Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DALAM DAN LUAR

RUANGAN

Determination Measure of Noise Level In and Outside the Room


Mohamad Nur Alief, M. Ryan Devara2, Pradyta Galuh O3, Subisma R4, Maurizka P5
Rabu – Kelompok 3
1)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB
Email: mohamadnuralief@rocketmail.com
Abstrak: Kenyamanan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam desain bangunan,
karena kenyamanan ruang akan mempengaruhi betah tidaknya penghuni dalam beraktivitas.
Kenyamanan audial merupakan kondisi dimana manusia merasa nyaman terhadap suara yang ada
di sekitarnya atau terhindar dari kebisingan. Baku mutu kebisingan untuk beberapa wilayah telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 tahun 2016, Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 178 tahun 1987, dan Keputusan MENLH nomor 48 tahun 1996. praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui kenyamanan audial di beberapa tempat yang ada di kawasan
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Pengukuran dilakukan secara langsung dengan alat
Sound Level Meter yang mengacu pada SNI nomor 7231 tahun 2009. Berdasarkan baku mutu
tersebut, intensitas bunyi Laboratorim Kualitas Udara dan Jalan Ulin dekat balairung Fahutan
sebesar 85.44 dB dan 57.9 dB dengan alat sound level meter. Aplikasi Sound Meter memiliki
kalibrasi tertentu hingga mencapai tingkat kebisingan memakai alat manual Sound Level Meter
sehingga didapat persamaan y=0,2794x + 74,057 dari regresi linier.

Kata kunci: Audial, Kebisingan, Sound level meter

Abstract: Comfort is an important factor that must be considered in the design of the building,
because the comfort of the space will affect whether or not the occupants feel at home in their
activities. Audial comfort is a condition where humans feel comfortable with the surrounding sound
or avoid noise. Noise quality standards for several regions have been established based on Minister
of Health Regulation number 70 in 2016, Minister of Health Regulation number 178 of 1987, and
MENLH Decree number 48 of 1996. This practicum aims to determine audial comfort in several
places in the area of the Department of Civil Engineering and the Environment, IPB. Measurements
were carried out directly with the Sound Level Meter referring to SNI number 7231 of 2009. Based
on these quality standards, the sound intensity of the Air Quality Laboratory and Jalan Ulin near
the Fahutan Hall was 85.44 dB and 57.9 dB with a sound level meter. The Sound Meter application
has a certain calibration until it reaches the noise level using the manual Sound Level Meter so that
the equation y = 0.2794x + 74.057 is obtained from linear regression.
Keywords: Audial, Noise, Sound level meter

PENDAHULUAN
Kenyamanan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam desain
bangunan, karena kenyamanan ruang akan mempengaruhi betah tidaknya penghuni
dalam beraktivitas. Dalam suatu perancangan bangunan dapat dikatakan nyaman
apabila ruang-ruang didalam bangunan tersebut memenuhi kriteria kenyamanan
yang terdiri dari: kenyamanan ruang gerak, kenyamanan termal, kenyamanan
visual, dan kenyamanan audial. Kenyamanan audial merupakan kondisi dimana
manusia merasa nyaman terhadap suara yang ada di sekitarnya atau terhindar dari
kebisingan.
Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Salter
(1976) menyatakan jumlah sumber bunyi bertambah secara teratur di lingkungan
sekitar, dan ketika bunyi menjadi tidak diinginkan maka bunyi ini disebut
kebisingan. Murwono (1999) mendefinisikan kebisingan sebagai suara yang tidak
diinginkan dan pengukurannya menimbulkan kesulitan besar karena bervariasi
diantara perorangan dalam situasi yang berbeda.
Sedangkan menurut Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud
dengan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Kebisingan mempengaruhui kesehatan
manusia baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek
kesehatan penduduk yang berasal dari kebisingan, antara lain ketergantungan pola
tidur, kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Efek
psikologis akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan pelepasan
kortisol dan stress fisiologis meningkat. Pengukuran kebisingan dapat dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut Sound Level Meter. Sound Level Meter adalah
alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini,
selanjutnya menggerakkan meter penunjuk.
Pembangunan dari sebuah kawasan pemukiman harus mementingkan
kenyamanan audial. Kebisingan yang ditimbulkan lingkungan sekitar juga harus
diminimalisir dengan upaya-upaya tertentu untuk menghindari timbulnya bahaya dari
kebisingan. Telinga manusia memiliki batas tertentu yang dapat dijadikan indikasi
dalam pemilihan lokasi hunian. Batas ini disebut ambang sakit (threshold of pain),
batas ini dapat diartikan sebagai kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga
manusia, berenergi 1 W/M2 (Satwiko 2004). Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
mengukur intensitas tingkat kebisingan ruangan sesaat (pada waktu tertentu),
mengetahui tingkat kebisingan lingkungan pada lokasi tertentu, serta memahami baku
mutu tingkat kebisingan pada suatu kawasan.

