Anda di halaman 1dari 20

Sampling Kebisingan

Tira Argianti
Semedi Mujiwiyanto

Riyanto Madandan Rahma Tresnandi -

LATAR BELAKANG

Kebisingan tidak bisa dipisahkan dari industrialisasi, karena hampir


semua proses produksi menimbulkan bising.
Lama terpapar bising dgn intensitas & frekwensi tinggi
mengakibatkan ketulian.
NIHL (Noise Induced Hearing Loss) merupakan P A K
Perlu deteksi dini utk menghindari konsekuensi dari bising (deafness,
claim/ kompensasi) dll.

KONSEP DASAR
KEBISINGAN
Suara adalah merupakan manifestasi energi dari pergerakan perambatan
getaran melalui media (udara, air, logam dll) yang dapat didengar oleh
telinga manusia. KECEPATAN SUARA DIUDARA BERKISAR 344 m/dtk, DI
AIR 1500 m/dtk SEDANGKAN DI LOGAM 5000 m/dtk. Suara yang dapat
didengar oleh manusia hanya pada rentang frequensi tertentu yang
dapat menimbulkan respon pada pendengaran. Suara didifinisikan
sebagai bunyi yang disukai oleh pendengaran manusia misal suara musik
dll. Suara mempunyai 2 komponen yaitu: amplitudo dan frequensi.

Defini
si
Bunyi / Suara :
Adalah getaran yg merambat melalui media misalnya udara, dan
menimbulkan sensasi pd alat pendengaran (manusia).

Kebisingan :
- Suara yg tidak diinginkan oleh pendengaran manusia (bersifat subyektif).
- Suara yg mengganggu untuk di dengar ( is any disturbing sound)

Jenis
Kebisingan

Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas,


misalnya mesin-mesin, dapur pijar, dan lain-lain.

Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit,


misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.

Kebisingan terputus-putus (intermitten/interuted noise) adalah


kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian melemah secara
perlahan-lahan, misalnya lalu-lintas, suara kapal terbang di lapangan
udara.

Gangguan komunikasi

Gangguan Non
Auditory

Berbicara harus teriak, suara orang sulit dimengerti

Gangguan tidur
Presentase seseorang akan bangun tidur pada tingkat
kebisingan 70 db 30 %, 100 db 80 %

Gangguan psikologis
Mudah marah, mengganggu kenyamanan

LANDASAN HUKUM

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku


Mutu Kebisingan

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai


Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri

Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 Tahun 1987 Kebisingan yang


Berhubungan Dengan Kesehatan

Standar Nasional Indonesia 7231:2008 tentang Metoda Pengukuran


Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja

ALAT UKUR

Sound Level Meter

Sound Level Meter merupakan alat yang


digunakan untuk mengukur tingkat berapa frekuensi
berat suara yang akan ditampilkan pada dB-SPL.
dB-SPL adalah ambang pendengaran, dan sama
dengan 20uPa (micropascal). Sound level meter yang
digunakan untuk mengukur tingkat intensitas
kebisingan di tempat kerja memilikikelengkapan untuk
mengukur tingkat tekanan SLM bunyi sinambung setara pada pembobotan A secara
langsung ataupun tidak langsung.

ALAT UKUR

Noise Dosimeter

adalah alat yang dipakai untuk mengukur tingkat


kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya.
Alat ini dapat mengukur selama 8, 10, 12 jam atau
berapa pun lamanya.
Biasanya digunakan pada tempat-tempat berikut ini:
a.Bandara Udara
b.Industri Pertambangan
c.Pemerintahan
d.Militer
e.Manufaktur
f.Laboratorium K3 dan Lingkungan (Badan Penelitian).
g.Badan Pendidikan (Universitas)

CARA PENGUKURAN
Sound Level Meter
1. CARA SEDERHANA
Dengan sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi db a selama 10 menit untuk tiap
pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 detik
2. Cara langsung
Dengan sebuah Integrating Sound Level Meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM 5 yaitu leq
dengan waktu ukur setiap 5 detik dilakukan pengukuran selama 10 menit
3. Waktu pengukuran
Dilakukan selama 24 jam (lsm) dengan cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi
selama 16 jam (ls) pada selang waktu jam 06.00 22.00 dan aktivitas dalam hari selama 8 jam (lm)
pada selang jam 22.00 06.00

Sound Level Meter

Prinsip.
Alat ukur suara Sound Level Meter diletakkan dekat tenaga kerja
sedang melakukan aktivitas . Dengan prinsip kebisingan diterima oleh
mikropon pada Sound Level Meter dan dirubah menjadi gelombang
listrik yang kemudian dibaca pada monitor dalam satuan decibel ( dB).
Tujuan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur intensitas kebisingan di
tempat aktifitas kerja.

