Anda di halaman 1dari 21

PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO)

SALIN AN
SURAT KEPUTUSAN DIREKSI

NOMOR : 10.06/2/SKIHKO.Ol/2016

TENT ANG

PENETAPAN PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000


DI PT. PELNI (PERSERO)

DIREKSI "PT. PELA YARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO)"


Menimbang : a. bahwa pengelolaan risiko merupakan salah satu komponen yang
penting dalam menjamin sinergitas dan integrasi antar unit kerja dalam
menggerakkan organisasi suatu entitas usaha;
b. bahwa dalam menghadapi berbagai faktor ekstemal dan internal serta
ketidakpastian yang mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan
secara efektif dan berkesinambungan;
c. bahwa Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 lebih mudah
terintegrasi ke dalam kesel uruhan tata kelola (governance) perusahaan
dan lebib mudah diaplikasikan bagi seluruh unit kerja;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka perusahaan
memandang perlu menetapkan Keputusan Direksi tentang Pedoman
Manajemen Risiko Berbasis Iso 3 I 000 di PT. PELNI (Persero).

Mengingat : l. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1969 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912);
2. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 Tentang
Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor
70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
3. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756);
4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4849);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010
Tentang Angkutan di Perairan;
6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 337 Tahun 2014,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5618);
7. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
OJ/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara);
8. Surat Edaran Dirjen Perhubungan Laut Nomor 16/PHBL-15 Tanggal
27 Februari 2015 Tentang Kewajiban Pemilik Kapal Mengasuransikan
Kapal dengan Asuransi Penyingkiran Kerangka Kapal dan/atau
Perlindungan Ganti Rugi;

kantor Pusat: JL. Gajah Mada No. 14 kode Pos: 10130


Telepon +62-21-6334342 (Hunting) Fax. +62-21-63854130 Call Center: (021) 162. http//www.pelni.co.id _
9. Akta Pendirian PT. PELNI (Persero) Nomor 31 tanggal 30 Oktober
1975 yang dibuat di hadapan Soeleman Ardjasasmita S.H., Notaris di
Jakarta dan Akta Nomor 10 Tanggal 19 Desember 2008, dibuat
dihadapan Raden Mas Soediarto Soenarto, S.H., Sp.N. Notaris di
Jakarta, beserta perubahan terakhir Akta Pemyataan Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku RUPS Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pelayaran Nasional Indonesia Nomor : 01
Tanggal 01 Februari 2016, dibuat dihadapan Ida Adiningsing, S.H.,
Notaris di Jakarta;
10. Surat Keputusan Direksi Nomor : 12.31/7/SK/HK0.01/2014 tanggal
31 Desember 2014 tentang Penetapan Pedoman Penerapan Prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Pelayaran Nasional Indonesia;
11. Surat Keputusan Direksi Nomor : 09.08/l/SK/HK0.01/2015 tanggal
08 September 2015 Sebagairnana Telah Diubah Dengan Dengan Surat
Keputusan Direksi Nomor : 04.12/3/SK/HK0.01/2016 tentang
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Pelayaran Nasional Indonesia.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PT. PELAYARAN NASIONAL


INDONESIA (PERSERO) TENTANG PENETAPAN MANAJEMEN
RISIKO BERBASIS ISO 31000 DI PT. PELNI (PERSERO)
PERT AMA : Pedoman Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 di PT. PELNI (Persero)
ditetapkan sebagaimana lampiran Keputusan Direksi ini yang merupakan
Bagian yang tidak terpisahkan dalam Keputusan Direksi ini;
KEDUA : INSAN PELNI wajib untuk mentaati dan melaksanakan seluruh
ketentuan dalam Keputusan Direksi ini;
KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan dan dengan
berlakunya Keputusan Direksi ini maka Surat Keputusan Direksi
No. 1271HK0.01/DIR/VII-2011 tanggal 5 Juli 2011 tentang Penetapan
Pedoman Manajemen Risiko di PT. PELNI (Persero) beserta segala
ketentuan yang bertentangan dengan Keputusan Direksi ini dinyatakan
tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 6 Oktober 2016

AIN DIREKSI
DIREKTUR UTAMA

ttd

ELFIEN GOENTORO
Tembusan Yth. : Salinan Sesuai dengan aslinya
1. Direksi PT. PELNI (Persero); Se · rHukum
2. Ka.SPI/Kepala DP A-ISM Code/
Senior Manager PT. PEL NI (Persero );
3. Kepala Cabang PT. PELNl (Persero);
4. Nakhoda PT. PELNI (Persero);
5. Pegawai PT. PELNl (Persero);
6. Arsip.
.

