Telinga manusia sanggup mendengar dari 20 getaran per detik hingga 20.000 getaran
per detik atau 20 Hertz – 20.000 Hertz(20Hz-20kHz), yang dikenal dengan istilah Human
Ear Frequency Range, atau dalam bahasa Indonesia kita mengenalnya dengan rentang
frekuensi bunyi yang sanggup didengar oleh telinga manusia. Diluar 20 hingga 20.000
getaran dalam 1 detik telinga manusia tidak sanggup mendengarnya, jadi walaupun ada bunyi
yang terjadi dan mempunyai frekuensi bunyi 30.000 Hz(30kHz), telinga kita tidak akan
mendengar apapun, seolah-olah tidak ada bunyi, namun bila kita ukur dengan alat, akan
terlihat bahwa ada sebuah bunyi yang berfrekuensi 30.000 Hz. Bunyi dibawah 20 Hz disebut
juga dengan sebutan Frekuensi Infrasonic dan bunyi yang diatas 20.000 Hz disebut juga
dengan sebutan Frekuensi Ultrasonic.
Bunyi merambah secara tiga dimensi, namun untuk memudahkan mengerti mengenai
frekuensi bunyi, dapat menggunakan sebuah alat yang disebut dengan oscillope yaitu alat
yang berfungsi untuk mengamati bentuk gelombang dari sebuah sinyal elektrik. sebenarnya
suara merambat secara tiga dimensi, namun dalam grafik dari oscilloscope, akan dilihat
secara 2 dimensi, untuk memudahkan. Sebuah gelombang suara, jika dipetakan menggunakan
oscilloscope akan tampak seperti dibawah ini..
Dari gambar pemetaan oscilloscope ke dalam dua dimensi tersebut, maka dapat
dikatakab semakin tinggi sebuah frekuensi bunyi, misalkan diambil frekuensi bunyi 10kHz,
maka semakin banyak pula getaran yang dihasilkan dalam satu detik dan semakin rendah
sebuah frekuensi, contohnya diambil frekuensi 200 Hz, maka akan lebih sedikit getaran yang
dihasilkannya dalam 1 detik, dimana jika diambil dari contoh diatas, untuk frekuensi 10kHz,
berarti benda tersebut telah bergetar sebanyak 10ribu kali dalam 1 detik, sementara untuk
frekuensi 200Hz, berarti bahwa benda tersebut hanya bergetar sebanyak 200 kali dalam 1
detiknya.
Rentangan frekuensi dari 0.1 Hz - 110 kHz. Distorsi pada gelombang sinus
kurang dari 2% (1 kHz). Tegangan masukan 110/220 AC V, dengan proteksi sekring.
Instruksi Kerja Penggunaan Audio Frekuensi Generator / AFG :
1. Masukan Kabel Power Pada Socket In Put 220 V Yang Terdapat Pada Bagian
Belakang Osiloscope.
4. Hunbungkan Ujung Probe AFG Pada Probe Osiloscope Agar Out Put AFG Dapat
Di Lihat Pada Layar Osiloscope.
5. Hidupkan AFG & Osiloscope Dengan Menekan Tombol Power & Lampu
Indikatorpun Akan Menyala.
6. Pilih Tampilan Gelombang Yang Akan Di Hasilkan Oleh AFG Dengan Menekan
Tombol Yang Bergambar Simbol Gelombang ( Kotak, Gigi Gergaji & Sines ).
7. Untuk Hasil Out Put AFG Dapat Di Lihat Pada Layar Osiloscope.
8. Pilih Frekuensi Yang Akan Di Hasilkan Oleh AFG Dengan Menekan Tombol
Pilihan Frekuensi ( 1 Hz, 10 Hz, 100 Hz, 1 KHz, 10 KHz, 100 KHz, 1 MHz ).
9. Pada Knop Pengaturan Frekuensi (Variable Frekuensi ) Harus Pada Tanda 1.0
10. Atur Tinggi Gelombang / Amplitudo Dengan Memutar Tombol Amplitudo Pada
AFG.
11. Apabila Hasil Tampilan Pada Layar Osiloscope ( Frekuensi ) Belum Sesuai
Dengan Penghitungan Manual Maka Knop Pengatur Frekuensi Dapat Di Putar
Agar Mendapatkan Hasil Frekuensi Yang Tepat.
¿ Horizontal ×Time
T=
¿
1
F=
T
¿ Vertikal ×Volt
Vpp=
¿
B. Sonometer
Sonometer adalah alat untuk menyelidiki frekuensi getaran senar. Alat ini
terdiri atas sebuah kotak kosong yang berlubang dengan kawat yang ditegangkan di
atasnya. Satu ujung kawat diikat dan satu ujung yang lain diberi beban lewat katrol.
Jika kawat digetarkan, maka nada yang dihasilkan dapat ditala dengan garpu tala.
Dengan demikian, efek dari panjang kawat dan tegangan (beban) dapat diselidiki.
Sound level meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila
ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara
yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk.
Sebuah alat ukur kebisingan disebut Sound Meter. Alat ini didesign memberikan
respon seperti telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat dalam rangkaian
elektroniknya yang memberikan penguatan tegangan yang lebih kecil pada frekuensi
rendah dan tinggi. Alat ukur ini ditandai dalam
satuan desibel (disingkat dB). Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan
untuk mengukur intensitas suara. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar
karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu "Bell" (Alexander Graham
Bell).Sound meter, ada 2 jenis yaitu :
1) Sound meter analog, pada instrumen ini disusun dari rangkaian listrik yang
didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon menjadi suatu
bacaan angka pada skala.
2) Sound meter digital, pada instrument ini disusun dari rangkaian listrik yang
didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon menjadi
bacaan angka yang terdisplai pada layar.
Beberapa sound meter digital mengatur rentang pengukuran sendiri. Ia mampu
memilih pengukuran yang terbaik, lalu memperlihatkan pada display.
Ketepatan alat jenis ini jauh lebih baik daripada jenis analog pada umumnya,
yaitu lebih kecil daripada 1% dan sering hanya 0,1 %. Kesalahan penunjukan
akan dihilang oleh display digital.
Walaupun instrumen digital pasti lebih mudah dan jelas dibaca oleh semua
orang, tetapi itu hanya benar kalau besaran yang diukur bersifat statis. Untuk
mengukur besaran secara relatif berubah pelan-pelan, sound meter analog
lebih sesuai. Karena itulah, sound meter analog lebih cocok untuk
memperlihatkan trend ( kecendrungan ) jenjang ukuran.
Dalam setiap alat ukur pastilah memiliki prinsip kerja yang harus dipahami
oleh orang atau praktikan yang akan menggunakan alat ukur yang akan digunakan.
Dalam alat ukur Sound Meter menggunakan sistem pengukuran ini biasanya dibangun
dari sejumlah hubungan antar komponen.