Sound Level Meter


Prosedur Pengukuran

Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.

Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.

Pastikan skala pembobotan.

Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik sumber bunyi
yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut).

Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di tempat
kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik
mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o 80o dari sumber bunyi).

Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq)
Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.
I

Sound Level Meter


Prosedur Pengukuran

Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada

lembar data sampling. Lembar data sampling minimum


memuat ketentuan seperti berikut:
1. Nama perusahaan ;
2. Alamat perusahaan ;
3. Tanggal sampling ;
4. Likasi titik pengukuran ;
5. Rentang waktu pengukuran ;
6. Hasil pengukuran intensitas kebisingan ;
7. Tipe alat ukur ;
8. Tipe kalibrator ;
9. Penanggung jawab hasil pengukuran

Sound Level Meter


Prosedur Pengukuran

Bila alat ukur Sound Level Meter tidak memiliki fasilitas Leq, maka dihitung
secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Leq = 10 Log { 1/T[ t1xantilog (L1/10) +


t2xantilog (L2/10) + ...tnxantilog (Ln/10)] (4)

Keterangan:
- L1 adalah tingkat tekanan bunyi pada periode t1;
- Ln adalah tingkat tekanan bunyi pada periode n;
- T adalah total waktu (t1+t2 + ... tn).

CARA PENGUKURAN
Noise Dosimeter

Sediakan noise dosimeter

Hidupkan alat dengan menekan tombol yang berwarna hijau

KetikaNoise Dosimeterdihidupkan, display menunjukkan dose criteria


level (LC),thresh leveldanexchange ratesecara berurutan. Parameter
ini merupakan parameter perhitungan kebisingan

Jika pengukur tidak hidup ketika tombol power ditekan. Periksa baterai
apakah dalam keadaan terpasang dan dalam kondisi yang baik.

Untuk memastikan pengukur tekan tombol hijau hingga display


menunjukkan penurunan dari 3 dB hingga 0 dB dan mati secara
otomatis

Noise Dosimeterdapat digunakan sebagaiSound Level Meter

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.


48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu
Kebisingan
PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN
1. PERUNTUKAN KAWASAN
Perumahan dan Pemukiman
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran dan Perdagangan
Ruang Terbuka Hijau
Industri
Pemerintahan dan Fasilitas Umum
Rekreasi
Khusus :
Bandar Udara
Stasiun Kereta api
Pelabuhan Laut
Cagar Budaya
2. LINGKUNGAN KEGIATAN
Rumah Sakit
Sekolah dan Sejenisnya
Tempat Ibadah atau sejenisnya

TINGKAT KEBISINGAN
dB (A)
55
70
65
50
70
60
70
70
60

55
55
55

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 13 Tahun


2011 tentang NAB Faktor Fisika Dan Faktor
Kimia Di Tempat Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun


2002 Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran Dan Industri

KESIMPULAN

Kebisingan tidak bisa dipisahkan dari industrialisasi, karena hampir semua


proses produksi menimbulkan bising. Bising adalah suara yg tidak
diinginkan oleh pendengaran manusia (bersifat subyektif) dan suara yg
mengganggu untuk di dengar ( is any disturbing sound). Kebisingan harus
diukur secara berkala dengan menggunakan alat ukur bising. Terdapat dua
jenis alat ukur bising yaitu Sound Level Meter (lingkungan) dan Noise
Dosimeter (Personil). Alat ukur wajib dikalibrasi sebelum digunakan.
Terdapat 3 Peraturan Perundangan yang mengatur Batas Kebisingan di
berbagai lingkungan (MenLH,Menkes, danMenaker).

THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai