Anda di halaman 1dari 49

I.

DATA PRIBADI
Nama : Tn. T
Usia : 63 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/warganegara : Jawa/Indonesia
Alamat : Subah, Batang.
Status perkawinan : Duda (cerai hidup)
Pekerjaan : Petani
Tanggal pemeriksaan : Mulai 16 Desember 2014
Nomor C M : C079188
Diperiksa oleh : Maya Anggraeni

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari hasil autoanamnesis dan alloanamnesis.
Alloanamnesis diperoleh dari: (11 Januari 2015)

1 2 3
Nama Tn. D Ny. N Tn.S
Alamat Semarang Subah Subah
Pekerjaan Karyawan Ibu rumah tangga Petani
Pendidikan S1 Tidak sekolah SMA
Umur 23 th 75 th 55 th
Agama Islam Islam Islam
Hubungan Anak pasien Bibi pasien Adik pasien
Lama kenal Sejak lahir Sejak kecil Sejak kecil
Sifat perkenalan Akrab Akrab Akrab

A. Sebab dibawa ke Rumah Sakit


Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS dr. Kariadi pada 16 Desember 2014
sendirian. Keluhan menurut pasien: pasien sering mengeluh sedih dan sulit tidur.
B. Riwayat Gangguan Penyakit
Awalnya, sekitar bulan September 2014 pasien dan adik menanam cabai di ladang
milik tetangga yang berada didekat kandang peternakan ayam milik adik tempat
pasien bekerja. Ladang tersebut digarap oleh pasien. Awalnya adik berniat menanami

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 1


ladang dengan sayur mayor, tetapi pasien memberi masukan agar menanam cabai
saja dan adik menyetujui. Adik yang menanggung modal. Saat itu adik sempat
mengatakan pada pasien bahwa nantiya sejumlah keuntungan dari panen akan
diberikan kepada pasien agar pasien bisa menjenguk anaknya yang ada di
Kaimantan. Sehingga pasien merasa senang menggarap ladang. Pasien menganggap
kemungkinan akan mendapat pembagian 40:60 seperti layaknya pembagian
keuntungan yang umum dilakukan petani penggarap dan pemilik modal. Tidak
disangka saat panen harga cabai melonjak sehingga adik mendapatkan banyak
keuntungan. Akan tetapi pasien tidak mendapatkan uang yang dijanjikan. Pasien saat
itu merasa kecewa karena setelah panen pertama adik sama sekali tidak
menyinggung soal pembagian hasil. Pasien berusaha menekan rasa kecewanya dan
tetap bekerja di ladang maupun di kandang ayam. Akan tetapi pasien mulai sering
merasa kepalanya tegang dan panas serta jantungnya berdebar dan was-was. Pasien
juga merasa kosong dan hampa. Pasien atas inisiatif sendiri kembali mengkonsumsi
obat sertraline 25 mg dan alprazolam 0,25 mg 1x sehari, tetapi pasien mengaku tetap
sering merasa kepalanya tetap ada meskipun berkurang bila minum obat. Pasien
merasa keluhannya semakin memberat setelah bertemu adik perempuan pasien.
Pasien sempat mengadukan kondisinya dan adiknya tersebut, menurut adik
perempuan pasien bahwa adik pasien sempat mengatakan akan memberi pasien uang
sebesar Rp.1.500.000,- sebagai rasa terimakasih. Pasien mengaku sangat kaget dan
kecewa karena hal ini sangat jauh dari bayangan pasien. Pasien berusaha meredam
perasaan kecewanya tetapi merasa semakin lama semakin sulit, bahkan saat bekerja
di ladang maupun di kandang ayam pasien sering kepikiran dengan perbuatan
adiknya yang dianggap sangat kejam terhadapnya, hal ini membuat pasien merasa
sedih dan marah. Pasien merasa kesedihannya ini mempengaruhi pekerjaannya,
karena pasien juga menjadi sulit konsentrasi dan mudah tersinggung, terutama pada
teman sekerjanya. Meskipun demikian pasien berusaha untuk tetap menahan diri dari
memarahi atau bertengkar dengan orang lain. Bila tersinggung pasien memilih untuk
menyendiri dan merokok hingga tenang.Pasien mengaku karena mulai mengalami
kesulitan tidur, pasien menjadi teringat peristiwa-peristiwa di masa lalu yang mana
hal ini membuat pasien semakin sedih. Pasien saat ini tinggal seorang diri merasa

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 2


bahwa dirinya sebatang kara. Perasaan sensitive pasien juga berimbas kepada
hubungan dengan anak-anaknya, bila anak pasien lama membalas SMS pasien kerap
berpikiran negative bahwa tindakan tersebut berarti anaknya sudah tidak saying dan
tidak memperdulikan lagi. Pasien selalu berusaha menepis perasaan tersebut dan
meyakinkan dirinya bahwa kemungkinan anak-anaknya sedang sibuk, terkadang hal
itu berhasil dan pasien merasa tenang tetapi tidak jarang pasien gagal melawan
pemikiran negatifnya dan terpuruk dalam kesedihan.
Pada bulan Desember 2014 pasien mengalami perasaan yang semakin tidak
nyaman berupa adanya keluhan kepala terasa pusing, panas, dada kadang berdebar-
debar serta adanya perasaan was-was tanpa sebab yang jelas. Pasien juga merasakan
adanya perasaan kurang bersemangat dalam bekerja, mulai mengalami kesulitan tidur
yakni baru bisa tidur hingga diatas jam 23.00 WIB, perasaan kosong dan hampa,
pasien juga merasa perasaannya lebih sensitif yakni lebih mudah tersinggung dan
merasa malas untuk keluar rumah dan bertemu orang-orang.
Kurang lebih seminggu sebelum konsultasi pasien mengaku keluhan tidak
nyaman berupa kepala tegang dan panas berdebar-debar dan was-was tanpa sebab
semakin bertambah dan mulai mengganggu pekerjaan pasien di ladang maupun di
kandang. Pasien tidak mengeluh leher yang seperti tercekik, tidak terdapat perasaan
ketakutan berlebihan pada kematian. Pasien merasakan kesedihan dengan berbagai
keadaan yang menimpanya, terkadang menjadi tidak bersemangat dan tidak berminat
dalam menjalankan aktifitas pekerjaan sehari-hari. Pasien juga mengeluh BB nya
yang menurun karena nafsu makan yang berkurang, kadang adanya perasaan pesimis
dengan keadaan yang harus dihadapinya sendiri, walaupun belum ada perasaan putus
asa. Tidak pernah mengalami sedih yang menetap selama dua tahun berturut-turut
ataupun senang yang berlebihan selama lebih dari satu minggu.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Psikiatri
Pada tahun 2006 pasien pernah mengalami gangguan kejiwaan seperti ini
sebelumnya yakni ketika digugat cerai istrinya. Saat itu pasien mengalami perasaan
sedih, was-was, kesulitan tidur dan putus asa. Akan tetapi tidak ada pikiran untuk
bunuh diri. Pasien juga merasa banyak keluhan pada tubuhnya seperti sering sakit
kepala, mual badan mudah sakit. Pasien saat itu masih dapat bekerja sebagai lurah
tapi sering mengalami kesulitan menyelesaikan tugasnya sehingga sering tidak

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 3


masuk kantor. Awalnya pasien mengkonsumsi obat dan jamu serta pijat untuk
mengurangi keluhannya tetapi tidak banyak perubahan. Pasien memeriksakan diri
ke dokter umum dan dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam tetapi tidak
mengalami perbaikan sehingga dirujuk ke psikiater di RSJ AGH dan diberi terapi 2
macam obat, pasien tidak ingat merk obatnya tetapi setelah mengkonsumsi 5
bulan pasien merasa sembuh dan takut akan mengalami ketergantungan sehingga
memutuskan untuk berhenti berobat. Pasien mengaku tidak pernah mengalami
perasaan yang mengganggu selama tidak mengkonsumsi obat tersebut. Pasien juga
tidak merasakan adanya kegembiraan yang berlebihan atau perasaan sedih
berlebihan. Pasien dapat bekerja dengan baik dan memutuskan di awal tahun 2008
merantau ke Kalimantan.
Pada sekitar bulan Agustus tahun 2013 pasien pulang ke Jawa untuk menghadiri
pernikahan anaknya. Pasien sebenarnya merasa cukup senang bisa berkumpul dan
bertemu keluarganya lagi. Pada hari-H pernikahan anaknya yang diselenggarakan di
salah satu hotel di Solo, oleh anak-anaknya yang lain pasien disambut dengan baik
akan tetapi ternyata pasien tidak diikutkan dalam prosesi acara pernikahan tersebut.
Sejak akad hingga resepsi pasien hanya bisa menonton saja. Sikap mantan istri juga
sangat dingin dan memusuhi pasien sehingga membuat sepanjang suasana pesta
tidak nyaman bagi pasien. Setelah acara pernikahan pasien pulang kembali ke
Kalimantan, tetapi peristiwa pernikahan tersebut sangat membekas didalam hati
pasien. Setelah kembali dari Jawa, di Kalimantan pada pasien mulai sering mucul
keluhan pusing dan gelisah serta keringat dingin. Pasien juga semakin mudah
tersinggung, sedih serta merasa kecewa bila ingat kejadian di pernikahan anaknya.
Pasien sudah berusaha untuk melupakan hal tersebut dengan bekerja tetapi merasa
tidak bisa fokus di ladang, pasien kadang merasa sering lupa dan hampa. Pasien
juga merasakan menjadi mudah lelah, tidak bersemangat serta kepala sering
kencang dan panas. Pasien tidak lagi meminum obat dari bidan karena merasa
bahwa yang dialaminya depresi seperti ketika bercerai dari istrinya dulu. Pasien
berusaha untuk bertahan hingga panen palawija terakhir dan memutuskan untuk
pulang ke Jawa pada bulan Oktober.
Pada bulan Oktober 2013, setelah pulang ke Batang pasien tinggal dirumah
adiknya dan bekerja sebagai penjaga di peternakan ayam milik adiknya. Selama

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 4


dirumah adiknya pasien mengaku keluhan sedih, tidak bersemangat, sulit tidur,
pesimis dan keluhan sering sakit kepala makin sering dialami hingga pasien merasa
kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya di kandang ayam maupun di ladang.
Pada malam hari pasien sering terbangun dan kesulitan untuk kembali tidur, disaat
tersebut pasien sering merasa kesepian dan merenungi masalah yang menimpanya.
Pasien kerap merasa putus asa tetapi tidak ada pikiran bunuh diri. Pada 16 Oktober
2013, merasakan keadaannya yang semakin memberat, maka pasien dengan
diantarkan oleh adiknya memeriksakan diri ke Bagian Psikiatri RSUP dr. Kariadi.
Pasien mendapatkan terapi Sertraline 1x50 mg dan alprazolam 2x0,5 mg. Pasien
mengkonsumsi obat tersebut dan mengaku perasaannya menjadi lebih baik. Pasien
juga dapat bekerja dan mulai aktif bermasyarakat kembali. Hubungan dengan anak
juga mulai membaik, bahkan anak ketiga yang bekerja di Semarang kadang
mengantarkan berobat.
Pada bulan Mei 2014, terapi pasien berupa Sertaline 1x 25 mg dan alprazolam
0,25 mg hanya bila merasa was-was. Pasien mengaku sudah tidak ada keluhan
sehingga tidak meminum obatnya lagi.
2. Medis Umum
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik yang serius dan berkenaan dengan
gangguan jiwanya. Riwayat kejang demam (-), riwayat epilepsi (-), riwayat trauma
kepala (-), riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-), riwayat nyeri
dada/sakit jantung (-), riwayat sakit kepala (+) dan pasien bisaanya meminum anti
nyeri dan atau jamu-jamuan bila kambuh, riwayat pingsan/kehilangan kesadaran
sebelumnya (-).
3. Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol
Riwayat merokok sehari kurang lebih 5-15 batang rokok kretek. Pasien merokok
sejak keluar dari pondok. Pemakaian alkohol dan obat psikoaktif disangkal.

