Anda di halaman 1dari 17

BAB X

SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAKHLUK HIDUP

I. PENDAHULUAN

A. Tujuan

(1) Mengamati adanya peristiwa saling ketergantungan antara makhluk hidup


(2) Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam eksosistem
(3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem
(4) Untuk mengetahui nisia dari masing-masing organisme dalam ekosistem
(5) Untuk memahami peran produsen dan konsumen dalam siklus karbon

B. Landasan Teori

Setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem hidupnya saling


tergantung dengan makhluk hidup lain ataupun dengan lingkungannya. Adanya
saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain ataupun
antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebabkan makhluk hidup itu pada
hakekatnya tidak dapat berdiri sendiri.

Saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan sesama makhluk


hidup, baik sejenis maupun berbeda jenis, terjadi salah satunya dalam peristiwa
makan dan dimakan. Sedangkan saling ketergantungan antara makhluk hidup
dengan lingkungan terjadi dalam peristiwa antara lain fotosintesis, respirasi dan
dekomposisi.

Saling ketergantungan antara sesama makhluk hidup maupun makhluk


hidup dengan lingkungannya terjadi secara timbal balik. Hal ini penting untuk
menjaga keseimbangan dalam ekosistem di mana makhluk hidup itu berada.
Dengan demikian makhluk hidup-makhluk hidup yang berinteraksi dengan
makhluk hidup lain maupun dengan lingkungannya mempunyai tugas (nisia)
tersendiri di dalam ekosistem tersebut.

1
Nisia pada makhluk hidup menyebabkan makhluk hidup tersebut
mempunyai kedudukan/tingkat trofi tertentu dalam ekosistem. Makhliuk hidup
dengan nisianya masing-masing dalam suatu ekosistem tersebut merupakan
komponen penyusun ekosistem. Apabila salah satu komponen dalam suatu
ekosistem terganggu/rusak/musnah maka komponen yang lain atau bahkan
seluruh komponen dalam ekosistem tersebut akan terganggu/rusak/musnah pula.

Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan


siklus karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga
kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa
yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari
produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO 2 dan karbohidrat, sedangkan
energy foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. produsen
memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari
kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan
oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk melangsungkan kehidupannya
(Anshory, 1984).

Siklus karbon sendiri memiliki arti yang luas. Dalam siklus karbon
cadangan di atmosfer adalah sangat kecil jumlahnya jika dobandingklan dengan
jumlah karbon yang ada didalam laut, minyak bumi dan cadangan-cadangan lain
di dalam kerak bumi. Kehilangan karbon dalam aktifitas pertanian (misalnya
karena penambahan karbon ke atmosfer lebih banyak dari pada yang disebabkan
karena yang diikat oleh tanaman-tanaman tidak dapat menggantikan karbon yang
dilepaskan dari tanah, terutama yang diakibatkan karena seringnya pengolahan
tanah. Penebangan hutan dapat melepaskan karbon yang tersimpan dalam kayu,
terutama apabila kayu tersebut segera terbakar, dan kemudian diikuti oleh
oksidasi humus jika lahan tersebut digunakan untuk pengembangan daerah
p[ertanian dan perkotaan (Hadioetomo, 1993).

Agar dapat lebih memahami tentang siklus karbon di dalam ekosistem,


akan dimulai dari karbon dioksida (CO2) yang ada di udara atau larut di dalam
air. CO2 dibentuk menjadi senyawa tertentu melalui proses fotosintesis. Senyawa
ini bergabung dengan berbagai cara membentuk materi organism. Selama proses
fotosintesis berjalan, energi dijalinkan ke dalam senyawa organik.

