Anda di halaman 1dari 37

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) YOGYAKARTA


TANGGAL 8 AGUSTUS 2018

KELOMPOK A1
HYGIENE INDUSTRI

Disusun oleh :

Abdillah Husada Dina Sabilah


Adisti Meirizka Divorian Adwiditanra
Ahmad Heri Setiawan Dwi Yansarina
Aisyah Ummu Fahma Dzicky Rifqi Fuady
Aji Muhammad Iqbal Efti Da’iyah
Amirul Khoriyah T Ella Yulia
Anis Khoirotun Nisa Elsa Tamara Saragih
Artaria Nuraini Fauzan Ditiaharman
Balqis Wulandari Fidya Rahmadhany A
Bernita Nur Cahyani Fredy Ciputra
Claudia Priska A Fuadda Hanifah
Desty Gusti Sari Hario Widhi N
Dico Fatejarum

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI
PERIODE 6 – 10 AGUSTUS 2018
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Faktor keselamatan kerja merupakan faktor yang penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin hanyak tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan tetjadinya kecelakaan kerja. Kondisi
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan
termasuk rendah.
Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh pada bidang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi
tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia intemasional masih
sangat rendah sehingga Indonesia sulit menghadapi pasar global karena. Padahal kemajuan
perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mempakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara sang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal
tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang
pada akhirnya akan berdarnpak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik, jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa

1
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.
Faktor penyebab yang sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam
bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Setiap orang membutuhkan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan
untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Hal ini
ditunjang oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04. Men 1987 tentang pembentukan
Panitia Penyelenggara Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) dan pengangkatan ahli
Kesehatan dan Keselamatan kerja.
Dalam pekerjaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja yang disebut higiene pekerjaan, diantaranya faktor biologis, fisika dan kimia,
kebersihan, petugas higiene industri dan pengolahan limbah. Penulis akan memfokuskan
kepada faktor faktor tersebut untuk dibahas lebih lanjut.

1.2 DASAR HUKUM

Peraturan perundang-undangan di Indonesia harus dapat dikembalikan atau bersumber


pada hokum dasar tertulis yang tertinggi, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan
perundang-undangan K3 terkait dengan UUD 1945 pasal 27 ayat (2). Setiap ketentuan yang
ada dalam UUD 1945 masih bersifat sangat umum, oleh karena itu untuk mewujudkan cita-
cita tersebut khususnya di bidang ketenagakerjaan dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-
Undang No. 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja.
Dalam UU No. 14 tahun 1969 pasal 9 dan 10 mengatur tentang pembinaan dan
perlindungan tenaga kerja termasuk K3. Maka berdasarkan tersebut di atas Undang-undang
No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja disyahkan oleh Presiden RI pada tanggal 12
Januari 1970 atas persetujuan DPR RI dan sejak itulah VR 1910 Stbl. 406 dicabut. UU No. 14
tahun 1969 telah dicabut dan kini berlaku UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
namun K3 tetap menjadi perhatian dimana tertera pada pasal 86 dan 87.
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

2
2. UU No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
international No. 120 mengenai higine dalam perniagaan dan kantor-kantor
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan Kimia
Berbahaya.
4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan dan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86 dimana
dikatakan bahwa pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.
7. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tentang tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
8. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 tentang hak setiap buruh atau pekerja untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
9. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
10. PP No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3
11. Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Kerja

1.3 PROFIL PERUSAHAAN

1.3.1. Sejarah Perusahaan


PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) yang berlokasi di Yogyakarta ini
bergerak di bidang manufaktur seperti membuat mould (cetakan), spare part mesin industri,
otomotif serta plastic injection. Pemilik perusahaan yaitu Bapak Petrus Tedja Hapsoro,
mendirikan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) pada tanggal 9 September 1999 di
Yogyakarta. Sejak berdiri, PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) telah mendapatkan
Upakarti, IS0 9001 dan telah mengikuti pameran luar negeri. PT Yogya Presisi Tehnikatama
Industri (YPTI) berlokasi di desa Dhuri, Tirtomartani, Kalasan, Sleman Yogyakarta 55571.

3
Tabel 1.3.1 Sejarah Perusahaan
Tahun Sejarah
1999 PT YPTI mulai beroprasi dengan 4 karyawan
2001 PT YPTI membuka pabrik baru dengan 20 karyawan
2004 PT YPTI menambah 5 mesin axis
2006 PT YPTI mulai marambah produksi plastic injection
2007 PT YPTI menambah fasilitas produksi : mesin CNC dual kolom
2009 PT YPTI mendapat Upakarti, dan mendapatkan standar ISO 9001
2010 PT YPTI menerapkan inspeksi dimensi produk presisi
2013 PT YPTI menambah fasilitas pengnedalian kualitas : zeiss CMM, 5
mesin CNC, lokasi baru divisi injeksi, fasilitas 3D scanner
2014 PT YPTI menjadi mitra PLN dan PT Dirgantara Indonesia
PT YPTI berpartisipasi di hannover Messe Exhibition dan meluncurkan
2015
gedung baru untuk pusat pelatihan.

PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) merupakan UKM yang bekerjasama


dengan berbagai vendor, baik sebagai customer maupun supplier. Beberapa customer yang
bekerjasama dengan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) antara lain Astra Daihatsu
Motor, Coca Cola Botlting, Sari Husada, Toyota Astra Motor dan lain-lain. Sedangkan supplier
untuk PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) antara lain Asia Polimer, Hartono
Teknik, CNC Design Nusantara dan lain-lain.
Beberapa produk unggulan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) saat ini
diantaranya adalah mould (cetakan), sparepart mesin industri, otomotif serta plastic injection.
PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) telah membuat mould selama 15 tahun dan
berkomitmen untuk selalu membuat inovasi. Sedangkan untuk sparepart sudah sejak tahun
1999, untuk mendukung industri seperti rokok, obat-obatan, makanan, motor dan mobil. Untuk
plastic injection, PT. YPTI memiliki pengalaman sejak tahun 2006 , untuk mendukung industri
seperti plastik untuk otomotif , plastik mainan untuk pendidikan, kemasan plastik untuk obat
atau barang elektronik.
Dalam melakukan proses produksi, perusahaan menggunakan Computer Aided Design,
Computer Aided Manufakturing, Computerized Numerical Control, sehingga perusahaan bisa
membuat berbagai desain sesuai permintaan. Dalam pengoperasian, perusahaan menggunakan
mesin baik sistem program maupun manual dimana semua produk pesanan bisa dikerjakan
menurut keinginan customer.

