Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBISINGAN DI PERUMAHAN CLUSTER

KARAWACI INDAH, CURUG, TANGERANG, BANTEN


Noise Analysis at Cluster Karawaci Indah Residence, Curug,
Tangerang, Banten
Oktavian Wahyu Pratama Ajie1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan , Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor ,16680
Oktavian_Wahyu@apps.ipb.ac.id

Abstrak : Pemukiman dengan rasa aman, tenteram, nikmat, dan nyaman merupakan kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia. Akibat dari minimnya ketersediaan lahan makan perumahan
dibuat secara berdekatan satu dengan yang lainnya. Salah satu pengaruh lingkungan yang
berkaitan dengan pemukiman adalah kebisingan. Praktikum bertujuan mengukur tingkat
kebisingan sesaat, mengetahui tingkat kebisingan lingkungan pada lokasi tertentu, dan
mempelajari baku mutu tingkat kebisingan pada suatu lokasi. Berdasarkan KepmenLH RI No. 48
Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,
termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Praktikum pada pertemuan minggu ke empat berjudul
Kebisingan Lingkungan (Kenyaman Akustik). Dilaksanakan hari Senin, 21 September 2020 secara
daring pada pukul 09.00-12.00 WIB dengan menggunakan Zoom meeting. Data diperoleh dengan
mekukan pengukuran kebisinan menggunakan aplikasi. Berdasarkan nilai Ls yang diperoleh
sebesar 50,2 dB(A) apabila beracuan pada tabel melalui pengukuran dapat dikatakan bahwa
kebisingan disiang hari masih memenuhi standar baku mutu sebesar 55 dB(A). Pada kondisi
malam nilai Lm sebesar 40,3 dB(A) masih memenuhi baku mutu, dan hasil pengukuran rata-rata
Lsm sebesar 48,6 dB(A) masih memenuhi baku mutu. Hasil pengukuran yang dilakukan di lokasi
penelitian dikatakan nyaman dari segi audial. Hal ini didasarkan hasil pengukuran yang
dilakukan menujukkan nilai dibaawah baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 48,6 dB(A)
sementara baku mutu berdasarkan KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996 sebesasr 55 dB(A).
Kata kunci : Kebisingan, Lingkugan, Pemukiman.

Abstract: A settlement with a sense of security, tranquility, enjoyment, and comfort is a basic
requirement in human life. As a result of the minimal availability of land for food, housing is made
close to one another. One of the environmental influences related to settlement is noise. Practicum
aims to measure the instantaneous noise level, determine the environmental noise level at a
certain location, and study the noise level quality standards at a location. Based on the
KepmenLH RI No. 48 of 1996 concerning Noise Level Threshold Value states that noise is
unwanted sound from a business or activity in a certain level and time that can cause human
health and environmental comfort, including livestock, animals and natural systems. Practicum at
the fourth week meeting entitled Environmental Noise (Acoustic Comfort). Held online Monday,
21 September 2020 at 09.00-12.00 WIB using Zoom meeting. The data were obtained by freezing
the measurement of psychology using the application. Based on the Ls value obtained at 50.2 dB
(A), referring to the table through measurement, it can be said that the noise at noon still meets
the quality standard of 55 dB (A). At night, the Lm value of 40.3 dB (A) still meets the quality
standard, and the measurement results of the Lsm average of 48.6 dB (A) still meet the quality
standard. The results of measurements made at the research location are said to be comfortable
from an audial perspective. This is based on the results of measurements that show a value below
the specified quality standard, which is 48.6 dB (A) while the quality standard is based on the
Republic of Indonesia Ministerial Decree No. 48 of 1996 sebesasr 55 dB (A).
Keywords: Noise, Environment, Settlement.
PENDAHULUAN
Pemukiman dengan rasa aman, tenteram, nikmat, dan nyaman merupakan
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Menurut SK Mentri Negara
Lingkungan Hidup No: Kep 48/MENLH/XI/1996 pemukiman harus memenuhi
syarat: struktur bangunan kuat, aman, indah, tersedia sarana air bersih dan
pembuangan air kotor, udara bersih dengan pertukaran udara yang cukup, cahaya
matahari cukup, dan terhindar dari pengaruh lingkungan. Seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka kebutuhan akan perumahan
pun semakin bertambah.
Banyak kawasan atau kompleks perumahan dibangun untuk memenuhi
permintaan pasar akan kebutuhan rumah tinggal. Hal-hal yang mempengaruhi
pertumbuhan pembangunan perumahan adalah adanya potensi lahan dan
aksesibilitas yang memadai. Yang dimaksud dengan adanya potensi lahan
merupakan ketersediaan lahan yang cukup besar untuk dapat dibangun rumah
tinggal secara masal dan aksesibilitas yang memadai diartikan sebagai pencapaian
menuju lokasi yang mudah dicapai atau dengan kata lain transportasi lancar yang
didukung oleh adanya prasarana jalan yang baik (Wulur et.al 2014). Akibat dari
minimnya ketersediaan lahan makan perumahan dibuat secara berdekatan satu
dengan yang lainnya agar lahan yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan lokasi perumahan dibuat sedekat mungkin dengan jalan besar
untuk meningkatkan aksesibilitas penghuni perumahan. Namun faktor yang
dianggap menguntungkan tadi menyebabkan permasalahan. Salah satu pengaruh
lingkungan yang berkaitan dengan pemukiman adalah kebisingan.
Berbicara mengenai kebisingan, kebisingan merupakan suara-suara yang
ditimbulkan alat atau sebuah kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan dan
kesehatan telinga bagi yang mengerjakan maupun bagi lingkungan sekitar.
Kebisingan yang terus-menerus terpapar tentu saja tidak menutup kemungkinan
dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan bagi orang sekitarnya, dan dampak
yang paling buruk adalah ketulian. Ketidaknyamanan masyarakat sekitar akan
dirasakan masyarakat di sekitar pusat kebisingan seperti halnya tidur dan istirahat
terganggu. Selain itu juga, terganggunya aktivitas masyarakat seperti halnya
kurangnya ketajaman dalam mendengar sesuatu dikarenakan adanya kebisingan
tersebut. Praktikum bertujuan mengukur tingkat kebisingan sesaat, mengetahui
tingkat kebisingan lingkungan pada lokasi tertentu, dan mempelajari baku mutu
tingkat kebisingan pada suatu lokasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas
Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,
termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Dalam buku Federal Transit
Administration (FTA) (2006) dikatakan bahwa kebisingan biasanya dianggap
sebagai suara yang tidak dikehendaki. Suara yang tidak diinginkan atau
kebisingan tersebut akan menimbulkan efek yang kurang baik terhadap kesehatan
maupun aktivitas orang yang bersangkutan (Ikron et.al 2007). Secara umum
polusi suara di daerah perkotaan dihasilkan melalui sumber yang berbeda,
diantaranya lalu lintas jalan, konstruksi dan kegiatan komersial, industri, bandara
dan daerah perumahan.
Umumnya masalah yang terkait dengan kebisingan adalah gangguan
komunikasi dan gangguan tidur. Kebisingan yang berlebihan juga dapat
mengakibatkan masalah-masalah mental dan kesehatan fisik. Buchari (2007)
dalam penelitiannya, menggolongkan gangguan kebisingan dalam dua kategori,
yaitu berupa gangguan auditory misalnya gangguan terhadap pendengaran, dan
juga berupa gangguan non auditory seperti pada gangguan saat komunikasi dan
menurunnya semangat kerja, akibat kelelahan dan stress. Dari penelitian Djalante
(2010) tingkat kebisingan yang dapat diterima manusia, terhadap kesehatan
tergantung berapa lama kebisingan tersebut dipaparkan dan seberapa besar
intensitas kebisingan yang terpapar.
Untuk mengetahui tingkat kebisingan dari suatu area yang dianalisis dapat
menggunakan alat yang disebut Sound Level Meter. Sound Level Meter adalah alat
pengukur suara yang mana mekanisme kerja alat ini adalah apabila ada benda
bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat
ditangkap oleh alat ini. selanjutnya akan menggerakan meter petunjuk (Harahap
2016). Selain Sound Level Meter manual terdapat pula aplikasi Sound Level Meter
di android.
Kebisingan dapat dibedakan menjadi beberapa kategori diantaranya Audible
Noise (Bising Pendengaran) yang disebakan oleh frekuensi bunyi antara 32,5 –
8000 Hz, Occupational Noise (Bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yang
disebabkan oleh bunyi mesin industri/pabrik, mesin ketik, dan lain sebagainya,
dan Impuls Noise atau Impact Noise (Bising Impuls), terjadi akibat adanya bunyi
yang menyentak, misalnya pukulan palu atau ledakan meriam (Wulur et.al 2014).
Kebisingan berdasarkan waktu terjadinya, dapat dibagi menjadi tiga.
Berdasarkan kekontinyuannya terdapat bising kontinyu dan bising terputus-putus.
Bising kontinyu dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki spektrum luas,
contohnya bising akibar suara mesin, kipas angin dan yang memiliki spektrum
sempit, contohnya bunyi gergaji dan penutup gas. Bising terputus-putus atau
intermitten contohnya bunyi lalu lintas dan bunyi pesawat terbang di udara.
Kebisingan berdasarkan lamanya dalam hitungan hari, terdapat bising sehari
penuh (full time noise) dan bising setengah hari (part time noise). Berdasarkan
periodenya terdapat bising terus-menerus (steady noise) dan bising impulsife
(impuls noise) atau pun bising sesaat (letupan) (Wulur et.al 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang
kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah
dalam empat zona. Diantaranya zona A adalah zona untuk tempat penelitian,
rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya
berkisar 35 – 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi.
Angka kebisingan 45 – 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan,
perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi
lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat
kebisingan 60 – 70 dB. Berdasarkan tabel KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996
tentang Nilai Ambang Batas Tingkat Kebisingan diketahui sebagai berikut
Peruntukan kawasan / daerah
keshatan Tingkat kebisingan (dB A)
a. Peruntukan kawasan  
1. perumahan dan pemukiman 55
2. perdagangan dan jasa 70
3. perkantoran dan perdagangan 65
4. ruang terbuka hijau 50
5. industri 70
6. pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. rekreasi 70
8. kusus  
bandar udara  
stasiun kereta 60
pelabuhan laut 70
cagar budaya  
b. Lingkunagan kegiatan  
1. rumahsakit da sejenisnya 55
2. sekolah dan sejenisnya 55
3. tempayt ibadah atau sejenisnya 55
Tabel 1 Baku mutu kebisingan berdasar KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996

METODOLOGI
Praktikum pada pertemuan minggu ke empat berjudul Kebisingan
Lingkungan (Kenyaman Akustik). Dilaksanakan hari Senin, 21 September 2020
secara daring pada pukul 09.00-12.00 WIB dengan menggunakan Zoom meeting.
Data diperoleh dengan mekukan pengukuran kebisinan menggunakan aplikasi
Sound Level Meter, dilaksanakan di perumahan Cluster Karawac Indah Blok C1,
Kec. Curug, Kab. Tangerang, Banten. Adapun alat yang digunakan diantaranya.
1. Smart phone
2. Aplikasi pengukur kebisingan (Sound Level Meter)
3. Buku catatan
Adapun langkah-langkah pengerjaannya disajikan dalam diagram alir sebagai
berikut
MULAI

Ruangan tempat pengukuran yang akan dilakukan dentukan

Aplikasi pengukur kebisingan pada HP yang digunakan diunduh

stopwatch dan HP yang telah terinstal di dalamnya aplikasi pengukur


kebisingan diletakkan dalam ruangan yang akan diukur tingkat kebisingannya

Aplikasi pengukur kebisingan dijalankan. Jika aplikasi dapat berfungsi


normal tombol stopwatch ditekan dan pencatatan hasil pengukuran dimulai

Tingkat kebisingan dicatat setiap 5 detik selama 10 menit. Dapat juga dilakukan
perekaman dengan menggunakan video untuk pencatatan hasil pengukuran. Pada
saat pengukuran usahakan tidak ada suara yang dihasilkan dari aktivitas
pengukuran dan pencatatan sehingga yang terukur adalah suara kondisi di
lingkungan sekitar pengukuran

SELESAI

Gambar 1 diagram alir langkkah-langkah pengukuran kebisingan


Untuk menghitung nilai tingkat kebisingan (Leq) satu menit digunakan
persamaan satu sebagai berikut.
1
Leq ( 1 menit ) =10 log [ (100,1 L1 +¿ 100,1 L2 +…+100,1 L12).5]dB( A)…(1) ¿
60

Untuk menghitung nilai tingkat kebisingan (Leq) sepuluh menit digunakan


persamaan dua sebagai berikut.
1
Leq ( 1 0 menit ) =10 log [ (100,1 L1 +¿ 100,1 L11 +…+10 0,1 L x ) .1]dB( A) …(2)¿
60
Untuk menghitung nilai tingkat kebisingan siang hari (L s) digunakan
persamaan tiga sebagai berikut.
1
Ls=10 log (T 1.10 0,1 L1 +¿ …+T 4. 100,1L 4 )dB( A)… … … … … … … … … …(3) ¿
16
Untuk menghitung nilai tingkat kebisingan malam hari (L m) digunakan
persamaan empat sebagai berikut.
1
Lm=10 log (T 5.100,1 L 5+ ¿ …+T 7. 100,1 L 7) dB( A) … … … … … … … … … … ..(4)¿
8
Untuk menghitung nilai tingkat kebisingan siang dan malam hari (L sm)
digunakan persamaan lima sebagai berikut.
1
Lsm=10 log (16.100,1 Ls +¿ …+8. 100,1 Lm)dB ( A )… … … … … … … … … …(5)¿
24

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil prkatikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil
pengukuran sebagai berikut. Pengukuran Leq diperoleh nilai L1 sebesar 39,4 dB A
yang mewakili pengukuran pukul 06.00-09.00 WIB, L2 sebesar 40 dB A yang
mewakili pengukuran pukul 09.00-14.00 WIB, L3 sebesar 57,1 dB A yang
mewakili pengukuran pukul 14.00-17.00 WIB, L4 sebesar 41,4 dB A yang
mewakili pengukuran pukul 17.00-22.00 WIB, L5 sebesar 37,9 dB A yang
mewakili pengukuran pukul 22.00-24.00 WIB, L6 sebesar 38,3 dB A yang
mewakili pengukuran pukul 24.00-03.00 WIB, dan L 7 sebesar 42,5 dB A yang
mewakili pengukuran pukul 03.00-06.00 WIB. Selain itu diperoleh pula nilai L s
sebesar 50,2 dB A yang mewakili pengukuran 16 jam, L m sebesar 40,3 dB A yang
mewakili pengukuran 8 jam, dan Lsm sebesar 48,6 dB A yang merepresentasikan
rata-rata kebisingan didaerah tersebut selama 24 jam. Adapun hasil pengukuran
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
  Leq Waktu Mewakili dB(A) Keterangan
L1 07:00 06:00 - 09:00 39,4 T1 = 3 jam
Siang L2 10:00 09:00 - 14:00 40,0 T2 = 5 jam
hari L3 15:00 14:00 - 17:00 57,1 T3 = 3 jam
L4 20:00 17:00 - 22:00 41,4 T4 = 5 jam
L5 23:00 22:00 - 24;00 37,9 T5 = 2 jam
Malam
L6 01:00 24:00 - 03:00 38,3 T6 = 3 jam
hari
L7 04:00 03:00 - 06:00 42,5 T7 = 3 jam
  Ls 16 jam Siang hari 50,2  
  Lm 8 jam Malam hari 40,3  
  L24 24 jam Satu hari 48,6  
Tabel 2 Hasil pengukuran kebisingan selama 24 jam

Berdasarkan nilai L s yang diperoleh sebesar 50,2 dB(A) apabila beracuan pada
tabel melalui pengukuran dapat dikatakan bahwa kebisingan disiang hari masih
memenuhi standar baku mutu sebesar 55 dB(A). Pada kondisi malam nilai Lm
sebesar 40,3 dB(A) masih memenuhi baku mutu, dan hasil pengukuran rata-rata
Lsm sebesar 48,6 dB(A) masih memenuhi baku mutu. Hal ini dikareneakan
lingkungan perumahan yang jauh dari sumber kebisingan seperti jalan raya,
pabrik, dan lain-lain. Selain itu kondisi lingkungan yang mayorias memiliki
aktivitas padat di siang hari dan istirahat diawal waktu menciptakan kondisi yang
kondusif. Berdasarkan pengukuran termal, visual, dan audial yang telah
dilakukan. Rumah yang dijadikan tempat penelitian memenuhi baku mutu
kebisingan. Namun tidak memenuhi baku mutu pencahayaan dan juga suhu
termal.

SIMPULAN
Hasil pengukuran yang dilakukan di lokasi penelitian dikatakan nyaman dari
segi audial. Hal ini didasarkan hasil pengukuran yang dilakukan menujukkan nilai
dibaawah baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 48,6 dB(A) sementara baku
mutu berdasarkan KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996 sebesasr 55 dB(A). Namun
dari segi termal dan visual masih belum memenuhi baku mutu.

SARAN
Praktikum sudah berjalan dengan baik, namun dalam pemilihan aplikasi sound
level meter di android harus lebih diperhatikan tingkat akurasinya. Adabaiknya
melihat rivew di kolom komentar dan melihat bintang yang diperoleh. Selain itu
juga harus dilakukan perbandingan antara beberapa aplikasi agar tidak terjadi
ketimpangan data.

DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU
Repository: Universitas Sumatera Utara.
Djalante, S. 2010. Analisis tingkat kebisingan yang menggunakan alat pemberi
isyarat lalu lintas (apil) (studi kasus: simpang ade swalayan). Jurnal
SMARTek. 8 (4) : 280-300.
Federal Transit Administration (FTA). 2006. Transit Noise and Vibration Impact
Assessment. United States Of America (USA) : Department Of
Transportation
Harahap J. 2016. Penentuan tingkat kebisingan pada area pengolahan sekam padi,
siltstone crusher, cooler dan power plant pada PT Lafarge Cement
Indonesia-lhoknga plant. Journal of Islamic Science and Technology. 2 (2)
: 129.
Ikron, Djaja IM, dan Wulandari RA. 2005. Pengaruh kebisingan lalu lintas jalan
terhadap gangguan kesehatan psikologi anak SDN Cipinang Muara
Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta. Makara
Kesehatan. 11 (1) : 32-37.
[Kemen LH RI] kementrian Lingkungan Hidup, Republik Indonesia. 1996.
KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas Tingkat
Kebisingan. Jakarta (ID) : Kemen LH RI.
Wulur YA, Sangkertadi, Kindangen JI, Warouw F. 2014. Pola distribusi bunyi
dan oleransi kebisingan pada perumahan di kawasan bandara. Media
Matrasain.
11 (3) : 45-47.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Aplikasi Sound level meter

Gambar 2 Aplikasi Sound level meter

Anda mungkin juga menyukai