Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN KEBISINGAN

DAN VENTILASI DI
BANDARA

NAMA KELOMPOK :

1. YOHANNA FERRE (172151018)


2. FIANISA JAUHARI (172151019)
3. PUPUT NOVITASARI (172151020)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari kelompok kami yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat membantu kami memperbaiki makalah dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 3 Juni 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan
keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan
kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di sekitarnya. Kebisingan bisa
mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi komunikasi yang sedang
berlangsung, selain itu dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan,
kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada
intensitas, frekuensi, periode, saat dan lama kejadian, kompleksitas
spektrum/kegaduhan dan tidak teraturnya suara kebisingan. Kebisingan dapat
menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang melalui
gangguan psikologi dan gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktifitas
kerja (Sasongko 2000). Karyawan Bandara dan penduduk sekitar Bandara sangat
rentan terhadap kerusakan pendengaran dalam bentuk pergeseran, ambang dengar
temporer atau permanen. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengendalian bising di
lingkungan bandara yang mencakup pengendalian untuk karyawan penerbangan dan
juga untuk lingkungan sekitar bandara. Dalam upaya pengendalian kebisingan di
lingkungan bandara agar lebih efektif, maka perlu dilakukan identifikasi masalah
kebisingan di bandara, dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh
karyawan bandara dan penduduk sekitar bandara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks
ruang dan waktu sehiingga menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan
kesehatan manusia (Sasongkoetal 2000). Emisi kebisingan dari segi kejadiannya dibagi
menjadi dua yaitu bising seketika (impulse noise dan bising menerus)continous noise.
Bising seketika adalah bising dalam waktu yang singkat dan intensitas yang besar.
Sementara bising menerus adalah bising dalam durasi waktu yang lebih lama dan
intensitas yang lebih rendah (Sugiharto 2000). Berdasarkan Kep. MenLH. No.48
Tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan di wilayah bandar udara untuk
perumahan dan pemukiman, nilai baku mutu sebesar 55 dB (A). Akibat dari
kebisingan ini dapat mengganggu proses aktifitas pekerja dan penduduk disekitar
bandara. Selain itu dapat mempengaruhi kesehatan terutama kesehatan pendengaran,
baik yang sifatnya sementara ataupun yang permanen. Tingkat kebisingan di Bandar
Udara dan sekitarnya ditentukan dengan indeks kebisingan WECPNL (Weighted
Equivalent Continous Perceived Noise Level) atau nilai ekuivalen tingkat kebisingan
di suatu area yang dapat diterima terus menerus selama suatu rentang waktu dengan
pembobotan tertentu. Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan
efektivitas kerja dan kinerja seseorang (Asmaningprojo 1995). Pengaruh kebisingan
terhadap manusia secara fisik tidak hanya mengganggu organ pendengaran, tetapi
juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti
penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko et al 2000). Menurut
(Olishifski 1971 dalam Primanda F.B 2012), Salah satu karakteristik kebisingan yang
penting untuk kesehatan adalah intesitas. Intensitas adalah energi yang mengalir per
satuan luas. Semakin jauh sumber suara, intensitas yang diterima akan semakin kecil,
karena luas permukaan total yang dilalui semakin besar. Kebisingan berasal dari
sumber suara, baik dari mesin pabrik, suara kendaraan bermotor, suara dari mesin
pesawat terbang, dan lain-lain (Pratomo 2010).

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan umum dari penulisan kami adalah untuk mengetahui lebih luas tentang
Kebisingan dan ventilasi di bandara yang meliputi pengertian, ruang lingkup, maksud
dan tujuan system pengendalian kebisingan dan ventilasi di bandara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MANAJEMEN KEBISINGAN DAN VENTILASI BANDARA


2.1.1 PENGERTIAN
Masalah kebisingan tidak hanya merupakan masalah di tempat kerja saja, tetapi
juga di sekitar kita seperti suara pesawat terbang, dll.

