RUANGAN
Abstract: Comfort is an important factor that must be considered in the design of the building,
because the comfort of the space will affect whether or not the occupants feel at home in their
activities. Audial comfort is a condition where humans feel comfortable with the surrounding sound
or avoid noise. Noise quality standards for several regions have been established based on Minister
of Health Regulation number 70 in 2016, Minister of Health Regulation number 178 of 1987, and
MENLH Decree number 48 of 1996. This practicum aims to determine audial comfort in several
places in the area of the Department of Civil Engineering and the Environment, IPB. Measurements
were carried out directly with the Sound Level Meter referring to SNI number 7231 of 2009. Based
on these quality standards, the sound intensity of the Air Quality Laboratory and Jalan Ulin near
the Fahutan Hall was 85.44 dB and 57.9 dB with a sound level meter. The Sound Meter application
has a certain calibration until it reaches the noise level using the manual Sound Level Meter so that
the equation y = 0.2794x + 74.057 is obtained from linear regression.
Keywords: Audial, Noise, Sound level meter
PENDAHULUAN
Kenyamanan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam desain
bangunan, karena kenyamanan ruang akan mempengaruhi betah tidaknya penghuni
dalam beraktivitas. Dalam suatu perancangan bangunan dapat dikatakan nyaman
apabila ruang-ruang didalam bangunan tersebut memenuhi kriteria kenyamanan
yang terdiri dari: kenyamanan ruang gerak, kenyamanan termal, kenyamanan
visual, dan kenyamanan audial. Kenyamanan audial merupakan kondisi dimana
manusia merasa nyaman terhadap suara yang ada di sekitarnya atau terhindar dari
kebisingan.
Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Salter
(1976) menyatakan jumlah sumber bunyi bertambah secara teratur di lingkungan
sekitar, dan ketika bunyi menjadi tidak diinginkan maka bunyi ini disebut
kebisingan. Murwono (1999) mendefinisikan kebisingan sebagai suara yang tidak
diinginkan dan pengukurannya menimbulkan kesulitan besar karena bervariasi
diantara perorangan dalam situasi yang berbeda.
Sedangkan menurut Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud
dengan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Kebisingan mempengaruhui kesehatan
manusia baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahun 1993, WHO mengakui efek
kesehatan penduduk yang berasal dari kebisingan, antara lain ketergantungan pola
tidur, kardiovaskuler, sistem pernafasan, psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Efek
psikologis akibat kebisingan termasuk hipertensi, takikardia, peningkatan pelepasan
kortisol dan stress fisiologis meningkat. Pengukuran kebisingan dapat dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut Sound Level Meter. Sound Level Meter adalah
alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini,
selanjutnya menggerakkan meter penunjuk.
Pembangunan dari sebuah kawasan pemukiman harus mementingkan
kenyamanan audial. Kebisingan yang ditimbulkan lingkungan sekitar juga harus
diminimalisir dengan upaya-upaya tertentu untuk menghindari timbulnya bahaya dari
kebisingan. Telinga manusia memiliki batas tertentu yang dapat dijadikan indikasi
dalam pemilihan lokasi hunian. Batas ini disebut ambang sakit (threshold of pain),
batas ini dapat diartikan sebagai kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga
manusia, berenergi 1 W/M2 (Satwiko 2004). Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
mengukur intensitas tingkat kebisingan ruangan sesaat (pada waktu tertentu),
mengetahui tingkat kebisingan lingkungan pada lokasi tertentu, serta memahami baku
mutu tingkat kebisingan pada suatu kawasan.
METODOLOGI
Praktikum Kebisingan atau kenyamanan akustik dilakukan pada hari, Rabu 4
September 2019. Praktikum ini dilakukan pada lingkungan sekitar Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB University pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pengukuran
kebisingan dilakukan pada dua tempat yaitu di Outdoor dan di indoor. Kelompok
3 mengukur kebisingan yaitu outdoor di jalanan dekat fahutan, sedangkan indoor
di ruang laboratorium kebiringan dan kualitas udara. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan dua macam alat, yaitu menggunakan sound level meter (SLM) dan
menggunakan aplikasi ditelepon genggam. Pengukuran dilakukan secara
bersamaan pada kira-kira pukul 13.15. metode pengukuran lebih lengkapnya dapat
dilihat pada diagram alir berikut:
Mulai
Dipilih lokasi indoor yaitu laboratorium kebisingan dan kualitas udara dan lokasi outdoor
dipilih jalanan dekat fahutan
Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan pencatatan berkala 5 detik dan ditulis
permenit selama 10 menit.
Data yang diperoleh dari aplikasi dikalibrasi dengan pengukuran Bersama dengan LSM dan
dicari persamaan regresinya
Data yang sudah ada, dilakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat kebisingan
selesai
Terlihat peta kontur yang menunjukkan 4 tempat yang berada di sekitar Fakultas
Teknologi Pertanian yaitu di Kantin Sapta, Segitiga SIL, tempat parkir SIL, dan
jalan di Fakultas Kehutanan. Kantin Sapta berada pada koordinat (106.72844,
6.558925) memiliki tingkat kebisingan sebesar 67.728054 dB. Segitiga SIL berada
pada koordinat (106.72844, 6.5587417) memiliki tingkat kebisingan sebesar
54.743366 dB. Tempat parkir SIL berada pada koordinat (106.72843, 6.55825)
memiliki tingkat kebisingan sebesar 56.700114 dB. Jalan di Fahutan berada pada
koordinat (106.7284, 6.557825) memiliki tingkat kebisingan sebesar 57.929436
dB. Tingkat kebisingan yang paling besar berada di Kantin Sapta karena kantin
merupakan tempat dimana sebagian besar aktifitas di kampus dilaksanakan.
SIMPULAN
Kenyamanan audial menjadi parameter kenyamanan sebuah tempat atau
ruangan. Semakin kecil kebisingan yang terjadi, maka kenyamanan akan semakin
terasa. Baku mutu kebisingan untuk beberapa wilayah telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 tahun 2016, Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 178 tahun 1987, dan Keputusan MENLH nomor 48 tahun 1996. Berdasarkan
baku mutu tersebut, intensitas bunyi Laboratorium Kualitas Udara dan Jalan Ulin
dekat balairung Fahutan sebesar 85.44 dB dan 57.9 dB dengan alat sound level
meter. Aplikasi Sound Meter memiliki kalibrasi tertentu hingga mencapai tingkat
kebisingan memakai alat manual Sound Level Meter sehingga didapat persamaan
y=0,2794x + 74,057 dari regresi linier.
Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar dan kondusif. Praktikum menggunakan
Sound level meter. Pengukuran setiap 5 detik memerlukan konsentrasi yang baik
jadi perlu koodinasi dengan baik.
Daftar Pustaka
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung (ID): Tarsito
Dodi Rusjadi 2011. Kajian metode sampling pengukuran kebisingan dari keputusan
menteri lingkungan hidup no. 48 tahun 1996. Jurnal Standardisasi. 13(3):
176 – 183
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 718/MEN.KES./PER/XI/1987 tentang
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999
Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan
Murwono D. 1999. Perencanaan Lingkungan Transportasi. Yogyakarta (ID) :
Universitas Gajah Mada.
Nasri. 1997.Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja.
Jakarta (ID)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008 ttg Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang Kebisingan
yang berhubungan dengan kesehatan
Plant. 1985. Pengantar Ilmu Teknik Instrumentasi. Jakarta (ID) : PT. Gramedia
Prasetio L. 2003. Hibah Pengajaran. Surabaya (ID) : Institut Teknologi Sepuluh
November.
Primanita,Maeril. 2012. Intensitas kebisingan berdasarkan jenis dan tingkat
kerapatan tanaman.Semarang. Skripsi :Universitas Muhammadiyah
Semarang
Salter R.J 1976. Highway Traffic Analysis and Design. London (UK) : The Macmillan
Press.
Satwiko P. 2004. Fisika Bangunan I Edisi 1. Yogyakarta (ID): ANDI.
Sastrowinoto. 1985. Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising
Dari Sarana Transportasi. Jakarta (ID)
Thomas D, Rossing. 1981. The Science Of Sound. Koln (GER) : Addison-Wesley.