D. Riwayat Kehidupan
1. Masa Prenatal & Perinatal
Pasien adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Kehamilan dan kelahirannya
direncanakan dan diinginkan. Saat kehamilan ibu sehat secara fisik dan mental,
tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan. Saat hamil ibu kontrol secara teratur

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 5


di bidan, lahir spontan tanpa penyulit, ditolong oleh dukun, langsung menangis,
berat lahir lupa. Tidak ada cacat pada saat lahir.
2. Masa anak awal (sampai usia 3 tahun)
Kehidupan awal pasien lebih banyak didampingi dan diasuh oleh ibu,
sedangkan ayah lebih banyak berada di luar rumah untuk bekerja. Ayah bekerja
sebagai pemilik tanah pertanian, sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Pertumbuhan dan perkembangan awal baik dan sehat sebagaimana anak yang lain.
Pasien sejak awal mendapatkan ASI dan juga mendapatkan makanan tambahan
berupa pisang yang diulet dengan nasi. Ketika pasien menangis maka akan
mendapatkan ASI dari ibu atau disuapi nasi campur pisang. Pasien tidur dengan
kedua orang tua, tidak rewel dan tidak menangis saat didekati oleh asing. Kedua
orang tua pasien bukan orang tua yang senang memanjakan dan selalu menuruti
permintaan pasien saat meminta sesuatu. Ayah adalah figure yang keras, teliti,
selalu rapi, dominan dalam menentukan keputusan rumah tangga. Ibu merupakan
figur baik, penyabar dan bisanya cenderung mengalah kepada ayah apabila terjadi
perdebatan. Berbagai urusan rumah tangga adalah menjadi kewenangan dari ibu,
sedangkan ayah adalah bekerja di luar. Ibu mengasuh pasien dibantu oleh adiknya
(bibi pasien), menurut bibi pasien ibu pasien merupakan orang yang keibuan, selalu
membawa anaknya dalam kegiatan sehari-hari, bila menidurkan atau menenangkan
anaknya yang rewel akan menggendong dan menyanyikan lagu jawa hingga
anaknya tidur dan tenang. Ibu juga mengajari pasien untuk bersikap sopan dan
berunggah-ungguh terhadap orang yang lebih tua, meskipun ibu pasien lembut
tetapi untuk urusan kesopanan ibu pasien cukup keras mengajari anak-anaknya.
Sejak kecil pasien diajari harus bersikap hormat dengan orang tua, tidak boleh
berlarian didalam rumah atau memanjati furnitur didalam rumah. Sejak kecil pasien
disayang ibunya karena anak yang mudah diatur dan tidak menyusahkan. Pasien
juga ditatur sejak usia kurang dari satu tahun, tetapi dalam periode umur ini pasien
masih terkadang mengompol saat malam hari.
Pasien mulai lancar berjalan saat usia + 1,5 tahun dengan sebelumnya belajar
berjalan dengan cara ditetah sejak usia setahun. Pasien mulai berbicara hampir
bersamaan dengan saat awal mulai berjalan. Tidak didapatkan gangguan pada pola
tidur. Pasien juga bukan anak yang pilih-pilih makanan. Sikap pasien terhadap

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 6


teman sebayanya juga baik, pasien bisa bermain dengan teman sebayanya, bukan
anak yang senang merebut mainan anak lain dan bisa berbagi.
3. Masa anak pertengahan (3 11 Tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan anak normal sesuai dengan anak seusianya.
Pasien memiliki cukup banyak teman bermain, baik laki-laki ataupun perempuan di
lingkungan rumahnya. Saat bermain pasien bisaanya diawasi oleh ibu atau bibinya.
Ibu selalu menekankan pasien untuk tidak nakal dan mengalah terhadap temannya.
Pasien bisa berbagi mainan dan bisa menunggu giliran bermain. Saat pasien saat
umur 3 tahun sudah tidak mengompol.
Saat mulai sekolah TK pasien sekolah diantar dan ditunggui oleh ibu meskipun
pasien bisa beradaptasi di sekolahnya. Ibu menunggui pasien sekolah karena
kebanyakan orang tua yang tidak bekerja menunggui anaknya saat sekolah. Pada
saat istirahat pasien selalu meminta izin pada ibunya untuk memilih permainan atau
memilih jajan/mainan dan bila ibu tidak mengizinkan pasien akan mematuhinya.
Mulai masuk SD pasien bersekolah dengan diantar tetapi tidak ditunggui oleh
ibu. Pasien tidak pernah tinggal kelas saat di SD, prestasi belajar pasien baik. Pasien
dibiasakan untuk belajar secara teratur pada sore hari, bermain diperbolehkan oleh
ibu apabila sudah belajar. Pasien memiliki banyak teman baik laki-laki maupun
perempuan akan tetapi pasien lebih senang bermain dengan teman laki-laki seperti
bermain layangan, memanjat pohon atau menangkap hewan di sawah. Pasien
termasuk anak yang biasaa-biasa saja, tidak terlalu nakal dan keberadaannya bisa
diterima dengan baik oleh teman-temannya. Dikalangan teman-temannya pasien
termasuk orang yang disegani karena sikapnya dan berasal dari keluarga yang kaya
dibanding teman-temannya.Keperluan pasien sehari-hari seperti keperluan sekolah
sudah harus mulai belajar menyiapkan sendiri, walaupun lebih banyak dibantu oleh
ibu, sedangkan ayah jarang membantu karena kesibukannya dalam bekerja. Pasien
mendapatkan uang saku, tetapi ibu menanamkan agar pasien menyimpannya
sebagai tabungan untuk keperluan sekolah dan hanya sesekali jajan di sekolah.
Pasien jarang jajan karena tinggal didesa sehingga lebih sering mencari buah untuk
dimakan beramai-ramai dengan temannya. Oleh ibu pasien tidak dibebankan
mengasuh adik-adiknya karena pasien laki-laki. Meskipun demikian pasien tetap
senang membantu ibu dalam pekerjaan rumah tangga. Kebisaaan pasien untuk

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 7


meminta izin ibu untuk main dengan teman-teman tetap berlanjut hal ini dilakukan
pasien menyangkut kesopanan yang ditanamkan ibu.
4. Masa anak akhir dan remaja (pubertas sampai masa remaja)
Pada saat usia pasien 13 tahun pasien lulus SD dan oleh ayah pasien dimasukan
dalam sebuah pondok pesantren di daerah Grinsing. Pondok tersebut merupakan
pondok tradisional, peserta diajarkan membaca kitab kuning. Prestasi pasien
dipondok baik, namun tidak terlalu menonjol. Sikap pasien yang sopan dan tidak
pernah membantah pak kiainya padahal dari keluarga kaya membuat pasien
disenangi kiai dan teman-temannya.
Pasien mengaku awal masuk pondok sering sakit-sakitan karena belum
beradaptasi dengan lingkungan pondok. Sakit yang diderita pasien adalah sering
badan terasa mudah letih, sakit kepala maupun menjadi mudah flu. Karena
kondisinya tersebut orang tua pasien kerap menitipkan pasien terhadap pimpinan
pondok. Pasien mengaku karena hal tersebut pasien lebih diperhatikan oleh kiai di
pondoknya, namun dengan perhatian tersebut pasien berusaha keras untuk tidak
berbuat salah. Pasien termasuk orang yang disukai teman-temannya karena rajin
dan rapi. Pasien seringkali yang merapikan kamar meskipun bukan tugas piketnya
karena merasa tidak nyaman dan sulit tidur bila kamar dalam keadaan berantakan.
Meskipun pasien menyukai kerapihan dan keteraturan, saat dipondok pasien
sekamar dengan lebih dari 10 orang sehingga pasien belajar untuk beradaptasi
dengan berbagai macam orang. Meskipun pasien dapat bergaul dengan berbagai
macam orang pasien berusaha membatasi diri dari teman-teman yang dianggap
nakal karena tidak ingin menodai nama baiknya dan nama baik orang tuanya.
Selama didalam pondok pasien belajar dengan cara nyantri yaitu metode dimana
kiai-nya membacakan sebuah kitab bersama-sama dengan muridnya, selama di
pondok pasien beserta teman-temannya yang belajar dididik untuk manut dengan
kiainya dan dilarang untuk berpendapat. Bila menemukan perbedaan pendapat
pasien memilih untuk menyimpannya, hal ini dilakukan karena pasien tidak ingin
melanggar aturan pondok. Namun, bila pasien memiliki perbedaan pendapat dengan
temannya pasien dapat mengeluarkan argumen. Bahkan pasien termasuk orang yang
cukup keras kepala bila memiliki suatu keyakinan.
5. Masa dewasa

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 8


a. Riwayat pendidikan
Pasien mulai masuk TK saat berusia 4 tahun, selama di TK masih diantar
dan ditunggui ibu. Pasien melanjutkan SD pada saat berusia sekitar 6 tahun,
prestasi saat sekolah baik, anak yang rajin, selalu meminta izin dan pendapat
dari ibu. Pasien kemudian melanjutkan ke pondok pesantren dengan prestasi
yang baik. Pasien dikenal sebagai pribadi yang baik serta rajin.
b. Riwayat pekerjaan
Setelah keluar dari pondok, oleh ayah pasien diarahkan untuk menjadi
lurah karena saat itu akan dilakukan pemilihan lurah. Seluruh modal pemilihan
saat itu diberi oleh ayah. Pasien bersedia menjabat karena ingin
mengharumkan nama keluarga. Meskipun saat itu pasien belum memiliki
pengalaman dalam berorganisasi tapi pasien mengaku cukup percaya diri
dalam mengikuti pemilihan kepala desa.
Pasien mulai menjabat sebagai kepala desa pada tahun 1975. Ketika
menjabat pasien baru menyadari rumitnya tugas seorang kepala desa. Pada
awal bekerja pasien mengaku cukup kesulitan dalam menertibkan anak
buahnya, hal ini terjadi salah satunya karena faktor usia pasien yang lebih
muda dibanding petugas perangkat. Kesulitan ini cukup mengganggu pasien.
Pasien berusaha untuk tetap bekerja sebaik mungkin dan menunjukkan bahwa
dirinya mampu. Selain masalah dengan anak buah, pasien juga masih sering
mendapat cibiran dari masyarakat yang dulu memilih kompetitornya dalam
pilihan lurah. Hal-hal tersebut cukup mempengaruhi pasien yakni pasien sering
merasa kepalanya tegang dan panas bila berpikir keras dan tertekan. Pasien
juga seringkali takut melakukan kesalahan saat berhadapan langsung dengan
masyarakat, seperti saat harus memberi sambutan pada acara atau membuka
rapat desa, sehingga biasanya pasien berlatih berulang-ulang sepanjang malam
sebelum acara, saat berlatih bila pasien merasa suasananya tegang seringkali
kaku pada kepala dan rasa panas akan timbul, namun bila pasien merasa cukup
rileks saat latihan perasaan tersebut tidak timbul. Seiring berjalannya waktu,
pasien merasa kesulitan dan ketakutannya menjelang tampil tersebut mulai
hilang. Pasien mampu menjabat dengan baik hingga tahun 1988.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 9


Setelah tidak menjabat sebagai lurah pasien beserta istri pindah ke
perumahan didaerah kota Batang. Pasien bekerja serabutan, dari mulai jual-beli
motor, jual sembako tetapi tidak berhasil dan kekurangan modal hingga
akhirnya berjualan gorengan dilakukan pasien dan istri. Melihat kondisi pasien
yang memprihatinkan ayah pasien memberikan alat penggilingan padi.
Tahun 2003 pasien kembali terpilih sebagi lurah dan kembali menjabat
selama 1 periode. Tetapi pasien bercerai dari istri pertama dan kedua. Sehingga
selesai masa jabatan pada tahun 2008 pasien memilih untuk ke Kalimantan dan
bekerja di ladang milik temannya. Pasien di Kalimantan hidup dengan
menumpang temannya.
c. Riwayat keagamaan
Keluarga pasien adalah berasal dari daerah Subah, kota Batang yang
memiliki nilai-nilai ketaatan keagamaan yang tidak terlalu kental. Meskipun
demikian orang tua pasien (terutama ayah) sudah membiasakan untuk
mengerjakan sholat dan mengaji secara teratur sejak kecil, walaupun apabila
tidak melaksanakan tidak ada hukuman tegas yang diberikan. Pasien belajar
mengaji dan sholat dari mushola di tempat tinggalnya serta dari sekolah.
Setelah tamat SD pasien melanjutkan pendidikan non-formal di sebuah pondok
pesantren didaerah Grinsing. Dalam pondok pasien belajar untuk mengkaji
ilmu agama lebih dalam, tetapi pasien mengakui bahwa dirinya tidak
bertambah religius setelah di pondok meskipun pengetahuan agamanya
bertambah. Pasien menunaikan sholat lima waktu di mushola, berpuasa di
bulan ramadhan tetapi jarang melakukan ibadah yang bersifat sunnah. Sesudah
menikah dan setelah istri menjadi mualaf pasien sering diingatkan istri untuk
menunaikan ibadah sunah, karena istri cukup taat dalam menjalankan ibadah.
D Riwayat perkawinan
Pasien menikah pada tahun 1978 dengan seorang wanita yang berprofesi
sebagai perawat. Awal pertemuan pasien adalah saat pasien sakit dan dirawat di
RS Budi Rahayu Pekalongan. Pasien sangat senang dengan istrinya karena
istrinya cantik, tegas dan bisa memutuskan segala sesuatu tanpa ragu. Figure
istrinya dipandang pasien sebagai figure yang cocok untuk mendampinginya
menjabat sebagai lurah. Istri pasien saat itu masih memeluk agama kristiani

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 10


sehingga niat menikahinya ditolak oleh keluarga besarnya. Pasien mengaku
saat itu sempat merasa kecewa dan bingung, pasien juga berkonsultasi dengan
Kiai-nya tentang keinginannya tersebut. Menurut pak Kiai-nya menikahi
wanita kristiani tidak dilarang meskipun lebih baik menikahi yang seiman. Pak
Kiai juga mengatakan pada pasien apabila nantinya berhasil mengislamkan
istrinya akan mendapatkan balasan surga. Keputusan pasien menikahi istrinya
juga semakin bulat karena pasien mendapatkan semangat dari teman-temannya
yang memuji kecantikan dan posisi istrinya yang seorang perawat, karena
didesanya saat itu belum ada perempuan yang cantik, berpendidikan dan
memiliki karier sendiri seperti istrinya sehingga pasien yakin untuk
menikahinya. Lamaran pasien terhadap istrinya diterima dengan syarat istrinya
tetap beragama kristiani dan pasien melakukan acara pemberkatan di gereja,
pasien menyetujui hal ini meskipun tanpa memberitahu keluarganya terlebih
dahulu, dimana hal ini dikemudian hari menjadi salah satu hal yang
menimpulkan konflik antara istri pasien dan keluarganya.
Tahun-tahun awal perkawinan terdapat penyesuaian antara pasien dan istri
serta keluarga pasien dan istri. Menurut pasien keluarganya kurang suka
dengan istrinya karena perbedaan agama, keluarga pasien juga tidak menyukai
istri pasien karena dianggap bersikap sombong dan meremehkan. Pasien
mengaku pada awal pernikahan kerap sakit karena memikirkan pertikaian
antara istri dan keluarganya. Meskipun demikian pasien lebih memilih untuk
membela istri apalagi setelah istri hamil anak pertama. Pasien menganggap istri
adalah sosok yang ideal, meskipun keras sehingga pasien yang lebih banyak
mengalah tetapi sosok istri bagi pasien mampu memacu pasien untuk lebih
bersemangat dan lebih baik selaku kepala desa. Pasien selalu bertukar pendapat
dengan istri dan menganggap saran istri sangat bermanfaat dalam kemajuan
prestasi kerja pasien.
Setelah melahirkan anak pertama istri pasien menjadi mualaf. Meskipun
demikian hubungan istri dan keluarga besar pasien terutama dengan ibu masih
belum membaik. Istri bahkan menolak untuk datang berkunjung ke rumah
orang tua pasien, bila dipaksa istri akan marah besar sehingga pasien memilih

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 11


untuk membiarkan istrinya. Pasien berusaha tetap menjaga hubungan baik
dengan ibunya dibelakang istrinya pasien kerap mengunjungi ibu dan saudara-
saudaranya.
Saat pasien berhenti menjabat sebagai Lurah pada tahun 1988 pasien dan
keluarga pindah ke kota Batang. Saat itu perekonomian keluarga pasien jatuh
karenanya pasien bekerja serabutan sementara istri berjualan gorengan. Pasien
mengaku lebih senang pindah untuk menjaga harga dirinya sebagai orang yang
pernah menjabat sebagai kepala desa. Melihat kondisi pasien yang
memprihatinkan ayah pasien memberikan alat penggilingan padi agar pasien
bisa bekerja. Setelah kejadian tersebut hati istri cukup melunak dan
mengizinkan pasien mengizinkan anak-anaknya mengikuti pasien berkunjung
ke tempat orang tua pasien. Istri pasien juga beberapa kali ikut berkunjung
kerumah orang tua pasien tetapi hubunganistri pasien dengan keluarganya tetap
dingin.
Pada tahun 2003 pasien diminta untuk ikut pemilihan lurah oleh
warganya dan menang sehingga pasien sekeluarga pindah kembali ke daerah
Subah. Saat menjabat pasien mulai sering merasa mudah was-was karena era
yang berbeda. Pasien juga sering tidak sependapat dengan masukan istri.
Pasien juga merasa kecewa dengan istri yang tidak memperdulikan ibunya
yang sakit-sakitan padahal menurut pasien ibunya sudah banyak mengalah
pada istrinya. Pada saat itu untuk mengatasi perasaan tertekannya pasien lebih
banyak berada diluar rumah, pasien juga sempat dekat dengan beberapa
perempuan meskipun menurut pasien tidak serius dimana hal ini memicu
kemarahan istri pasien. Istri pasien kemudian berselingkuh dengan anggota
DPRD sehingga nekat untuk menuntut cerai pada pasien. Saat mengetahui istri
meninggalkan rumah dan menuntut cerai pasien mengaku sangat sedih. Pasien
berusaha mengajak istrinya rujuk demi anak-anak tapi ditolak. Saat itu pasien
mengaku sering sakit-sakitan dan memeriksakan diri ke dokter hingga dirujuk
ke psikiater. Setelah pengobatan 5 bulan pasien merasa sembuh dan takut
akan mengalami ketergantungan sehingga memutuskan untuk berhenti berobat.
Setelah resmi bercerai pada tahun 2007 pasien kembali menikah dengan

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 12


seorang janda tetangga kampungnya, hal ini atas persetujuan dan dorongan
keluarga yang prihatin melihat pasien hidup sendiri tetapi pasien merasa
banyak ketidakcocokan dengan istri barunya dan menganggap istrinya seorang
yang matrealistis. Disamping itu anak-anak pasien yang setelah perceraian
dibawa oleh mantan istri ke Solo, tidak menyetujui pernikahan pasien. Kurang
dari satu tahun pasien kemudian bercerai dan memilih untuk merantau ke
Kalimantan. Pasien mengaku bahwa perceraian ini tidak membawa dampak
apapun bagi pasien.
e. Riwayat militer
Pasien tidak pernah melihat suatu peperangan maupun mengikuti kegiatan
kemiliteran.
f. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum. Tidak pernah terlibat tindakan
kekerasan ataupun penyerangan.
g. Aktifitas sosial
Pasien merupakan pribadi yang cukup ramah, namun cukup tegas dalam
kesehariannya, sedikit tertutup untuk masalah pribadi dengan tetangga maupun
keluarga. Sejak awal menjabat sebagai lurah pasien mencoba untuk aktif
dikegiatan warga seperti pengajian setiap Kamis malam di lingkungan dan
mengimami sholat di mushola.
h. Situasi Hidup Sekarang
Pasien pada saat ini tinggal seorang diri di rumah milik adiknya karena
pasien bekerja pada adik sebagai penjaga di peternakan ayam yang terletak
dibelakang rumah tesebut. Rumah yang ditinggali pasien berukuran + 12 m x
15 meter, atap terbuat dari genteng, berplafon, dinding dari batu bata, lantai
rumah keramik, terdapat perabot meja kursi, televisi, buffet, satubuah sepeda
motor Honda astrea tahun 1990-an milik adik.
Penghasilan pasien saat ini sekitar Rp. 1.00.000- perbulan. Pasien juga
masih mendapatkan uang dari mengolah lahan pertanian sewaan dibelakang
kandang ayam dan ditamani palawija oleh pasien, dari hal ini pasien
mendapatkan kurang lebih Rp.300.000- 700.000 perbulan.
Biaya pengobatan pasien saat ini dengan menggunakan BPJS iur untuk
kelas 2. Pasien saat ini masih berusaha menyisihkan sebagian kecil uangnya

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 13


untuk menabung dan kadang-kadang mengirimi uang anaknya yang kecil dan
masih kuliah meskipun tidak teratur dan jumlahnya tidak besar.
Kesan : Sosial ekonomi kurang.
6. Riwayat psikoseksual
Pasien mengalami mimpi basah yang pertama kali pada sekitar usia 12
tahun. Pasien melakukan hubungan seksual pertama kali sesudah menikah dengan
istri. Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan seksual pada masa anak &
remaja, tidak pernah mengalami penyimpangan seksual, dari kecil memakai baju
pria, dididik sebagai pria, memiliki cukup banyak teman akrab, mau dan mudah
bergaul dengan teman.
7. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak ke-2 dari 6 bersaudara. Tidak ada anggota keluarga dari
pasien yang menderita sakit seperti pasien ataupun mengalami gangguan kejiwaan
lainnya.
8. Mimpi, fantasi dan nilai-nilai
Pasien semenjak masa kecil dan remaja sudah dibisaakan dengan pola
keteraturan, kedisiplinan dan dibiasakan bekerja oleh orang tua (ibu), dan pasien
meyakini bahwa dengan menerapkan hal tersebut pasien dapat berhasil sampai
dengan saat ini. Pasien merasakan bahwa kedisiplinan, keteraturan dan kesopanan
yang dia miliki saat ini adalah warisan dari ibunya, dan pasien merasa hal itu baik
untuk dirinya dan keluarganya.
Pasien menempatkan keluarga yang utuh dan saling mendukung serta kestabilan
segala aspek sebagai nilai/ harapan yang selalu dia inginkan.
9. Pandangan Pasien terhadap Penyakitnya
Bahwa pasien pada saat ini merasakan sedang banyak mengalami kesedihan dan
kecemasan yang berlebihan mengenai keadaan eknominya, serta kekhawatiran
mengenai masa depan dirinya dan keluarganya.

Silsilah Keluarga :

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 14


Keterangan :

= Laki-laki = Laki-laki meninggal = Penderita

= Wanita = Satu rumah = Cerai

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum (16 Desember 2014)
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki, berusia 63 tahun, sesuai dengan umur, tinggi badan
sedang dengan berat badan sedang, kebersihan dan kerapihan cukup. Pasien
memakai warna baju biru senada dengan celana.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama pemeriksaan berlangsung pasien tampak sedih dengan keadaannya,
menceritakan keadaannya dengan sesekali mata berkaca-kaca.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
Kontak psikis: Ada, wajar, dapat dipertahankan
4. Mood dan Afek
Mood : Depresif
Afek : Cukup luas
Keserasian : Serasi antara emosi dan isi pembicaraan.
B. Pembicaraan
Pembicaraan cukup jelas, menjawab pertanyaan pemeriksa, kuantitas pembicaraan
cukup, intonasi suara cukup, volume suara cukup jelas, artikulasi cukup jelas.
Kuantitas cukup, kualitas cukup.
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi dan ilusi tidak ditemukan.
D. Pikiran
1. Proses Pikir :
Koheren, produktivitas dan arus pikir cukup wajar.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 15


2. Isi pikir :
Adanya preokupasi mengenai kondisi pekerjaannya yang mengecewakan serta
keadaan keluarganya yang tinggal berjauhan. Tidak ada rasa putus asa, tidak ada
pikiran tentang kematian. Tidak ditemukan adanya waham atau pikiran obsesif.
E. Sensorium dan Kognitif
1. Kesadaran neurologis : Komposmentis
Kesadaran psikiatris : Jernih
2. Orientasi :
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Personal : Baik
Situasional : Baik
3. Daya ingat
Daya ingat segera : Baik
Daya ingat jangka pendek : Baik
Daya ingat panjang/ jauh : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik, normovigilitas.
5. Kapasitas untuk membaca dan menulis : Baik
6. Kemampuan visuospasial : Baik
7. Pikiran abstrak : Baik
F. Pengendalian Impuls
Baik
G. Tilikan : derajat 5
Derajat tilikan yang dimiliki pasien :
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan
pertolongan, dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab
eksternal atau faktor menyadari organik sebagai penyebabnya
4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang tidak
diketahui dari diri pasien.
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai
bagian dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada
dalam diri pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk
melakukan sesuatu selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti
tilikan derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 16


pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal ini
membuat perubahan perilaku pada pasien.
H. Pertimbangan : Baik
I. Taraf dapat dipercaya : Secara keseluruhan bisa dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Internus
1. Keadaan Umum : Baik
2. Berat/tinggi badan : 60 kg/165 cm
3. Kesadaran neurologis : Kompos mentis
4. Tekanan darah/nadi : 120/80 mmhg, 84 x/menit
5. Pernafasan/suhu : 16x/menit, afebris
6. Kepala : Sklera tidak ikhterik, conjunctiva anemis -/-.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Toraks : Cor : suara tambahan (-), frekuensi denyut jantung normal
(84 x/mnt), Pulmo: SD vesikuler, suara tambahan: ronkhi (-), wheezing (-).
9. Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal
10.Ekstremitas : Tidak ada kelainan

2. Status Neurologis
1. GCS : E4 M6 V5
2. Gejala rangsang selaput otak : Negatif
3. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : Negatif
- Akatisia : Negatif
- Bradikinesia : Negatif
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Negatif
4. Motorik : Kekuatan baik 5 5
5 5
5. Sensorik : Baik
Kesan : Tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan lain
EKG (Oktober 2012) : Normosinus rhytme
HARS : 14 (Mild)
MMPI : dilakukan, pasien tidak berhasil
menyelesaikan.
MMSE : 26 (normal)
GDS : 12 ( > 10, menunjukkan depresi)

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 17


V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki, berusia 63 tahun, sesuai dengan umur, tinggi
badan sedang dengan berat badan sedang, kebersihan dan kerapihan cukup, duda 2x cerai,
bekerja swasta, tinggal seorang diri. Pasien pernah berobat ke Poli Psikiatri sebelumnya
dan didiagnosis dengan depresi pada bulan Oktober 2013 hingga Juli 2014 dan
mendapatkan terapi terakhir sertraline 1x25 mg dan alprazolam 1x 0,25 mg bila perlu dan
tahun 2006.
Pada bulan September 2014 pasien dan adik menanam cabai di ladang milik
tetangga yang berada didekat kandang peternakan ayam milik adik tempat pasien bekerja.
Ladang tersebut digarap oleh pasien. Awalnya adik berniat menanami ladang dengan sayur
mayor, tetapi pasien memberi masukan agar menanam cabai saja dan adik menyetujui.
Adik yang menanggung modal. Saat itu adik sempat mengatakan pada pasien bahwa
nantiya sejumlah keuntungan dari panen akan diberikan kepada pasien agar pasien bisa
menjenguk anaknya yang ada di Kaimantan. Sehingga pasien merasa senang menggarap
ladang. Pasien menganggap kemungkinan akan mendapat pembagian 40:60 seperti
layaknya pembagian keuntungan yang umum dilakukan petani penggarap dan pemilik
modal. Tidak disangka saat panen harga cabai melonjak sehingga adik mendapatkan
banyak keuntungan. Akan tetapi pasien tidak mendapatkan uang yang dijanjikan. Pasien
saat itu merasa kecewa karena setelah panen pertama adik sama sekali tidak menyinggung
soal pembagian hasil. Pasien berusaha menekan rasa kecewanya dan tetap bekerja di
ladang maupun di kandang ayam. Akan tetapi pasien mulai sering merasa kepalanya tegang
dan panas serta jantungnya berdebar dan was-was. Pasien juga merasa kosong dan hampa.
Pasien atas inisiatif sendiri kembali mengkonsumsi obat sertraline 25 mg dan alprazolam
0,25 mg 1x sehari, tetapi pasien mengaku tetap sering merasa kepalanya tetap ada
meskipun berkurang bila minum obat.
Pasien merasa keluhannya semakin memberat setelah bertemu adik perempuan
pasien. Pasien sempat mengadukan kondisinya dan adiknya tersebut, menurut adik
perempuan pasien bahwa adik pasien sempat mengatakan akan memberi pasien uang
sebesar Rp.1.500.000,- sebagai rasa terimakasih. Pasien mengaku sangat kaget dan kecewa
karena hal ini sangat jauh dari bayangan pasien. Pasien berusaha meredam perasaan
kecewanya tetapi merasa semakin lama semakin sulit.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 18


Pada bulan Desember 2014 pasien semakin tidak nyaman,merasa kepala terasa
pusing, panas, dada kadang berdebar-debar serta adanya perasaan was-was tanpa sebab
yang jelas. Pasien juga merasakan adanya perasaan kurang bersemangat dalam bekerja,
mulai mengalami kesulitan tidur yakni baru bisa tidur hingga diatas jam 23.00 WIB,
perasaan kosong dan hampa, pasien juga merasa perasaannya lebih sensitif yakni lebih
mudah tersinggung dan merasa malas untuk keluar rumah dan bertemu orang-orang.
Pada pasien tidak ditemukan adanya suatu perasaan kegembiraan ataupun aktivitas
yang berlebihan untuk jangka waktu lebih dari satu minggu. Tidak ada riwayat trauma
kepala dan gangguan medis yang menyebabkan perubahan perilaku. Pasien tidak
mengkonsumsi obat-obatan dan zat terlarang. Ia tidak pernah mendengar suara dan melihat
bayangan yang tidak ada sumbernya. Pasien tidak ada keyakinan kuat akan ada orang-
orang yang akan menyakiti dan berbuat jahat terhadap dirinya.
Pasien adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Ayah adalah figure yang keras, teliti,
selalu rapi, dominan dalam menentukan keputusan rumah tangga. Ibu merupakan figur
baik, penyabar dan bisanya cenderung mengalah kepada ayah apabila terjadi perdebatan.
meskipun ibu pasien lembut tetapi untuk urusan kesopanan ibu pasien cukup keras
mengajari anak-anaknya. Sejak kecil pasien diajari harus bersikap hormat dengan orang
tua. Pada saat usia pasien 13 tahun pasien lulus SD dan oleh ayah pasien dimasukan dalam
sebuah pondok pesantren di daerah Grinsing. Pondok tersebut merupakan pondok
tradisional, peserta diajarkan membaca kitab kuning. Prestasi pasien dipondok baik, namun
tidak terlalu menonjol. Pasien merupakan seorang yang rapi dan teratur. Pasien pernah
menjabat sebagai kepala desa pada tahun 1975-1988 dan 2003-2008.
Pasien menikah pertama kali tahun 1978 dengan seorang wanita yang berprofesi
sebagai perawat atas pilihan sendiri dan bercerai tahun 2007 dengan lima anak. Pada saat
proses perceraian di tahun 2006 pasien sempat mengalami depresi dan dirawat jalan oleh
psikiater di RSJ selama kurang lebih 5bulan dan sembuh. Pasien menikah kembali dengan
wanita yang dikenalkan keluarganya tetapi hanya bertahan beberapa bulan. Perceraian
kedua tidak menimbulkan dampak berarti bagi pasien. Pasien saat ini tinggal seorang diri
dan bekerja menjaga kandang ayam milik adiknya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang lelaki, sesuai dengan usia,
kooperatif, psikomotor tenang, pembicaraan spontan, volume cukup, artikulasi dan intonasi

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 19


baik, terdapat mood yang hipotim dengan afek yang cukup luas dan serasi. Proses pikirnya
koheren dengan isi pikir preokupasi pada mengenai kondisi pekerjaannya yang
mengecewakan serta keadaan keluarganya yang tinggal berjauhan. Tidak ada gangguan
persepsi pada pasien ini. RTAnya baik dan tilikan derajat 5.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan pasienan dan
hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi
otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental
organik dapat disingkirkan (F00-09). Pada pasien juga tidak didapatkan riwayat
penggunaan zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan
fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif juga dapat disingkirkan (F10-19). Tidak didapatkannya
gangguan dalam persepsi, proses pikir dan penilaian realita, serta tilikan pasien yang cukup
baik pada pasien ini menyebabkan ia tidak memenuhi kriteria gangguan psikotik,
skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham menetap, sehingga
kemungkinan mengalami gangguan ini dapat disingkirkan (F20-29). Pada pasien
terdapat gejala-gejala depresi yang dirasakan lebih dari 2 minggu yaitu : mood yang
menurun, kehilangan minat dalam mengerjakan sesuatu, beberapa keluhan fisik yang
dirasakan, memiliki perasaan yang sedih dan emosional, gangguan tidur, nafsu makan
berkurang. Gejala-gejala ini cukup mengganggu fungsi dalam pekerjaan dan aktivitas
hidup sehari-hari lainnya. Pada pasien pernah didapatkan riwayat keluhan serupa
sebelumnya sebanyak dua kali yakni pada tahun 2006 dan tahun 2013. Pada pasien ini
ditegakkan diagnosis Aksis I Episode Depresif Sedang dengan gejala somatik (F32.11).
Diagnosis banding pada pasien ini adalah Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini
Depresi Sedang Dengan Gejala Somatik (F.33.11) dan Diagnosis banding lainnya
adalah Demensia YTT Gejala Lain Terutama Depresi (F.03.x4)

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 20


Kepribadian pramorbid pasien termasuk seorang yang mudah bergaul, memiliki
cukup banyak teman, cukup aktif dalam kegiatan sekolah/ pondok/ pekerjaan. Sosialisasi
dengan lingkungan di tempat tinggal cukup baik. Pasien cenderung melakukan segala
sesuatu dengan tertib dan teratur. Disiplin terhadap waktu dan pekerjaan. Kepribadian
pasien tidak menimbulkan distress dan hendaya baik bagi pasien ataupun lingkungannya.
Maka diagnosis pada Aksis II adalah tidak ada diagnosis tapi terdapat gambaran/ciri
kepribadian anankastik.
Pada Aksis III tidak ditemukan diagnosis.
Pada Aksis IV ditemukan beberapa masalah yaitu masalah pekerjaan dan masalah
masalah primary support group.
Pada skala penilaian fungsi secara global pasien saat pemeriksaan dilakukan adalah
terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik. Maka pada aksis V GAF saat diperiksa 65, GAF tertinggi 1 tahun
terakhir 80.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (16 Desember 2015)


Diagnosis kerja:
Menurut PPDGJ III
Aksis I : F 32.11 Episode depresi sedang dengan gejala somatik
F.33.11 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Depresi Sedang
Dengan Gejala Somatik
F.03.x4 Demensia YTT Gejala Lain Terutama Depresi
Aksis II : Z 03.2 Gambaran kepribadian anankastik
Aksis III : Z.03.2 Belum ada diagnosis.
Aksis IV : Stressor masalah pekerjaan dan masalah masalah primary support group.
Aksis V : GAF : 65 (saat diperiksa)
: GAF : 80 (tertinggi 1 tahun terakhir)

VIII. PROGNOSIS
Dubia ad malam

Faktor Pendukung :

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 21


Berobat pada instansi yang tepat
Motivasi untuk sembuh
Kooperatif
Tilikan baik
Respon obat dan terapi baik
Tidak terdapat riwayat gangguan jiwa pada keluarga.

Faktor Penghambat :
Usia tua
Gangguan bersifat kronik
Dukungan keluarga kurang
Ekonomi kurang
Ciri kepribadian anankastik
Stressor masih ada

IX. FORMULASI PSIKOPATOLOGI DINAMIK


Depresi merupakan salah satu problem gangguan mental yang sering diketemukan
pada orang lanjut usia. Prevalensinya diperkirakan sekitar 10-15% dari populasi lanjut
usia. Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus,
dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan fisik dan psikososial.
A. Pendekatan organo-biologik
Kondisi organobiologik pada kasus ini didapatkan dari riwayat saat proses persalinan
pasien tidak ditemukan trauma saat lahir, pada masa anak sampai masa dewasa pasien
juga tidak didapatkan riwayat kejang, trauma kepala, serta tidak didapatkan adanya
penyakit fisik yang berat maupun yang menimbulkan frekuensi jantung meningkat,
seperti thyroid. Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien.
Akan tetapi pada saat ini pasien sudah dikategorikan sebagai orang lanjut usia
(lansia). Faktor biologis pada lansia yang dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi
antara lain menderita penyakit kronis, gangguan indera, gangguan mobilitas fisik,
penurunan kognitif, dan perubahan fisiologis lainnya yang merupakan akibat dari proses

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 22


menua. Selain hal tersebut, pada lansia juga didapatkan kemunduran secara fisik antara
lain ditandai dengan penurunan fungsi panca indera, kulit keriput dan menurunnya
imunitas sehingga memunculkan berbagai penyakit. Hal-hal inilah yang kemudian
menjadi factor predisposisi timbulnya depresi pada lansia.
Pada pasien tidak didapatkan penyakit kronis, maupun gangguan dari penurunan
panca indera. Akan tetapi diduga ada perubahan fisiologis lainnya yang merupakan akibat
dari proses penuaan.
B. Pendekatan Psikodinamik
1. Fase Trust VS Mistrust (0-1 th)
Tahap ini berlangsung pada masa oral. Pada tahap ini tugas yang harus
dijalani individu adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa
harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidak percayaan. Pada pasien,
tahap ini ibu senang menggendong pasien serta menyayikan lagu jawa untuk
menenangkan dan menidurkan pasien, hal ini merupakan sebuah ritual numinous.
Figur ibu yang selalu selalu membawa pasien dalam segala aktifitasnya bisa
dikatakan memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan kontinuitas
sehingga bayi akan mengembangkan perasaan bahwa dunia khususnya dunia
sosial merupakan tempat yang aman untuk didiami dan orang-orang yang ada
didalamnya dapat dipercaya dan saling menyayangi.
Pada pasien tahap ini tugas perkembangan dapat tuntas dan terbentuk trust.
2. Otonomi VS Shame And Doubt (18 bulan-3 tahun)
Tahap ini merupakan anal-muscular-stage. Tugasyang harus dijalani pada
tahap ini adalah kemandirian sekaligus memperkecil perasaan malu dan ragu-
ragu. Pasien pada tahap ini lebih banyak diasuh oleh ibunya dibantu bibinya. Ibu
juga mengajari pasien untuk bersikap sopan dan berunggah-ungguh terhadap
orang yang lebih tua, meskipun ibu pasien lembut tetapi untuk urusan kesopanan
ibu pasien cukup keras mengajari anak-anaknya. Sejak kecil pasien diajari harus
bersikap hormat dengan orang tua, tidak boleh berlarian didalam rumah atau
memanjati furnitur didalam rumah. Menurut Erickson pada tahap ini bayi mulai
belajar untuk mengontrol tubuhnya, pada masa ini tampak suatu usaha/perjuangan
anak terhadap pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan yang
adanya sikap untuk mengontrol diri dan juga menerima kontrol orang lain. Sikap
ibu pasien yang mengizinkan pasien untuk mengeksporasi lingkungan tetapi