4
1.3.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan kerangka yang skematis tentang hubungan kerja antara
orang-orang, bidang kerja, wewenang dan tanggung jawab yang terdapat pada suatu badan
organisasi yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.Stuktur organisasi di PT. Yogya
Presisi Tehnikatama Industri menjadi sangat penting dalam rangka mengatur job description
(pembagian tugas) pada karyawan supaya pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik. Berikut ini
merupakan struktur organisasi dari PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri :

Gambar 1.3. 2 Struktur Organisasi perusahaan

1.3.3 Aspek Tenaga Kerja


Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi empat grup, dalam sehari grup yang bekerja
sebanyak tiga grup sehingga grup yang tidak mendapat shift akan libur, dan sistem ini

5
dijalankan secara bergiliran. Untuk karyawan non shift bekerja selama 5 hari kerja dengan
ketentuan:
- Senin-Kamis : 07.30 – 16.00 WIB (istirahat kerja selama setengah jam)
- Jum’at : 07.30 – 16.30 WIB (istirahat kerja selama 1 jam )
Penjadwalan jam kerja operasi untuk tenaga kerja pada PT Yogya Presisi Tehnikatama
Industri yaitu :
1. Karyawan Office / staff.
Waktu Kerjanya mulai dari pukul 7.30 – 16.00 WIB (Istirahat: 12.00-12.30 WIB) dan
Khusus hari Jum’at dimulai dari pukul 07.30 – 16.30 WIB (Istirahat: 12.00-13.00 WIB).
2. Karyawan Produksi Yang termasuk dalam pegawai produksi adalah pegawai yang turun
langsung pada jalannya produksi yaitu meliputi operator, setter, leader, crusser, QC line,
serta maintenance mold. Dalam Karyawan Shift bagian injeksi dibagi menjadi 4 group
diantaranya 3 shift bekerja dan satu group shift yang libur. Waktu kerja karyawan ini
dibagi menjadi 3 shift, yaitu:
a. Shift I dimulai pukul 07.00 – 15.00 WIB (Istirahat : mulai pukul 11.00)
b. Shift II dimulai pukul 15.00 – 23.00 WIB (Istirahat : mulai pukul 19.00)
c. Shift III dimulai pukul 23.00 – 07.00 WIB (Istirahat : mulai pukul 03.00)
Sementara untuk bagian Manufaktur dibagi menjadi dua shift, yaitu:
d. Shift I dimulai pukul 08.00 – 16.30 WIB
e. Shift II dimulai pukul 16.30 – 01.00 WIB

Pada setiap shiftnya, istirahat dilakukan secara bergiliran pada operator, karena mesin produksi
ada yang tidak boleh mati.

1.3.4 Sektor Usaha

PT. Yogya Presisi tehnikatama Industri memproduksi produk yang disesuaikan dengan
permintaan konsumen Make to Order dan Make To Order Repetitive. Produk yang dihasilkan
PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri yang bergerak dibidang manufaktur dan plastik
Injeksi mempunyai banyak jenis produk yang dihasilkan.PT. Yogya Presisi Tehnikatama
Industri terbagi menjadi memiliki 2 bidang produksi yang menghasilkan produk serta jenis
pengunaan mesin yang berbeda, 2 bidang tersebut adalah :

6
1. Bidang Manufaktur Bidang manufaktur adalah bidang khusus pembuatan mould dan
sparepart. Untuk design atau model dapat sesuai keinginan customer. Berbagai cetakan
telah diproduksi PT. YPTI, baik cetakan untuk motor, emblem mobil, list mobil,
elektronik, penutup botol, tempat minuman dan lain-lain. Untuk Produk sparepart adalah
mesin yang berhubungan dengan kebutuhan mesin serta otomotif.

2. Bidang Plastic Injection Bidang Plastik Injeksi adalah pembuatan produk yang berbahan
plastik. Produk yang telah dibuat antara lain cover roof rack, botton door locking, roda
rc, knop mobil dan lain-lain. Produk plastik yang dibuat tidak hanya untuk bidang
otomotif saja, akan tetapi bidang edukasi, minuman dan makanan juga.

Gambar 1.3.3 Contoh produk Center Cap D22D

1.3.5 Asuransi Pegawai

Seluruh pekerja PT. YPTI mendapatkan dua macam asuransi kesehatan, yaitu BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Ketika seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja,
siapapun yang berada di dekat korban melakukan pertolongan pertama dan melaporkannya
kepada leader. Kemudian leader akan berkoordinasi dengan pihak HRD untuk membawa
korban ke rumah sakit terdekat yaitu RS Panti Rini. Untuk melakukan pengobatan disana
digunakan BPJS Ketenagakerjaan. Apabila klaim tidak cukup untuk ditanggung oleh BPJS
Ketenagakerjaan, maka biaya tambahan akan ditanggung oleh perusahaan dimana berkas
administrasi dibawa kembali ke HRD untuk proses selanjutnya.

1.3.6 Sertifikasi Perusahaan

PT. YPTI telah mendapatkan sertifikasi dalam ISO pada tahun 2015 untuk Quality
Assurance, oleh Indonesia Aerospace tahun 2014, oleh PLN tahun 2014, dalam DJI SAM
SOE Award tahun 2007, dan Upakarti Award tahun 2009. Selain itu perusahaan ini juga

7
mendapatkan sertifikat dari Best Key Account SSC (Sampoerna Supplier Conference) pada
tahun 2012 dan dari YDBA (Yayasan Dharma Bakti Astra) tahun 2016.

1.3.7 Kelembagaan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki sistem yang dipimpin oleh Leader
dalam setiap shift kerja. Leader bertanggungjawab untuk keselamatan dari anggotanya. Bila
terjadi kecelakaan kerja, maka leader wajib membawa anggota tersebut untuk mendapatkan
pertolongan pertama ke IGD RS Panti Rini yang telah bekerja sama dengan PT. YPTI.
Disamping itu, pembinaan K3 pada para pekerja juga dilakukan dengan adanya training oleh
perusahaan. Training dilakukan setiap 1 tahun sekali dengan materi berupa K3, company
profile, dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Namun untuk pelatihan P3K belum
dilaksanakan sampai saat ini. Berdasarkan narasumber, kecelakaan yang selama ini terjadi
masuk ke dalam kategori kecelakaan ringan dan sedang, serta belum pernah terjadi
kecelakaan yang berat. Untuk setiap pegawai baru, dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
sebelum masuk namun belum dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

1.4 ALUR PRODUKSI


Berikut adalah salah satu gambaran alur produksi produk PT.YPTI yang juga berlaku
untuk produk-produk lainnya.

Injection and Inspeksi oleh Finishing and Inspeksi QC Inspeksi QC


Packaging
Molding Process Operator Cutting line Final

Gambar 1.4.1 Proses Produksi Center Cap D22D


Proses mixing adalah proses pencampuran biji PA 66 Zytel DuPont dengan beberapa
bahan lainnya dengan komposisi ditentukan. Komposisi yang digunakan untuk membuat
bucket adalah PA 66 Zytel DuPont sebesar 88,5%, pewarna 1,5% dan biji crusher 5%.
Proses injection adalah proses pembentukan campuran biji plastik yang sudah dilelehkan
menjadi sebuah produk Center Cap D22D. Proses produksi Center Cap D22D dilakukan pada
mesin injection yang berbeda. Parameter yang berpengaruh dalam proses injection adalah
kecepatan mesin dalam menutup atau membuka mold, waktu pengisian cairan campuran
material ke dalam mold, waktu pendinginan, dan waktu pelepasan produk Center Cap D22D

8
dari mold. Setelah dilakukan proses injection dilakukan pemeriksaan apakah produk yang
dihasilkan sudah memenuhi spesifikasi.
Pada tahap Finishing, operator mesin mengambil produk Center Cap D22D dari mold,
dan memeriksa apakah produk yang jadi sudah memenuhi standar, finishing dan inspeksi
oleh operator dilakukan bersamaan, proses ini hanya memotong penghubung antara 2 produk
Center Cap D22D, jadi produk yang keluar dari mold ada 2 buah, dan dipisahkan oleh
operator dari penghubungnya selama proses finishing.
QC in line adalah aktivitas inspeksi dengan memeriksa seluruh produk, dari produk
tersebut hal yang diperiksa adalah, dimensi, warna, dan bentuk. QC in line membuat laporan
check sheet setelah mesin mulai berproduksi. Setelah memeriksa produk, produk Center Cap
D22D diletakkan di kardus untuk siap diperiksa di QC final dan packaging. Proses inspeksi
terakhir berada di QC Final yaitu dengna memeriksa 1% dari total keseluruhan produk,
apabila telah memenuhi standar dan tidak menemukan kecacatan produk, maka produk
dikemas dalam kardus (packaging) dan siap untuk diantarkan ke konsumen.

1.5 LANDASAN TEORI


1.5.1 Hygiene Industri
Higiene industri adalah ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan,
evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin
menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan
ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan. Hasil pengukuran dan evaluasi
demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna pengembangan
pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja/perusahaan. Faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja (occupational health
hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, bahaya faktor biologi, faktor
ergonomi dan psikologi.

1.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja


Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja menurut Pedoman Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No. 05 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja mencakup faktor fisika,
faktor kimia, indeks pajanan biologi, faktor biologi, faktor ergonomi, faktor psikologi dan
standar kualitas udara.

9
a. Faktor Fisik
Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 05 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan
Kerja, faktor fisika meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang radio/ gelombang
mikro, radiasi ultra violet, medan magnet, tekanan udara dan pencahayaan. Minimnya
kontrol terhadap faktor-faktor fisika ini tidak hanya dapat berpengaruh ke
produktivitas kerja namun dapat berpengaruh ke kesehatan pekerja, bahkan dapat
berkontribusi pada timbulnya kecelakaan kerja.
1) Kebisingan
Menurut Kemenaker No. KEP-51/MEN/1999, kebisingan adalah semua suara
yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
 Jenis kebisingan:
- Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin yang berputar;
- Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;
- Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom meledak.
 Akibat kebisingan:

Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan
akibat kebisingan, perubahan ambang
pendengaran
Akibat batas permanen akibat kebisingan
lahiriah Rasa tidak nyaman atau stress meningkat,
Akibat fisiologis tekanan darah meningkat, sakit kepala,
bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
gaya hidup
psikologis sebagainya.
Merintangi kemampuan mendengarkan
Gangguan
TV, radio, percakapan, telpon dan
pendengaran
sebagainya.

Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (Permenakertrans No.
13/MEN/X/2011). Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau
membahayakan, perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit

10
buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri
sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.

2) Getaran
Menurut Permenaker No.5 Tahun 2018, getaran adalah gerakan yang teratur dari
benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Tempat
kerja yang memiliki sumber bahaya getaran merupakan tempat kerja yang terdapat
sumber getaran pada lengan dan tangan, dan getaran seluruh tubuh.
 Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan dan tangan.
Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.

11
3) Iklim dan Suhu
Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah
24°C-26°C. Bila iklim kerja panas dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam
bekerja dan gangguan kesehatan. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat
stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan, suhu-suhu yang rendah dapat
menimbulkan frostbite, trenchfoot, dan hypotermia.

4) Pencahayaan
Menurut Permenaker No.5 Tahun 2018, pencahayaan adalah sesuatu yang
memberikan terang (sinar) atau yang menerangi, meliputi pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan.
 Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
- Arah sinar;
- Warna;
- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap kontras
warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun

 Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.

12
13
 Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan:
- Adanya debu atau kotoran pada bola lampu;
- Bola lampu yang sudah lama;
- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;
- Perubahan letak barang-barang.

b. Faktor Biologis
Menurut Permenaker No.5 Tahun 2018, faktor biologi di tempat kerja adalah faktor
yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh makhluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada tenaga kerja, meliputi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan
invertebrata (protozoa, ascaris).
Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:
1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
2. Ingesti/ saluran pencernaan
3. Kontak dengan kulit

14
4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan baru,
pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang
mengandung organisme patogen dengan cara menutupi hidung dan mulut dengan
tujuan untuk menghindari debu respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat menuangkan bahan
baku;
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan produksi.
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali setiap
bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme
yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk menghindari
kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan mencuci tangan di air
mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan pendingin ruangan
untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.
Saat ini, pengendalian dilakukan dengan cara sanitasi ruangan tempat kerja.
Parameter yang digunakan adalah parameter mikroorganisme saja, yaitu angka kuman
yang terdiri dari:
1. Jumlah bakteri total 700 cfu/m3 (batas maksimal)
2. Jumlah jamur total 1.000 cfu/m3 (batas maksimal), dan
3. Bebas mikroorganisme patogen.
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. Salah satunya

15
kantin atau tempat makan para pekerja berada di ruangan tertutup sehingga lalat tidak
dapat keluar masuk dan hinggap pada makanan pekerja.

c. Faktor Kimia
Menurut Permenaker No.5 Tahun 2018, faktor kimia adalah faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia dan turunannya di Tempat Kerja yang dapat menyebabkan oenyakit pada
Tenaga Kerja, meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas, uap, dan partikulat. Paparan
terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan,
baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk memahami faktor kimia di
tempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan tentang efek toksik dan sifat
dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya dapat dilakukan dengan melihat
pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data Sheet (MSDS).
1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):
 Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di
udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya
mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di udara. Bentuk ini memiliki
ukuran 0.02-500µm. Yang termasuk dalam bentuk partikulat diantaranya adalah
sebagai berikut.
- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran debu ini
dihasilkan oleh pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan yang berkaitan
dengan gerinda, pemboran, pemecahan, dan penghancuran material padat.
Ukuran debu dapat bervariasi mulai dari yang dapat terlihat dengan mata
telanjang (50µm) sampai dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang
berukuran kurang dari 10µm dapat membahayakan kesehatan karena dapat
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 – 4 µm dapat
terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan asbes.
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-bahan
dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari logam cair. Uap dari
logam cair terkondensasi menjadi partikel-partikel padat di dalam ruangan
logam cair tersebut, misalnya pada pekerjaan penyolderan, pengelasan, atau
peleburan logam. Contoh: metal fume pada peleburan logam seperti ZnO dan
PbO.

16
- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai hasil
proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses electroplanting
dan penyemprotan di mana cairan tersebar, terpercik atau menjadi busa
partikel buih yang sangat kecil. Contoh: kabut minyak yang dihasilkan
selama operasi memotong dan gerinda.
- Asap (smoke): adalah partikel-partikel karbon yang mempunyai ukuran
kurang dari 0.5µm dan bercampur dengan senyawa hidrolarbon sebagai hasil
pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar, seperti hasil pembakaran
batubara.
- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di udara. Smog
terdapat pada pekerjaan pembuihan.

 Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang tertutup dan
dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat dengan pengaruh dari
gabungan kenaikan tekanan dan pengurangan suhu. Gas dapat berdifusi
dengan cara menjalar atau menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen,
nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan
normal, dapat diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu
dan penambahan tekanan.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan normal
berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang. Uap dapat dirubah
kembali menjadi padat atau cair dengan menambah tekanan atau
menurunkan suhu. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang rendah lebih
mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi. Contoh
bentuk uap adalah uap air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.

2) Pengaruh Fisiologis dan Patologis Bahan Kimia:


 Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau
menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh
yang terkena biasanya kulit, mata, dan saluran pernapasan.

17
- Iritasi melalui kulit  apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu
dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai
pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
- Iritasi melalui mata  kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan
mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan
permanen.
- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-
bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena
pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan kerongkongan).
 Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan
asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses
oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga menimbulkan sensasi tercekik dan
dapat menyebabkan kematian. Terdapat dua jenis asfiksia, yakni:
- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan
dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas
seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atau helium yang kadar
tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup.
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada
situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat
asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida, nitrogen, propan, argon, dan
metana.
 Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti
ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic
keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan
syaraf pusat.
 Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam kosentrasi
relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan
kematian. Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemik
dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh terhadap
bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat menyebar

18
keseluruh tubuh. Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida, benzene, dan
sianida.
 Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor
(benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru
muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan
kimia seperti arsenic, asbestos, kromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-
paru.
 Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh
dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya
partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya
reaksi dari jaringan paru dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh bahan-bahan
yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica, asbestos, talc,
batubara dan beryllium.

3) Pengukuran
Pengukuran faktor kimia dilakuakan terhadap pajanannya (faktor kimia digunakan
dalam industri) dan terhadap pekerja yang terpajan. Pengukuran dilakukan dengan
cara pengambilan sample yang selanjutnya akan dianalisa. Hasil pengukuran nantinya
akan dibandingkan dengan NAB, PSD, atau KTD. Metode yang digunakan antara lain
Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH, AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument
analisis yang digunakan dalam pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis
kadar logam, GC untuk kadar hidrokarbon, spectrophotometer UV/Vis untuk analisis
gas organic, dan X-Ray deffractometer. Nilai Ambang Batas (NAB), diatur
berdasarkan surat edaran Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor
kimia dan faktor fisikadi tempat kerja.Kategori nilai ambang batas:
 NAB rata-rata selama jam kerja
 NAB pemaparan singkat
 NAB tertinggi

4) Pengendalian
Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:

19
 Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
 Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat
oleh suatu perusahaan, berisikan antara lain kandungan/komposisi, sifat fisik dan
kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek
terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat
dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang
kimia.
 Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan dengan tahapan
sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar potensi
bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah keputusan
menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.

1.5.3 Sanitasi Industri dan Kebersihan


Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitberatkan kegiatan pada usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia. Kebersihan adalah bebas dari kotoran serta rapih
dan/atau tidak bercampur dengan unsur atau zat lain yang berbahaya. Prinsip dasar sanitasi
terdiri dari:
 Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan;

20
 Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam menerapkan
Good Manufacturing Practices (GMP);
 Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan lingkungan
sekitar perusahaan;
 Manfaat yang dipero leh bagi konsumen bila industri pangan adalah, konsumen terhindar
dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan;
 Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan mutu dan
umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen;
 Mengurangi biaya recall.
 Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene pekerja yang
terlibat.

Sanitasi industri meliputi:


1) Water supply: Suplai air, dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu domestik
(untuk karyawan, makan, minum, dll) dan proses produksi.
2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu domestik (berasal
dari karyawan, bukan dari proses produksi) dan sampah industri (padat, cair). Sampah ini
memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya.Sampah dapat diolah kembali
untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi
dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak berbahaya dan mudah terurai.
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses produksi.
Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga kerja ataupun proses produksi
dalam industri pangan. Sanitasi makanan merupakan usaha pencegahan penyakit, dapat
menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan makanan dan merupakan pencegahan
penyakit yang efektif. Hal–hal yang diperhatikan dalam sanitasi makanan adalah:
 Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan makanan,
pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
 Kebersihan peralatan
 Kebersihan fasilitas
 Kantin dan ruang makan
 Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang yang berperan
dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia. Contoh-contoh vektor seperti

21
tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain. Masing-masing vektor membawa penyakit
tertentu dan dapat mengenai tenaga kerja, sehingga dapat menurunkan produktivitas.
Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri ataupun memakai jasa
pengendalian vektor profesional.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak harus
tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam proses produksi. Fasilitas
kebersihan menjamin tenaga kerja untuk menjalankan fungsi-fungsi biologis seperti buang
air kecil, buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan lain-lain. Hal – hal yang
termasuk fasilitas kebersihan, yaitu:
 WC (kakus)  memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding dengan
jumlah pekerja.
 Tempat cuci.
 Tempat mandi  membersihkan badan sebelum pulang.
 Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan sesudah kerja.
 Ruang makan dan kantin  memenuhi syarat – syarat rumah makan sehat atau
kantin sehat.

Penerapan kebersihan (sanitasi) harus dilakukan pada:


a. Bangunan tempat kerja, meliputi halaman, gedung, dan bangunan bawah tanah;
b. Fasilitas kebersihan, meliputi toilet dan kelengkapannya, loker dan ruang ganti pakaian,
tempat sampah, dan peralatan kebersihan; dan
c. Tata laksana kerumahtanggaan, meliputi upaya
- memisahkan alat, perkakas, dan bahan yang digunakan
- menata alat, perkakas, dan bahan sesuai dengan posisi yang ditetapkan
- membersihkan alat, perkakas, dan bahan secara rutin
- menetapkan dan melaksanakan prosedur kebersihan, penempatan, dan penataan untuk
alat, perkakas, dan bahan
- mengembangkan prosedur kebersihan, penempatan dan penataan untuk alat, perkakas,
dan bahan.

1.5.4 Petugas Higiene Industri


Petugas higiene industri adalah seseorang yang mempunyai kompetensi yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap dibidang Higiene Industri yang mempunyai kualifikasi

22
Ahli Muda Higiene Industri (HIMU), Ahli Madya Higiene Industri (HIMA), dan Ahli Utama
Higiene Industri (HIU). Adapun tugas dari petugas higiene industri ialah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-permasalahan
kerja serta resikonya, menganalisa kondisi-kondisi yang dapat diukur untuk mencari
permasalahan yang timbul;
- Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan sampling yang
dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di tempat kerja;
- Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya kimia,
fisika, dan biologi dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan pengukuran;
- Membandingkan hasil sampling dengan standar atau petunjuk yang relevan untuk
menentukan apakah pengontrolan khusus diperlukan;
- Melakukan evaluasi terhadap proses industri untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lngkungannya;
- Mengerti segala bentuk peraturan pemerintah yang berkaitan dengan K3;
- Memastikan pekerja terbebas dari bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja.

1.5.5 Pengolahan Limbah


Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah industri tersebut
dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang
dengan melakukan proses lanjut akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak
mempunyai nilai ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak dapat
memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem pembuangan.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya ditempatkan
pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya serta apakah
termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi
apakah bisa didaur ulang atau bisa langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam
limbah B3 adalah limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit tetapi
mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan sumber daya.Limbah cair
yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu sesuai dengan spesifikasinya.Kontainer
tempat menampung limbah yang termasuk kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh
tercecer pada waktu pengumpulan dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat

23
pembuangan akhir B3. Secara umum, pengolahan limbah industri dapat dilakukan melalui 3
proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika, meliputi:
 Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan secara gravitasi.
 Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan aliran udara
yang dimasukkan kedalam sistim.
 Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar minyak dari aliran
limbah dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan spesifitas gravities anatara air
dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
 Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata menjadi
gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
 Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
 Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah kedalam reaktor
concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi yang sangat tinggi.
 Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme dimasukkan kedalam
beberapa media.
 Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan dangkal untuk
mengolah air limbah dengan menggunakan proses alami dengan melibatkan ganggang
dan bakteri.
 Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa microbial aktif
dalam lapisan sludge.

Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat
mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah
berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan
beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.
1) Mengontrol Emisi Gas Buang:
 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur
oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara

24
desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber);

 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter
basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat;
 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor
dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan
hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara
memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan
pembakaran;
 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar
alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:
 Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar
tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar
dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol),
kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan
yang baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang
keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau
bersifat alkalis dan lain sebagainya
 Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut
dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja
pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang
sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang
relatif “berat” akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel / debu / abu yang bisa
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin besar ukuran debu makin
cepat partikel tersebut diendapkan.
 Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter
basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari

25
bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara
yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke
bawah.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap
siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam
prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan:
 Pegendap Sistem Gravitasi:
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran
partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana
sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat
sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba
(speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri
(gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
 Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor
dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau
uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari
alat ini sudah relatif bersih.Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus
searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat pengendap ini berupa
tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan
negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona
discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-
olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih
menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.
Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara
bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

26
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PELAKSANAAN


Dilakukan pengamatan pada hari Rabu, 9 Agustus 2018, pukul 09.00-12.00 WIB oleh
kelompik AI higiene industri.

2.2 LOKASI PENGAMATAN


Lokasi pengamatan adalah di PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri bertempat di Jl.
Dhuri, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta.

27
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Berikuti ini adalah hasil pengamatan yang dilakukan di PT. Yogya Presisi Tehnikatama
Industri (YPTI).

3.1. FAKTOR FISIK

1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan langsung, jenis kebisingan di PT YPTI merupakan
bentuk kebisingan campuran, yaitu kebisingan kontinu dan intermiten. Kebisingan ini
terdapat di bagian plastic injector dan bagian pembuatan spare part. Kebisingan
kontinu langsung dapat didengar sejak awal masuk ke dalam bangunan pabrik yang
berasal dari mesin-mesin yang ada di dalamnya. Kebisingan intermitten juga terdapat
di dalam pabrik, terutama bagi pekerja yang bekerja sebagai operator mesin, yang
berasal dari beroperasinya mesin yang juga intermiten. Sayangnya, walaupun terdapat
kebisingan kontinu, tidak semua pekerja memakai pelindung telinga, hanya operator
mesin saja yang memang sudah menggunakan ear plug yang sudah menjadi standar.
Berdasarkan informasi yang didapat dari narasumber, pihak perusahaan sudah
melakukan pengukuran untuk intensitas kebisingan di lingkungan kerja sesuai dengan
Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas faktor fisika di
tempat kerja; dan hasilnya dibawah ambang batas. Yang berarti bising ada pada
frekuenzi kurang dari 85 dB sesuai dengan Permenaker No.5 Tahun 2018 tentang
NAB bising dengan waktu pemamparan 8 jam kerja sehari.

2) Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat kerja PT
YPTI pada siang hari, baik di bagian plastic injector atau bagian pembuatan spare
part menggunakan sumber pencahayaan alami yang berasal dari pintu pabrik dan dari
atap pabrik yang memang sudah diberi bagian transparan agar cahaya matahari dapat
masuk. Selain itu, beberapa pekerja dibantu oleh lampu neon, terutama di bagian yang
membutuhkan ketelitian lebih, yaitu di bagian finishing and cutting, serta quality
control. Lampu emergensi juga sudah ada di dalam tempat kerja. Pengaturan area
kerja sudah cukup baik, tidak ada area satu dan yang lainnya berdekatan sampai terjadi

28
bayangan cahaya yang dapat mengganggu dan tidak terdapat pencahyaan yang
menyilaukan,
Akan tetapi, kami tidak melakukan pengamatan langsung pada malam hari untuk
menilai apakah pencahayaan umum pada malam hari sudah terasa cukup atau belum.
Sekilas pencahayaan memang cukup, walaupun belum tahu apakah sudah dilakukan
pengukuran intensitas cahaya atau belum. Menurut informasi yang diperoleh dari
narasumber bahwa belum dilakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan di
tempat kerja yang mengacu kepada Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
Menurut pengamatan yang kami lakukan di tempat kerja secara langsung, para
pekerja tidak tampak mengalami gangguan dalam hal pencahayaan/penerangan di
tempat kerja mereka. Akan tetapi pernah di lakukan evaluasi oleh Badan Lingkungan
Hidup (BLH) untuk penerangan / pencahyaan di perusahaan tersebut masih kurang
dan perlu ditambah lagi dari segi pencahayaan .

3) Getaran
Beberapa alat di tempat kerja PT YPTI berpotensi menimbulkan getaran pada
pekerja yang mengoperasikannya, terutama di bagian spare part, yaitu bagian yang
menggunakan alat bor untuk membentuk besi. Tetapi para pekerja terlihat tidak
mengalami masalah dengan getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat tersebut. Di
karenakan mesin yang digunakan tidak langsung berhubungan dengan pekerja. Ada
mesin yang prosesnya bekerja sendiri tanpa pekerja. Pekerja tersebut hanya
mengawasi proses kerja mesin serta menjalankan program dari mesin.

4) Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, hanya sedikit pekerja yang
terpapar oleh sinar matahari secara langsung. Hawa panas mungkin sedikit terasa
untuk pekerja yang bertindak sebagai operator mesin karena panas yang dihasilkan
oleh mesin. Akan tetapi, pengamat menilai masih dalam batas normal, dan di dalam
beberapa mesin juga sudah ada fan yang bertujuan untuk mengurangi hawa panas dari
mesin. Disamping itu, terdapat beberapa kipas angin dan mesin fresh air di dalam
tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi hawa panas. Pengamatan secara

29
umum, para pekerja tidak terlihat mengalami masalah yang berkaitan dengan iklim
kerja di tempat mereka bekerja.

3.2. FAKTOR BIOLOGI

Ketika melakukan pengamatan di tempat kerja PT YPTI, faktor biologi tidak terlalu
menonjol. Kalaupun ada, mungkin dikhawatirkan adanya mikroorganisme di bagian besi-besi
bangunan atau mesin yang berkarat dan lembab. Namun, ditemukan beberapa faktor biologi
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan para pegawai perusahaan PT YPTI
diantaranya adalah tidak terdapatnya wastafel di area kantin. Hal tersebut dapat meningkatkan
risiko penyakit saluran pencernaan seperti diare dan infeksi oleh Salmonella typhi. Selain itu,
PT YPTI memiliki toilet yang kurang bersih dan wastafel di dalam toilet tersebut rusak serta
tidak terdapatnya sabun di area tersebut. Sehingga risiko untuk terinfeksi parasit, virus, atau
mikroorganisme lain baik itu melalui saluran pencernaan ataupun saluran kemih dapat
meningkat.

Upaya pengendalian faktor biologi yang sudah dilakukan antara lain:

a. Untuk pekerja baru akan dilakukan medical chek up terlebih dan pemeriksaan kesehatan
setiap 6 bulan sekali bagi pekerja yang sudah lama bekerja di perusahaan tersebut. Apa
bila diantara mererka mengalami masalah kesehatan maka akan di rujuk ke fasilitas
kesehatan di Rumah Sakit Panti Rini yang tidak jauh dari perusahaan tersebut.
b. Pekerja di perusahaan tersebut di wajibkan menggunakan APD (alat pelindung diri) setiap
bekerja.
c. Dilarang untuk makan dan minum di tempat kerja karena telah tersedia dua kantin diluar
dari gedung tersebut yang masih berada disekitar perusahaan tersebut.
d. Tersedia toilet, tempat cuci tangan dan tempat sampah di dalam gedung .
e. Pekerja di wajibkan untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.

3.3. FAKTOR KIMIA

Berikut adalah beberapa faktor kimia yang kami amati di lingkungan kerja PT.YPTI.

1) Debu dan partikel kecil


Secara umum tidak terdapat sumber debu utama di pabrik PT YPTI. Kalaupun ada,
mungkin hanya berupa debu biasa yang berasal dari alat-alat yang belum

30
dibersihkan yang sekilas dalam batas normal. Di dalam perusahaan tersebut juga
terdapat petugas kebersihan yang bekerja shift dan terdapat di setiap lantai nya
sehingga untuk debu di perusahaan tersebut sangat minimal sekali. Dari pengamatan
hanya sebagian pekerja saja yang menggunakan masker sebagai APD.
2) Bahan Berbahaya dan Beracun
Bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di PT YPTI secara umum tidak terlalu
menonjol, karena bahan baku biji plastik nya sendiri yang sudah dikemas baik. Akan
tetapi, yang mungkin cukup membahayakan bila terhirup adalah bahan biji plastic
yang didapat dari proses penghancuran produk yang kualitasnya tidak baik. Biji
plastic yang sangat kecil jika tertiup angin dan tertiup angina bisa sangat berbahaya
bagi saluran pernapasan pekerja.
Selain itu, bahan B3 lainnya adalah limbah dari coolant mesin dan oli namun
perusahan tersebut sudah memiliki tempat pembuangan sementara yang cukup besar
dan bekerja sama dengan PT. PPLI (Prasadha Pemusnah Limbah Industri) . Limbah
tersebut diambil setiap 3 bulan sekali menggunakan mobil khusus limbah dan
nantinya limbah tersebut akan dibawa ke Surabaya untuk pembuangan akhirnya.
Karena untuk daerah Yogyakarta belum tersedia tempat pembuangan akhir tersebut.
3) Bahan-bahan Kimia
Dalam proses produksinya bahan-bahan kimia di PT. YPTI tidak begitu menonjol,
mungkin yang cukup terlihat adalah bahan pelumas mesin dan oli mesin walaupun
secara umum tidak terlalu mengganggu. Tidak semua operator mesin menggunakan
sarung tangan saat kontak dengan bahan-bahan kimia tersebut.

3.4. KEBERSIHAN

Berdasarkan hasil pengamatan di PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI),


kami melihat sanitasi di lingkungan kerja cukup baik. Hal ini dilihat dari kebersihan
dinding, lantai, dan atap yang baik. Setiap pekerja juga selalu diingatkan untuk menjaga
kebersihan sehingga kebersihan lingkungan produksi menjadi tanggung jawab pribadi
setiap pekerja. Ruang loker juga tersedia bagi para pekerja untuk menyimpan barang-
barang, sehingga lokasi produksi bersih dan terpisah dari barang-barang pekerja.

Selain itu juga tersedia tempat sampah terpisah organik dan anorganik di beberapa
titik strategis di lokasi produksi sehingga mudah dijangkau pekerja yang hendak

31
membuang sampah. Sementara limbah sisa produksi dikumpulkan untuk kemudian
ditampung oleh perusahaan lain yang khusus mengelola limbah produksi. Di bagian
produksi molding dan injeksi, dimana limbah sebagian besar merupakan plastik, limbah
sisa produksi kembali dipilah oleh perusahaan, dimana limbah plastik yang baik kembali
digunakan sebagai bahan baku campuran, sementara limbah yang tidak terpakai akan
ditampung dan dikelola oleh perusahaan yang telah bekerjasama dalam pengelolaan
limbah tersebut.

Di perusahaan ini juga disediakan kantin yang letaknya terpisah dari area produksi
sehingga paparan dan kontaminasi dari area pabrik dapat terhindarkan. Kantin ini terletak
lebih tinggi dari area pabrik dengan ventilasi udara yang memadai sehingga udara segar
bisa masuk. Makanan disediakan oleh petugas kantin dan diletakkan di dalam lemari kaca
sehingga kebersihan makanan terjaga.

Beberapa titik penting yang perlu menjadi perhatian adalah pada lokasi penyimpanan
hasil produksi sebelum didistribusikan. Hasil produksi tersebut dimasukkan ke dalam
kardus dan ditumpuk dalam rak besi. Yang kami amati saat kunjungan adalah beberapa
bagian penyimpanan terdapat debu tipis. Sebaiknya ruang penyimpanan hasil produksi ini
juga perlu dibersihkan kembali.

3.5. PETUGAS HIGIENE INDUSTRI

Perusahaan tidak memiliki petugas higiene internal yang menganalisis dan mengqmati
K3 proses industri. Pemeriksaan dan pengawasan diatur oleh divisi K3 yang bekerjasama
dengan pihak di luar perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, operator
kurang disiplin dalam penggunaan earplug, sarung tangan, googles dan masker. Operator
mesin bagian cruser produk reject dan limbah injection dan molding dominan tidak
menggunakan sarung tangan. Beberapa operator di daerah yang mesin yang cukup bising
tidak menggunakan earplug. Selain itu, tenaga kebersihan (cleaning sevice) hanya berlaku
tiap shift dan tidak tampak ketika pengamatan sedang dilakukan.

3.6. PENGOLAHAN LIMBAH

32
Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi di PT. Yogya Presisi Tehnikatama
Industri (YPTI) ada 3 macam, yaitu limbah padat, limbah cair, dan emisi udara. Namun,
dikatakan oleh narasumber nahwa sebagian besar limbah merupakan limnah padat.

1) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi sebagian besar adalah plastik.
Limbah plastik sisa produksi ini kemudian dipilah kembali oleh perusahaan. Limbah
yang masih baik dan bisa dipakai kembali kemudian digunakan menjadi bahan baku
campuran untuk produksi selanjutnya, sementara limbah plastik yang sudah tidak
terpakai kemudian ditampung dan dikelola oleh perusahaan yang telah ditunjuk dan
bekerjasama dalam pengelolaan limbah plastik.

2) Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi injection dan molding adalah oli,
sementara dari proses produksi bahan besi menghasilkan limbah cairan dari air
pendingin mesin. Limbah oli dikumpulkan oleh petugas tertentu untuk didistribusikan
ke bagian maintenance. Oli tersebut dialihkan ke perusahaan lain yang telah
bekerjasama yang menerima oli bekas pakai untuk diolah kembali. Sementara limbah
cairan dari air pendingin mesin produksi besi dialihkan ke tempat pembuangan tanpa
ada pengolahan khusus.

3) Limbah Gas
Berdasarkan keterangan narasumber, perusahaan tidak menghasilkan limbah gas
khusus dalam jumlah yang perlu pengolahan atau pembuangan. Sementara dari hasil
pemeriksaan perusahaan sebelumnya, emisi udara dari mesin tidak mencemari udara
ambien. Adapun udara panas akibat mesin pada ruangan telah dilengkapi dengan
ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara ruangan.

33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri merupakan perusahaan yang bergerak di


bidang manufaktur dengan hasil produksi, seperti produk bahan plastik, spare part kendaraan
bermotor, cetakan prostese dan alat lain, panel serta landing gear pesawat terbang. Mesin
produksi yang digunakan telah dicantumkan SOP dan terstandardisasi. Secara keseluruhan,
sanitasi dan hygiene industri di perusahaan ini sudah cukup baik dengan tingkat kendali faktor-
faktor risiko (fisika, kimia, biologi, fisiologi, psikologi) yang cukup memadai. Kebersihan
lingkungan kerja, ketersediaan petugas, serta pengolahan limbah juga sudah baik.
Meskipun demikian, beberapa hal perlu menjadi perhatian dan evaluasi dari pihak
perusahaan. Dari faktor fisika, suhu ruangan yang bergantung suhu luar ruangan seringkali
menyebabkan lingkungan kerja panas dan kurang nyaman. Hal ini juga dapat mempengaruhi
faktor psikologis operator mesin yang akan berdampak pada kinerja. Oleh karena itu, perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut.

4.2 SARAN

1) Memberi penyuluhan berkala mengenai Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
terutama terkait hygiene industri dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kesehatan
kerja.
2) Memberi informasi kepada seluruh tenaga kerja akan pentingnya kebersihan diri dan
keselamatan diri.
3) Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan pelaksanaan kebersihan dan keselamatan diri.
4) Menyediakan lebih banyak media dan sarana untuk mempromosikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
5) Perlu adanya tenaga kesehatan khusus di perusahaan untuk mengevaluasi kesehatan dan
keselamatan kerja dan memantau secara berkala.
6) Melakukan pengukuran nilai ambang batas dan standardisasi mesin produksi secara
berkala.

34
7) Melakukan penempatan tempat pembuangan sampah di titik strategis dan aman yang lebih
mudah dijangkau pekerja.
8) Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi seluruh tenaga kerja secara rutin.
9) Perusahaan perlu mempertimbangkan pengadaan petugas hygiene industry yang bertugas
dalam memantau dan mengevaluasi sanitasi dan higienitas industri.

35
BAB VI
PENUTUP

Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai higiene industri di PT. Yogya


Presisi Tehnikatama Industri kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami
miliki. Semoga apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya
pada umumnya dan PT. YPTI itu sendiri agar dapat lebih meningkatkan lagi penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan higiene industri di lingkungan
kerjanya sehingga dapat menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerjanya dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.

36

Anda mungkin juga menyukai