METODOLOGI
Praktikum Kebisingan atau kenyamanan akustik dilakukan pada hari, Rabu 4
September 2019. Praktikum ini dilakukan pada lingkungan sekitar Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB University pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pengukuran
kebisingan dilakukan pada dua tempat yaitu di Outdoor dan di indoor. Kelompok
3 mengukur kebisingan yaitu outdoor di jalanan dekat fahutan, sedangkan indoor
di ruang laboratorium kebiringan dan kualitas udara. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan dua macam alat, yaitu menggunakan sound level meter (SLM) dan
menggunakan aplikasi ditelepon genggam. Pengukuran dilakukan secara
bersamaan pada kira-kira pukul 13.15. metode pengukuran lebih lengkapnya dapat
dilihat pada diagram alir berikut:
Mulai

Dipilih lokasi indoor yaitu laboratorium kebisingan dan kualitas udara dan lokasi outdoor
dipilih jalanan dekat fahutan

Menentukan koordinat pada masing-masing titik pengukuran

Memposisikan alat, menyiapkan perngukuran

Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan pencatatan berkala 5 detik dan ditulis
permenit selama 10 menit.

Data yang diperoleh dari aplikasi dikalibrasi dengan pengukuran Bersama dengan LSM dan
dicari persamaan regresinya

Data yang sudah ada, dilakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lakukan analisis, dan buat peta kontur kebisingan

selesai

Gambar 1 Diagram alir proses pengamatan


Berikut merupakan rumus-rumus yang dipakai untuk mengolah data yang
diperoleh dari hasil pengukuran alat SLM digital dan aplikasi smartphone
Menentukan tingkat kebisingan yang terukur selama 1 menit dengan pembacaan
setiap 5 detik : 𝐿𝑒𝑞(1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 10log[ 1 10 (100.1𝐿1 + 100.1𝐿2 + ⋯+
100.1𝐿12).5 ] dB(A)
Menentukan tingkat kebisingan total yang terukur selama 10 menit :
𝐿𝑒𝑞(10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 10log[ 1 10 (100.1𝐿1 + 100.1𝐿11 + ⋯+ 100.1𝐿𝑥).1 ] dB(A)
Menentukan tingkat kebisingan selama siang hari :
𝐿𝑆 = 10log 1 16 [𝑇𝑎(100.1𝐿𝑎 + ⋯+ 𝑇𝑑 100.1𝐿𝑑).1 ] dB(A)
Menentukan tingkat kebisingan selama malam hari :
𝐿𝑀 = 10log 1/8 [𝑇𝑒(100.1𝐿𝑒 + 𝑇𝑓 100.1𝐿𝑓 + 𝑇𝑔 100.1𝐿𝑔).1 ] dB(A)
Menentukan tingkat kebisingan total selama 24 jam :
𝐿𝑆𝑀 = 10log 1/24(16.100.1𝐿𝑆 + 8.100.1 (𝐿𝑀+5)) dB(A)
Keterangan :
Leq = Equivalent Continous Noise Level, merupakan nilai tingkat kebisingan yang
berfluktuatid selama waktu tertentu dan setara dengan tingkat kebisingan yang
sama pada selang waktu yang sama [dB(A)]
L1, ... , L12 = tingkat kebisingan yang terbaca pada detik ke-n selama 1 menit
[dB(A)]
L1, ... , Lx = tingkat kebisingan yang terbaca pada detik ke-n selama 10 menit
[dB(A)]
L5 = Leq selama siang hari [dB(A)]
Ta, ... , Td = rentang waktu pengukuran di siang hari (jam)
La, .... , Ld = Leq (10 menit) pada rentang waktu jam ke-n di siang hari
LM = Leq selama malam hari [dB(A)]
Te, Tf, Tg = rentang waktu pengukuran di malam hari (jam)
Le, Lf, Lg = Leq (10 menit) pada rentang waktu jam ke-n di malam hari [dB(A)]
LSM = Leq selama siang dan malam hari [dB(A)]

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak
disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan yang bersumber
dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan pendengaran (Nasri,1997)
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara
sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini
menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara
menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal
sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga
dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan (Sastrowinoto,1985)
Berdasarkan sumbernya, kebisingan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
kebisingan seketika (Impulsif Noise), kebisingan kontinyu (Continuous Noise), dan
kebisingan semi kontinyu (intermittent). Kebisingan seketika adalah kebisingan
yang memiliki perubahan intensitas suara mencapai 40 dB (A) dalam waktu yang
cepat, sehingga mengejutkan bagi pendengarnya. Kebisingan kontinyu adalah
kebisingan yang dimana fluktuasinya tidak lebih dari 6 dB (A) dan tidak putus-
putus. Sedangkan kebisingan semi kontinyu atau intermittent adalah kebisingan
yang berlangsung tidak secara terus-menerus dan memiliki periode yang relatif
tenang, seperti lalu lintas dan kendaraan (Smith 1996).
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
kebisingan di lingkungan/kawasan diatur dalam keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan.
Baku tingkat kebisingan disesuaikan dengan jenis kegiatan di daerah tersebut. Baku
mutu pada beberapa kawasan sesuai dengan jenis kegiatannya dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 Baku Mutu Tingkat Kebisingan (KEP-48/MENLH/11/1996)


Alat yang digunakan tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter manual dan
Aplikasi Sound Level Meter. Sound Level Meter adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat
menyebabkan rasa sakit ditelinga. Sound Level Meter biasanya digunakan di
lingkungan kerja seperti, industri penerbangan dan sebagainya. Sound Level Meter
saat ini memiliki standarisasi international dengan standar EC 61672 2003 (Plant
1985). Ada beberapa faktor yang menjadi pengaruh dalam pengukuran
menggunakan Sound Level Meter ini hal tersebut membuat gelombang suara yang
terukur bisa jadi tidak sama dengan nilai intensitas gelombang suara sebenarnya.
Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB (A)
dalam satuan dB (A) dari frekuensi antara 20-20.000Hz (Thomas dan Rossing
1981).
Gambar 3 Tabel Skala Tingkat Kebisingan (MENKES No.
718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang Kebisingan yang berhubungan dengan
kesehatan)
Keriteria Pendengaran Tingkat Bising (dB) Sumber Bunyi
Menulikan 120 Halilintar,meriam
110
Sangat buruk 100
90
Kuat 80 Kantor gaduh, jalan radio,
70 pemukiman
Sedang 60 Rumah gaduh, kantor
umumnya, percakapan
50 kuat, radio, pertokoan
Tenang 40 Rumah tenang, kantor
perorangan, auditorium,
30
percakapan
Sangat tenang 20 Suara daun, berisik
10
0 Batas dengar terendah
Gambar 3 Skala Tingkat Kebisingan (MENKES No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987
Tentang Kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan)
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada indera pendengaran antara lain
trauma akustik, ketulian sementara, hingga ketulian permanen. Trauma akustik
adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan tungal akibat
intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Ketulian
sementara merupakan gangguan pendengaran yang sifatnya sementara, daya dengar
mampu pulih kembali berkisar dari beberapa menit sampai beberapa hari (3-10
hari). Jika seseorang terpapar pada suara di atas nilai kritis tertentu kemudian
dipindahkan dari sumber suara tersebut, maka nilai ambang pendengaran orang
tersebut akan meningkat; dengan kata lain, pendengaran orang tersebut berkurang.
Jika pendengaran kembali normal dalam waktu singkat, maka pergeseran nilai
ambang ini terjadi sementara. Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik. (Maeril
2012).
Kebisingan mempengaruhi kesehatan manusia baik secara fisik maupun
psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek kesehatan penduduk yang
berasal dari kebisingan, antara lain ketergangguan pola tidur, kardiovaskuler,
sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Kebisingan juga
berpengaruh negatif dalam komunikasi, produktivitas dan perilaku sosial. Efek
psikologis akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan
pelepasan kortisol dan stres fisiologis meningkat. (Maeril 2012).
Beberapa teknik pengendalian pada sumber antara lain dengan cara meredam
sumber kebisingan atau getaran yang ada, mengurangi luas permukaan yang
bergetar, mengatur kembali tempat dan waktu operasi sumber kebisingan,
mengecilkan volume suara, pembatasan jenis dan jumlah lalu lintas, dan lain
sebagainya. Tanaman penyerap pencemaran udara dan kebisingan adalah jenis
tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan
dapat menyerap pencemar udara dari gas emisi kendaraan dan kebisingan.[
Tanaman merupakan pereduksi kebisingan yang ramah lingkungan dan
memberikan keindahan bila dilihat dari aspek visual. Penelitian di Jepang
menyatakan bahwa kesan keindahan dirasakan masyarakat dengan adanya
tanaman.[ Penelitian di China membuktikan bahwa tanaman mampu mereduksi
kebisingan psikologis seseorang. Tanaman jika cukup tinggi, lebar, dan padat, dapat
menurunkan kebisingan lalu lintas jalan raya. Efektivitasnya tergantung pada
kerapatan tanaman sepanjang jalan raya dan kepadatan daun (jenis tanaman).
Tanaman pereduksi kebisingan yang efektif dapat mengurangi tingkat kebisingan
dengan 10 sampai 15 desibel. (Maeril 2012). Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan menyebutkan bahwa
kriteria vegetasi yang berfungsi sebagai peredam kebisingan adalah terdiri dari
pohon, perdu/semak; membentuk massa; bermassa daun rapat; dan terdiri dari
berbagai bentuk tajuk. Pohon adalah semua tumbuhan berbatang pokok tunggal
berkayu keras. Perdu/Semak adalah tumbuhan berkayu dengan percabangan mulai
dari pangkal batang dan memiliki lebih dari satu batang utama. Contoh jenis
tanaman peredam kebisingan adalah Tanjung (Mimusops elengi), Kiara payung
(Filicium decipiens), Teh-tehan pangkas (Acalypha sp), Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa sinensis), Bougenvil (Bougenvillea sp) dan Oleander (Nerium oleander).
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun,
cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara
adalah yang mempunyai tajuk tebal dengan daun yang rindang. Dedaunan tanaman
dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Dengan menanam berbagai jenis tanaman
dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi
kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.
Pengendalian pada media kebisingan dapat dilakukan dengan cara memperbesar
jarak sumber kebisingan dengan pemukiman atau pekerjaan, memasang peredam
suara pada dinding dan langi-langit, dan membuat ruang kontrol untuk mengontrol
pekerjaan di ruang terpisah. Bila sumber kebisingan adalah lalu lintas maka
rumah/gedung dapat dibatasi dengan penanaman pohon, pembuatan gundukan
tanah, pembuatan pagar atau tembok, pembuatan jalur hijau, dan lain sebagainya.
(Maeril 2012).
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
sederhana dan cara langsung. Cara sederhana harus dilakukan oleh 2 orang, seorang
untuk melihat waktu dan memberikan aba-aba pembacaan tingkat kebisingan sesaat
per lima detik dalam waktu 10 menit. Orang kedua mencatat pembacaan tingkat
kebisingan sesaat dari sound level meter (SLM). Dengan sebuah sound level meter
biasa diukur tingkat tekanan bunyi sesaat dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk
tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap lima detik. Leq(10 menit) yang
mewakili interval waktu tertentu, sehingga didapat 120 data. Cara langsung dengan
sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5,
yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10
(sepuluh) menit. Dengan fasilitas ini LAeq,T sudah didapat dibaca langsung pada
sound level meter (Dodi 2011). Interval waktu sesuai peraturan
KEP48/MENLH/11/1996 dengan waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24
jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama
16 jam (LS) pada selang waktu 06.00- 22.00. Tingkat kebisingan yang mewakili
waktu siang hari diperoleh dari perhitungan tingkat kebisingan ekuivalen pada
pukul 08:00 WIB, 10:30 WIB, 15:00 WIB, 17.30 WIB, dan 20:00 WIB.

Tabel 1 Hasil pengukuran kebisingan Laboratorium Kualitas Udara SIL


menggunakan aplikasi Sound Meter
Menit Detik Ke- Leq menit 1
Ke- 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 88.027 88.3064 87.7476 87.7476 88.027 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 88.027 87.86776326
2 87.7476 87.7476 88.027 87.7476 87.7476 88.027 88.027 88.027 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 87.8427446
3 87.7476 87.7476 88.027 87.7476 87.7476 87.7476 88.027 87.4682 87.7476 88.027 87.7476 87.7476 87.79691461
4 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 87.4682 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 87.7476 88.027 87.74909817
5 88.3064 88.027 87.7476 88.027 88.3064 88.027 87.7476 88.3064 87.7476 87.7476 87.7476 88.027 87.98620392
6 88.3064 88.027 88.027 88.027 88.5858 88.5858 88.8652 88.8652 89.7034 88.3064 88.027 88.027 88.47513662
7 88.027 88.3064 88.027 88.027 88.027 88.3064 88.027 88.027 89.1446 88.027 88.027 88.027 88.17863328
8 88.027 87.7476 88.027 88.3064 88.027 88.027 88.3064 88.027 87.7476 88.3064 88.027 88.027 88.05396161
9 88.027 88.027 88.027 88.3064 88.027 88.027 88.027 88.027 88.5858 88.3064 88.3064 88.027 88.14716326
10 88.3064 88.3064 88.5858 89.1446 88.3064 88.5858 89.9828 89.9828 90.2622 90.5416 92.218 91.1004 89.79191514
Leq menit 10 88.23037276

Hasil pengukuran kebisingan dengan cara sederhana pada ruang laboratorium


kualitas udara dapat dilihat pada tabel 2. Kebisingan terbesar selama 10 menit
terjadi pada detik ke-335 dan detik ke-340 yang menunjukkan angka sebesar
88.8652 dB. Hal tersebut terjadi karena suara yang berasal dari gerakan pintu yang
terbuka secara tiba-tiba sehingga terjadi peningkatan bising yang sangat signifikan.
Leq 10 menit diambil dari nilai Leq dari tiap-tiap menit. Leq 10 menit didapat hasil
sebesar 88.23037276 dB, nilai tersebut dikategorikan tidak aman karena melebihi
baku mutu yang sudah ada, dimana baku mutu menurut KepMenLH untuk kawasan
perkantoran dan perdaganan sebesar 65 dB(A).

Tabel 2 Hasil pengukuran kebisingan 24 jam Laboratorium Kualitas Udara


SIL menggunakan aplikasi Sound Meter
Mewakili
La Waktu dB (A) Keterangan
pukul
La Pukul 07.00 06.00-09.00 90.10 Ta = 3 jam
Lb Pukul 10.00 09.00-11.00 76.92 Tb = 2 jam
Lc Pukul 13.30 11.00-17.00 88.23 Tc = 6 jam
Ld Pukul 20.00 17.00-22.00 89.80 Td = 5 jam
LS 16 jam Siang Hari 88.73
Le Pukul 23.00 22.00-24.00 75.10 Te = 2 jam
Lf Pukul 01.00 24.00-03.00 70.30 Tf = 3 jam
Lg Pukul 04.00 03.00-06.00 71.90 Tg = 3 jam
LM 8 jam Malam Hari 72.53
LSM 24 jam 87.13

