Anda di halaman 1dari 42

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 2
B. Peraturan Terkait ......................................................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 17
BAB II PENGANTAR ERGONOMI .................................................................................................. 18
A. Definisi Ergonomi ..................................................................................................................... 18
B. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi ..................................................................... 18
C. Sejarah Ergonomi ...................................................................................................................... 20
D. Pentingnya Ergonomi ................................................................................................................ 21
E. Hubungan Ergonomi dengan Petugas Rekam Medis ................................................................ 22
BAB III BEDAH JURNAL ................................................................................................................. 23
A. Masalah Jurnal .......................................................................................................................... 35
B. Variabel Penelitian .................................................................................................................... 35
C. Cara Pengolahan Hasil Penelitian ............................................................................................. 35
D. Hasil Penelitian Jurnal .............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 42

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (kerja) dan
NOMOS (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engginering, manajemen dan desain/perancangan.Ergonomiberkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja,
dirumah, dan di tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan
utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.
Menurut Adnyana Manuaba (2000) istilah ergonomi didefinisikan sebagai
suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan,
mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian
dan keterbatasan manusia sehingga tercapai suatu kondisi dan lingkungan yang sehat,
aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia
secara optimal dan maksimal.
Penerapan ergonomi pada umumnya sangat luas. Di setiap ruang yang dimiliki
oleh sarana pelayanan merupakan tempat kerja utama bagi tenaga kerja dengan fungsi
masing - masing ruang. Tempat kerja dengan properti dan perlengkapan yang cukup
banyak dengan perancangan ruang yang tidak ergonomis, pencahayaan yang tidak
ergonomis pula seringkali ketidaknyamanan dalam bekerja akan terasa, kecelakaan
dan penyakit akibat kerja akan berisiko tinggi dan akan mengakibatkan pula
rendahnya efisiensi dan daya kerja.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik tiga hal penting dalam mempelajari ilmu
ergonomi, antara lain :
1. Ergonomi menitikberatkan manusia (human-centered). Fokus ergonomi pada
manusia merupakan hal yang utama bukan pada mesin atau pada peralatan.
2. Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait dengan pengguna.
Mesin dan peralatan yang merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan dengan
performen manusia.
3. Ergonomi menitikberatkan pada perbaikan sistem kerja. Suatu perbaikan proses
harus disesuaikan dengan perbedaan kemampuan dan kelemahan setiap individu,
hal ini harus dirumuskan dengan cara diukur baik secara kualitatif maupun
kauntitafif dalam jangka waktu tertentu.
2
B. Peraturan Terkait
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang
Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Di Paragraf 5 tentang
Standar Ergonomi Perkantoran dalam Pasal 21 mengenai Standar Ergonomi
Perkantoran meliputi:
a. luas tempat kerja
b. tata letak peralatan kantor
c. kursi
d. meja kerja
e. postur kerja
f. koridor
g. durasi kerja
h. penanganan beban manual
i. (manual handling).

BAB II
POTENSI BAHAYA DAN FAKTOR RISIKO PEKERJA PERKANTORAN

A. Bahaya Ergonomi (Biomechanical hazards): bahaya ini berasal dari desain


kerja, layout maupun aktivitas yang buruk. Contoh dari permasalahan
ergonomic meliputi postur tidak netral, manual handling, layout tempat kerja
dan desain pekerjaan.
B. Potensi bahaya karyawan
Bahaya biomekanik terkait ergonomi dapat dibagi sebagai berikut:
1) Bahaya terkait pekerjaan, terdiri dari durasi, frekuensi, beban, urutan
pekerjaan, prioritas pekerjaan, dan postur kerja
2) Bahaya terkait peralatan, terdiri dari dimensi, bentuk, desain, dan
penempatan dari fasilitas yang digunakan untuk mendukung pekerjaan
seperti monitor, CPU, keyboard, mouse, meja gambar, meja tulis, kursi,
telepon, dokumen holder
3) Bahaya terkait lingkungan atau tempat kerja, yang terdiri dari dimensi
luas, dan layout tempat kerja
A. Dampak pada karyawan
Jika pekerjaan, peralatan dan lingkungan kerja tidak didesain dengan baik,
maka dapat timbul berbagai akibat terhadap karyawan perkantoran, antara lain:

3
a. Iritasi dan kelelaha mata (astenophia) serta ketegangan otot leher (tension
headache, frozen shoulder) yang diakibatkan penggunaan layar computer
terus menerus
b. Gangguan otot rangka yang disebabkan oleh duduk dalam waktu yang
lama, postur duduk yang janggal, gerakan tangan yang berulang-ulang
(low back pain, carpal tunner syndrome)
c. Gangguan kesehatan sick building syndrome yang disebabkan kualitas
dalam ruangan yang buruk, seperti ventilasi yang buruk, kelembaban
terlalu rendah atau tinggi, suhu ruangan yang terlalu panas atau dingin,
debu, jamur, bahan kimia, pencemaran udara, dsb
d. Penularan penyakit menular karena berada dalam satu ruangan dengan
karyawan yang sedang sakit dan system ventilasi yang kurang baik
e. Stress psikososial karena beban kerja yang terlampau banyak, waktu yang
ketat, hubungan interpersonal yang kurang harmonis
f. Penggunaan peralatan elektronik, kabel dan alat listrik lainnya pada
karyawan berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan
karena tersandung kabel, tersengat listrik hingga terjadinya kebakaran
g. Selain itu, karyawan yang berlokasi pada gedung yang tinggi memiliki
risiko keselamatan tersendiri dimana pada saat terjadi situasi darurat
seperti kebakaran, gempa, dan ancaman teroris perlu upaya pengendalian
dan pencegahan melalui pengembangan standar prosedur tanggap darurat
yang baik untuk meminimalisir terjadiny kecelakaan kerja yang bersifat
fatal dan masal
BAB V
STANDAR ERGONOMI PERKANTORAN
A. Luas Tempat Kerja

Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tiap orang
yang bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara yang sedikit-dikitnya 10 m3
sebaiknya 15 m3.

Luas tempat kerja staf paling sedikit 2,2 m2 merujuk peraturan tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara sehingga tiap pekerja dapat
bergerak secara bebas dan memudahkan untuk evakuasi sewaktu terjadi keadaan
darurat.

Tabel 7. Standar Luas Ruang Kerja

4
Sumber : Permen PU Nomor 45 Tahun 2007

B. Tata Letak Peralatan Kantor

Tata Letak Peralatan Kantor memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Sesuaikan tinggi tempat duduk dengan tinggi monitor sehingga jarak antara mata
dengan monitor 20 – 40 inchi dan sudut 15 – 20 derajat dibawah horizontal.

2. Sesuaikan tinggi sandaran punggung dan tangan sehingga tersangga dengan baik.
3. Sesuaikan meja dengan posisi keyboard dan mouse yang sejajar.

Dimensi peralatan kerja harus mengacu pada antropometri atau dimensi tubuh manusia
sebagai referensi. Data dimensi penduduk Indonesia secara umum dapat dilihat pada
website www.antropometriindonesia.org yang dirangkum sebagai berikut:

Tabel 8. Data Antropometri Penduduk Indonesia

Dimensi 5th 50th 95th SD

Tinggi tubuh 163.7 165 167 8.07

Tinggi mata 152.8 154 156 8.51

Tinggi bahu 135.6 137 139 7.14

Tinggi siku 101.2 103 104 5.7

Tinggi pinggul 91.67 93.3 95 5.27

5
Tinggi tulang ruas 70.98 72.6 74.3 5

Tinggi ujung jari 69.16 70.8 72.5 5.99

Tinggi dalam posisi duduk 79.94 81.6 83.2 5.85

Tinggi mata dalam posisi


69.3 70.9 72.6 8.14
duduk

Tinggi bahu dalam posisi 59.37 61 62.7 8.34


duduk

Tinggi siku dalam posisi 30.19 31.8 33.5 6.21


duduk

Tebal paha 17.14 18.8 20.4 5.54

Panjang lutut 50.48 52.1 53.8 2.96

Panjang popliteal 37.34 39 40.6 4.42

Tinggi lutut 50.38 52 53.7 4.7

Tinggi
popliteal 41.44 43.1 44.7 3.98

Lebar sisi bahu 42.22 43.9 45.5 7.16

Lebar bahu bagian atas 34.21 35.9 37.5 4.85

Lebar pinggul 33.96 35.6 37.3 5.43

6
Tebal dada 19.74 21.4 23 2.43

Tebal perut 22.9 24.6 26.2 5.84

Panjang lengan atas 32.13 33.8 35.4 4.66

Panjang lengan bawah 43.73 45.4 47 17.5

Panjang rentang tangan ke 67.81 69.5 71.1 18.3


depan

Panjang bahu-genggaman 57.45 59.1 60.7 9.04


tangan ke depan

Panjang kepala 16.84 18.5 20.1 7.25

Dimensi 5th 50th 95th SD

Lebar kepala 14.77 16.4 18.1 3.04

Panjang tangan 16.47 18.1 19.8 3.02

Lebar tangan 10.41 12.1 13.7 3.15

Panjang kaki 22.2 23.8 25.5 3.56

Lebar kaki 7.67 9.32 11 1.61

Panjang rentangan tangan ke 162.5 164 166 24.3


samping

7
Panjang rentangan siku 82.74 84.4 86 11.8

Tinggi genggaman tangan ke


198.4 200 202 29.2
atas dalam posisi berdiri

Tinggi genggaman ke atas 120.5 122 124 20


dalam posisi duduk

Panjang genggaman tangan 65.37 67 68.7 12.6


ke depan

Sumber: www.antropometriindonesia.org

Sudut pandang yang sesuai


Posisi kepala, bahu, dan
punggung dalam satu garis Dekatkan layar ke arah mata
lurus sehingga dapat terlihat
Sandaran punggung menopang
tulang belakang

Gunakan buku untuk


mendapatkan ketinggian layar
Penopang punggung dapat yang sesuai dengan jelas
membantu mengurangi rasa
sakit pungguh bawah

Keyboard dan mouse harus


deka dengan tubuh dan sejajar
Ketinggian kursi disesuaikan
dengan pusar
sehingga kaki membentuk
sudut 90⸰ terhadap panggul

Kursi tidak boleh menekan Diperlukan penopang siku dan


bagian kaki pergelangan tangan

Penyangga kaki dapat membantu mengurangi tekanan pada


kaki

C. Kursi

1. Ukuran kursi harus sesuai dengan ukuran karyawan yang menggunakan.


2. Pilih kursi kerja sesuai dengan jenis tugas pekerjaan.

8
3. Secara umum, ukuran kursi adalah sebagai berikut (dalam cm):

4. Kursi harus stabil, memiliki lima kaki, baik beroda maupun tidak beroda.
5. Sandaran kursi harus menyangga lengkungan pinggang (kemiringan fleksibel).

Tata cara terkait penggunaan kursi:


1. Sandaran kursi
a. Atur posisi sandaran kursi ke atas dan ke bawah agar sesuai dengan tinggi
lengkungan pinggang (tulang lumbal).
b. Atur posisi sandaran kursi ke atas dan ke bawah agar tepat menempel di
lengkungan pinggang tersebut.
c. Atur sudut kemiringan sandaran kursi (100o - 110o) sehingga memberikan
rasa nyaman dan mencegah timbulnya nyeri punggung bawah (NPB/ Low
Back Pain).

9
2. Dudukan kursi
a. Lebar dan kedalaman dudukan kursi sesuai dengan karyawan yang akan
menggunakannya.
b. Apabila tidak pas kedalaman kursinya, maka atur sandaran kursinya, yaitu
dimajukan atau dimundurkan.
c. Atur tinggi dudukan kursi setinggi lutut.

d. Bagian paha sejajar lantai, sehingga bagian belakang lutut membentuk


sudut 900. Hal ini akan menjamin berat badan terdistribusi merata
disepanjang bagian bisep kaki (belakang paha). Pastikan hanya ada sedikit
atau tidak sama sekali tekanan dari dudukan kursi pada bagian belakang
lutut, karena ini dapat membatasi sirkulasi darah.

Tumit jinjit di atas lantai (Salah) Tumit di lantai (Benar)

10
Paha Membentuk sudut (Salah) Paha sejajar (Benar)

e. Mekanisme untuk mengatur tinggi kursi harus dapat dilakukan dengan


mudah dan juga cukup mudah dioperasikan sewaktu kita duduk.

Contoh Kursi Kerja Ergonomis dan Cara Menyesuaikan Posisi Duduk


yang Ergonomik

TIPS: Sebelum melakukan pembelian kursi ergonomik, disarankan melakukan


pengujian dengan mengundang beberapa perwakilan pekerja yang akan
menggunakan kursi tersebut. Mereka dapat memberikan umpan balik mengenai
kenyamanan kursi dan kemudahan dalam menggunakan dan menyesuaikan kursi
untuk mendapatkan posisi duduk yang ergonomis.
11
3. Sandaran lengan
a. Sandaran lengan ini menyediakan tumpuan bagi lengan atas kita untuk
mengurangi tekanan pada pundak maupun tulang belakang.
b. Atur sandaran lengan sesuai dengan tinggi siku.

Posisi Bekerja dengan Komputer yang Ergonomik


4. Lapisan kursi sebaiknya terbuat dari bahan kain, bukan kulit atau bahan sintetis
sejenisnya.
D. Meja Kerja

Ukuran meja Standar (cm) Keterangan

Tinggi meja 58 – 68 Adjustable

72 Tidak adjustable

Luas meja Minimal: Tidak memantulkan cahaya

120 x 90 Cukup untuk menempatkan


barangbarangseperti
keyboard, mouse, monitor,
telepon, dan dokumen holder

Ruangan untuk kaki Minimal Tidak boleh ada barang


(dibawah meja) (dokumen/ CPU) yang
lebar: 51
Diletakan dibawah meja
panjang/
Sehingga menggangu
kedalaman: pergerakan kaki

12
60

Pengaturan meja kerja yaitu:


1. Zona pertama: barang-barang yang sering digunakan diletakkan paling dekat
dengan karyawan sehingga mudah dijangkau dan digunakan, misalnya mouse,
dokumen kerja dan dokumen holder. Tangan menjangkau masih dalam postur
siku siku
2. Zona kedua: barang-barang yang lebih jarang dipergunakan, dapat diletakkan
setelahnya, seperti telepon. Tangan menjangkau dalam postur yang terjulur ke
depan
3. Zona ketiga: barang yang sesekali dijangkau, seperti map atau dokumen tidak
aktif atau referensi.

Pengorganisasian Meja Kerja

TIPS: Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengorganisasi meja
kerja adalah dengan mengidentifikasi dokumen kerja yang merupakan
dokumen tim (bukan dokumen pribadi) sehingga dapat disimpan
dalam lemari arsip (filing cabinet), tidak menumpuknya di meja
pribadi.

E. Postur Kerja
Postur kerja pada karyawan di perkantoran lebih banyak dilakukan dalam
keadaan duduk dikarenakan mengoperasikan komputer sebagai alat kerjanya. Beberapa
hal yang harus diperhatikan agar dapat bekerja dengan nyaman:
1. Pada saat duduk, posisikan siku sama tinggi dengan meja kerja, lengan bawah
horizontal dan lengan atas menggantung bebas.
2. Mata sama tingginya dengan bagian paling atas layar monitor.

13
3. Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai dengan posisi
datar. Jika diperlukan gunakan footrest terutama bagi pekerja yang bertubuh
mungil.
4. Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah Anda ditopang dengan baik.
5. Letakkan layar monitor kurang lebih sepanjang lengan Anda. Pastikan letak
monitor dan keyboard berada ditengah-tengah sumbu tubuh.
6. Atur meja dan layar monitor untuk menghindari silau, atau pantulan cahaya. Cara
termudah adalah dengan tidak menghadapkan layar ke jendela atau lampu yang
terang.
7. Pastikan ada ruang yang cukup dibawah meja untuk pergerakan kaki.

8. Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pada bagian belakang kaki
dan lutut.

9. Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan Anda.
Penyangga dokumen (document holder) dapat digunakan untuk menghindari
pergerakan mata dan leher yang janggal.

10. Gunakan mouse yang sesuai dengan ukuran genggaman tangan Anda dan
letakkan disamping keyboard.

Posisi Bekerja dengan Komputer yang Ergonomik


1. Pengguna Laptop
Bila laptop digunakan untuk bekerja secara terus-menerus maka secara
prinsip, postur bekerja yang ingin dicapai sama dengan postur ketika bekerja
dengan desktop. Agar hal ini dapat tercapai maka anda perlu menggunakan:

a. layar monitor eksternal seperti yang digunakan pada desktop atau


penyangga laptop (laptop standing);
b. keyboard eksternal;
c. mouse, dan docking station.

14
2. Pengguna Keyboard dan Telepon
Saat menggunakan keyboard, pergelangan tangan harus berada pada posisi
netral (tidak menekuk ataupun berputar).

Posisi Menggunakan Mouse dan Mengetik yang Ergonomik

Pada karyawan perkantoran yang sering menggunakan telepon, disarankan


untuk menggunakan headset untuk mencegah postur janggal pada leher ketika
menahan telepon dengan dengan pipi dan bahu
F. Koridor
1. Diantara baris-baris meja disediakan lorong-lorong untuk keperluan lalu lintas
dan kemudahan evakuasi sewaktu keadaan darurat, minimum jarak120 cm.
2. Jarak antara satu meja dengan meja yang dimuka/dibelakang selebar 80 cm.
G. Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan. Berkaitan dengan kegiatan pada durasi kerja, aktivitas mengetik atau
menggunakan VDU disarankan untuk menyelingi dengan tugas lain seperti melakukan
filing, rapat, dibantu juga dengan rehat singkat, dan peregangan. Rehat singkat
dilakukan dengan metode 20 – 20 – 20 yaitu:
1. Setiap 20 menit bekerja menggunakan computer.
2. Diselingi 20 detik rehat singkat.
3. Dengan melihat selain computer sejauh 20 feet.
Dan setiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan selama 10 – 15 menit. Contoh
gerakan perengangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

15
Contoh-contoh Gerakan Peregangan

TIPS: Untuk mengingatkan pekerja untuk rehat dan


melakukan gerakan peregangan dapat dibuat ‘pegingat’
(reminder) yang dapat muncul di layar komputer pada periode
waktu yang ditentukan.

H. Penanganan Beban Manual (Manual Handling)


Standar berat objek yang boleh diangkat secara manual tergantung dari letak
obyek berada, dengan rincian sebagai berikut:

WANITA PRIA

16
Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk Ergonomi Perkantoran meliputi:
1. Self Assesment Ergonomi
2. Self Assesment GOTRAK (gangguan otot dan rangka)

Selain itu Pimpinan Kantor dan/atau Pengelola Gedung juga perlu


melaksanakan manajemen stress, sebagai berikut:
1. Setiap tempat kerja memberikan fasilitas untuk membantu karyawan mengelola
stres kerja.
2. Setiap tempat kerja memberikan arahan agar karyawan melakukan pengelolaan
cuti, misalnya diwajibkan mengambil hak cutinya untuk menghindari terjadinya
stres akibat beban kerja berlebihan.
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Ergonomi di Ruang Kerja Rekam Medis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi Ergonomi.
b. Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup Ergonomi.
c. Untuk mengetahui metode-metode Ergonomi.
d.Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja.

17
BAB II
PENGANTAR ERGONOMI

A. Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan
stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat
kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting
the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu
terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain
meningkatkan produktivitasnya”. Definisi ergonomi menurut Tarwaka (2004),
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun dalam istirahat atas
dasar kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.Menurut The Internasional
Ergonomics Association (2010), Ergonomi adalah suatu disiplin ilmiah yang urgen
untuk diperhatikan interaksi antara manusia dan bagian lain dalam elemen sebuah
sistem dan juga profesi yang mengplikasikan teori, prinsip-prinsip, data, dan juga
metode yang dirancang untuk mengoptimasikan kesejahteraan manusia dan juga
keseluruhan kinerja dari sistem.

B. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi


Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis
akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.

18
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir secara tepat dan meningkatkan jaminan sosial selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai macam aspek seperti aspek
ekonomi, aspek teknis, antropologis dan budaya setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Pada dasarnya, ergonomi bermanfaat untuk pekerjaan agar cepat selesai,
memiliki risiko kecelakaan lebih kecil, waktu yang efisien, risiko penyakit akibat
kerja kecil dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari
ergonomi yaitu:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi : ergonomi fisik, ergonomi kognitif,
ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang
sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu
sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan
ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik.
1. Ergonomi Fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,
karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik.
Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain : postur kerja,
pemindahan material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan.
2. Ergonomi Kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk
didalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia
terhadap pemakaian elemen system. Topik-topik yang relevan dalam ergonomic
kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-
computer interaction, keandalan manusia, dan stress kerja.
3. Ergonomi Organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam

19
ergonomi organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja,
perancangan waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi,
cultur organisasi, organisasi virtual, dll.
4. Ergonomi Lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan,
dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ;
perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.

C. Sejarah Ergonomi
Menurut Nurmianto (2008), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan
tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya mulai telah bermunculan beberapa tahun
sebelumnya. Berikut adalah kejadian-kejadian pentingnya:
1. C.T Thackrah, England, 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang
Italia bernama Ramazzini. Pada saat itu Thackrah mengamati sorang penjahit yang
bekerja dengan posisi dan dimensi kursi meja yang kurang sesuai secara antropometri,
serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya
badan dan iritasi penglihatan.
2. F.W. Taylor, USA, 1898.
Ia adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode ilmiah untuk menentukan
cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. Beberapa metodenya merupakan
konsep ergonomic dan manajeman modern.
3. F.B. Gilbreth, USA, 1911.
Gilbreth mengamati dan mengoptimasi metode kerja dalam hal ini lebih mendetail
dalam analisa gerakan. Ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi
dengan mendesain suatu system meja yang dapat diatur naik-turun.
4. Industrial Fatigue Research Body, England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada
Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap ahrinya
meningkat dengan jam kerja yang per-harinya menurun . disamping itu mereka juga
mengamati waktu siklus yang optimum untuk system kerja berulang dan menyarankan
adanya variasi dan rotasi pekerjaa.
5. E. Mayo dan teman-temannya, USA 1933.
Ia adalah seorang warga Negara Australia, memulai beberapa studinya di suatu
Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne , Chicago. Tujuannya
adalah mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan

20
lamanya waktu istirahat terhadap factor efisiensi dari para operator kerja pada unit
perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan USA.
Masalah yang adaa saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali
pesawat terbang, efekrivitas alat peraga, handel pembuka, ketidaknyamanan karena
terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana yang terlalu dingin dan
pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan masyarakat peneliti ergonomic (the Ergonomics Research Society) di
England pada tahun 1949 melibatkan beberapa professional yang telah banyak
berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama
dalam bidang ERGONOMI pada November 1957. Perkumpulan Ergonomi
Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957,
dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Disamping itu patut
diketahui bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada
tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya masyarakat Ergonomi Australia dan
New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).

D. Pentingnya Ergonomi
1. Penghematan biaya
Mengurangi biaya kompensasi pekerja karena lingkungan kerja yang sehat dan
aman, sehingga risiko cedera dan kecelakaan kerja dapat diminimalkan.
2. Sikap pekerja
Kepedulian perusahaan terhadap pekerja yang ditunjukkan dengan penerapan
ergonomi, membuat para pekerja merasa dihargai dan dihormati, sehingga dapat
membangkitkan semangat mereka.
3. Produktivitas dan kualitas
Lingkungan kerja yang sehat, aman, dibarengi dengan peningkatan semangat kerja
karyawan akan meningkatkan produktivitas kerja, menghasilkan produk-produk
berkualitas, dan meningkatkan pelayanan mutu.
4. Keuntungan
Berkurangnya biaya kompensasi pekerja akibat cedera atau kecelakaan, produk-
produk berkualitas tinggi, dan layanan yang lebih baik dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan.

21
5. ROI (Return On Investment)
Ergonomi: penghematan biaya + semangat kerja karyawan + produktivitas dan
mutu tinggi + laba= laba atas investasi.

E. Hubungan Ergonomi dengan Petugas Rekam Medis


Dalam pengelolaan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi karena untuk
mempermudah tata cara dalam mencapai efisiensi dan efektifitas kerja. Ergonomic juga
berpengaruh terhadap kasalahan kerja yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang
diantaranya posisi duduk pada saat bekerja didukung dengan peralatan dan tata letak
tidak yang dirancang secara ergonomic akan lebih nyaman untuk melakukan suatu
pekerjaan serta dapat meningkatkan produktifitas kerja. Ergonomi juga dapat
mengurangi beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan keamanan, kenyamanan
dan efisiensi kerja.

22
BAB III
BEDAH JURNAL

TINJAUAN KEERGONOMISAN LOKET PENDAFTARAN

DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL

Annisa Hanifati*), dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes **)


*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Nakula I No 5-11 Semarang

ABSTRAK

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti di RSI Kendal tempat pendaftaran pada
rumah sakit ini terletak di dekat pintu utama rumah sakit. Dalam melakukan pelayanan,
petugas seringkali mendapati area kerja yang kurang nyaman karena loket yang terlalu tinggi.
Desain loket pendaftaran yang terbuka /tidak bersekat sering membuat petugas tidak nyaman
dalam melayani pasien ketidaksesuaian desain loket pendaftaran bagian luar yang terlalu
tinggi mengakibatkan kepala petugas sering mendongak dalam mendaftari pasien dan tujuan
penelitian ini adalah untuk Mengetahui keergonomisan loket pendaftaran di RSI Kendal.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, sedangkan populasi dari
penelitian ini adalah 6 petugas pendaftaran dan rata-rata pasien selama 6 hari adalah 1500
pasien sehingga diperoleh sample sebanyak 94 pasien yang diambil menggunakan tehnik
sampel random sampling.
Hasil pengamatan diketahui bahwa panjang loket bagian belum sesuai, lebar loket bagian
dalam sudah sesuai, lebar loket bagian luar belum sesuai, tinggi loket bagian dalam maupun
luar belum sesuai, tinggi kursi belum sesuai, lebar kursi belum sesuai, panjang kursi sudah
sesuai. sedangkan pasien dan petugas mengeluhkan ketinggian dan kurang lebarnya loket
pendaftaran.
Maka kesimpulan yang diperoleh yaitu belum ergonomisnya loket pendaftaran karena terlalu
tinggi dan kurang lebarnya loket pendaftaran yang ada. Dari simpulan tersebut dapat
disarankan bahwa ketinggian loket sebaiknya disesuaikan dan lebar loket dapat diperluas
supaya pasien dan petugas merasa sempit dan nyaman saat berada di loket.

Kata Kunci : Keergonomisan loket pendaftaran, Anthropometri

23
PENDAHULUAN
Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan atau Tempat Pendaftaran Rawat Jalan
(TPPRJ) disebut juga Loket Pendaftaran Rawat Jalan. Fungsi atau peranannya dalam
pelayanan kepada pasien adalah sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali diterima
pasien atau keluarganya sehingga baik buruknya mutu pelayanan rumah sakit akan dinilai
disini. Mutu pelayanan meliputi kecepatan, ketepatan, kelengkapan dan kejelasan informasi,
kenyamanan ruang tunggu dan lain-lain.[1] Sedangkan Ergonomi adalah ilmu, seni dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik. Dengan demikian pencapaian kualitas hidup manusia secara optimal, baik di tempat
kerja, di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga, menjadi tujuan utama dari
penerapan ergonomi.
Loket pendaftaran selalu didatangi pasien sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan,
dan loket pendaftaran merupakan tempat penerimaan pertama kali. Maka berdasarkan ilmu
ergonomi yang dapat di definisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan. [3] Seharusnya tempat pendaftaran dapat didesain secara
baik dan benar, seperti menempatkannya dekat pintu utama rumah sakit, sehingga mudah
dijangkau oleh semua pihak. Dibagian pendaftaran juga harus ada ruang tunggu yang
terpisah, untuk menjamin kerahasiaan dalam hal proses penerimaan pasien seperti yang
termuat dalam PP No. 10 tahun 1996 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran. Peraturan
Pemerintah ini mengatur kewajiban menyimpan kerahasiaan isi rekam medis.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti di RSI Kendal tempat pendaftaran
pada rumah sakit ini terletak di dekat pintu utama rumah sakit. Didalam ruang pendaftaran
terdapat 1 loket pendaftaran yang melayani rawat jalan, rawat inap sekaligus gawat darurat.
Dalam melakukan pelayanan, petugas seringkali mendapati area kerja yang kurang nyaman
karena loket yang terlalu tinggi. Desain loket pendaftaran yang terbuka /tidak bersekat sering
membuat petugas tidak nyaman dalam melayani pasien, dan berisiko juga pada penularan
penyakit yang dibawa pasien. Ketidaksesuaian desain loket pendaftaran bagian luar yang
terlalu tinggi mengakibatkan kepala petugas sering mendongak dalam mendaftar pasien, dan
ruang kerja semacam itu menyebabkan petugas mengalami gangguan kesehatan yaitu nyeri
pada leher. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi petugas
pendaftaran maupun bagi pasien dan dapat menghambat pelayanan yang selanjutnya. Dari

24
Uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk meninjau keergonomisan “Loket Pendaftaran di
RSI Kendal”

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan
secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan juga untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/ analisis data,
membuat kesimpulan dan laporan.
HASIL PENELITIAN
Hasil pengukuran loket bagian dalam dan loket bagian luar

Loket Bagian Dalam Loket Bagian Luar


Dimensi Sarana
Ukuran (cm) Ukuran (cm)

Panjang 225 225

Lebar 60 65

Tinggi 65 112

Tebal 4 8

Permukaan Meja Rata Rata

Sudut Meja Tumpul Tumpul

Hasil Pengukuran Kursi Petugas

Dimensi Sarana Ukuran (cm)

Tinggi alas duduk 45

Panjang alas duduk 40

25
Lebar alas duduk 30

Sandaran pinggang 43

Sudut alas duduk Tumpul

Hasil Pengukuran Anthropometri Petugas

Jenis Ukuran Hasil Pengukuran (cm) Hasil Pengolahan Data (cm)

No Rata- Persentil Persentil


Antopometri 1 2 3 4 5 SD
Rata 5 95

1. Tinggi badan 154 157 153 163 152 155,8 19,7 148,47 163,13

berdiri tegak

2. Tinggi badan 82 84 80 89 79 82,8 15,7 76,29 89,31

posisi duduk

3. Tinggi siku posisi 24 25 31 29 19 23,6 14,8 17,29 29,91

duduk

4. Panjang tungkai 50 51 46 58 48 50,6 20,8 43,1 58,1

atas

5. Panjang tungkai 38 40 39 42 38 39,4 2,8 36,66 42,14

bawah

6. Tinggi lutut 49 52 45 54 48 49,6 12,3 43,85 55,35

7. Lebar bahu 38 34 30 40 32 34,8 17,4 27,95 41,65

8. Lebar pinggul 45 40 31 48 35 39,8 48,7 28,34 51,26

9. Jangkauan
80 75 70 85 72 76,4 37,3 66,37 86,43
tangan ke depan

10. Panjang depa 158 158 152 165 155 157,6 23,3 149,68 165,52

26
Hasil Pengamatan Anthropometri Pasien
Jenis Ukuran Hasil Pengolahan Data (cm)
No
Antopometri
Rata-Rata SD Persenti 5 Persentil 95

1. Tinggi Badan 159,75 23,8 151,74 167,76

2. Tinggi Siku 98 10,58 92,66 103,34

3. Jangkauan 68,45 11,04 62,99 73,91


Kedepan
4. Lebar Bahu 40,45 7,6 35,93 44,97

Hasil pengamatan kesesuaian anthropometri berdiri dan dimensi loket bagian dalam
Dimensi Anthropometri
Standart Desain Sarana Penilaian kesesuaian
loket petugas
Panjang Panjang depa Panjang loket < panjang depa Sudah sesuai karena
( 225 cm ) ( 149,68 cm ) 112,5 < 149,68 = ergonomis panjang loket lebih
Panjang kecil dari panjang
per depa.
petugas
(112,5 cm)

Lebar Jangkauan Lebar meja < jangkauan tangan ke


( 60 cm ) tangan ke depan
depan 60 < 66,37 = ergonomis
( 66,37 cm )

Tinggi Tinggi siku ((TSD+TK)-10cm)) < TM < ((TSD+TK)-5cm))

( 65 cm) posisi duduk (( 17,29+45)-10)) < 65 < ((17,29+45)-5))

( 17,29 cm ) ((62,29)-10)) < 65 < (( 62,29)-5))

52,29 < 65 < 57,29 = tidak ergonomis

Tebal Tinggi Lutut Tinggi Meja – Tebal meja > tinggi


( 4 cm ) ( 55,35 cm ) lutut

27
65 – 4 > 55,35
61 > 55,35
Sudah sesuai karena lebar loket tidak melebihi dari jarak jangkauan depan. Tidak sesuai karena tinggi
loket lebih tinggi dari tinggi siku posisi duduk. Sudah sesuai dengan tinggi lutut petugas.
Permukaan Permukaan rata, tidak mengkilat Sudah sesuai karena
( Rata ) permukaan meja loket
rata dan tidak
mengkilat

Sudut Sudut tidak tajam Sudah sesuai karena


(Tumpul) sudut meja loket tidak
tajam (tumpul).

Hasil pengamatan kesesuaian anthropometri duduk dan kursi petugas.

Dimensi Anthropometri
Standart desain sarana Penilaian kesesuaian
kursi petugas
Tidak sesuai karena tinggi
Tinggi alas Panjang tungkai alas duduk lebih tinggi
Tinggi Kursi < panjang
duduk bawah dari panjang tungkai
tungkai bawah
(45 cm ) ( 42,14cm ) bawah.

Sudah sesuai karena


Panjang Panjang tungkai
Panjang kursi < panjang panjang alas duduk lebih
alas duduk atas
tungkai atas kecil dari panjang tungkai
( 40 cm ) ( 43,1 cm )
atas.
Tidak sesuai karena lebar
Lebar alas
Lebar pinggul alas duduk lebih kecil dari
duduk ( 51,26 cm ) Lebar kursi > lebar pinggul lebar pinggul.
Sudah Sesuai karena
Sudut
Tida
Tidak tajam sudut kursi k tajam
(Tumpul)
(tumpul).

Hasil pengamatan kesesuaian anthropometri pasien dengan desain loket bagian luar.

28
Dimensi Anthropometri Standart desain sarana
Penilaian kesesuaian
loket Pasien
Tinggi Tinggi siku Tinggi meja setinggi Tidak sesuai karena tinggi
( 112 cm ) ( 92,66 cm ) siku loket tidak sejajar dengan
tinggi siku berdiri pasien.

Lebar Jangkauan Lebar meja < Tidak sesuai karena lebar


( 65 cm ) tangan ke depan jangkauan tangan ke loket lebih panjang dari
( 62,99 cm ) depan jangkauan depan.

Permukaan Permukaan rata, tidak Sudah sesuai karena


( Rata ) mengkilat permukaan meja loket rata
dan tidak mengkilat.

Sudut Sudut tidak tajam Sudah sesuai karena sudut


( tumpul ) meja loket tidak tajam
(tumpul).

Penilaian kesesuaian loket pendaftaran


Penilaian Penilaian Penilaian

Petugas Pasien Peneliti

Panjang Loket Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai

Tinggi Loket Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

Lebar loket Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai

Kenyamanan Sesuai Sesuai Sesuai

Kejelasan interaksi Sesuai Sesuai Sesuai

PEMBAHASAN

1. Kesesuaian antara desain loket dengan anthropometri petugas dan pasien


Kesesuaian loket bagian dalam dengan anthropometri petugas loket bagian dalam
mempunyai panjang 225 cm dengan jangkauan panjang depa perpetugas 112,5 cm dan
anthropometri petugas panjang depa persentil 5 yaitu 149,68 cm. Sudah sesuai karena
29
panjang loket lebih kecil dari panjang depa, seharusnya panjang meja tidak melebihi
panjang depa petugas sehingga mempermudah petugas dalam menjangkau semua benda
yang ada di meja loket. Lebar loket bagian dalam 60 cm dengan anthropometri petugas
jangkauan ke depan persentil 5 yaitu 66,37 cm sudah sesuai karena lebar loket lebih
kecil dari jangkauan tangan ke depan, sehingga petugas lebih mudah menjangkau benda
yang ada di loket bagian dalam. Tinggi loket 65 cm dengan anthropometri petugas
tinggi siku duduk dengan persentil 5 yaitu 17,29 cm tidak sesuai karena tinggi loket
lebih tinggi dengan tinggi siku posisi duduk. Tebal loket 4 cm dengan anthropometri
petugas tinggi lutut persentil 95 yaitu 55,35 sudah sesuai karena sudah sesuai dengan
tinggi lutut petugas Sehingga tidak membatasi ruang gerak kaki petugas saat bekerja.
permukaan meja loket rata sudah sesuai karena permukaan meja loket rata dan tidak
mengkilat dan sudut meja loket juga sudah sesuai karena sudut meja loket tumpul dan
tidak tajam.
b. Kesesuaian kursi dengan anthropometri petugas
Kursi kerja petugas mempunyai tinggi alas duduk 45 cm dengan anthropometri panjang
tungkai bawah persentil 95 yaitu 42,14 cm tidak sesuai karena tinggi alas duduk lebih
tinggi dari panjang tungkai bawah, mengakibatkan kaki petugas menekuk saat bekerja,
seharusnya tinggi kursi lebih kecil dari panjang tungkai bawah panjang alas duduk 40 cm
dengan anthropometri panjang tungkai atas persentil 95 yaitu 43,1 cm sudah sesuai
karena panjang alas duduk lebih kecil dari panjang tungkai atas, adapun usulan untuk
panjang alas duduk yaitu 40 cm dan panjang alas duduk yang ada juga 40 cm bisa
disimpulkan panjang alas duduk sudah sesuai dengan usulan yang ada. lebar alas duduk
30 cm dengan anthropometri lebar pinggul persentil 95 yaitu 51,26 cm tidak sesuai
karena lebar alas duduk lebih kecil dari lebar pinggul petugas, seharusnya lebar alas
duduk lebih lebar dari lebar pinggul adapun usulan untuk lebar alas duduk yaitu 40-45 cm
dan ukuran lebar kursi yang ada jauh dari usulan ukuran yang semestinya dan sudut kursi
sudah sesuai karena sudut kursi yang ada tidak tajam (tumpul).

4. Kesesuaian loket bagian luar dengan anthropometri pasien


Sedangkan berdasarkan pengukuran yang dilakukan kesesuaian anthropometri pasien dan
desain loket bagian luar tinggi loket 112 cm dengan anthropometri pasien tinggi siku
persentil 5 yaitu 92,66 cm tidak sesuai karena tinggi loket lebih tinggi dari anthropometri
pasien tinggi siku berdiri, seharusnya tinggi loket sejajar dengan tinggi siku berdiri. lebar
loket 65 cm dengan anthropometri pasien jangkauan ke depan persentil 5 yaitu 62,99 cm
tidak sesuai karena lebar loket lebih panjang dari jangkauan ke depan, seharusnya lebar
meja loket lebih kecil dari jangkauan tangan ke depan sehingga memudahkan pasien untuk

30
berinteraksi dalam mendaftar. permukaan meja loket sudah sesuai karena permukaan meja
loket rata dan tidak mengkilat, dan sudut meja loket juga sudah sesuai karena sudut meja
loket tidak tajam (tumpul). Dipergunakannya persentil 5 pada tinggi siku duduk,
jangkauan tangan ke depan, panjang depa agar anthropometri petugas maupun pasien yang
terkecil dapat menjangkau dimensi sarana yang ada, sedangkan dipergunakannya persentil
95 pada panjang tungkai atas, panjang tungkai bawah supaya ukuran anthropometri yang
terbesar bisa sesuai dengan dimensi sarana yang ada dan untuk anthropometri yang
terkecil bisa menyesuaikan dengan menambahkan benda pada permukaan lantai untuk
menopang alas kaki agar kaki tidak menggantung.
2. Keluhan-keluhan yang ada pada petugas
Berdasarkan hasil kuisioner dari 6 petugas pendaftaran keluhan-keluhan yang ada pada
petugas dapat diketahui yaitu tentang kenyamanan dengan desain loket yang ada dapat
diketahui bahwa 100% petugas merasa cukup nyaman dengan loket pendaftaran yang
tersedia, dan tentang sarana yang ada dapat menunjang pekerjaan dapat diketahui bahwa
100% petugas merasa cukup menunjang dengan sarana loket yang tersedia, dan tentang
ketinggian loket pendaftaran yang ada dapat diketahui bahwa 83,33% menyatakan cukup
dengan ketinggian loket yang ada dan 16,67 % menyatakan sangat tinggi untuk ketinggian
loket yang ada, dan tentang kelebaran loket pendaftaran yang ada dengan persentase 100%
merasa kurang lebar dengan loket yang tersedia, dan hasil kuisioner tentang tingkat
keamanan / kerahasiaan data pasien diketahui bahwa 83,33% menyatakan cukup aman
dengan informasi data pasien ditinjau dari desain loket pendaftaran yang tersedia,
sedangkan tentang kejelasan interaksi dan komunikasi petugas dengan pasien 50% petugas
merasa cukup jelas dan 50% lagi merasa sangat jelas saat berinteraksi dan berkomunikasi
dengan pasien, dan dapat disimpulkan untuk keluhan petugas tentang desain loket yang
ada adalah kurang lebarnya loket yang tersedia, dan itupun ruang untuk pendaftaran
menjadi satu dengan kasir tanpa ada pembatas antara loket dengan kasir dan petugas juga
ada yang mengeluhkan untuk tinggi loket juga sangat tinggi antara posisi duduk petugas
dengan loket bagian luar dan itu membuat petugas harus mendongak saat melayani pasien.
3. Penilaian pasien terhadap loket pendaftaran
Penilaian pasien terhadap loket pendaftaran yang ada berdasarkan hasil kuisioner dengan
94 sampel pasien dapat diketahui dari persentase terbanyak bahwa 75,53% merasa cukup
nyaman dan 18,09% merasa kurang nyaman sedangkan 6,38% merasa sangat nyaman saat
berada di loket pendaftaran yang tersedia, dengan ketinggian desain loket 79,79% merasa
cukup dan 8,51 % merasa kurang tinggi sedangkan 11,70% merasa sangat tinggi dengan
ketinggian desain loket pendaftran yang ada, dan hasil kuisioner persentase terbanyak

31
tentang lebar loket pendaftaran yang ada 59,57% merasa kurang lebar dan 40,43% merasa
cukup lebar dengan keadaan loket pendaftaran yang tersedia, dan tentang kejelasan
interaksi dan komunikasi pasien dengan petugas dapat diketahui bahwa 67,02% merasa
cukup jelas dan 9,58 % merasa sangat jelas sedangkan 23,40% merasa kurang jelas saat
interaksi dan berkomunikasi dengan petugas pendaftaran saat berada di loket pendaftaran,
dan penilaian pasien tentang kestrategisan keberadaan loket pendaftaran dapat diketahui
bahwa 48,94% merasa cukup strategis dan 36,17% merasa sangat strategis sedangkan
14,89% merasa kurang strategis dengan keberadaan loket pendaftaran, sedangkan
penilaian pasien tentang apakah desain loket yang ada mendukung privasi / kerahasiaan
informasi data pasien saat berkomunikasi dengan petugas dapat diketahui 52,13% merasa
cukup mendukung dan 11,70% merasa sangat mendukung sedangkan 36,17% merasa
kurang mendukung privasi / kerahasiaan data pasien saat berkomunikasi dengan petugas.
Jadi penilaian pasien terhadap loket pendaftaran yang tersedia adalah pasien sudah merasa
cukup dengan kenyamanan, ketinggian loket, kejelasan interaksi, kestrategisan keberadaan
loket, dan cukup mendukung tentang privasi dan keamanan informasi data pasien. Tetapi
pasien banyak yang mengeluhkan tentang kurang lebarnya atau terlalu sempit loket
pendaftaran yang ada dan ada pula pasien yang mengeluhkan kenyamanan saat di loket,
ketinggian loket, kurang jelasnya interaksi dan kejelasan komunikasi dengan petugas,
kestrategisan loket, dan cukup banyak juga yang mengeluhkan kurang mendukungnya
privasi / kerahasiaan informasi data pasien saat berada di loket pendaftaran.
4. Perbandingan Penilaian Kesesuaian Loket Pendaftaran
Perbandingan Penilaian kesesuaian loket pendaftaran, menurut penilaian peneliti terhadap
panjang loket tidak sesuai, sedangkan menurut penilaian pasien dan petugas untuk panjang
loket juga tidak sesuai. Tinggi loket menurut peneliti tidak sesuai, sedangkan menurut
penilaian pasien dan petugas tinggi yang ada sudah sesuai. Lebar loket menurut peneliti
tidak sesuai sedangkan menurut penilaian pasien dan petugas lebar loket yang ada juga
tidak sesuai. Dan kenyamanan menurut peneliti sudah sesuai sedangkan menurut pasien
dan petugas juga sudah sesuai. Sedangkan kejelasan interaksi menurut peneliti, petugas
maupun pasien juga sudah sesuai.
KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran loket bagian dalam mempunyai panjang 225 cm lebar 60 cm tinggi 65
cm tebal 4 cm, pemukaan meja rata dan sudut meja tumpul, untuk hasil pengukuran loket
bagian luar mempunyai panjang 225 cm lebar 65 cm tinggi 112 cm tebal 8 cm, permukaan
meja rata dan sudut meja tumpul, dan hasil pengukuran dimensi kursi petugas mempunyai

32
tinggi alas duduk 45 cm panjang alas duduk 40 cm lebar alas duduk 30 cm sandaran
pinggang 43 cm dan sudut alas duduk tumpul
2. Kesesuaian desain loket bagian dalam untuk panjang loket belum sesuai karena panjang
meja lebih besar dari panjang depa petugas, dan tinggi meja juga belum sesuai karena tinggi
meja lebih tinggi dari tinggi siku duduk, sedangkan untuk lebar meja sudah sesuai karena
lebar loket lebih kecil dari jangkauan tangan ke depan dan tebal meja sudah sesuai. Dan
kesesuaian desain kursi kerja untuk tinggi alas duduk belum sesuai karena karena tinggi alas
duduk lebih tinggi dari panjang tungkai bawah dan untuk lebar alas
duduk juga belum sesuai karena lebar alas duduk lebih kecil dari lebar pinggul petugas
sedangkan untuk panjang alas duduk sudah sesuai. Sedangkan kesesuaian loket bagian
luar untuk tinggi loket belum sesuai karena tinggi loket tidak sejajar dengan tinggi siku
berdiri pasien dan lebar loket belum sesuai karena lebar loket lebih panjang dari jangkauan
depan.
3. Keluhan petugas tentang desain loket yang ada adalah kurang lebarnya loket yang tersedia,
petugas juga ada yang mengeluhkan untuk tinggi loket juga sangat tinggi antara posisi duduk
petugas dengan loket bagian luar.
4. Penilaian pasien terhadap loket pendaftaran
Pasien sudah merasa cukup dengan kenyamanan, ketinggian loket, kejelasan interaksi,
kestrategisan keberadaan loket, dan cukup mendukung tentang privasi dan keamanan
informasi data pasien. Tetapi pasien banyak yang mengeluhkan tentang kurang lebarnya
loket pendaftaran yang ada.
5. Perbandingan penilaian peneliti panjang loket tidak sesuai dan menurut penilaian pasien
dan petugas juga tidak sesuai. Tinggi loket menurut peneliti tidak sesuai, dan menurut
penilaian pasien dan petugas sudah sesuai. Lebar loket menurut peneliti, pasien dan petugas
juga tidak sesuai. Kenyamanan menurut peneliti, pasien dan petugas sudah sesuai. Sedangkan
kejelasan interaksi menurut peneliti, petugas maupun pasien juga sudah sesuai.

SARAN
1. Tinggi loket bagian dalam maupun luar sebaiknya dikurangi ketinggiannya supaya pasien
dan petugas tidak merasa ketinggian dan bias berkomunikasi dengan jelas.
2. Kursi kerja petugas sebaiknya menggunakan kursi yang dapat dinaik turunkan supaya
dapat diatur ketinggiannya dan lebar kursinya juga disesuaikan dengan rata-rata lebar pinggul
petugas.

33
3. Untuk memberikan rasa aman terhadap petugas tentang kerahasiaan informasi data pasien
Sebaiknya pada bagian loket diberi kaca penyekat antara pasien dan petugas, hal ini bertujuan
agar mencegah tertularnya virus dari pasien ke petugas.

34
A. Masalah Jurnal
Dalam melakukan pelayanan, petugas seringkali mendapati area kerja yang
kurang nyaman karena loket yang terlalu tinggi. Desain loket pendaftaran yang terbuka
/tidak bersekat sering membuat petugas tidak nyaman dalam melayani pasien
ketidaksesuaian desain loket pendaftaran bagian luar yang terlalu tinggi mengakibatkan
kepala petugas sering mendongak dalam mendaftari pasien dan tujuan penelitian ini
adalah untuk Mengetahui keergonomisan loket pendaftaran di RSI Kendal
Jenis

B. Variabel Penelitian
Variable bebas : Tinjauan Keergonomisan
Variable terikat : Loket Pendaftaran di Rumah Sakit Kendal

C. Cara Pengolahan Hasil Penelitian


Penelitian deskriptif, menggunakan metode wawancara dan observasi

D. Hasil Penelitian Jurnal


Hasil pengamatan diketahui bahwa panjang loket bagian belum sesuai, lebar loket bagian
dalam sudah sesuai, lebar loket bagian luar belum sesuai, tinggi loket bagian dalam
maupun luar belum sesuai, tinggi kursi belum sesuai, lebar kursi belum sesuai, panjang
kursi sudah sesuai. sedangkan pasien dan petugas mengeluhkan ketinggian dan kurang
lebarnya loket pendaftaran.

35
36
37
38
39
40
41
DAFTAR PUSTAKA

http://blayed.blogspot.co.id/2012/07/makalah-ergonomi.html

http://www.latarbelakang.com/2013/07/pengertian-ergonomi-definisi-istilah.html

www.pelajaran.co.id/2017/30/pengertian-ergonomi-ruang-lingkup-tujuan-fungsi-manfaat-dan-
prinsip-ergonomi.html

http://dias-rw.blogspot.co.id/2009/01/difinisi-dan-ruang-lingkup.html

http://ergonomi-teknikindustri.blogspot.co.id/2009/10/sejarah-ergonomi.html

http://www.kesjaor.kemkes.go.id/documents/PMK_No._48_ttg_Standar_Keselamatan_dan_Kesehatan_K
erja_Perkantoran_.pdf

42

Anda mungkin juga menyukai