I. PENDAHULUAN
A. Tujuan
B. Landasan Teori
1
Nisia pada makhluk hidup menyebabkan makhluk hidup tersebut
mempunyai kedudukan/tingkat trofi tertentu dalam ekosistem. Makhliuk hidup
dengan nisianya masing-masing dalam suatu ekosistem tersebut merupakan
komponen penyusun ekosistem. Apabila salah satu komponen dalam suatu
ekosistem terganggu/rusak/musnah maka komponen yang lain atau bahkan
seluruh komponen dalam ekosistem tersebut akan terganggu/rusak/musnah pula.
Siklus karbon sendiri memiliki arti yang luas. Dalam siklus karbon
cadangan di atmosfer adalah sangat kecil jumlahnya jika dobandingklan dengan
jumlah karbon yang ada didalam laut, minyak bumi dan cadangan-cadangan lain
di dalam kerak bumi. Kehilangan karbon dalam aktifitas pertanian (misalnya
karena penambahan karbon ke atmosfer lebih banyak dari pada yang disebabkan
karena yang diikat oleh tanaman-tanaman tidak dapat menggantikan karbon yang
dilepaskan dari tanah, terutama yang diakibatkan karena seringnya pengolahan
tanah. Penebangan hutan dapat melepaskan karbon yang tersimpan dalam kayu,
terutama apabila kayu tersebut segera terbakar, dan kemudian diikuti oleh
oksidasi humus jika lahan tersebut digunakan untuk pengembangan daerah
p[ertanian dan perkotaan (Hadioetomo, 1993).
2
Senyawa organik yang dihasilkan oleh produsen dapat diteruskan kepada
konsumen. Waktu produsen atau konsumen menggunakan energi dari senyawa-
senyawa organic, CO2 dapat dilepas kembali baik ke udara maupun ke dalam air,
bergantung pada lingkungan hidup organism. Tetapi selama masih ada energi
yang dapat dipergunakan, senyawa-senyawa organic akan tetap ada. Baik
produsen maupun konsumen dapat membuang sisa materi yang mengandung
karbon. Kalau organism mati tubuh mereka akan tinggal sebagai tumpukan suatu
senyawa-senyawa karbon. Organisme saprovor (pembusuk) menyempurnakan
proses pelepasan karbon (dalam bentuk CO2) dari sisa kotoran dan jasad-jasad
yang mati. Sebagian besar dari saprovor yang menjadi konsumen terakhir, adalah
mikroorganisme, kecuali jamur yang jelas dapat dilihat dengan mata bugil.
Kadang-kadang proses pembusukkan yang dilakukan oleh sapravor berjalan
sangat lambat, sehingga selama masa berjuta-juta tahun sejumlah besar senyawa
karbon dapat menumpuk dalam bentuk gambut, batubara dan minyak bumi.
Beberapa organism mengalihkan arus karbon melalui batu karang yang
selanjutnya tertimbun sebagai batuan. Dengan demikian, lintasan arus utama
siklus karbon adalah dari atmosfer atau hidrosfer ke dalam jasad hidup, kemudian
kembali lagi ke atmosfer atau hidrosfer (Amir, 1981).
Oksidasi humas yang cepat dan pelepasan gas CO2 yang pada lazimnya
ditahan dalam tanah yang mempunyai efek tajam dari pada apa yang baru
diketahui sekarang termasuk pengaruhnya terhadap peredaran nutrient lainya.
3
Sebagai contoh, Nelson (1967) menggunakan kerang untuk
menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan aktivitas pertanian telah
mengakibatkan penurunan jumlah “trace element” tertentu dalam aliran
permukaan tanah. Dia menemukan bahwa kerang yang berumur 1000 tahun
hingga 2000 tahun mengandung sekitar 50 – 100% lebih banyak mangan (Mn)
dan barium (Ba) dibandingkan dengan kerang sekarang. Dalam proses
pembersihan (eliminasi) Nelson berkesimpulan bahwa pengurangan aliran air
asam yang mengandung CO2 yang merembes ke dalam tanah dapat mengurangi
kecepatan pelarutan unsure-unsur tersebut dari batuan yang dialirinya. Dengan
kata lain, air sekarang cenderung lebih cepat mengalir di permukaan tanah dari
pada merembes kebawah melalui lapisan humas dalam tanah (Sowasono, 1987).
4
II. METODE PENELITIAN
Alat
1. Tabung reaksi 4 buah
2. 4 Spidol tahan air
3. Rak tabung reaksi
4. Sumbat tabung reaksi
Bahan
1. Air Kkolam
2. Siput air atau ikan cere
3. Vaselin
4. Larutan indicator Bromtimol biru (BB)
5. Tumbuhan Hydrila verticillata
5
C. Cara Kerja
(1) Isi ke 4 tabung dengan air kolah hingga 2/3 tabung dan beri label I, II, III, IV
(2) Beri 5-10 tetes larutan BB kedalaam masing-masing tabung reaksi
(3) Pada tabung reaksi I masukan seekor ikan cere atau siput air
(4) Pada tabung II masukan I tangkai tumbuhan Hydrilla vertcillata
(5) Pada tabung III masukkan I tangkai tumbuhan Hydrila verticillata dan I ekor
ikan
(6) Pada tabung IV sebagai control
(7) Tutup semua tabung dengan sumbat tabung reaksi dan olesi dengan vaselin
(8) Letakkan ke 4 tabung reaksi pad arak tabung reaksi dan tempatkan rak tadi
di tempat yang terang (terkena cahaya matahari)
(9) Amati setelah 2-3 jam dan setelah 24 jam
6
III. HASIL PENELITIAN
1. Botol I
a. Setelah 4 jam
Keterangan :
Ikan cere setelah 4 jam, hanya 1 ikan
yang masih hidup dan I ikan lagi
mati karena keterbatasan oksigen.
7
b. Setelah 24 jam
8
Keterangan :
2. Botol III
a. Setelah 4 jam
Keterangan :
b. Setelah 24 jam
Keterangan :
9
20 jam, tampak 2 ekor ikan cere mati kerena keterbatasan oksigen dan
menurunnya hasil fotosintesis Hydrilla yang menyebabkan ikan cere
menjadi mati.
3. Botol IV
a. Setelah 4 jam
Keterangan :
Air kolam setelah
4 jam, air kolam
yang telah ditetesi
indikator BB
berfungsi sebagai
pembanding
(kontrol) untuk
tabung lainnya.
b. Setelah 24 jam
Keterangan :
Air kolam setelah 20
jam, tampak air
kolam tetap tidak
berubah seperti
halnya pengamatan
setelah 4 jam.
10
IV. PEMBAHASAN
Terlihat pada tabung reaksi 1 yang berisi air kolam, ikan cere dan larutan
Bromtimol Biru, setelah diamati ternyata ikan cere di dalam tabung reaksi mati. Hal
ini dikarenakan di dalam tabung reaksi pergerakan ikan cere yang terbatas karena
ruang sempit dan tidak ada oksigen yang tersedia dikarenakan hanya ada organisme
ikan cere didalamnya. Kemudian, warna air didalam tabung reaksi menjadi keruh
11
kekuningan, hal ini disebabkan karena hasil respirasi ikan cere yang menghasilkan
CO2 berikatan dengan air yang menyebabkan air bersifat asam.
Pada tabung reaksi ke 2 yang berisi air kolam, tanaman Hydrilla dan larutan
Bromtimol Biru setelah diamati ternyata tanaman Hydrilla di dalam tabung reaksi
menjadi layu, hal ini dikarenakan tanaman Hydrilla tidak bisa melakukan proses
fotosintesis karena tidak tersedianya kandungan CO2 di dalam tabung reaksi. Dari
yang dapat diketahui bahwa kadar CO2 merupakan faktor terpenting untuk melakukan
proses fotosintesis. Kemudian, air kolam didalam tabung menjadi keruh kebiruan
serta timbul gelembung udara karena tanaman Hydrilla menghasilkan oksigen dan hal
ini membuat air berwarna kebiruan yang menunjukan bahwa air bersifat basa.
Sementara pada tabung ke 3 yang berisi air kolam, ikan cere, tanaman Hydrilla
dan larutan Bromtimol Biru pada saat diamati setelah 4 jam dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ternyata ikan cere dan tanaman Hydrilla masih hidup, hal ini karena
tanaman Hydrilla yang terkena cahaya (sinar matahari) mengalami proses fotosintesis
dengan menggunakan CO2 (karbon dioksida) yang dihasilkan dari reaksi respirasi
ikan cere dan pada hasil fotosintesis ini tanaman Hydrilla menghasilkan O 2 (oksigen)
yang mana akan digunakan untuk proses respirasi ikan cere sehingga bisa bertahan
hidup, peristiwa tersebut terjadi karena adanya ketergantungan antara ikan cere dan
tanaman Hydrilla dimana Hydrilla membutuhkan CO2 untuk berfotosintesis sebagai
cara untuk bertahan hidup, sedangkan ikan cere membutuhkan O2 untuk bernafas.
Karena ciri-ciri dari makhluk hidup sendiri ialah bertahan hidup dan bernafas.
Namun pada akhirnya setelah 24 jam, kedua organisme tersebut mati, hal ini
dapat disebabkan karena ikan cere kurang dapat bergerak bebas dikarenakan tempat
yang sempit. Kemudian ikan cere akan membutuhkan banyak oksigen dikarenakan
sesak. Dan dikarenakan tanaman Hydrilla yang digunakan kecil, sehingga untuk
menghasilkan oksigen tidak dapat memberikan oksigen dalam jumlah banyak. Selain
itu, karena pada malam hari tanaman tidak melakukan proses fotosintesis dikarenakan
sinar matahari yang dibutuhkan untuk berfotosintesis tidak tersedia. Namun, ikan cere
terus membutuhkan oksigen untuk proses respirasi. Dan pada akhirnya ikan cere pun
mati dikarenakan kurang tersedianya oksigen pada malam hari. Dengan kematian ikan
cere ini pun, tanaman Hydrilla juga menjadi layu dikarenakan kurang tersedianya CO 2
yang dihasilkan ikan cere untuk melakukan proses fotosintesis. Sehingga pada
akhirnya kedua organisme ini pun mati.
12
Pada tabung reaksi ke 4 yang berisi air kolam dan larutan Bromtimol Biru
tidak terjadi perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan tabung reaksi 4 hanya
digunakan sebagai tabung indikator (kontrol) untuk pembanding tabung lain yang
berisi organisme. Ini dilakukan agar kami dapat mengetahui perubahan dari warna air
kolam pada tiap-tiap tabung reaksi yang berisi organisme yang berbeda-beda. Dengan
begitu dapat diketahui dan diteliti keberhasilan dan kegagalan dari percobaan yang
telah dilakukan.
V. KESIMPULAN
13
VI. LAMPIRAN PERTANYAAN
3) Mengapa hewan air dalam tabung reaksi III lebih dapat bertahan hidup
dibandingkan hewan air dalam tabung II?
14
Jawab:
Karena didalam tabung reaksi III terdapat tanaman air Hydrila verticillata
sehingga hewan air (ikan) tersebut dapat bertahan hidup. Ikan tersebut dapat
bertahan karena adanya interaksi (hubungan timbale balik) yang saling
menguntungkan dengan tanaman air Hydrila verticillata. Tanaman Hydrila
verticillata yang mengalami fotosintesis akan menghasilkan oksigen, dimana
oksigen itu deperlukan untuk ikan bernapas. Ikan bernapas menghirup oksigen
dan melakukan respirasi menghasislkan CO2 (karbondioksida). CO2 itu diperlukan
untuk tanaman Hydrila verticillat.
4) Mengapa ke 4 tabung reaki diatas ditempatkan ditempat yang terang?
Jawab:
Keempat tabung reaksi tersebut ditempatkan ditempat yang terang dikarenakan
pada tempat yang terang terdapat sinar matahari, dimana sinar matahari digunakan
untuk proses fotosintesis oleh tanaman Hydrilla untuk menghasilkan oksigen (O2)
yang akan diambil untuk ikan cere dalam proses respirasi yang menghasilkan
CO2. Maka dapat dikatakan sinar matahari sangat diperlukan untuk menjaga
kestabilan antara hubungan produsen dan konsumen, dimana sinar matahari ini
salah satu fakrot untuk melakukan proses fotosintesis, respirasi, serta
dekomposisi.
5) Megapa digunakan air kolam sebagai media? Bagaimana jika diganti dengan
aquadest.
Jawab:
Karena media air kolam itu merupakan ekosistem yang sesuai (adanya interaksi
dan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya). Apabila media tersebut
diganti dengan aquadest maka salah satu komponen penyusun ekosistem akan
rusak dan terganggu.
15
VII. DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, ratna Sari. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia:
Jakarta.
Sihombing, Besty. Et al., 2000. Panduan Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
16
17