Hasil pengukuran kebisingan 24 jam Laboratorium Kualitas Udara SIL


menggunakan aplikasi Sound Meter bisa dilihat pada tabel 3. Ruang Laboratorium
Kualitas Udara SIL pada siang hari memiliki tingkat kebisingan sebesar 88.73 dB.
Tingkat kebisingan pada malam hari sebesar 72.53 dB. Tingkat kebisingan pada
siang dan malam sebesar 87.13 dB. Tingkat kebisingan pada laboratorium Kualitas
Udara tidak aman karena kebisingan yang diizinkan oleh Kep.MENLH No. 48
tahun 1996 adalah 55 dB (A). Tingkat kebisingan sebesar itu setara dengan truk
diesel dan alat-alat listrik (Prasetyo 2003).
Tabel 3 Hasil pengukuran kebisingan di tempat parkir departemen SIL
menggunakan Sound Level Meter
Menit Detik Ke-
Leq menit 1
Ke- 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 39.7 52.4 42.6 56 55 52.6 50.9 55 60 59 48.8 54.3 54.86218921
2 46.2 55.5 55 44.1 58.9 52.3 52 42.1 53.7 53.3 44.2 50.4 53.08809865
3 48.2 66.5 52.1 47.6 52.6 46.9 53 59.3 50.6 57.3 51 56.6 57.82297629
4 59.5 72.2 54.4 46.7 46.2 50.9 49.9 68.5 45.2 52.3 55 65.7 63.88955228
5 48.8 49.6 55.5 55.1 47.4 42.2 47.1 46 42.8 40.8 41.7 45.2 49.57085911
6 65 47.8 37.9 36.7 38.8 37.3 37.1 37 41.1 45 48.2 47.5 54.55261462
7 48.5 61.9 45.7 45.1 55.1 49.8 48.8 48 46.8 44.7 49.6 52.1 53.32089485
8 53.9 52.1 61.9 61.9 66.7 67.9 63.4 59.7 54.3 51.4 57.6 49 61.88733245
9 44.6 41.7 42.2 46.2 49.3 64.6 48.2 40.2 51.8 46.6 40.6 38.4 54.47554007
10 43.5 42.3 42.7 47.2 39.3 43.8 53.4 63 46.2 40.8 40.1 55 53.58122069
Leq menit 10 57.92943575
Hasil pengukuran kebisingan dengan cara sederhana pada tempat parkir
departemen SIL dapat dilihat pada tabel 2. Kebisingan terbesar selama 10 menit
terjadi pada detik ke-190 yang menunjukkan angka sebesar 72.2 dB. Hal tersebut
terjadi karena suara yang berasal dari kendaraan yang lewat secara tiba-tiba pada
saat pengukuran sehingga terjadi peningkatan bising yang sangat signifikan. Leq 10
menit diambil dari nilai Leq dari tiap-tiap menit. Leq 10 menit didapat hasil sebesar
57.92943575 dB, nilai tersebut dikategorikan aman karena masih dibawah baku
mutu, dimana baku mutu menurut KepMenLH untuk kawasan pemerintahan dan
fasilitas umum sebesar 60 dB(A).

Tabel 4 Hasil pengukuran kebisingan 24 jam tempat parkir SIL


menggunakan Sound Level Meter
La Waktu Mewakili pukul dB (A) Keterangan
La Pukul 07.00 06.00-09.00 90.10 Ta = 3 jam
Lb Pukul 10.00 09.00-11.00 76.92 Tb = 2 jam
Lc Pukul 14.20 11.00-17.00 57.93 Tc = 6 jam
Ld Pukul 20.00 17.00-22.00 89.80 Td = 5 jam
LS 16 jam Siang Hari 86.96
Le Pukul 23.00 22.00-24.00 75.10 Te = 2 jam
Lf Pukul 01.00 24.00-03.00 70.30 Tf = 3 jam
Lg Pukul 04.00 03.00-06.00 71.90 Tg = 3 jam
LM 8 jam Malam Hari 72.53
LSM 24 jam 85.44

Hasil pengukuran kebisingan 24 jam tempat parkir SIL menggunakan Sound


Level Meter bisa dilihat pada tabel 5. Ruang Laboratorium Kualitas Udara SIL pada
siang hari memiliki tingkat kebisingan sebesar 86.96 dB. Tingkat kebisingan pada
malam hari sebesar 72.53 dB. Tingkat kebisingan pada siang dan malam sebesar
85.44 dB. Tingkat kebisingan pada tempat parkir SIL tidak aman karena kebisingan
yang diizinkan oleh Kep.MENLH No. 48 tahun 1996 untuk kawasan pemerintahan
dan fasilitas umum sebesar 60 dB(A). Tingkat kebisingan sebesar itu setara dengan
truk diesel dan alat-alat listrik (Prasetyo 2003). Kebisingan yang tinggi di tempat
kerja atau gedung kuliah dapat menyebabkan stress sehingga mempercepat
timbulnya kelelahan. Kelelahan dapat menurunkan kekuatan otot yang disebabkan
karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme. Kelelahan juga
dapat menurunkan motivasi serta menurunkan kecermatan dan kecepatan
pemecahan persoalan.
Pengukuran pada aplikasi smartphone yang bernama Sound Meter harus di kalibrasi
terlebih dahulu untuk dapat dipertanggungjawabkan hasilnya karena aplikasi
tersebut bukan suatu alat ukur. Berdasarkan pengukuran, aplikasi Sound Meter
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi dibandingkan dengan Sound Level Meter.
Aplikasi Sound Meter memiliki kalibrasi tertentu hingga mencapai tingkat
kebisingan memakai alat manual Sound Level Meter sehingga didapat persamaan
y=0,2794x + 74,057 dari regresi linier pada grafik 1.
Grafik 1 Grafik Regresi Aplikasi dan Alat

Regresi Aplikasi dan Alat


62
60
Axis Title
58
y = -0,2794x + 74,057 Series1
56 R² = 0,0379
54 Linear
52 (Series1)
54 56 58 60 62 64
Axis Title

Terlihat peta kontur yang menunjukkan 4 tempat yang berada di sekitar Fakultas
Teknologi Pertanian yaitu di Kantin Sapta, Segitiga SIL, tempat parkir SIL, dan
jalan di Fakultas Kehutanan. Kantin Sapta berada pada koordinat (106.72844,
6.558925) memiliki tingkat kebisingan sebesar 67.728054 dB. Segitiga SIL berada
pada koordinat (106.72844, 6.5587417) memiliki tingkat kebisingan sebesar
54.743366 dB. Tempat parkir SIL berada pada koordinat (106.72843, 6.55825)
memiliki tingkat kebisingan sebesar 56.700114 dB. Jalan di Fahutan berada pada
koordinat (106.7284, 6.557825) memiliki tingkat kebisingan sebesar 57.929436
dB. Tingkat kebisingan yang paling besar berada di Kantin Sapta karena kantin
merupakan tempat dimana sebagian besar aktifitas di kampus dilaksanakan.

SIMPULAN
Kenyamanan audial menjadi parameter kenyamanan sebuah tempat atau
ruangan. Semakin kecil kebisingan yang terjadi, maka kenyamanan akan semakin
terasa. Baku mutu kebisingan untuk beberapa wilayah telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 tahun 2016, Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 178 tahun 1987, dan Keputusan MENLH nomor 48 tahun 1996. Berdasarkan
baku mutu tersebut, intensitas bunyi Laboratorium Kualitas Udara dan Jalan Ulin
dekat balairung Fahutan sebesar 85.44 dB dan 57.9 dB dengan alat sound level
meter. Aplikasi Sound Meter memiliki kalibrasi tertentu hingga mencapai tingkat
kebisingan memakai alat manual Sound Level Meter sehingga didapat persamaan
y=0,2794x + 74,057 dari regresi linier.

Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar dan kondusif. Praktikum menggunakan
Sound level meter. Pengukuran setiap 5 detik memerlukan konsentrasi yang baik
jadi perlu koodinasi dengan baik.

Daftar Pustaka
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung (ID): Tarsito
Dodi Rusjadi 2011. Kajian metode sampling pengukuran kebisingan dari keputusan
menteri lingkungan hidup no. 48 tahun 1996. Jurnal Standardisasi. 13(3):
176 – 183
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 718/MEN.KES./PER/XI/1987 tentang
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan
Murwono D. 1999. Perencanaan Lingkungan Transportasi. Yogyakarta (ID) :
Universitas Gajah Mada.
Nasri. 1997.Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja.
Jakarta (ID)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008 ttg Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang Kebisingan
yang berhubungan dengan kesehatan
Plant. 1985. Pengantar Ilmu Teknik Instrumentasi. Jakarta (ID) : PT. Gramedia
Prasetio L. 2003. Hibah Pengajaran. Surabaya (ID) : Institut Teknologi Sepuluh
November.
Primanita,Maeril. 2012. Intensitas kebisingan berdasarkan jenis dan tingkat
kerapatan tanaman.Semarang. Skripsi :Universitas Muhammadiyah
Semarang
Salter R.J 1976. Highway Traffic Analysis and Design. London (UK) : The Macmillan
Press.
Satwiko P. 2004. Fisika Bangunan I Edisi 1. Yogyakarta (ID): ANDI.
Sastrowinoto. 1985. Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising
Dari Sarana Transportasi. Jakarta (ID)
Thomas D, Rossing. 1981. The Science Of Sound. Koln (GER) : Addison-Wesley.

Anda mungkin juga menyukai