2
Senyawa organik yang dihasilkan oleh produsen dapat diteruskan kepada
konsumen. Waktu produsen atau konsumen menggunakan energi dari senyawa-
senyawa organic, CO2 dapat dilepas kembali baik ke udara maupun ke dalam air,
bergantung pada lingkungan hidup organism. Tetapi selama masih ada energi
yang dapat dipergunakan, senyawa-senyawa organic akan tetap ada. Baik
produsen maupun konsumen dapat membuang sisa materi yang mengandung
karbon. Kalau organism mati tubuh mereka akan tinggal sebagai tumpukan suatu
senyawa-senyawa karbon. Organisme saprovor (pembusuk) menyempurnakan
proses pelepasan karbon (dalam bentuk CO2) dari sisa kotoran dan jasad-jasad
yang mati. Sebagian besar dari saprovor yang menjadi konsumen terakhir, adalah
mikroorganisme, kecuali jamur yang jelas dapat dilihat dengan mata bugil.
Kadang-kadang proses pembusukkan yang dilakukan oleh sapravor berjalan
sangat lambat, sehingga selama masa berjuta-juta tahun sejumlah besar senyawa
karbon dapat menumpuk dalam bentuk gambut, batubara dan minyak bumi.
Beberapa organism mengalihkan arus karbon melalui batu karang yang
selanjutnya tertimbun sebagai batuan. Dengan demikian, lintasan arus utama
siklus karbon adalah dari atmosfer atau hidrosfer ke dalam jasad hidup, kemudian
kembali lagi ke atmosfer atau hidrosfer (Amir, 1981).

Ada beberapa persesuaian pendapat terhadap masalah CO 2 dan


kontribusi dari berbagai aktivitas manusia terhadap pengkayaan CO 2 di atmosfer.
Suatu pandangan yang ekstrim dari Woodwell dkk (1978), mengatakan bahwa
pembinasaan atau pembakaran “pool biotik” (misalnya, pembakaran hutan) sama
pentingnya dengan pembakaran minyak bumi. Broecke dkk (1977),
menyimpulkan bahwa sumber CO2 terbesar berasal dari pembakaran minyak
bumi, dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya. Bolin (1977) setuju
terhadap semua pendapat diatas, bahkan hutan-hutan merupakan cadangan
karbon dalam biomasa hutan sebanyak 1,5 kali lipat dan didalam humus tanah
hutan sebanyak 4 kali lipat dari banyaknya karbon diatmosfer (Kamajaya.1996).

Oksidasi humas yang cepat dan pelepasan gas CO2 yang pada lazimnya
ditahan dalam tanah yang mempunyai efek tajam dari pada apa yang baru
diketahui sekarang termasuk pengaruhnya terhadap peredaran nutrient lainya.

3
Sebagai contoh, Nelson (1967) menggunakan kerang untuk
menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan aktivitas pertanian telah
mengakibatkan penurunan jumlah “trace element” tertentu dalam aliran
permukaan tanah. Dia menemukan bahwa kerang yang berumur 1000 tahun
hingga 2000 tahun mengandung sekitar 50 – 100% lebih banyak mangan (Mn)
dan barium (Ba) dibandingkan dengan kerang sekarang. Dalam proses
pembersihan (eliminasi) Nelson berkesimpulan bahwa pengurangan aliran air
asam yang mengandung CO2 yang merembes ke dalam tanah dapat mengurangi
kecepatan pelarutan unsure-unsur tersebut dari batuan yang dialirinya. Dengan
kata lain, air sekarang cenderung lebih cepat mengalir di permukaan tanah dari
pada merembes kebawah melalui lapisan humas dalam tanah (Sowasono, 1987).

4
II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

Hari / tanggal : Kamis dan Jum’at, 21 dan 22 November 2013

Waktu : Pukul 15.00 s.d 17.00 WIB dan 11.00 WIB

Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri Jakarta Kampus A

B. Alat dan Bahan

 Alat
1. Tabung reaksi 4 buah
2. 4 Spidol tahan air
3. Rak tabung reaksi
4. Sumbat tabung reaksi

 Bahan
1. Air Kkolam
2. Siput air atau ikan cere
3. Vaselin
4. Larutan indicator Bromtimol biru (BB)
5. Tumbuhan Hydrila verticillata

5
C. Cara Kerja

(1) Isi ke 4 tabung dengan air kolah hingga 2/3 tabung dan beri label I, II, III, IV
(2) Beri 5-10 tetes larutan BB kedalaam masing-masing tabung reaksi
(3) Pada tabung reaksi I masukan seekor ikan cere atau siput air
(4) Pada tabung II masukan I tangkai tumbuhan Hydrilla vertcillata
(5) Pada tabung III masukkan I tangkai tumbuhan Hydrila verticillata dan I ekor
ikan
(6) Pada tabung IV sebagai control
(7) Tutup semua tabung dengan sumbat tabung reaksi dan olesi dengan vaselin
(8) Letakkan ke 4 tabung reaksi pad arak tabung reaksi dan tempatkan rak tadi
di tempat yang terang (terkena cahaya matahari)
(9) Amati setelah 2-3 jam dan setelah 24 jam