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 23


dengan batas aturan yang tegas menumbuhkan sikap kontrol diri. Otonomi yang
terbentuk pada pasien ditunjang dengan sedkit perasaan malu dan ragu-ragu
sehingga tidak berkembang kearah maladaptive yang disebut Erickson sebagai
impulsiveness.
Pada pasien tahap ini tugas perkembangan dapat tuntas dan terbentuk otonomi.
3. Inisiatif VS Kesalahan (3-6tahun)
Tahap ini disebut juga sebagai tahap genital-locomotor stage. Atau disebut
juga sebagai tahap bermain. Tugas yang harus dilalui pada masa ini adala belajar
untuk memiliki inisiatif/ gagasan tanpa terlalu banyak melakukan kesalahan.
Pada tahap ini pasien mulai bersekolah dan bisa mengikuti aturan-aturan
yang diterapkan baik disekolah maupun dirumah. Pasien juga mampu
mengembangkan kemampuannya dalam bersosialisasi dengan teman-temannya
yang sebaya. Selama sekolah di taman kanak-kanak pasien ditunggui oleh ibu,
bila jam istirahat pasien selalu meminta izin ibunya dalam memilih mainan dan
bisa menerima bila ibu melarang pasien bermain karena dianggap berbahaya.
Pada tahap ini pasien menunjukan bahwa pasien ingin belajar dan mampu belajar
terhadap tantangan dunia luar serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru
juga merasa memiliki tujuan.
Dalam hal ini sikap orang tua pasien yang memberi batasan pada inisiatif
pasien yang dianggap berbahaya dianggap masih dalam kewajaran sehingga pada
pasien tidak timbul sikap maladaptif yang keliru seperti sikap ruthlessness atau
sikap inisiatif yang berlebihan maupun malignation atau sering berdiam diri (
inhibition). Inhibition merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu
usaha untuk mencoba melakukan apa-apa, sehingga dengan bebuat seperti itu
mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan.
Pada pasien tahap ini tugas perkembangan dapat tuntas dan terbentuk inisiaif.
4. Kerajinan VS Inferioritas (6-12 tahun)
Tugas yang diperlukan dalam tahap ini adalah mengembangkan
kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rendah diri. Area sosial pada
tahap ini juga bertambah luas dari awalnya lingkungan keluarga merambah ke
sekolah, dan setiap aspek memiliki peran.
Pada periode ini pasien dididik untuk mandiri. Keperluan pasien sehari-
hari seperti keperluan sekolah sudah harus mulai belajar menyiapkan sendiri,
walaupun lebih banyak dibantu oleh ibu, pasien bersekolah dengan diantar tetapi

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 24


tidak ditunggui oleh ibu, dibiasakan untuk belajar secara teratur pada sore hari,
bermain diperbolehkan oleh ibu apabila sudah belajar. Hal-hal tersebut sesuai
dengan tahapan perkembangan anak, yaitu bahwa ada pengembangan anak
terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah fantasi belaka, namun
berkembang bahwa rencana yang ada harus diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil
dalam belajar.
Pada tahap ini anak diharapkan mampu untuk mengerjakan segala sesuatu
dengan mempergunakan cara/ metode standar sehingga anak tidak bersifat kaku
atau formal.
Pada pasien tahap ini tugas perkembangan dapat tuntas dan terbentuk kerajinan.

5. Identitas VS Kekacauan identitas


Tahap ini merupakan tahap adolescent/remaja. Tugas yang harus dijalani
adalah pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda. Tahap ini
merupakan tahap penting karena pada tahap ini seorang individu harus mencapai
tingkat identitas ego, yakni identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
Pada tahap ini pasien nyantri disebuah pondok, meskipun berasal dari
ekonomi yang lebih dibanding teman-temannya pasien dapat mengikuti aturan
yang berlaku dengan baik. pasien dapat bergaul dengan berbagai macam orang
pasien berusaha membatasi diri dari teman-teman yang dianggap nakal karena
tidak ingin menodai nama baiknya dan nama baik orang tuanya. Selama didalam
pondok pasien belajar dengan cara nyantri yaitu metode dimana kiai-nya
membacakan sebuah kitab bersama-sama dengan muridnya, selama di pondok
pasien beserta teman-temannya yang belajar dididik untuk manut dengan kiainya
dan dilarang untuk berpendapat. Bila menemukan perbedaan pendapat pasien
memilih untuk menyimpannya, hal ini dilakukan karena pasien tidak ingin
melanggar aturan pondok. Namun, bila pasien memiliki perbedaan pendapat
dengan temannya pasien dapat mengeluarkan argumen.
Pada pasien terbentuknya identitas ego tidak cenderung lebih kuat
dibandingkan kekacauan identitas, sehingga pada pasien dapat terbentuk ruang
toleransi terhadap masyarakat yang hidup bersama dalam lingkungannya atau

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 25


fanatisme. Pada tahap ini bila antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat
berlangsung seimbang maka akan timbul kesetiaan. Kesetiaan bermakna
kemampuan hidup berdasarkan standar yang berlaku ditengah masyarakat terlepas
dari segala kekurangan, kelemahan dan ketidak konsistenannya.
Pada pasien tahap ini tugas perkembangan dapat tuntas dan terbentuk
identitas.
6. Keintiman VS Isolasi
Tugas pada tahap ini adalah mencapai kedekatan dengan orang lain dan
berusaha menghindari sikap menyendiri. Periode ini diperlihatkan dengan adanya
hubungan special dengan orang lain / pacaran guna memperlihatkan dan mencapai
kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Kedekatan dengan orang lain
mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin dengan orang lain.
Kecenderungan antara keintiman dan isolasi harus berjalan seimbang guna
memperoleh nilai positif yaitu cinta.
Pasien pada periode ini mulai mengenal seorang wanita dan menikahinya
meskipun mendapat tentangan dari keluarganya. Ketidakcocokan istrinya dan
keluarganya membuat pasien menjauh/ terisolasi dari keluarganya. Namun
demikian pasien dapat mempertahan kan relasi-nya dengan istrinya. Sikap pasien
ini merupakan ritualisasi yakni afiliasi atau menunjukan sikap yang baik dengan
mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan
pasangannya.
Pada pasien tahap ini tugas perkembangan dapat tuntas dan terbentuk intimacy.
7. Generativity VS Stagnasi
Tugas pada tahap ini adalah mengabadikan diri guna keseimbangan antara
sifat melahirkan sesuatu (generativity) dan tidak berbuat apa-apa (stagnasi)
Pada pasien awalnya pada masa ini dapat terlewati dengan baik hal ini
dapat dilihat dari keadaan pasien yang dapat menjalankan tugasnya sebagai lurah
dan sebagai kepala rumah tangga dengan baik.
Hambatan pada pasien tampak setelah pasien bercerai dan istri membawa
anak-anaknya untuk tinggal di Klaten jauh dari pasien. Tidak berapa lama dari
perceraian tersebut pasien juga selesai menjabat sebagai kepala desa. Pasien
awalnya berusaha untuk memperbaiki hidupnya dengan jalan menikah kembali
akan tetapi pernikahan tersebut kandas. Pasien kemudian memilih pindah ke

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 26


Kalimantan dan bekerja di ladang milik temannya dan mencoba untuk menjaga
hubungan dengan anak-anaknya dengan cara tetap mengirimi uang dan menjaga
komunikasi. Tetapi pasien kembali mendapatkan kekecewaan karena tidak
dilibatkan dalam pernikahan anak pertamanya.
Dalam menghadapi beberapa stresor tersebut munculah reaksi untuk
menghadapinya, yang menurut Deutsch dan Murphy dapat berupa reaksi
pengunduran diri ataupun pelarian yang menjelma sebagai kelesuan, keletihan,
kehilangan semangat dan interest, penurunan nafsu makan serta kegelisahan. Dan
reaksi yang lain berupa reaksi kekosongan, kehilangan dan kekurangan yang
menimbulkan keluhan kecemasan. Sehingga pada akhirnya muncul keadaan
depresi yang disertai dengan keluhan fisik. Ketika terjadi stressor berupa
Perasaan tidak dihargai lagi oleh anak-anaknya, pasien mengalami kehilangan
objek cinta ( loss of Love Object) dari sosok anak-anak yang sangat dicintai dan
diharapkan dapat melindunginya dan menjadi tempat bersandar saat tua. Hal
tersebut menimbulkan suatu perasaan ambivalen yang kuat yaitu kombinasi
perasaan positif (cinta) dan perasaan negatif (marah dan permusuhan) pada sosok-
sosok yang dicintainya. Pasien berharap anak-anaknya dapat memberikan cinta
dan penghargaan sebagai seorang ayah. Kemudian harapan itu hilang karena
anak-anak yang lebih memilih untuk membela ibunya sejak perceraian. Pasien
merasa bersalah dan kecewa pada diri sendiri. Konflik sentral dari pasien ini
adalah keinginan unconsius bahwa dirinya ingin dicintai dan dihargai oleh anak-
anaknya. Saat keinginan itu tidak tercapai maka mekanisme represi digunakan.
Pasien juga menggunakan mekanisme kompensasi yaitu dengan bekerja keras di
ladang, pasien juga menggunakan mekanisme proyeksi yakni dengan selalu
mengatakan bahwa anak-anaknya dijauhkan karena istri membenci pasien. Pasien
mengalami ancaman kehilangan terhadap obyek yang mempunyai nilai cinta
tersebut. Pada perjalanannya muncul mekanisme somatisasi berupa keluhan-
keluhan fisik yang tidak pernah ditemui dasar klinisnya.
Pada perjalanannya pasien juga menemukan kekecewaan terhadap dalam
pekerjaannya, yakni harapan yang tidak sesuai kenyataan. Pada pasien pekerjaan
saat ini adalah satu-satunya miliknya, setiap kali pasien mengalami kekecewaan
selama ini pasien mengkompensasi dengan bekerja keras diladang dan kandang.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 27


Pasien berharap pekerjaan tersebut pada akhirnya membawa hasil besar dan
mampu menggantikan kegagalan-kegagalannya yang lalu. Tetapi harapan tersebut
tidak terealisasi. Awalnya pasien berusaha merepresi kekecewaannya tetapi timbul
pula keluhan-keluhan somatik. Pada saat ini pasien berusaha mengadakan reparasi
namun gagal oleh karena mekanisme pertahanan jiwanya tidak berhasil karena
ego penderita kolaps sehingga timbul perasaan sedih dan kecewa serta
memandang rendah dirinya sendiri sehingga pasien pasien jatuh dalam keadaan
depresi.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan
antara generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yang dapat
dipetik yakni kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan
otoritisme. Generasional adalah interaksi atau hubungan yang terjalin secara baik
dan menyenangkan antara orang yang berada dalam usia dewasa dengan
penerusnya. Pada pasien generasional ini tidak tercapai karena adanya perceraian
sehingga anak-anak pasien dibawa oleh istrinya pindah ke Klaten. Hubungan
buruk dengan mantan istri juga mempengaruhi hubungan pasien dengan anak-
anaknya. Pasien tidak seperti ayah yang lain tidak bisa dengan mudah
berhubungan dengan anak-anaknya karena akan menimbulkan pertengkaran
antara anak dengan istrinya. Kondisi ini membuat pasien mengalami penolakan
dari lingkup keluarganya. Kondisi-kondisi tersebut membuat fase ini tidak
berjalan seimbang, pada pasien lebih cenderung mengalami stagnasi atau tidak
perduli terhadap siapapun.
C. Pendekatan sosial-lingkungan
Faktor sosial-lingkungan yang berpengaruh dari awal kehidupan pasien sampai sekarang,
antara lain:
Pengaruh agama, pasien merupakan orang yang cukup taat beribadah dan kuat
memgang nilai-nilai agama.
Pengaruh perilaku dalam keluarga, sejak kecil dididik ibu untuk sopan, bekerja keras,
disiplin. Pasien dibesarkan dalam keluarga utuh dan saling mendukung, dimana sosok
ayah merupakan figure sentral dalam keluarga. Pada keluarga pasien juga didapatkan
kebiasaan khas bahwa salah satu anak meskipun sudah menikah akan tetap tinggal
serumah dengan orangtua sehingga orangtua dimasa tuanya akan dirawat dan dijaga oleh
anak.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 28


Pengaruh dukungan pada masyarakat, pasien pernah menjabat sebagai lurah beberapa
periode didesa yang sekarag ditinggali. Sikap masyarakat masih menghormati dan
menuakan pasien meskipun sekarang pasien hanya bekerja sebagai penjaga kandang dan
bertani, pasien selalu diminta untuk mengimami masjid atau dimintai pendapat dalam
rapat maupun pengajian.
Pengaruh ekonomi, saat ini ekonomi kurang. Pasien bekerja dan digaji setiap bulan
oleh adiknya, tetapi pasien tidak memiliki tabungan karena uangnya dikirimkan untuk
anak-anaknya. Uang yang digunakan pasien hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Pasien sempat memiliki harapan tinggi bahwa perekonomiannya akan membaik saat
menanami tanah saudaranya dengan cabai dan hasil panen cabai meningkat. Tetapi
harapan ini kandas karena saudaranya tidak membagi uang panen tersebut.

FORMULASI PSIKODINAMIK
1. Nyeri kepala dan panas somatisasi
2. Nafsu makan menurun gejala lainnya dari depresi
3. Kurang begairah dalam beraktivitas gejala mayor depresi
4. Mudah lelah gejala utama depresi
5. Sulit memulai tidur & mudah terbangun gejala lainnya
6. Takut akan penyakitnya gejala lainnya
7. Rasa sedih / depresi gejala utama depresi
8. Rasa bersalah gejala lainnya

MPJ
MPJ
STRESSOR
Pekerjaan 1. Represi
Primary support 2. Kompensasi
group 2. Proyeksi
3. Somatisasi

1.Rajin ibadah, nilai


nilai agama kuat
1. Sosioekonomi Sosiokultural Psikoedukasi 2. Bekerja keras
kurang 3. Pendidikan cukup
2. Dukungan keluarga
kurang

Biologi
Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 29
Genetik tidak ada
Usia tua
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
Terapi Biologi :
o Psikofarmaka :
Sertraline 1x50 mg
Alprazolam 1x0,5 mg
Psikoterapi :
o Cognitif Behavioral Therapy

XI. DISKUSI
A. Gangguan depresi
Diagnosis utama aksis I pada pasien ini adalah episode depresi sedang dengan
gejala somatik. Pada keadaan ini pasien akan mengalami keadaan mood yang terdepresi,
kehilangan minat dan energi, perasaan sedih yang terkadang diikuti dengan perasaan
kurangnya harapan. Berdasarkan postulat Aeron Beck menyatakan trias kognitif dari
depresi adalah mencakup (1) pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif
terhadap diri sendiri (2) tentang lingkungan yakni kecenderungan menganggap dunia
bermusuhan terhadapnya (3) serta tentang masa depan yakni bayangan pasienan dan
kegagalan. Pada episode depresi pada pasien ini adalah disertai dengan munculnya
keluhan kecemasan yang disertai dengan keluhan somatik, keluhan terbangun pada dini
hari dan sering terbangun pada malam hari karena pasien merenungkan mengenai
masalah yang dihadapi.
Sindroma depresi adalah muncul sebagai akibat defisiensi relatif dari salah satu
atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada celah
sinap neuron di SSP, sehingga aktifitas reseptor serotonin menurun. Mekanisme kerja
dari obat antidepresan adalah menghambat reuptake aminergic neurotransmiter serta
menghambat penghancuran oleh enzim monoamin oxidase, sehingga terjadi
peningkatan jumlah aminergic neurotransmiter pada celah sinap neuron tersebut yang
dapat meningkatkan aktifitas reseptor serotonin.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 30


Pada pasien ini adalah memiliki keluhan utama kesedihan dengan disertai sulit
tidur dan keluhan somatik. Pada pasien ini diberikan obat antidepresan jenis fluoksetin.
Sertraline merupakan saah satu golongan SSRI yang diakui FDA untuk pengobatan
depresi. Seperti SSRI lain, obat ini bekerja dengan menghambat reuptake serotonin (5-
HT1A, 5-HT2C, dan 5-HT3C) ke dalam prasinap saraf terminal. Alhasil akan terjadi
peningkatan neurotransmisi oleh serotonin sehingga menimbulkan efek antidepresan.
Pemberian sertraline juga dianggap aman pada lansia.
Pertimbangan pemberian alprazolam pada pasien ini adalah alprazolam
merupakan golongan benzodiazepin yang mempunyai waktu paruh yang pendek,
metabolisme cepat, memiliki komponen efek antidepresan dan mempunyai efek cepat
sebagai hipnotik untuk membantu mengatasi gangguan tidur pada pasien ini.
Benzodiazepin bekerja dengan cara membentuk GABA A-Benzodiazepine receptor
complex yang memiliki sub unit -1 yang bersifat memediasi sedasi. Pemberian
alprazolam setelah 2-3 minggu akan dievaluasi untuk penurunan dosis dan pada minggu
keempat atau kelima diharapkan alprazolam bisa dihentikan secara tappering of. Dalam
pemberian golongan benzodiazepin terapis mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
toleransi, ketergantungan dan efek putus obat. Hal ini dipengaruhi oleh lama pemberian
obat, dosis yang digunakan, kecepatan penurunan dosis, dan waktu paruh dari golongan
benzodiazepin tersebut.

B. Psikoterapi : CBT( Cognitive Behavior Therapy)


Psikoterapi adalah cara pengobatan terhadap masalah emosional yang dilakukan
secara professional oleh orang yang terlatih secara sukarela dengan cara mengubah atau
menghambat gejala yang ada, mengkoreksi perilaku yang terganggu, mengembangkan
pertumbuhan yang positif dengan tujuan utama agar pasien dapat mengubah perilaku
yang saat ini menjadi keluhan dan menimbulkan distress.
Pada kasus ini psikoterapi yang dipilih adalah cognitive behavior therapy (CBT).
CBT merupakan kombinasi aliran kognitif dan perilaku, terapi jangka pendek,
terstruktur, melibatkan kerjasama aktif antara pasien dan terapis untuk mencapai tujuan
yang telah dibentuk bersama, berbasis individual, dengan pencapaian hasil efektif dan
dapat diberikan bersamaan dengan farmakoterapi.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 31


Program psikoterapi CBT pada kasus ini dijadwalkan 6 sesi, sesuai kesepakatan
dengan pasien yaitu 6 kali pertemuan dengan tiap bulan adalah satu kali pertemuan,
dengan lama waktu 30-60 menit. Kerangka proses CBT ini terdiri atas 3 fase:
1. Fase awal (identifikasi)
Fase ini dilaksanakan pada sesi pertama pertemuan, yang pada intinya adalah
memotivasi pasien untuk menerima terapi, menetapkan tujuan tentatif dari terapi,
serta menetapkan fokus masalah yang ditentukan bersama antara pasien dan terapis.
2. Fase intermediate (pertengahan)
Fase ini dilaksanakan pada pertemuan sesi kedua sampai dengan sesi kelima.
Tujuan adalah menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami
pasien dengan langkah-langkah korektif yang dilakukan. Pada fase ini dilakukan
eksplorasi berbagai frustasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal yang
menimbulkan ansietas, membantu pasien mengatasi ansietas yang berhubungan
dengan problem kehidupan.
3. Fase akhir (terminasi)
Fase ini dilaksanakan pada pertemuan sesi ke enam. Pada fase ini terapis
mendorong pasien untuk dapat mengambil/ membuat keputusan, serta membantu
pasien untuk mencapai kemandirian dan ketegasan.

Beberapa langkah penting yang dilakukan dalam CBT :


1. Menanyakan permasalahan pasien (apa, kapan, mengapa dan bagaimana)
2. Mengeksplorasi permasalahan untuk dirumuskan bersama pasien untuk disepakati
fokus yang menjadi target terapi.
3. Memeriksa dan merumuskan konsekuensi perilaku atau reaksi somatik (mungkin
yang menjadi masalah utama pasien) sehingga memerlukan bantuan atau pengobatan
(C).
4. Memeriksa atau mengeksplorasi kejadian yang mungkin berlaku atau menjadi
pencetus atau penyebab permasalahan pasien (A).
5. Memeriksa dan mengidentifikasi problem emosional sekunder.
6. Mengajari pasien agar memahami hubungan antara sistem keyakinannya dan reaksi
somatik atau perilaku negatif yang mengganggu.(B-C)

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 32


7. Memeriksa dan memformulasikan sistem keyakinan yang negatif
8. Mengajari untuk memahami keyakinan irasional dan akibat buruk pada reaksi
somatik dan perilaku.
9. Menggoyahkan keyakinan irasional pasien.
10. Mempersiapkan menerima keyakinan baru yang rasional.
11. Mendorong menerapkan keyakinan baru dan mempraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
12. Evaluasi dan membahas tugas
13. Fasilitasi dan monitor berlangsungnya proses terapi sampai berhasil.

Formulasi CBT
1. Identitas pasien
Seorang laki-laki berumur 63 tahun, tinggi badan sedang dan berat badan
tampak kurus, tampak sesuai dengan umur, kebersihan dan kerapihan cukup, agama
Islam, suku Jawa, pendidikan SD, pekerjaan saat ini swasta, duda cerai 2 kali dengan
lima orang anak, saat ini hidup seorang diri, alamat Batang.
2. Keluhan utama
Mengeluh sedih dan sulit tidur.
3. Langkah-langkah analisis pemikiran
(A). ACTIVATING EVENT
Sejak panen cabai sukses dan harga cabai mahal tetapi pasien sebagai petani
penggarap tidak mendapatkan pembagian laba dari adiknya.
(C) CONSEQUENCE
Emosi/afektif: sedih dan kecewa
Perilaku/behavioral: mudah merasa lelah dan tidak berenergi serta tidak berminat.
Kognitif: terkadang konsentrasi saat bekerja menurun
Somatik: muncul keluhan pusing, kadang berdebar-debar dengan disertai keringat
dingin, tidur terganggu.

(B) BELIEFES

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 33


Aku berkeyakinan bahwa seharusnya aku berhak separuh dari keuntungan cabai
itu tetapi tidak diberikan oleh adik, aku dicurangi sehingga nasibku dan
keluargaku akan hancur tanpa uang tersebut.

(D) DISPUTE
Apakah bila seseorang mengalami hal tersebut (dicurangi) oleh partner kerja,
sudah pasti nasibnya akan hancur? Bukankah rejeki merupakan rahasia Tuhan?
Apa yang bisa anda kerjakan untuk mendapatkan rejeki lain diladang tanpa
tergantung orang lain?
Apakah anda dan keluarga anda akan hancur tanpa diberi hasil pembagian laba
itu? Anda masih memiliki pekerjaan tetap, penghasilan tetap, dan terbiasa
mandiri, apa yang anda takutkan?
(E) EFFECT
Saya akan bekerja menyewa ladang sendiri dengan uang saya, karena saya
sebenarnya mampu melakukan itu.
Rejeki merupakan rahasia tuhan, saya tidak perlu berkecil hati
KEYAKINAN BARU:
Saya memiliki pekerjaan tetap dan sudah terbiasa hidup mandiri.
Saya bisa bekerja di ladang dan memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
Rejeki merupakan rahasia tuhan, saya tidak perlu menghitung dan kecewa dengan
rejeki orang lain
(F) FURTHER ACTION
Menyewa ladang lain yang dekat dengan kandang ayam
Mengulang-ulang keyakinan baru 8-10 kali dalam sehari selama beberapa
minggu.
Tetap rutin menjalankan aktifitas kegiatannya di kandang.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 34


XII. FOLLOW UP
2 Januari 2015 (Pertemuan Kedua)
S Tidur lebih baik, walaupun kadang masih sulit. Terkadang mengeluh pusing, dada berdebar-
debar ataupun keringat dingin.

O Kesadaran: jernih.
Kontak psikis +, wajar, dapat dipertahankan.
Kooperatif, normoaktif.
Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup.
Mood Hypotyme.
Afek luas, keserasian : serasi.
Halusinasi (-).
Proses pikir : koheren.
Isi pikir : preokupasi dengan kekecewaan terhadap adik yang tidak membagi laba,
memikirkan kondisi sendirian dan kesepian
HARS : 10, GDS: 11
TV: T: 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris.
A Depresi sedang dengan gejala somatik.

Sertraline 1x50 mg
P Farmakoterapi:
Alprazolam 1x0,5 mg

Psikoterapi:
CBT

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 35


26 pebruari 2015 (Pertemuan Ketiga)
S Tidur lebih baik. Terkadang mengeluh pusing, berdebar-debar ataupun keringat dingin.

O Kesadaran: jernih.
Kontak psikis +, wajar, dapat dipertahankan.
Kooperatif, normoaktif.
Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup.
Mood Hypotyme.
Afek luas, keserasian : serasi.
Halusinasi (-).
Proses pikir : koheren.
Isi pikir : preokupasi ()
GDS : 9, HARS : 8
TV: T: 130/80 mmhg, N: 84x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris.

A Depresi sedang dengan gejala somatik.

Sertraline 1x50 mg
P Farmakoterapi:
Alprazolam 1x0,25 mg ()

Psikoterapi:
CBT

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 36


27 Maret 2015 (Pertemuan Keempat)
S Tidur lebih baik. Keluhan fisik jarang.

O Kesadaran: jernih.
Kontak psikis +, wajar, dapat dipertahankan.
Kooperatif, normoaktif.
Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup.
Mood Hypotyme.
Afek luas, keserasian : serasi.
Halusinasi (-).
Proses pikir : koheren.
Isi pikir : preokupasi ().
GDS 8, HARS : 8
TV: T: 120/70 mmhg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris.

A Depresi sedang dengan gejala somatik.

Sertraline 1x50 mg
P Farmakoterapi:
Alprazolam (Bila perlu)

Psikoterapi:
CBT

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 37


27 April 2015 (Pertemuan Kelima)
S Tidur lebih baik. Keluhan fisik jarang.
Masih kecewa dg adik tapi mulai mencari lahan yg disewakan.
O Kesadaran: jernih.
Kontak psikis +, wajar, dapat dipertahankan.
Kooperatif, normoaktif.
Verbalisasi kuantitas dan kualitas cukup.
Mood eutyme.
Afek luas, keserasian : serasi.
Halusinasi (-).
Proses pikir : koheren.
Isi pikir : preokupasi ().
GDS : 8, HARS : 6
TV: T: 120/80 mmhg, N: 84x/menit, RR: 16 x/menit, Afebris

A Depresi ringan

Sertraline 1x50 mg
P Farmakoterapi:
Alprazolam (Bila perlu)

Psikoterapi:
CBT

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 38


XIII. KUTIPAN PROTOKOL WAWANCARA CBT
D : Dokter
P : Pasien
1. Protokol wawancara pertama
Pertemuan pertama dengan pasien Tn. T, berusia 60 tahun, memakai baju biru dengan
celana panjang hitam. Pasien datang seorang diri Pasien tampak ekspresi wajah yang
sedih.
D : Selamat pagi pak T?
P : Selamat pagi dokter. Benar dokter, saya Bapak T.
D : Perkenalkan sebelumnya, saya dr.Maya. Apa yang bisa saya bantu untuk bapak ?
(Langkah 1: pertanyaan masalah utama)
P : Iya dokter. Kok akhir-akhir ini saya kembali banyak sekali mengalami keluhan,
mulai dari keluhan dada yang terkadang berdebar-debar dan keringat dingin,
kadang sampai pusing. Dulu lebih parah dari ini dok, saat itu kondisinya seperti ini
juga dok, saya diberitahu bahwa saya terkena depresi. Terus mengkonsumsi
sertaline sama alprazolam, tapi udah lima bulanan saya stop dan baik-baik saja
dok ini kok begini lagi.. Memang benar sih dok, akhir-akhir ini saya kok
kayaknya tertekan sekali, saya mengalami situasi yang membuat saya menjadi
sedih, banyak keluhan ketidaknyamanan dengan badan saya.
D : Situasi yang kurang nyaman. Bisa bapak ceritakan.....? (Langkah 2: Eksplorasi
permasalahan/ target masalah) (Langkah 4: Pemeriksaan A)
P : (Pasien terdiam sejenak dengan mata berkaca-kaca). Begini dokter. Tiga bulan
yang lalu saya saya dan adik ada omong-omongan soal menanam kebun. Dia yang
modalin, saya yang mengerjakan. Saya kasih ide buat tanam cabai, ternyata
harganya sekarang kan tinggi dok. Tapi(menghela nafas).. sejak panen
pertama saya ga dibagi hasilnya ini berat bagi saya
D : Berat untuk bapak...bisa bapak jelaskan lebih rinci ? (Langkah 2: Eksplorasi
permasalahan/ formulasikan target masalah)
P : Berat untuk saya bu dokter. Saya kan yang kerjakan diladang. Mau dapat duit
banyak saja kok sulit lagipula saya seorang ayah, saya berusaha untuk

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 39


bertanggung jawab seperti tetap mengirimi uang anak-anak saya
D : Saat memikirkan kondisi saat ini, selain perasaan yang kurang nyaman.....?
(Langkah 3 : Pemeriksaan konsekuensi C)
P : Ndak tau ya dok, ada hubungannya atau tidak antara memikirkan hal tersebut
dengan keluhan-keluhan yang saya rasakan. Padahal sebelumnya saya sudah tidak
terlalu mengeluhkannya, tetapi saat ini kok keluhan-keluhan yang dulu semakin
sering muncul, terutama setelah saya mengetahui dari adik perempuan saya kalo
adik saya itu tidak berniat bagi hasil cuma mau ngasih persenan saya sejuta
setengah.
D : Bisa diceritakan keluhan-keluhannya itu....? (Langkah 3 : Pemeriksaan
konsekuensi C)
P : Banyak dok, terutama yang sangat mengganggu saya adalah tidur yang sulit.
Saya sulit untuk memulai tidur, saat mau merebahkan diri kembali teringat dengan
kondisi saya yang sekarang hidup sebatang kara, mau dapat rejeki banyak saja kok
gagalbahkan saat sudah tidur tiba-tiba terbangun lagi dan kembali teringat
dengan kondisi saya ini. Saya semakin sedih bila melihat foto keluarga kami
dulu.....(pasien terdiam, mata pasien kembali berkaca-kaca dan meneteskan air
mata)
D : (dokter memberikan tisue untuk menyeka air mata pasien). Tentunya bapak
sangat mengharapkan uang itu...?
P : Iya dok saya jadi sakit-sakitan mikir uang itu.
D : Maksudnya...? (Langkah 3 : Pemeriksaan konsekuensi C)
P : Ya jadi tidak bersemangat, tidak berenergi, kadang lemah, nafsu makan saya juga
menurun. Saya juga akhir-akhir ini banyak mengeluh pusing, kadang berdebar-
debar dengan mengeluarkan keringat dingin. Kadang jadi tidak konsentrasi dengan
pekerjaan saya di ladang dan di kandang.
D : Bila itu muncul, yang bapak lakukan...?
P : Bisaanya saya istirahat dulu, tiduran dulu dan tidak bisa kerja bila pusing/
keluhannya berlebihan. Tetapi bila ringan saya akan istirahat sebentar, atau bila
dikandang akan saya gunakan untuk mengajak ngobrol. Tapi akhir-akhir ini
keluhan saya semakin sering, bagaimana dok? Tolong bantu saya
D : Iya pak, nanti kita akan bekerja sama untuk membantu mengurangi keluhan-
keluhan tersebut. Untuk periode awal ini saya akan memberikan 2 macam obat
yang diminum satu kali malam hari. Semoga dengan obat ini kondisi bapak
menjadi lebih baik. Obat ini saya berikan untuk 2 minggu dahulu, dan akan kita

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 40


evaluasi respon bapak dengan pengobatan ini. Untuk pertemuan berikutnya
apabila bapak setuju, kita juga bisa melakukan beberapa sesi pertemuan, sekitar
enam sesi pertemuan, untuk membahas keluhan-keluhan bapak, untuk mencari
langkah korektif yang bisa bapak usulkan dan bapak lakukan. Setujukan pak....... ?
(Menumbuhkan harapan)
P : Iya dok. Saya akan mencoba untuk mengikuti saran dari dokter, semoga
keluhan-keluhan saya berkurang. Terimakasih banyak dokter.
D : Terimakasih kembali bapak...Selamat siang.

2. Protokol wawancara kedua


Pertemuan kedua pasien datang dengan menggunakan baju batik, sendirian.
D : Selamat pagi pak, bagaimana keadaan bapak pagi ini ?
P : Selamat pagi dokter. Alkhamdulillah sedikit membaik dokter, terutama tidur saya
menjadi lebih baik. Tetapi untuk keluhan yang lain masih ada dokter....
D : Iya pak, itu merupakan perkembangan yang cukup baik untuk bapak.
P : Tapi dok, saya terkadang masih malas untuk beraktifitas...karena tuntutan kerja
dan tuntutan tanggung jawab saja, saya memaksakan diri untuk bekerja Rasanya
mau bangun dari tempat tidur aja berat dok. Tapi kalau tidak dikerjakan saya
tidak enak dengan adik saya, bagaimanapun sudah banyak membantu saya.
D : Jadi beban pekerjaan akan menambah ketidaknyamanan bapak....selain itu ?
(Langkah 5 : Identifikasi problem emosional sekunder)
P : Yang sering membebani saya terutama ya tetap kondisi dengan adik . Adik
juga kesannya menghindari saya... sudah begitu saya juga komunikasi dengan
anak kok sulit saya rindu tapi mereka seperti acuhKadang saya bawaannya
ingin marah terus dengan anak-anak saya, rasanya kok seperti anak-anak yang
durhaka tidak perduli dengan orangtuanya yang sedang sakit tapi saya masih
berusaha menahannya, karena takut memperburuk keadaan
D : oke jadi bapak merasa komunikasi dengan adik sulit?
P : sulit dok seperti menghindari saya terus.
D : dan itu membuat bapak.
P : Nggak taulah dokter. Saya hanya berusaha untuk tidak bertengkar dengan adik
bagaimanapun dia sudah banyak membantu
D : tapi bapak merasa?
P : sangat kecewa dok.
D : Dari beberapa permasalahan yang bapak hadapi, dengan munculnya keluhan-
keluhan yang bapak rasakan, menurut bapak apakah ada keterkaitan ...? (Langkah

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 41


6: Mengajari hubungan B-C)
P : Kalo dilihat waktunya kayaknya selalu ada keterkaitan dokter..tetapi saya juga
tidak yakin dan bingung, kenapa bisa seperti itu..Kalo saya rasakan semua
keluhan-keluhan yang saya rasakan muncul sesudah saya merasa sedih, cemas
ataupun takut dengan berbagai hal yang saya bayangkan akan terjadi, padahal
sebenarnya hal itu memang belum terjadi. Tetapi saya tetap tidak dapat
menghilangkan bayangan hal-hal buruk tersebut.
D : Bisa bapak ceritakan bayangan seperti apa yang ada dipikiran.? (Langkah 7 :
memeriksa keyakinan pasien yang negatif)
P : Yang paling membuat saya sedih adalah membayangkan kehidupan saya yang
sebatang kara ini dok
D : Baiklah bapak, bapak sebenarnya sudah banyak belajar dari persoalan yang
dihadapi. Bapak juga tampak lebih tegar dibandingkan waktu pertemuan awal
kita. Itu merupakan perkembangan yang sangat baik.
P : Iya dokter, saya sekarang memang harus mulai kembali untuk belajar dan berani.
D : Iya pak. Mungkin bapak bisa menceritakan kembali perkembangan bapak pada
pertemuan berikutnya, dan untuk saat ini saya akan kembali memberi bapak obat
yang sama dengan yang kemarin untuk waktu satu bulan. Selain itu, mungkin
bapak akan saya berikan tugas untuk mencatat terutama saat apa keluhan keluhan
tersebut akan muncul, dan apa yang dilakukan untuk menguranginya.
(memberikan tugas rumah)
P : Iya dokter. Saya akan berusaha melakukannya dan datang 1 bulan kedepan.
Terimakasih dokter.
D : Terimakasih kembali pak.
3. Protokol wawancara ketiga
Pada pertemuan ketiga pasien menggunakan baju kotak-kotak biru, dengan celana
hitam. Pasien dating sendirian.
D : Selamat pagi bapak, bagaimana kabar ?
P : Selamat pagi dokter. Alkhamdulillah sekarang lebih tenang dokter, terutama
sesudah minum obat yang diberi dokter. Tidur saya sudah jauh lebih teratur,
keluhan-keluhan badan saya juga sudah banyak berkurang.
D : Bisa diceritakan keluhan yang masih sering dirasakan...?
P : Keluhan seperti dada yang berdebar-debar serta keringat dingin sudah berkurang
dibanding sebelumnya, tidak sesering sebelumnya. Pusing juga hanya sesekali
muncul, itupun sudah berkurang dibanding sebelum berobat. Untuk pekerjaan,

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 42


saya selalu berusaha untuk bekerja sebisa mungkin, walaupun rasa malas dan tidak
bersemangat untuk kerja masih terkadang muncul. Perasaan sedih terkadang juga
masih muncul apabila mengingat keadaan anak-anak.
D : Wah, baik sekali perkembangan bapak...oya, bagaimana dengan tugas yang saya
berikan untuk mencatat, momen apa yang terutama membuat keluhan-keluhan
bapak muncul....(evaluasi tugas)
P : Iya dokter, sudah saya catat. Keluhan saya untuk saat ini terutama bisaanya akan
muncul saat sesudah mengingat anak-anak saya, seperti saat sms dan tidak dibalas
atau dibalas lama, lagi-lagi bayangan buruk bahwa saya akan mati sendirian
karena anak-anak tidak memperdulikan saya lagi melintas dipikiran saya. Saat
sendirian di rumah, maka kesedihan saya akan muncul kembali, walaupun itu
tidak seberat seperti pada saat awal sebelum berobat.
D : Apa yang bapak pikirkan saat tersebut....(Pemikiran negatif pasien)
P : Pikiran bahwa uang yang harusnya saya dapatkan itu alangkah senangnya
anak-anak kalau bapaknya bisa memberi mereka sangu yang besar. (Pasien
menarik nafas panjang, lebih tegar dibanding sebelumnya, tidak ada lagi mata
yang berkaca-kaca)
D : Jadi keyakinan atau pikiran negatif itu akan muncul terutama pada saat apa pak?
P : Saat sendirian dok, atau teringat anak dan uang itu
D : jadi ketika ingat uang tersebut dan atau sedang sendirian kemudian akan timbul
sedih ataupun beberapa keluhan keluhan badan bapak, apakah seperti itu...?
(Langkah 8: Hubungan keyakinan irasional dan C)
P : Iya betul itu dokter...Terus apa yang harus saya lakukan dokter..?
D : Baiklah kalau seperti itu...Sekarang saya ingin menanyakan kepada bapak,
apakah pernah membaca atau bertanya kepada orang lainnya yang memiliki
riwayat pekerjaan seperti bapak dan adik? Bagaimana umumnya hubungan
mereka.? Apakah ada yang pernah mengalami hal ini juga? (Langkah 9 :
mempermasalahkan keyakinan/ pikiran negatif pasien)
P : Waktu saya kemarin di warung, saya sempat mendengar juga dok cerita begini
dok saudara juga ketipu juga
D : Bagaimana kondisinya...?
P :Ketipu jual tanah waris
D :lalu apa yang dilakukan mereka?
P :ya akhirnya keluarga tersebut pecah

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 43


D : menurut bapak bila seseorang mengalami hal tersebut (dicurangi) oleh partner
kerja, sudah pasti nasibnya akan hancur?
D :belum tentu dok
P : bapak tau kalau rejeki merupakan rahasia Tuhan?
D :tapi saya gelo dok
P :saya memahami perasaan bapak, tetapi. Kira-kira apa yang bisa anda kerjakan
untuk mendapatkan rejeki lain diladang tanpa tergantung orang lain?
D :saya bisa sih menyewa ladang dan ditanami sendiri, masih ada sedikit tabungan
toh saya juga yang bekerja di ladang kok dok
P :oke. Itu bagus sekali. Sekarang apakah bapak masih yakin bahwa bapak dan
keluarga anda akan hancur tanpa diberi hasil pembagian laba itu?
D Rasanya tidak dok (senyum)
P : bukankah bapak masih memiliki pekerjaan tetap, penghasilan tetap, dan terbiasa
mandiri, apa yang anda takutkan?
P : Kelihatannya sekarang sudah tidak takut dok( tertawa)
D : Jadi semua adalah tergantung dengan bapak kan? (Langkah 10 : mempersiapkan
keyakinan baru yang positif).
P : Iya dokter. Saya akan berusaha melakukannya...Terus bagaimana dengan obat
yang saya minum. Apa saya nanti tidak tergantung dengan obat tersebut..?
D : Untuk alprazolamnya, saya akan mencoba menurunkannya menjadi separuh, jadi
tinggal 0,25 mg, sedangkan obat sertraline masih seperti sebelumnya. Saya
mengharapkan bapak dapat kembali kontrol satu bulan lagi.
P : Iya dokter. Terimakasih.

4. Protokol wawancara keempat


D : Selamat siang pak...bagaimana keadaannya hari ini ?
P : Selamat siang dokter...Alkhamdulillah semakin baik. Saya sudah bisa bekerja di
kandang dan di ladang dengan semangat dok. Saya juga mulai mencari ladang
yang disewakan didekat situ dok
D : Wah, bagus sekali perkembangannya. Jadi ini sudah semangat bekerja seperti
dulu ?
P : Iya dokter. Dengan kerja justru kondisi saya semakin baik, saya juga tidak larut
dengan pikiran dan bayangan yang tidak-tidak..Saya juga mulai harus bangkit lagi
dokter.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 44


D : Wah baik sekali pak..Untuk keluhan-keluhan, apakah masih ada yang
mengganggu ?
P : Untuk tidur sudah baik dokter, bahkan alprazolam yang separuh tersebut kadang
tidak saya minum, dan tidur saya tetap baik. Saya hanya minum alprazolam bila
ada keluhan saja.
D : Keluhan yang lain ?
P : Kalau perasaan pusing, berdebar ataupun keringat dingin sudah jarang dokter,
seminggu paling hanya sekali atau dua kali, itupun apabila terlalu capek dengan
pekerjaan atau aktifitas rumah lainnya. Untuk sedih justru akan muncul, walaupun
jarang, saat menganggur di rumah, karena waktu tidak ada pekerjaan bisaanya
saya akan melamun, yang jadinya malah terfikir yang tidak-tidak.
D : Untuk saat ini saya hanya akan memberikan satu macam obat untuk 1 bulan
kedepan, sedangkan alprazolamnya kan bapak masih memiliki beberapa sisa obat,
itu hanya diminum pada saat kondisi ibu menurun, misalnya saat banyak beban
kerja sehingga menjadi sulit tidur atau keluhan badan yang lain. Bila keadaan
tidak ada keluhan, yang diminum rutin hanya sertralin saja ...
P : Iya dokter..
5. Protokol wawancara kelima
D : Selamat siang pak T...
P : Selamat siang dokter..
D : Bagaimana kabar hari ini ?
P : Iya pak dokter. Saya berusaha tegar dengan yang saya hadapi, walaupun kadang
sesekali perasaan tidak nyaman masih muncul. Tetapi sudah berkurang dokter,
alkhamdulillah...Ya mungkin karena efek obat juga dokter..
D : Wah baik sekali perbaikan yang bapak capai...Ya selain obat, itu juga karena
sudah mulai bisa menerima segala yang bapak hadapi, bapak juga sudah mulai
bisa beradaptasi dengan segala perubahan dalam kehidupan bapak dan keluarga
P : Lalu bagaimana dengan pengobatan saya, apakah sudah cukup atau masih harus
saya teruskan Dok?
D : Untuk pengobatan masih harus kita lanjutkan sampai dengan beberapa bulan
kedepan, untuk menjaga keadaan bapak supaya tetap stabil.
P : Sampai kapan dokter ?
D : Pasien dengan gangguan seperti bapak bisaanya dipertahankan sampai dengan
sekitar enam s/d sembilan bulan, kemudian sesudah itu bisa diturunkan bertahap
bila kondisinya tetap stabil...bapak juga tetap harus kontrol secara teratur, setiap 1-
2 bulan dengan minum obat secara teratur.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 45


P : Iya dokter. Tapi, apakah tidak akan ada masalah dengan efek obat yang diminum
lama dokter ?
D : Nanti akan kita evalusi setiap bulan saat bapak kontrol.
P : Insya Allah dokter. Saya akan mengikuti masukan dari dokter. Terimakasih
banyak dokter...
D : Terimakasih kembali pak..Selamat siang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Gangguan Depresi, Dalam: Sinopsis Psikiatri Jilid
kesatu. Binarupa Aksara Jakarta 2010:
2. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Terapi Biologi: Obat Trisiklik dan Tetrasiklik, Dalam:
Sinopsis Psikiatri Jilid kedua. Binarupa Aksara Jakarta 2010:
3. Maslim R. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III. PT Nuh Jaya Jakarta
1993: 64-79.
4. Elvira SD, Hadisukanto G. Gangguan depresi, Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Badan
Penerbit FKUI Jakarta 2010: 209-22.
5. Rusdi M. Obat Anti-Depresi, Obat Anti-Anxietas, Dalam: Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik Edisi ketiga. PT Nuh Jaya Jakarta 2007: 23-41.
6. Rusdi M. Tuntunan Praktis Diagnosis dan Terapi Sindrom Cemas. Jakarta 1991 Agustus:
1-17.
7. Lubis B. Ikhtisar Teori dan Klinik Neurosa: Neurosa Depresi. PT Bumi Grafika Jaya
Jakarta 1979: 141-53.
8. Semiun, Y. Kesehatan Mental 3. Kanisius. Yogyakarta. 2006.
9. Maramis. Ilmu Kedokteran Jiwa: Berbagai teori kepribadian, Psikoanalisa Freud. Badan
Penerbit FK UNAIR Surabaya 2004: 33-39.
10. Bourke, Castle M, Cameron. Crash Course Psychiatry 3 thed: The mood disorder,
Depressive disorder. USA 2008: 99-102.

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 46


LAMPIRAN 1
HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A)
Nama : Tn. T
Umur : 63 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal : 16 Desember 2014
1 Perasaan cemas SKOR
Firasat buruk/ takut akan pikiran sendiri/ mudah tersinggung. 1
2 Ketegangan SKOR
Tegang/ lesu/ mudah terkejut/ tidak dapat istirahat dengan nyenyak/ 1
mudah menangis/ gemetar/ gelisah.
3 Ketakutan SKOR
Pada gelap/ pada orang asing/ ditinggal sendiri/ pada binatang besar/ 1
pada keramaian lalu lintas/ pada keramaian orang banyak.
4 Gangguan tidur SKOR
Sulit memulai tidur/ terbangun di malam hari/ tidur tidak nyenyak/ 1
bangun dengan lesu/ banyak mimpi/ mimpi buruk/ mimpi menakutkan.
5 Gangguan kecerdasan SKOR
Sulit konsentrasi/ daya ingat menurun/ daya ingat buruk. 1
6 Perasaan depresi SKOR
Hilangnya minat/ berkurangnya kesenangan pada hobi/ sedih/ bangun 2
dini hari/ perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7 Gejala somatik SKOR
Sakit dan nyeri otot/ kaku/ kedutan otot/ gigi gemerutuk/ suara tidak 1
stabil.
8 Gejala sensorik SKOR
Telinga berdenging/ penglihatan kabur/ muka merah (pucat)/ merasa 1
lelah/ perasaan ditusuk-tusuk.
9 Gejala kardiovaskuler SKOR
Denyut nadi cepat/ berdebar-debar/ nyeri dada/ denyut nadi keras/ rasa 1
lemah seperti mau pingsan/ detak jantung hilang sekejap.
10 Gejala pernafasan SKOR
Rasa tertekan di dada/ perasaan tercekik/ nafas pendek (sesak)/ sering 0
menarik nafas panjang.
11 Gejala gastrointestinal SKOR
Sulit menelan/ mual/ muntah/ berat badan menurun/ sulit BAB/ perut 1
melilit/ gangguan pencernaan/ nyeri lambung sebelum atau sesudah
makan/ rasa panas diperut/ perut terasa penuh atau kembung.
12 Gejala urogenitalia SKOR
Sering kencing/ tidak bisa menahan kencing.
0
13 Gejala otonom SKOR
Mulut kering/ muka merah/ mudah berkeringat/ kepala pusing/ kepala
2
terasa berat/ kepala terasa sakit/ bulu roma berdiri.
14 Perilaku saat wawancara SKOR
Gelisah/ tidak tenang/ gemetar/ mengerutkan kening/ muka tegang/ otot
1
tegang (mengeras)/ nafas pendek (cepat)/ muka memerah.
Kasus
Skor 0 Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni
Bila tidak , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman
ada gejala Tidak47
ada gejala
Skor 1 Bila ada satu gejala yang tertulis ada pada kamu Gejala ringan
Skor 2 Bila ada separuh gejala yang tertulis ada pada kamu Gejala sedang
Skor 3 Bila lebih dari separuh gejala yang tertulis ada pd Gejala berat
LAMPIRAN 2
GDS
Identitas:
Nama : Tn. T
Umur : 63 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal : 16 Desember 2014
Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai perasaan anda 1 minggu terakhir
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kkehidupan anda? Ya/Tidak 1
2 Anda telah meninggalkan banyak kegiatan/minat /kesenangan anda? YA/tidak 1
3 Anda merasa kehidupan anda kosong? YA/tidak 1
4 Anda sering merasa bosan? YA/tidak 0
5 Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya/TIDAK 1
6 Anda takut sesuatu yang buruk terjadi pada diri anda? YA/tidak 1
7 Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya/TIDAK 1
8 Anda sering merasa tidak berdaya? YA/tidak 0
9 Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu yang 1
baru? YA/tidak
10 Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan 0
dengan kebanyakan orang? YA/tidak
11 Anda pikir bahwa hidup anda saat ini menyenangkan? Ya/ TIDAK 1
12 Anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? YA/tidak 1
13 Anda merasa anda penuh semangat? ya/TIDAK 1
14 Anda merasa keadaan anda tidak ada harapan? YA/tidak 1
15 Anda pikir bahwa orang lain lebiih baik keadaannya daripada anda? YA/tidak 1

SKOR: 12
Ketr:
Skor 5-9 : kemungkinan besar depresi
Skor 1
10 menunjukkan depresi

LAMPIRAN 3 MMSE
Identitas:
Nama : Tn. T

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 48


Umur : 63 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal : 16 Desember 2014
No Nilai Nilai Max

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 5

REGISTRASI 3 3
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 detik, pasien
disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda
yang benar. Ulangi sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 4 5
5 jawaban.
Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 2 3

BAHASA 2 2
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, arloji) 1 1
Pasien diminta mengulang rangkaian kata : tanpa kalau dan atau tetapi 2 3
7 Pasien diminta melakukan perintah: Ambil kertas ini dengan tangan kanan, 1 1
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai. 1 1
8 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah Angkatlah tangan kiri anda
Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 1
9 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini

10
11

Total skor 26 30
Skor : 24-30 normal
17-23 probable gangguan kognitif
0-16 definite gangguan kognitif

Kasus Yang Dipersiapkan, Maya Anggraeni , PPDS I Psikiatri FK UNDIP Halaman 49

Anda mungkin juga menyukai