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016


Nomor: 10.06/2/SKJHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 1 of 19

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO


BERBASIS ISO 31000
DI PT. PELNI (PERSERO)
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHKO.Ol/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 2 of 19

SEJARAH DOKUMEN
Tanggal
Versi Ringkasan Disusun Oleh
Dikeluarkan
SMHukum&
V.01 05 Juli 2011 Terbitan Pertama
Manajemen Risiko
V.02 01 Sep 2016 Diselaraskan Dengan ISO 31000 SM Corporate Plan

Issue Date

Document Type
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
•, i------------------------ Nomor: 10.06/2/SK/HK0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 3 of19

DAFTAR ISi

A. TUJUAN 4

B. RU ANG LINGKlJP 4

C. DEFINISI 4

D. :KEBIJAKAN MANAJEMEN RIS:IK..O 7

1. Pengantar Manajemen Risiko Perusahaan


2. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perusahaan
3. Peran dan Tanggung Jawab
4. Pelaporan Risiko
5. Strategi Dasar Manajemen Risiko
6. Penilaian Tingkat Pelayanan

E. L,AMPm.AN 14

1. Lampiran 1 : Kerangka Kerja Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000


2. Lampiran 2 : Format Risk Register Manajemen Risiko

F. REFERENSI 27
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
• i------------------------1 Nomor: 10.06/2/SKIHK0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 4 of 19

A. TUJUAN
Dalam menjalank:an misi dan visi Perusahaan dengan berbagai faktor dari eksternal dan
ketidak-pastian, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) menyusun Pedoman Manajemen
Risiko Perusahaan dengan tujuan untuk memberikan kepastian yang memadai (reasonable
assurance) dalam mencapai tujuan perusahaan, menjaga dan meningkatkan nilai dari
pemegang saham. Hal tersebut dilakukan dengan cara meningkatkankesadaran risiko diseluruh
lapisan organisasi, membangun ketahanan dan melakukan mitigasi risiko serta menjaga risiko
yang tersisa (residual risk) pada tingkat yang dapat ditoleransi (tolerable level).

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari Pedoman Manajemen Risiko Perusahaan ber1aku untuk semua karyawan
dan semua kegiatan yang dilakukan oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). Hal ini
dimaksudkan agar daya saing (competitiveness) dan kelangsungan usaha (going concern)
perusahaan dapat selalu terjaga.

Pedoman ini dapat diterapkan juga pada anak usaha sepanjang telah disetujui oleh Direksi anak
usaha. Penerapan manajemen risiko pada anak usaha perlu dilakukan dengan beberapa adaptasi
mengingat karakter usaha yang berbeda dengan induk usaha.

C. DEFINISI
Consequence (Konsekuensi)
Hasil atau imbas atas suatu peristiwa yang mempengaruhi tujuan.

Control (Kontrol)
Tindakan (process, policy, device, practice) yang dilakukan untuk merubah risiko.

Control Assessment (Penilaian Kontrol)


Tinjauan secara sistimatis terhadap suatu control untuk memastikan tingkat efektifitas atau
keandalannya.

EnterpriseRisk Manajement (Manajemen Risiko Perusabaan)


Aktifitas yang terkoordinasi dalam mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dalam
hal risiko.

Event (Peristiwa)
Terjadinya suatu keadaan tertentu.

Frequency (Frekuensi)
Jumlah dari suatu kejadian dalam kurun waktu tertentu.

Guideline (Pedoman)
Arahan atau prinsip yang bersifat umum mengenai tata kelola suatu aktifitas perusahaan.
Hazard (Babaya)
Sumber dari hal-hal yang dapat membahayakan.

Likelihood (Kemungkioan)
Probabilitas atau frekuensi atas suatu kejadian.

Loss (Kerugian)
Segala konsekuensi negative atau imbas yang merugikan, baik yang bersifat financial maupun
non financial.

Monitor (Memantau)
Pemeriksaan secara berkelanjutan, mengawasi, mengamati secara kritis, atau mengukur
perubahan atas suatu performa yang diharapkan atau yang disyaratkan.
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 5 of19

Residual Risk (Risiko Tersisa)


Risiko yang masih tersisa setelah dilakukan penanganan risiko (risk treatment).

Risk (Risiko)
Imbas baik yang bersifat positif maupun negative dari suatu ketidak-pastian terhadap tujuan.

Risk Analysis (Analisa Risiko)


Proses memahami sifat dari risik:o dan menetapkan level dari risiko.

Risk Assessment (Penilaian Risiko)


Proses secara menyeluruh mulai dari identifikasi risiko, analisa risiko, dan evaluasi risiko.

Risk Avoidance (Penghindaran Risiko)


Sebuah keputusan untuk tidak masuk, atau keluar dari situasi yang mengandung risiko.

Risk Criteria (Kriteria Risiko)


Kerangka acuan kerja mengenai kegentingan dari suatu risiko dinilai.

Risk Evaluation (Evaluasi Risiko)


Proses membandingkan hasil dari analisa risiko dengan kriteria risiko yang untuk selanjutnya
digunakan untuk menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak.

Risk Identification (Identifikasi Risiko)


Proses menemukan, mengenali dan mennjelaskan dari suatu risiko.

Risk Manajement Process


Penerapan secara sistirnatis atas kebijakan manajemen, prosedur, dan praktekserta kegiatan
untuk mengkomunikasikan, mendiskusikan, menetapkan konteks, mengidentifikasi,
menganalisa, mengevaluasi, menangani, memonitor dan menelaah risiko.
Risk Management Framework
Suatu rangkaian proses yang menjadi fondasi dan tata kelola dalam mendesain, menerapkan,
memonitor, menelaah dan melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap tata kelola risiko
diseluruh organisasi.

Risk Owner (Pemilik Risiko)


Orang atau unit yang diberi otoritas dan akuntablitas untuk mengelola suatu risiko yang
melekat atas tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepadanya.

Risk Reduction (Pengurangan Risiko)


Tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan dan/atau konsekuensi yang ada dalam
sebuah risiko.

Risk Retention (Retensi Risiko)


Sejumlah beban kerugian dan/atau manfaat yang diterima atas suatu risiko.

Risk Sharing (Pembagian Risiko)


Pembagian beban kerugian dan/atau manfaat atas suatu risiko dengan pihak lain.

Risk Treatment (Penanganan Risiko)


Proses untuk merubah atau memodifikasi suatu risiko.

Stakeholders (Pemangku Kepentingan)


Para pihak dan organisasi yang mempengaruhi atau terimbas dari suatu keputusan dan/atau
aktifitas yang dilakukan sebuah organisasi.
PT PelayaranNasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 6 of 19

D. KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

1. PengantarManajemen Risiko Perusabaan

Dewan Direksi dan Dewan Komisaris PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) rnemahami
pentingnya pelaksanaan Manajemen Risiko Perusahaan dalam upaya mencapai tujuan
perusahaan secara efektif dan berkesinambungan. Mengingat pentingnya kontribusi
manajemen risiko bagi keberhasilan perusahaan, maka diharapkan partisipasi dan kepedulian
sernua karyawan dalam menjalankan program-program manajemen risiko.

Dewan Direksi mendorong peningkatan sinergi antara manajemen risiko dengan fungsi
fungsi lainnya seperti risk based audit, risk & opportunity based budgeting, risk &
opportunity based strategic planning, dan dalam bidang lainnya. Dan bukan hanya itu saja,
keberhasilan dalam mengendalikan risiko di unit masing-masing juga akan menjadi salah
satu tolak ukur dalam proses perencanaan dan penilaian prestasi kerja (performance plan &
appraisal) serta dapat memastikan kesinambungan dan pertumbuhan usaha sejalan dengan
visi dan misi perusahaan.

2. Kerangka KerjaManajemen Risiko Perusahaan

Dewan Direksi menetapkan Manajernen Risiko Perusahaan berbasis ISO 31000 sebagai
kerangka kerja bagi PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). Manajemen Risiko ISO
31000 dipilih karena lebih mudah diaplikasikan secara komperhensif dan diintegrasikan
kedalam proses pembuatan keputusan strategis maupun keputusan operasional. Oleh sebab
itu, Unit Manajemen Risiko ditugaskan untuk rnenjadi pelopor dan katalisator dalam
membangun budaya sadar risiko yang kuat dan berkelanjutan.

Untuk mendapatkan proses manajemen risiko yang efektif, sebuah standar kerangka kerja
manajemen risiko perlu dibangun dan diterapkan secara konsisten dan menyeluruh. Oleh
sebab itu, semua pemilik risiko maupun fasilitator manajemen risiko diharuskan untuk
rnelaksanakan kerangka kerja dan proses manajemen risiko seperti yang tercanturn dan diatur
didalam Lampiran 1 dari Pedoman Manajemen Risiko ini.

3. Perandan Tanggung Jawab

3.1 Peran & Tanggung JawabDewan Direksi

Dewan Direksi mempunyai tanggung jawab dalam menentukan arah strategis


perusahaan dalam upaya rnenciptakan dan rneningkatkan nilai perusahaan dengan
struktur risiko yang terkendali.

Dalam menjalankan fungsi kontrol risiko, Dewan Direksi mempertimbangkan dan


menetapkan hal-hal sebagai berikut:

./ Sifat dan besaran dari tingkat risiko yang dapat diterima (level of acceptable risk)
atas suatu kegiatan usaha;

./ Tingkat kemungkinan suatu risiko menjadi realitas;

./ Bagaimana suatu risko yang melebihi tingkat yang dapat diterima harus
dikendalikan;

./ Kemampuan perusahaan dalam meminimalkan tingkat kemungkinan dan dampak


dari suatu risiko dengan mempertimbangkan azas biaya dan manfaat yang wajar;

./ Menilai tingkat efektifitas dari proses manajemen risiko dan kesadaran akan budaya
risiko di semua unit usaha .

./ Memastikan penyediaan sumber daya manusia dan peningkatan kompetensinya


dalam bidanz manaiemen risiko.
PT PelayaranNasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 7 of 19

3.2 Perandan Tanggung JawabUnit Manajemen Risiko

./ Membuat, mendokumentasikan, serta melak.uk:anrevisi atas Pedoman Manajemen


Risiko;

./ Melaksanakan proses manajemen risiko bersama para pemilik risiko di seluruh unit
kerja perusahaan;

./ Merumuskan dan merekomendasikan tata kelola terbaik atas program manajemen


risiko atas seluruh kegiatan operasional PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero);

./ Memastikan bahwa semua risiko-risiko utama telah diidentifikasi dan kontrol


internal yang memadai telah dilak.uk:an.

./ Membantu pemilik risiko dalam membangun kebijakan, prosedur kontrol internal,


pelaporan risiko, perencanaan penanganan risiko, serta evaluasi atas efektifitas
program risiko;

./ Melak.uk:an konsolidasi pelaporan risiko dan komunikasi kepada Dewan Direksi dan
Dewan Komisaris;

./ Membangun budaya sadar risiko dalam lingkungan PT Pelayaran Nasional


Indonesia (Persero) termasuk didalamnya melakukan edukasi dan sosialisasi atas
manajemen risiko.

3.3 Perandan Tanggung Jawab Pemilik Risiko

./ Para pemilik risiko mempunyai tanggung jawab dalam menata dan mengendalikan
suatu risiko yang melekat atas tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan
kepadanya;

./ Para pemilik risiko bertanggungjawab untuk meningkatkan kesadaran risiko dalam


lingkup kegiatan operasional unit kerjanya;

./ Para pemilik risiko melakukan identifikasi risiko dan melak.uk:anproses manajemen


risiko yang ada di unit kerjanya atau risiko yang melekat dengan tugas pokok dan
fungsi .

./ Para pemilik risiko melak.uk:ankoordinasi dengan Biro Corporate Planning dalam


hal identifikasi, penilaian risiko hingga penanganan risiko;

./ Jika dirasa perlu, melakukan identifikasi dan mendedikasikan sumber daya manusia
untuk menata dan mengendalik:anrisiko yang ada di unit kerjannya.

3.4 Perandan Tanggung Jawab Satuan Pengawas Internal

./ Memberi fokus audit yang memadai atas aktifitas perusahaan, terutama aktifitas
yang terkait atau dikategorikan sebagai risiko utama (risk based audit),
sebagaimana yang tersebut dalam Risk Register dan/atau Laporan Manajemen
Risiko;
./ Memberikan dukungan dan keterlibatan dalam proses manajemen risiko;

./ Melakukan review atas efektifitas proses manajemen risiko.