6
III. HASIL PENELITIAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

Tabung Reaksi Setelah 4 jam Setelah 20 jam

Larutan menjadi keruh, berbau


I ( Ikan cere ) Larutan menjadi biru muda
busuk dan berwarna kuning

Bagian atas tabung reaksi Larutan menjadi keruh, berbau


II ( Hydrilla ) berwarna hijau dan bagian bawah busuk dan berwarna hijau
tabung reaksi tidak berwarna kebiruan

III ( Ikan cere Larutan menjadi keruh, berbau


Larutan agak kebiruan
dan Hydrilla ) busuk dan berwarna kuning

Bagian atas tabung reaksi


IV( Kontrol ) berwarna biru dan bagian bawah Larutan tetap
tabung reaksi tidak berwarna

B. Gambar Hasil Pengamatan

1. Botol I
a. Setelah 4 jam

Keterangan :
Ikan cere setelah 4 jam, hanya 1 ikan
yang masih hidup dan I ikan lagi
mati karena keterbatasan oksigen.

7
b. Setelah 24 jam

8
Keterangan :

Ikan cere setelah 20 jam, tampak 2 ekor ikan cere mati


dikarenakan keterbatasan oksigen dan juga tidak adanya
pasokan makanan untuk ikan cere untuk terus
mempertahankan hidupnya.

2. Botol III
a. Setelah 4 jam

Keterangan :

Ikan cere dan


Hydrilla setelah 4
jam, kedua ikan cere
masih hidup karena
adanya Hydrilla yang
memberikan pasokan
makanan kepada ikan cere tersebut.

b. Setelah 24 jam

Keterangan :

Ikan cere dan


Hydrilla setelah

9
20 jam, tampak 2 ekor ikan cere mati kerena keterbatasan oksigen dan
menurunnya hasil fotosintesis Hydrilla yang menyebabkan ikan cere
menjadi mati.

3. Botol IV
a. Setelah 4 jam

Keterangan :
Air kolam setelah
4 jam, air kolam
yang telah ditetesi
indikator BB
berfungsi sebagai
pembanding
(kontrol) untuk
tabung lainnya.

b. Setelah 24 jam

Keterangan :
Air kolam setelah 20
jam, tampak air
kolam tetap tidak
berubah seperti
halnya pengamatan
setelah 4 jam.

10
IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dari ke-empat tabung reaksi,


pertama-tama tiap-tiap tabung reaksi diisikan air kolam dan pada tabung 1 diberikan
organisme yaitu ikan cere, pada tabung 2 diberikan organisme Hydrilla, pada tabung 3
diberikan organisme yaitu ikan cere dan tanaman Hydrilla, terakhir pada tabung 4
tidak diberikan organisme apapun hanya air kolam. Kemudian keempat tabung
tersebut diberikan tiga sampai lima tetes larutan Bromtimol Biru (BB). Hal ini
dikarenakan larutan Bromtimol biru (BB) digunakan sebagai indikator untuk dapat
mengetahui keberadaan CO2 didalam tabung reaksi sebaba larutan Bromtimol Biru
sangat sensitive terhadap CO2, selain itu larutan Bromtimol Biru (BB) juga digunakan
sebagai indikator asam-basa yang memiliki trayek perubahan warna 6.0 – 7.6 dimana
apabila pH kurang dari 6.0 akan berwarna kuning dan menunjukkan sifat asam, dan
bila pH lebih besar dari 7.6 akan berwarna biru yang menunjukkan larutan bersifat
basa. Dengan perubahan warna ini dapat diketahui bahwa larutan memiliki sifat asam
atau basa sesuai kadar CO2 yang ada pada tabung reaksi tersebut.

Terlihat pada tabung reaksi 1 yang berisi air kolam, ikan cere dan larutan
Bromtimol Biru, setelah diamati ternyata ikan cere di dalam tabung reaksi mati. Hal
ini dikarenakan di dalam tabung reaksi pergerakan ikan cere yang terbatas karena
ruang sempit dan tidak ada oksigen yang tersedia dikarenakan hanya ada organisme
ikan cere didalamnya. Kemudian, warna air didalam tabung reaksi menjadi keruh

11
kekuningan, hal ini disebabkan karena hasil respirasi ikan cere yang menghasilkan
CO2 berikatan dengan air yang menyebabkan air bersifat asam.

Pada tabung reaksi ke 2 yang berisi air kolam, tanaman Hydrilla dan larutan
Bromtimol Biru setelah diamati ternyata tanaman Hydrilla di dalam tabung reaksi
menjadi layu, hal ini dikarenakan tanaman Hydrilla tidak bisa melakukan proses
fotosintesis karena tidak tersedianya kandungan CO2 di dalam tabung reaksi. Dari
yang dapat diketahui bahwa kadar CO2 merupakan faktor terpenting untuk melakukan
proses fotosintesis. Kemudian, air kolam didalam tabung menjadi keruh kebiruan
serta timbul gelembung udara karena tanaman Hydrilla menghasilkan oksigen dan hal
ini membuat air berwarna kebiruan yang menunjukan bahwa air bersifat basa.

Sementara pada tabung ke 3 yang berisi air kolam, ikan cere, tanaman Hydrilla
dan larutan Bromtimol Biru pada saat diamati setelah 4 jam dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ternyata ikan cere dan tanaman Hydrilla masih hidup, hal ini karena
tanaman Hydrilla yang terkena cahaya (sinar matahari) mengalami proses fotosintesis
dengan menggunakan CO2 (karbon dioksida) yang dihasilkan dari reaksi respirasi
ikan cere dan pada hasil fotosintesis ini tanaman Hydrilla menghasilkan O 2 (oksigen)
yang mana akan digunakan untuk proses respirasi ikan cere sehingga bisa bertahan
hidup, peristiwa tersebut terjadi karena adanya ketergantungan antara ikan cere dan
tanaman Hydrilla dimana Hydrilla membutuhkan CO2 untuk berfotosintesis sebagai
cara untuk bertahan hidup, sedangkan ikan cere membutuhkan O2 untuk bernafas.
Karena ciri-ciri dari makhluk hidup sendiri ialah bertahan hidup dan bernafas.

Namun pada akhirnya setelah 24 jam, kedua organisme tersebut mati, hal ini
dapat disebabkan karena ikan cere kurang dapat bergerak bebas dikarenakan tempat
yang sempit. Kemudian ikan cere akan membutuhkan banyak oksigen dikarenakan
sesak. Dan dikarenakan tanaman Hydrilla yang digunakan kecil, sehingga untuk
menghasilkan oksigen tidak dapat memberikan oksigen dalam jumlah banyak. Selain
itu, karena pada malam hari tanaman tidak melakukan proses fotosintesis dikarenakan
sinar matahari yang dibutuhkan untuk berfotosintesis tidak tersedia. Namun, ikan cere
terus membutuhkan oksigen untuk proses respirasi. Dan pada akhirnya ikan cere pun
mati dikarenakan kurang tersedianya oksigen pada malam hari. Dengan kematian ikan
cere ini pun, tanaman Hydrilla juga menjadi layu dikarenakan kurang tersedianya CO 2
yang dihasilkan ikan cere untuk melakukan proses fotosintesis. Sehingga pada
akhirnya kedua organisme ini pun mati.

12
Pada tabung reaksi ke 4 yang berisi air kolam dan larutan Bromtimol Biru
tidak terjadi perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan tabung reaksi 4 hanya
digunakan sebagai tabung indikator (kontrol) untuk pembanding tabung lain yang
berisi organisme. Ini dilakukan agar kami dapat mengetahui perubahan dari warna air
kolam pada tiap-tiap tabung reaksi yang berisi organisme yang berbeda-beda. Dengan
begitu dapat diketahui dan diteliti keberhasilan dan kegagalan dari percobaan yang
telah dilakukan.

V. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Setiap makhluk hidup bergantung terhadap makhluk hidup lainnya


2. Ikan cere dan Hydrilla hidup saling berketergantungan satu sama lain ( dalam
percobaan )
3. Dalam ekosistem air tawar hydrilla berperan sebagai produsen yang menghasilkan
oksigen dari proses fotosintesis yang akan digunakan oleh organisme lain dalam
hal ini ikan cere
4. Ikan cere menghasilkan karbon dioksida dari proses respirasi yang akan
digunakan Hydrilla untuk berfotosintesis
5. Terjadinya siklus carbon yang terjadi dari interaksi timbal balik produsen
(Hydrilla) dan konsumen (ikan cere)

13
VI. LAMPIRAN PERTANYAAN

1) Apa gunanya larutan BB?


Jawab :
Larutan Bromtimol biru (BB) digunakan sebagai indikator untuk dapat
mengetahui keberadaan CO2 didalam tabung reaksi sebaba larutan Bromtimol
Biru sangat sensitive terhadap CO2, selain itu larutan Bromtimol Biru (BB) juga
digunakan sebagai indikator asam-basa yang memiliki trayek perubahan warna 6.0
– 7.6 dimana apabila pH kurang dari 6.0 akan berwarna kuning dan menunjukkan
sifat asam, dan bila pH lebih besar dari 7.6 akan berwarna biru yang menunjukkan
larutan bersifat basa. Dengan perubahan warna ini dapat diketahui bahwa larutan
memiliki sifat asam atau basa sesuai kadar CO2 yang ada pada tabung reaksi
tersebut.

2) Apa gunanya tabung reaksi IV sebagai control?


Jawab :

Tabung reaksi 4 hanya digunakan sebagai tabung indikator (kontrol) untuk


pembanding tabung lain yang berisi organisme. Ini dilakukan agar dapat
mengetahui perubahan dari warna air kolam pada tiap-tiap tabung reaksi yang
berisi organisme yang berbeda-beda. Dengan begitu dapat diketahui dan diteliti
keberhasilan dan kegagalan dari percobaan yang telah dilakukan.

3) Mengapa hewan air dalam tabung reaksi III lebih dapat bertahan hidup
dibandingkan hewan air dalam tabung II?

14
Jawab:
Karena didalam tabung reaksi III terdapat tanaman air Hydrila verticillata
sehingga hewan air (ikan) tersebut dapat bertahan hidup. Ikan tersebut dapat
bertahan karena adanya interaksi (hubungan timbale balik) yang saling
menguntungkan dengan tanaman air Hydrila verticillata. Tanaman Hydrila
verticillata yang mengalami fotosintesis akan menghasilkan oksigen, dimana
oksigen itu deperlukan untuk ikan bernapas. Ikan bernapas menghirup oksigen
dan melakukan respirasi menghasislkan CO2 (karbondioksida). CO2 itu diperlukan
untuk tanaman Hydrila verticillat.
4) Mengapa ke 4 tabung reaki diatas ditempatkan ditempat yang terang?
Jawab:
Keempat tabung reaksi tersebut ditempatkan ditempat yang terang dikarenakan
pada tempat yang terang terdapat sinar matahari, dimana sinar matahari digunakan
untuk proses fotosintesis oleh tanaman Hydrilla untuk menghasilkan oksigen (O2)
yang akan diambil untuk ikan cere dalam proses respirasi yang menghasilkan
CO2. Maka dapat dikatakan sinar matahari sangat diperlukan untuk menjaga
kestabilan antara hubungan produsen dan konsumen, dimana sinar matahari ini
salah satu fakrot untuk melakukan proses fotosintesis, respirasi, serta
dekomposisi.

5) Megapa digunakan air kolam sebagai media? Bagaimana jika diganti dengan
aquadest.
Jawab:
Karena media air kolam itu merupakan ekosistem yang sesuai (adanya interaksi
dan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya). Apabila media tersebut
diganti dengan aquadest maka salah satu komponen penyusun ekosistem akan
rusak dan terganggu.

15
VII. DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. 1981. Biologi umum. Gramedia. Jakarta.

Anshory, I. 1984. Biologi umum. Genesa Exact. Bandung

Campbell, Neil A.2008.Biology.Jakarta.Erlangga.

Hadioetomo, ratna Sari. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia:
Jakarta.

Kamajaya.1996. Sains Biologi. Ganeca Exact. Bandung

Kimball, J.W. 1977. Biology. Addison Wesley Publ.Co. Reading Massachusetts.

Sihombing, Besty. Et al., 2000. Panduan Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai