Persediaan Air
12) SPO Kekurangan Gas Medis
13) SPO Kekurangan Supply
14) SPO Kerusakan Struktur Bangunan
15) SPO Kecelakaan Transportasi
5. Hazmat Disaster:
1) SPO Tumpahan B3
2) SPO Tanggap Darurat Tumpahan B3
3) SPO Penggunaan Spillkit
4) SPO Penggunaan APD terkait Disaster Hazmat
5) SPO Kebocoran Radiasi
6) SPO Tanggap Darurat Bencana Radiasi
7) SPO Penggunaan APD terkait Bencana Radiasi
6. Disease Disaster:
1) SPO Keracunan makanan Masal
2) SPO KLB
3) SPO Penggunaan APD terkait Wabah
4) SPO Epidemi, Pandemi dan Emerging Diseases
5) SPO Serangan Hama

I. Metode Penilaian Risiko


Untuk memudahkan identifikasi dan penilaian risiko kondisi darurat dan/atau bencana
di Rumah Sakit, terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan antara lain

1. Hazard Identification, Risk Assessment, and Determine Control (HIRADC)


Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk identifikasi dan penilaian
risiko adalah HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Determine
Control) atau Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko.

2. Hazard Vulnerability Analysis (HVA)


Hazard and Vulnerability Analysis (HVA) merupakan instrumen untuk menilai
kerentanan Rumah Sakit terhadap kondisi darurat dan/atau bencana baik yang
berasal dari internal maupun eksternal Rumah Sakit.

3. Hospital Safety Index (HSI)


Hospital Safety Index (HSI) merupakan salah satu instrumen yang digunakan
untuk menilai suatu Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan tetap
beroperasi, berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat
dan/atau bencana. HSI membantu pengambil kebijakan untuk menentukan
secara cepat tindakan yang diambil untuk meningkatkan keamanan dan
kemampuan Rumah Sakit dalam merespon kondisi darurat dan/atau bencana
dengan fokus kepada pencegahan, mitigasi, respon darurat dan pemulihan.

4. Fire Safety Risk Assesment (FSRA)


Rumah Sakit harus merencanakan dan menerapkan suatu program untuk
pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta penyediaan sarana jalan
keluar yang aman sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat
lainnya. Rumah Sakit perlu melakukan penilaian risiko terjadinya kebakaran
secara berkala.

J. Tim tanggap darurat dan/atau bencana


Tim tanggap darurat dan/atau bencana atau Incident Command System harus terdiri
dari sumber daya manusia yang yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih,
dengan jumlah anggota yang memadai dan menunjuk seorang pemimpin/ ketua tim.
Setiap satuan kerja/ unit/ instalasi menugaskan 1 (satu) orang sebagai anggota tim
tanggap darurat dan/ atau bencana.

Tim tanggap darurat dan/atau bencana dapat terdiri atas:


1. Pimpinan kondisi darurat dan/atau bencana/ Incident Commander
2. Penanggung jawab informasi publik/Public Information Officer
3. Penanggungjawab pusat dan penghubung/ koordinasi/ Liaision Officer
4. Tim Ahli/ Expert team
5. Penanggung jawab keselamatan kerja/Safety Officer
6. Penanggung jawab operasional medis dan/atau non medis/ Operations Section
Chief
7. Penanggung jawab perencanaan/ Planning Section Chief
8. Penanggung jawab logistik/ Logistics Section Chief
9. Penanggung jawab keuangan/administrasi/ Finance/Administration Section
Chief

Anda mungkin juga menyukai