4. Pelaporan Risiko

Risiko-risiko yang telah diidentifik:asi dan dilak.uk:anpenilaian, dilaporkan secara berkala


setiap triwulan (tiga bulan). Laporan risik:o berkala memberikan informasi kepada Dewan
Direksi dan Dewan Komisaris berupa :
Tanggal: 6 Oktober 2016

@
PT PelayaranNasional Indonesia (Persero)
Nomor: 10.06/2/SK/HK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 8 of 19

1. Risiko-risiko utama yang telah diidentifikasi.


ii. Fungsi kontrol yang telah dilakukan dalam menangani risiko.
iii. Key risk indicators (KRI), target dan aktual.
iv. Rencana penanganan risiko.
v. Hal hal lain yang dirasa perlu.

Laporan berkala (triwulan) diharapkan dapat membantu para Pemilik Risiko dan Dewan
Direksi dalam mengantisipasi pergerakan risiko dan mengambil tindakan koreksi untuk
meningkatkan keberhasilan perusahaan dalam pencapaian tujuan. Tindak lanjut atas
penanganan risiko ini akan dievaluasi setiap tiga bulan bersarnaan dengan penyusunan
laporan manajemen risiko triwulan berikutnya.

5. Strategi Dasar Manajemen Risiko

5 .1. Prioritas Risiko

Risiko adalah tanggung jawab bersama dan oleh sebab itu membangun kesadaran dan
tata cara penanganan risiko secara bersama perlu dikembangkan. Untuk mencapai
tujuan secara efektif, manajemen risiko perlu diterapkan secara komprehensif dan
penanganan risiko dilakukan dengan basis prioritas.

Dewan Direksi menetapkan risiko-risiko utama sebagai prioritas yaitu risiko yang
mempunyai dampak besar jika tidak ditangani secara baik. Penanganan risiko utarna
dapat ditambahkan seiring dengan meningkatnya kemampuan internal dalarn
menangani risiko.

5.2. Penilaian Risiko Berbasis Kuantifikasi

Implementasi manajemen risiko berbasis kualitatif secara empms banyak


menyebabkan bias. Dalam hal ini, unit manajemen risiko melakukan diskusi dan
penilaian bersama dengan pemilik risiko untuk mendapatkan profil risiko kuantitatif
yang lebih akurat.

Tata cara penilaian risiko secara kuantifikasi dapat dilihat dalam lampiran 1 dari
Pedoman ini.

5.3. Membangun Kesadaran & Budaya Risiko

Dalam jangka panjang, manajemen risiko dengan pendekatan kesadaran dan budaya
risiko jauh lebih efektif dibandingkan pendekatan dengan cara lain. Keberhasilan
dalam menjalin komunikasi antara semua unit terkait, kesadaran adanya risiko dan
fokus terhadap rencana penanganan risiko menjadi barometer dalarn membangun
budaya risiko.

6. Penilaian Tingkat Pelayanan

6.1. Unit Manajemen Risiko

Unit Manajemen Risiko yang berada di dalam Biro Corporate Planning dinilai dari
keberhasilan dalam menjalankan misi sebagai fasilitator risiko, katalisator risiko.
Tingkat efektifitas dalam menjalankan misi tersebut dievaluasi dan ditetapkan oleh
Dewan Direksi.

6.2. Pemilik Risiko

Pemilik risiko menyadari adanya risiko di unitnya, melakukan pencatatan risiko


kedalarn risk register, hingga penanda-tanganan risk register. Risk register
@) PT PelayaranNasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 9 of 19

ditandatangani oleh Senior Manager Pemilik Risiko, Direktur Pemilik Risiko dan
Senior Manager Corporate Planning. Format risk register dapat dilihat pada lampiran II
Pedoman ini.

Pernilik risiko melakukan penanganan risiko melalui program kerja yang disusun
secara terstruktur dan konsisten untuk mencapai target Key Risk Indicator.

JGey Riskl ndicator 1m a1 engan s k a I a se b azai. b eniku t:,

Tingkat Efektifitas KRI Gap Rencana Penanganan Risiko

Effective Kontrol yang ada dinilai memadai dan rencana penanganan


< 10%
( Efektif) risiko lebih lanjut minimum.

Mostly Effective Kontrol yang ada dinilai cukup memadai dan sedikit rencana
< 15%
( Mendekati Efektif) penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan.