Kebisingan adalah suara ditempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya
kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu atau
tidak diinginkan secara fisik (menyakitkan pada telinga pekerja) dan psikis
(mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi) yang akan menjadi
polutan bagi lingkungan, sehingga kebisingan didefinisikan sebagai polusi
lingkungan yang disebabkan oleh suara (Sihar Tigor B.T., 2005).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran ( PER.13/MEN/X/2011).

Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke
gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga luar. Getaran suara yang dihantarkan
dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam
menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya
menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-
serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak. Getaran dari gendang
telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke
jendela oval.

Seorang cenderung mengabaikan kebisingan yang dihasilkannya sendiri bila


kebisingan itu secara wajar menyertai pekerjaan, seperti kebisingan mesin
kerja. Sebagai patokan, kebisingan mekanik atau elektrik, yang disebabkan
kipas angin, transformator, motor, pompa, pembersih vakum atau mesin
cuci, selalu lebih mengganggu daripada kebisingan yang hakekatnya alami
(angin, hujan, dan air terjun) (Riyadi,2011).

2.1.2 SUMBER BISING


Sumber bising yang terdapat di bandara dikategorikan sebagai Bising Spesifik,
Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya pemasangan
tiang pancang tol atau bangunan.

Menurut Subaris dan Haryono (2008) sumber bunyi dilihat dari sifatnya dibagi
menjadi dua, yaitu:

1. Sumber kebisingan statis seperti pabrik, mesin, tape dan lain-lain.


2. Sumber kebisingan dinamis seperti mobil, pesawat terbang, kapal laut
dan lainnya.

2.1.3 JENIS BISING


Bising yang terjadi di bandara merupakan Bising intermitten (terputus putus) yang
terjadi tidak terus menerus seperti suara lalu lintas, suara pesawat terbang. Bising
di bandara mencapai 60dB, Sedangkan batas frekuensi bunyi yang dapat didengar
oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada amplitudo umum
dengan berbagai variasi dalam mencapai 60dB kurva responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena sel
rambut yang rusak tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut
progresif dan berkurangnya pendengaran.

Tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan Program Konservasi


Pendengaran/Hearing Conservation Program (HCP).

Program Konservasi Pendengaran meliputi :

1. Pemantauan Kebisingan
2. Audiometri Test
3. Pengendalian Kebisingan
4. Alat Pelindung Diri
5. Training Motivasi
6. Pemeliharaan Catatan / record
2.1.4 DAMPAK KEBISINGAN
Aktifitas bandar udara tersebut telah menimbulkan gangguan kebisingan
yang dampaknya mengganggu komunikasi, aktifitas kerja dan aktifitas
kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar serta dapat menimbulkan penurunan
kualitas lingkungan hidup. Dalam jangka waktu pendek gangguan ini tidak
sampai menyebabkan kerusakan fisiologis pada sistem pendengaran manusia,
tetapi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan menurunnya tingkat ambang
pendengaran manusia serta gangguan psikologis penduduk sekitar.(Anonim,2011)

Kebisingan di Bandara merupakan sumber dampak, sedangkan para karyawan


operasional penerbangan dan penduduk di lingkungan sekitar bandara merupakan
komponen lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya
peningkatan kebisingan. Apalagi perencanaan beberapa tahun ke depan
diperkirakan akan terjadi peningkatan volume penerbangan di Bandara Juanda
Surabaya, Manusia normal mampu mendengar suara berfrequensi 20-20.000
Hz. Dengan tingkat kebisingan yang terus menerus dan dipaksakan, bisa
merusak pendengaran karena dapat mematikan fungsi sel-sel rambut dalam
sistem pendengaran. Gejala awal yang seringkali dirasakan adalah telinga
berdengung, kemudian diikuti oleh menurunnya pendengaran.Tempat kerja yang
bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan keseimbangan para
pekerja.Gangguan yang tidak dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan
kecelakaan, baik pada pekerja maupun orang di sekitarnya (Chaeran,2008).

Karyawan Bandara dan penduduk sekitar Bandara sangat rentan terhadap


kerusakan pendengaran dalam bentuk pergeseran, ambang dengar temporer atau
permanen.Oleh sebab itu diperlukan upaya pengendalian bising di lingkungan
Bandara yang mencakup pengendalian untuk karyawan penerbangan dan juga
untuk lingkungan sekitar Bandara. (Chaeran,2008)
Peningkatan tingkat kebisingan yang terus menerus dari berbagai aktifitas pada
lingkungan Bandara dapat berujung kepada gangguan kebisingan, efek yang
ditimbulkan kebisingan (Chaeran,2008) diantaranya :

1. Efek psikologis pada manusia


Kebisingan dapat membuat kaget, mengganggu dan mengacaukan
konsentrasi, menginterferensi komunikasi dalam percakapan dan akan
menginterferensi hasil pekerjaan dan keselamatan kerja.
2. Efek fisis kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi.

2.1.5 METODE PENGUKURAN


1. Pada dasarnya pengukuran dilakukan di tempat dimana terdapat keluhan atau
dimana dilakukan pemantauan secara permanen tidak diijinkan untuk melakukan
pengukuran di tempat dimana sehari - hari sama sekali tidak pernah ada orang lalu
lalang.
2. Pengukuran harus dilakukan ditempat terbuka berjarak 3 meter dari dinding untuk
menghindari pantulan kalau hal ini tidak mungkin maka diizinkan untuk
melakukan pengukuran pada jarak 0,5 m di depan jendela terbuka.
3. Tinggi alat ukur sekitar 1,2 m diatas tanah harus di pasang pada statif
dalam keadaan apapun tidak di ijinkan untuk memegang alat ukur terus
menerus kecuali pada saat mengubah control attenuator pada alat ukur
Jarak antara badan operator dan alat ukur harus cukup jauh agar tidak
terjadi pantulan. Pengukuran kebisingan dilakukan pada saat tiap-tiap
aktifitas penerbangan yaitu ketika pesawat akan takeoff dan pesawat akan
anding. Pengukuran pada titik sampling dilakukan 2 orang yaitu orang I
menentukan waktu dan membaca hasil pengukuran sementara orang ke II
mencatat hasil pengukuran. Setelah seluruh pengukuran selesai dilakukan
tabulasi hasil pengukuran. Tingkat kebisingan ini akan berpengaruh
terhadap pemukiman di sekitar bandara, sehingga disamping pengukuran
tingkat kebisingan juga di perlukan tanggapan masyarakat tentang
gangguan yang di rasakan akibat aktivitas penerbangan di Bandara. Untuk
itu dilakukan penyebaran kuisioner sebanyak 30 responden dengan tujuan
mendapatkan data tentang pengaruh tingkat kebisingan pada masyarakat
sekitar Bandara.

2.1.6 PENGENDALIAN KEBISINGAN


Secara umum upaya pengendalian kebisingan dilakukan melalui pengurangan dan
pengendalian tingkat bising menjadi 3 aspek yaitu :

1. Pengendalian pada sumber.

Pengendalian kebisingan pada sumber meliputi;

a. Perlindungan pada peralatan, struktur, dan pekerja dari dampak


bising.
b. Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.
c. Reduksi kebisingan pada sumber biasanya memerlukan modifikasi atau
mereduksi gaya-gaya penyebab getaran sebagai sumber kebisingan dan
mereduksi komponen- komponen peralatan. Pengendalian kebisingan pada
sumber relatif lebih efisien dan praktis dibandingkan dengan
pengendalian pada lintasan/rambatan dan penerima.
2. Pengendalian pada media rambatan.
Pengendalian pada media rambatan dilakukan diantara sumber dan penerima
kebisingan.Prinsip pengendaliannya adalah melemahkan intensitas kebisingan
yang merambat dari sumber kepenerima dengan cara membuat hambatan-
hambatan.Ada dua cara pengendalian kebisingan pada media rambatan yaitu
outdoor noise control dan indoor noise control.
3. Pengendalian kebisingan pada manusia.
Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi
tingkat kebisingan yang diterima setiap hari. Pengendalian ini terutama
ditujukan pada orang yang setiap harinya menerima kebisingan, seperti
operator pesawat terbang dan orang lain yang menerima kebisingan. Pada
manusia kerusakan akibat kebisingan diterima oleh pendengaran (telinga
bagian dalam) sehingga metode pengendaliannya memanfaatkan alat bantu
yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga.
(Chaeran,2008)
Jenis pesawat yang beroperasi di Bandara sangat berpengaruh dalam
pengendalian kebisingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar supaya
pengendalian kebisingan di Bandara lebih efektif adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah kebisingan di Bandara.
Menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan dan
penduduk sekitar Bandara.
b. Menentukan sumber bising.

Data yang ada ditempuh langkah penyesuaian kondisi operasional atau melakukan
perawatan atau pemeliharan engine pesawat terbang sehingga suara yang timbul
dapat dikurangi.

Usaha lain dalam pengendalian dapat dilakukan dengan menambahkan bahan-


bahan penyerap suara, atau penghalang suara lainnya tergantung situasi dan kondisi
area bising.

Jika semua usaha pengendalian secara teknis belum berhasil menurunkan tingkat
bising maka alternatif lain adalah pengendalian secara administratif yaitu dengan
cara pengaturan pola kerja pada pekerja dikaitkan dengan penerimaan tingkat
kebisingan. (Chaeran,2008).

Kebisingan sebagai suara yang tidak dikehendaki harus kendalikan agar tidak
mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Getaran yang dibangkitkan
secara terus menerus (kontinyu) akan mengakibatkan stress, mual, atau pusing
tergantung frequensi yang dibangkitkan. Tingkat kebisingan pada suatu titik yang
berasosiasi dengan sumber peruntukan lingkungan yang tertentu disebut kebisingan
ambien. Kontrol kebisingan dilakukan sebagai upaya pengendalian kebisingan
ambien untuk mereduksi tingkat kebisingan sampai taraf yang ditentukan oleh
baku tingkat kebisingan untuk lingkungan dengan peruntukan tertentu. Secara
umum kontrol kebisingan diklasifikasikan atas tiga kategori yaitu ;

1. Kontrol kebisingan pada sumber kebisingan.


2. Kontrol kebisingan pada lintasan (medium perambatan suara)
3. Kontrol kebisingan pada penerima (manusia).
2.1.7 EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN
Untuk kawasan bandara mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No.KEP-51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas kebisingan ditempat kerja,
maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah 85 dBA selama 8 jam
sehari. Dengan jam kerja rata-rata 8 jam sehari, Menurut NIOSH (1998), ambang
batas maksimum untuk waktu yang diperkenankan untuk bekerja sebesar 8 jam
adalah sebesar 85 dBA. Dengan terpapar kebisingan >85 dBA s

Secara terus-menerus dapat meningkatkan resiko noise induced hearing loss.


Kurang pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan, dalam waktu hitungan
bulan sampai tahun.

2.2 SISTEM VENTILASI DI BANDARA


2.2.1 PENGERTIAN
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara
kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis tersedianya
udara segar dalam rumah atau ruangan amat di butuhkan manusia sehingga
apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over
crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan.

Ventilasi adalah terjadinya pertukaran udara di tempat kerja, ventilasi yang baik
bila terjadi pertukaran udara tempat kerja 2-3 kali per menit per orang. Untuk
menjamin terjadinya ventilasi udara di tempat kerja, maka tempat kerja
hendaknya dilengkapi dengan ventilasi. Ventilasi menurut jenisnya dapat dibagi
menjadi ventilasi buatan atau mekanis (AC, Exhaused fan, kipas, blower, dll).
Ventilasi alamiah dapat juga dibagi menjadi ventilasi permanen (lubang angina,
jalusi) dan tidak tetap (sementara) seperti pintu ruangan yang bila terluka dapat
berfungsi untuk ventilasi. Pertukaran udara persatuan waktu per orang ditentukan
oleh luas lubang ventilasi, kecepatan aliran udara segar yang masuk ke dalam
ruangan kerja, serta jumlah tenaga kerja yang berada dalam ruangan tersebut.

2.2.2 JENIS VENTILASI


Ventilasi alamiah ( degan cara alami) terjadi karena perbedaan tekanan dari luar
suatu bangunan/gedung/tempat kerja yang di sebabkan oleh angin dan karena ada
perbedaan temperatur,à sehingga terdapat gas2 panas yang naik di dalam saluran
ventilasi, tanpa gunakan alat bantu (aqutimen axilery) seperti kipas, blower
dsbnya atau juga secara mekanik ( mis kipas angin atau blower)

 Sistem ventilasi : mengikuti prinsip2 dasar yang sama.

Untuk setiap sistem yang didesain khusus untuk sesuaikan degan jenis pekerjaan
dan tingkat pemaparan kontaminan.

Sistem Ventilasi :

1. Dilusin ( general) ventilasi


Sama dengan ventilasi pengenceran udara pengenceran terhadap udara yang
terkontaminasi di dalam bangunan /ruangan dengan meniupkan udara bersih (
tidak tercemar). Tujuannya utuk kendalikan bahaya di tempat kerja.
2. Lokal exhaust ( ventilasi pengeluaran setempat) adalah proses pengisapan dan
pengeluaran udara terkontaminasi secara serentak dari sumber pencemaran
sebelum udara berkontaminasi berada pada ketinggian zona pernafasan dan
menyebar keseluruh ruang kerja. Umumnya ventilasi jenis ini di tempatkan sangat
dekat degan sumber emisi.
3. Exhausted Enclosure ( ventilasi system tertutup)
Dimana kontaminan yang beracun yang dipancarkan dari sumber dengan
kecepatan tinggi harus dikendalikan dengan diisolasi sempurna atau menutup
proses ( khususnya pekerjaan blasting)
4. Confort ventilation (ventilasi kenyamanan)
Pertukaran udara di dalam industri merupakan bagian dari AC, sering digunakan
bersama-sama degan alat pemanas atau alat pendingin dan alat pengatur
kelembaban
Untuk peroleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Ventilasi alamiah : dimana udara masuk ke dalam ruangan melalui jendela, pintu
atau lobang angina
2. Ventilasi Mekanik : ( ventilasi buatan):
a. AC : menyedot udara dalam ruangan kemudian disaring dan dialirkan kembali
dalam ruangan.
b. Fan : hasilkan udara yang dialirkan ke depan
c. Exhauster.
5. Fungsi ventilasi :
a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
optimum untuk pernafasan
b. Membebaskan udara ruangan dari bau2an, asap , debu dan zat2 pencemar lain
dagan cara pengenceran udara
c. Mensuplai panas agar panas badan seimbang
d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan atau bangunan
e. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi tubuh, kondisi,
evaporasi ataupun keadaan eksternal
f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata

2.2.3 PERSYARATAN RUANGAN DI BANDARA


Dalam menentukan kebutuhan ruang tentunya juga harus memperhitungkan
persyaratan atau karakteristik ruang tersebut. Berikut merupakan perincian
karakteristik ruang ruang yang ada dalam terminal penumpang bandara.

Rata-rata ventilasi pada beberapa ruang yang ada di bandara menggunakan


ventilasi buatan dengan menggunakan AC central, AC split dan kipas/exhausted
di smooking area dan musholah.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a. Tingkat kebisingan tertinggi berada di landasan pacu yaitu kurang lebih 88,63
dBA.
b. lama bekerja yang diperbolehkan pada area tersebut hanya 3, 46 jam.

3.2 SARAN
a. Hasil pengukuran tingkat kebisingan akibat aktifitas di Bandara perlu di evaluasi
tiap tahun untuk melihat perkembangan dan perubahan yang terjadi.
b. Setiap karyawan Bandara yang bekerja sebagai Pemadam Kebakaran dan Ground
Handling pesawat terbang harus dilengkapi ear plug dan ear muff.
c. Penggunaan pesawat terbang yang diakomodir rendah kebisingannya (senyap).
d. Bangunan gedung dan rumah sekitar Bandara harus memakai peredam suara.
e. Penanaman tanaman di sekitar Bandara yang rapat dan tertata rapi.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.upnjatim.ac.id/4244/1/(3)Jurnal_Rudi.pdf
2. http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0212027_bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai