PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran,
pada pasal 7 ayat 7 menyatakan bahwa Program Profesi Dokter dan Profesi Dokter Gigi
dilanjutkan dengan Program Internsip. Pada penjelasannya, yang dimaksud dengan Internsip
adalah pemahiran dan pemandirian Dokter, yang merupakan bagian dari program
penempatan wajib sementara, paling lama 1 tahun. Selanjutnya, pada pasal 38 ayat 2
disebutkan bahwa penempatan wajib sementara itu dihitung sebagai masa kerja. Dengan
demikian, setiap dokter yang baru lulus dari pendidikan kedokteran, wajib menjalani
Program Internsip Dokter Indonesia terlebih dahulu sebelum ia diperbolehkan praktek
kedokteran secara mandiri.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia no 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
dinyatakan bahwa setiap dokter dan dokter gigi yang akan berpraktik di Indonesia harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI). Seorang dokter dan dokter gigi yang telah memiliki STR memiliki kewenangan
melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki. Salah
satu syarat untuk mendapatkan STR adalah dimilikinya Sertifikat Kompetensi yang
dikeluarkan oleh Kolegium Dokter Indonesia , setelah seseorang lulus uji kompetensi dokter.
Pada dasarnya, Sertifikat Kompetensi adalah sebuah bentuk pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh
Indonesia. Selanjutnya, pada pasal 27 Undang Undang Praktik Kedokteran itu, disebutkan
bahwa untuk memberikan kompetensi kepada dokter, dilaksanakan pendidikan dan
pelatihan kedokteran sesuai dengan standar pendidikan profesi dokter. Dengan demikian,
setelah seseorang lulus dari institusi pendidikan kedokteran yang menjalankan kurikulum
berbasis kompetensi, masih diperlukan suatu program pemandirian dan pemahiran sebagai
salah satu tahap pelatihan keprofesian. Pada WFME/ World Federation of Medical
Education disebut pra-registration training yang berbasis kompetensi dokter pelayanan
primer.
Program Internsip Dokter Indonesia ini dilaksanakan secara nasional bersama oleh
Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang Pendidikan, Kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang Kesehatan, Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan, Organisasi Profesi dan Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) . Penyelenggara Program Internsip Dokter Indonesia ini adalah
sebuah Komite, yang disebut sebagai Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI), yang berada
di ditingkat pusat adalah KIDI Pusat dan yang berada di Provinsi adalah KIDI Provinsi. KIDI
Pusat dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tugas
utama KIDI adalah menyelenggarakan Program Internsip Dokter Indonesaia (PIDI) dan
mengambil kebijakan langkah-langkah kegiatan bila terjadi hal-hal yang berpotensi
mengganggu kelancaran proses pelaksanaan PIDI tersebut.
Sebelum terbentuk KIDI Pusat dan KIDI Provinsi, persiapan dan pelaksanaan Program
Internsip Dokter Indonesia dilaksanakan oleh Tim Ad Hoc Pelaksana Penyiapan Program
Internsip Dokter Indonesia melalui Surat Keputusan Kepala Badan PPSDM Kesehatan
Nomor. HK.02.04/2/1767.2/09) dan Tim Ad Hoc Pelaksana Program Internsip Dokter
Indonesia (SK Ka Badan PPSDM Kesehatan Nomor. HK.05.03/I/IV/9275.1/2010).
Peserta PIDI, dengan STR dan SIP Kewenangan Internsip yang dimilikinya (yang
berlaku 1 tahun), diijinkan untuk melakukan praktik kedokteran hanya di Wahana PIDI
dimana ia bekerja dan ditempatkan. Dalam menjalankan praktek kedokterannya, peserta
B. Ruang Lingkup
Buku Pedoman Pendamping Program internsip Dokter Indonesia mencakup
semua aspek yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan PIDI, khususnya
yang terkait dalam pendampingan peserta PIDI di wahana.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pedoman Pendamping Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) digunakan sebagai
acuan bagi semua pihak antara lain Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) Pusat, KIDI
Provinsi, Wahana, Peserta dan Pendamping Program Internsip Dokter Indonesia dalam
menyelenggarakan Program Internsip Dokter Indonesia.
Peran Pendamping Program Internsip Dokter Indonesia adalah sebagai fasilitator, panutan (
role model ), motivator, mentor dan evaluator bagi peserta PIDI.
1. Memastikan SDM, sarana dan prasarana yang diperlukan pada pelaksanaan PIDI
tersedia secara optimal dan dapat dimanfaatkan oleh setiap peserta PIDI.
2. Memfasilitasi pelaksanaan kredensial peserta PIDI oleh Komite Medik sebagai dasar
pemberian kewenangan klinis peserta PIDI.
9. Memberikan umpan balik positif dan konstruktif kepada peserta PIDI untuk
memastikan pencapaian dan tujuan PIDI.
10. Memberikan laporan setiap stase tentang pelaksanaan PIDI kepada KIDI Provinsi.
11. Memfasilitasi proses pelaksanaan PIDI sehingga tercapai target kinerja PIDI.
12. Memberikan motivasi peserta dalam melaksanakan PIDI sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
1. HAK
2. KEWAJIBAN
kedokteran.
Jika Rumah Sakit atau Puskesmas sudah memenuhi persyaratan sebagai Wahana PIDI,
maka perlu dilakukan seleksi untuk calon pendamping PIDI di Wahana tersebut.
Jika dalam suatu Wahana PIDI ada Pendamping PIDI yang mengundurkan diri karena
alasan kesehatan, pindah tugas, dan lainnya, maka Koordinator Wahana harus
mengusulkan calon Pendamping PIDI baru sebagai penggant, kepada Sekretariat PIDI
Provinsi untuk dilakukan seleksi dan mengikut pelathan pada kesempatan pertama
Seleksi calon pendamping PIDI dilakukan oleh Pelaksana PIDI Provinsi dengan cara:
Pelatihan pendamping PIDI dapat diselenggarakan oleh Pusrengun atau Unit Kerja
yang mempunyai Tupoksi Penyelenggara Pelatihan dilingkungan Kementerian Kesehatan,
yaitu BPPK (Balai Besar Pelatihan Kesehatan).
2. Narasumber
d. Pakar Kedokteran Klinik atau Manajemen Klinik atau Manajemen Rumah Sakit.
3.Alur Penyelenggaraan
b. Pelaksana PIDI Provinsi mengajukan nama calon Pendamping PIDI yang akan
dilatih, ditujukan kepada Pelaksana PIDI Pusat dengan menyebutkan asal wahana
PIDI.
d. Sekretariat PIDI Pusat dan BBPK memverifikasi calon peserta yang sudah
terdaftar.
e. Sekretariat PIDI Pusat dan BPPK melaporkan Calon Peserta Pelatihan Pendamping
PIDI kepada Pusrengun dan KIDI Pusat.
Materi pelatihan disusun oleh KIDI Pusat dan Pusrengun serta para Pakar Kedokteran
Klinik dan Manajemen.
a. Materi dasar:
b. Materi inti :
c. Materi Penunjang :
BAB IV
PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
Setiap pendamping PIDI akan dinilai kinerjanya sebagai pendamping oleh KIDI Provinsi
melalui Kordinator Wahana PIDI ,berdasarkan masukan dari:
SANGSI PENDAMPING
Agar pelaksanaan PIDI tidak terhambat, Kordinator Wahana berhak menunjuk pengganti
pendamping peserta PIDI yang pendampingnya di mutasikan,sekolah dan non aktifkan.
Selanjutnya Kordinator Wahana segera mengusulkan secara tertulis calon pendamping
pengganti ke Sekretariat PIDI Provinsi dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten . Pelaksana PIDI Provinsi mengirimkan usulan calon
pendamping PIDI ke Pelaksana PIDI Pusat untuk segera dilakukan pelatihan Pendamping
PIDI. Pelaksana PIDI Pusat melalui PUSRENGUN dan BPPK akan melaksanakan pelatihan
Pendamping PIDI. KIDI Pusat mengeluarkan rekomendasi sebagai Pendamping PIDI dan
Kepala Badan Pengembangan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan akan mengeluarkan
Keputusan penetapan sebagai Pendamping PIDI.
Penilaian Kinerja Peserta PIDI dilaksanakan regular ,dimanfaatkan sebagai alat ukur
untuk memberikan umpan balik terhadap peningkatan kompetensi peserta PIDI serta
evaluasi Peserta PIDI .
- Kasus Jiwa : 1- 5%
Target jumlah kasus total dalam 1 tahun minimal : 400 kasus( diupayakan
kasus baru)
- Dewasa : 40-60%
- Lansia : 15-25%
2.1.3. Indikator kinerja kasus yang harus dicapai berdasarkan jenis kelamin :
- Laporan kasus berisi catatan kasus yang ditangani oleh Peserta PIDI dan dilengkapi
dengan literature review.
- Jumlah kasus yang harus dibuat berjumlah 5 kasus dan 1 kasus dipresentasikan
dihadapan Kordinator Wahana,Komite Medik,Pendamping PIDI,4 kasus lainnya
dipresentasikan dihadapan Pendamping PIDI.
Indikator Kinerja UKP dicatat dalam buku log dan disetujui dan
ditandatangani oleh Pendamping PIDI/Dokter Penanggung Jawab Pasien.
Mini Project.
e. Studi kepustakaan,
f. Penelitian,
1. Laporan perkembangan Capaian kegiatan Peserta PIDI di Rumah Sakit setiap bulan.
3. Laporan Kinerja Peserta PIDI UKP dan UKM setiap akhir stase PIDI di Wahana Rumah
Sakit dan Puskesmas.
BULAN :
PELAKSANAAN PIDI : (TANGGAL / BULAN / TAHUN S/D TANGGAL / BULAN / TAHUN)
WAHANA :
NAMA PENDAMPING PIDI :
KEPRIBADIAN KETERANGAN
KINERJA (A, B, C,D,E) PERILAKU KEHADIRAN KOMUNIKASI &PROFESION
NO NAMA PESERTA ASAL FK ALISME
CAPAIAN KETRAMPILAN LAPORAN PRESENTASI MINI
UKM
KASUS MEDIK KASUS KASUS PROJECT
Catatan :
A : Baik sekali,melebihi standart Tanggal, …………………………………………
B : Baik, sesuai dengan standart Tandatangan Pendamping
C : Cukup, perlu perbaikan
D : Kurang, perlu dibentuk
Pedoman Pendamping Program Internsip Dokter Indonesia ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan seluruh pihak terkait sehingga semua pihak dapat menggunakan buku ini sebagai
acuan dalam melaksanakan Program Internsip Dokter Indonesia di seluruh Indonesia
khususnya terkait aspek pendampingan. Diharapkan melalui Program Internsip Dokter
Indonesia yang dilakukan dengan baik akan meningkatkan pemahiran & pemandirian dokter
serta dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang akan berdampak kepada status
kesehatan di masyarakat Indonesia.
Buku ini masih jauh dari sempurna karena itu diharapkan koreksi, masukan, usulan
penyempurnaan dari semua pihak yang memiliki perhatian untuk perkembangan Program
Internsip Dokter Indonesia.
1 AIPKI (Asosiasi adalah Suatu lembaga yang dibentuk oleh para Dekan Fakultas
Institusi Pendidikan Kedokteran yang berfungsi memberikan pertimbangan dalam
Kedokteran rangka memberdayakan dan menjamin kualitas pendidikan
Indonesia) kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran
5 KDDKI adalah Badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-
masing disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin
ilmu tersebut
6 KIDI Pusat adalah Komite yang di tetapkan dengan Keputusan Menkes dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program internsip
dokter Indonesia secara nasional
7 KIDI Provinsi adalah Komite yang dibentuk oleh BPPSDMK untuk melaksanakan
kebijakan KIDI Pusat dalam pelaksanaan program internsip dokter
Indonesia di Provinsi.
8 KKI (Konsil adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat
Kedokteran independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil
Indonesia) Kedokteran Gigi
9 Kolegium adalah badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-
masing cabang disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang
13 Peserta Internsip adalah dokter yang telah lulus dari Fakultas Kedokteran yang
Program Internsip menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan lulus
Dokter Indonesia UKMPPD (Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter)
17 SK Pendamping Surat keputusan yang diterbitkan oleh KIDI Pusat yang diberikan
Internsip kepada seorang dokter yang telah memenuhi syarat sebagai
pendamping internsip dokter
18 SLPI (Surat Laporan Surat yang ditandatangani oleh Pendamping dan Pimpinan
Pelaksanaan Wahana/Koordinator wahana PIDI baik Rumah Sakit maupun
Internsip) Puskesmas sebagai bukti bahwa peserta telah menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia.
20 STSI (Surat Tanda Sertifikat yang dikeluarkan oleh KIDI Pusat yang menyatakan
Selesai Internsip) bahwa dokter tersebut sudah menyelesaikan program internsip
dokter Indonesia.
21 Sumpah/Janji adalah Sumpah/janji yang dibacakan oleh seseorang yang akan
Dokter menjalani profesi dokter Indonesia secara resmi
22 Surat Izin Praktik adalah Bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter
yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi
persyaratan tertentu sesuai peraturan yang berlaku
23 UKM adalah Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat
UCAPAN TERIMAKASIH
B. TIM AD HOC
Sesuai dengan SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Nomor HK.02.04/2/1767.2/09
C. LAIN-LAIN
1) dr. H. Nur Abadi, MM, Msi (Ketua Asosiasi Rumah Sakit Daerah)
2) Lenny Agustaria Banjarnahor, SSt
3) drg. Ni Ketut Widyaningsih
4) Hadi Suprayogi, SH
5) Untung Hermino
6) Agus Purnomo Kartiko
DAFTAR PUSTAKA
Meterai Rp 6000
(........................ )
Bersama ini kami lampirkan :
1. Surat keterangan praktik dan lama praktik dokter dari RS
4. Pengalaman/ aktifitas lain selama berprofesi dokter (al pengalaman berbagai jenis
pelayanan, karya ilmiah, mengikutiseminar-simposium-lokakarya yang relevan ).
5. Pas foto 4x6 sebanyak 2 lb dengan latar belakang merah
Development)
a. Presentasi kasus
b. Laporan kasus
c. Audit medis
d. Membaca jurnal
e. Presentasi masalah kesehatan
f. Presentasi manajerial kasus
g. Presentasi laporan penyuluhan
2. Profesionalisme (Praktik sebagai Dokter Layanan Primer)
a. Laporan kasus/ masalahkesehatan
b. Audit medis
c. Latihan keterampilan teknis UKM/ UKP
d. Survai kepuasan pasien/keluarga/ masyarakat
e. Laporan kinerja sehari hari
3. Pengabdian kepada masyarakat
a. Ceramah kesehatan
b. Pembinaan keluarga pasien
c. Penanggulangan bencana
d. Publikasi ilmiah kedokteran
4. Studi kasus layanan primer
5. Studi kepustakaan
6. Penelitian