Partially Effective Kontrol yang ada dinilai kurang memadai dan rencana
< 20%
( Kurang Efektif ) penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan secara luas.

Kontrol yang ada dinilai sangat kurang dan rencana


Ineffective
> 20% penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan secara
( Tidak Efektif )
komprehensif termasuk melakukan transformasi usaha.
PT Pelayaran Nasional Indonesia
,-~~~~~~~~~~~~~_2..._~_:_:_.:
(Persero)
~~-----l
Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 10 of19

E. Lampiran

1. Lampiran 1 : Kerangka Kerja Manajemen Risiko

KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN


Secara diagram kerangka kerja manajemen risiko perusahaan berbasis ISO 31000 dapat dilihat
sebagai berikut :

Kerangka Kerja Proses


Mandat,
Komltmen&
Prlnslp
Ptnollpln l<onlllt1

Ptnllalan Risllto
Desaln Kerangka Kerja

Manajemen Rlslko -; ldlnlif'ui Riliko


~ c

;;
c0
""
Pengembangan Penerapan "" ""
"" .
....
Berkelanjutan Manajemen Anlliu Riliko ::,

atas Kerangka Kerja Rlslko !!

E
.-.
L
::,
E
0

Pemantauan & Kajlan ""


Evllu•i Rilil<o
atas
Kerangka Kerja

l r
Kerangka kerja secara detail dapat dilihat dalam dokumen resmi ISO 31000. Untuk proses dan
tahapan dalam penerapan manajemen risiko dapat mengikuti panduan berikut ini :

TAHAP 1 : KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Komunikasi dan konsultasi adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam setiap tahapan
proses manajemen risiko. Dialog dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) penting dalam
mencapai kesamaan persepsi tentang jenis risiko, besaran risiko, cara mengontrol risiko hingga
cara menilai efektifitas manajemen risiko. Dalam hal ini, penerapan komunikasi secara dialog
akan lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi secara satu arah.

Komunikasi dan konsultasi juga penting dalam mengidentifikasi para pemilik risiko yaitu pihak
yang bertanggung jawab dalam implementasi risiko. Para pemilik risiko juga harus menyadari para
pihak yang terkait dengan rencana penanganan risiko, batasan dalam penanganan risiko hingga
kesiapan budget penanganan risiko.
Komunikasi penting dalam setiap tahapan menyangkut perubahan risiko, penetapan prioritas
risiko, penetapan asumsi risiko hingga pelaporan risiko. Risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai
dicatat dalam risk register. Risk register perlu ditanda-tangani para pihak agar kesamaan persepsi
lebih terjamin. Asumsi dan informasi yang tercantum dalam risk register bersifat dinamis dan
dapat direvisi untuk setiap periode pelaporan.

TAHAP2:PENETAPAN KONTEKS

Menetapkan konteks adalah mendefinisikan parameter dasar atau situasi yang mendasari
penerapan manajemen risiko. Konteks meliputi kondisi external maupun internal terkait
pencapaian tujuan perusahaan.
@
PT Pelayarao Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SK/HK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 11 of 19

Penetapan konteks eksternal


Pencapaian sasaran perusahaan harus memperhitungkan konteks eksternal. Dalam hal terjadinya
perubahan material atas konteks eksternal, maka sasaran perusahaan perlu direview ulang. Konteks
eksternal yang mendasari pencapaian tujuan perusahaan meliputi ;

• Regulasi kemaritiman, perbankan, perpajakan, ketenaga-kerjaan, dan regulasi lainnnya;


• Kondisi ekonomi makro seperti suku bunga, tingkat inflasi/deflasi, nilai tukar valuta asing,
tingkat pertumbuhan ekonorni, dan faktor ekonomi lainnnya;
• Perubahan perilaku konsumen dalam melakukan perjalanan; dan
• Faktor eksternal lainnya .

Establish tire internal context


Konteks internal juga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Konteks internal yang
dimaksud dalam hal ini meliputi ;

• Budaya perusahaan;
• Struktur organisasi dan para pemangku kepentingan internal;
• Kapabilitas dan kematangan dari pemangku kepentingan dalam menangani risiko;
• Kapabilitas perusahaan dalam menyiapkan budget, memperbaiki proses usaha dan juga
kapabilitas dalam penambahan modal;
• Rencana kerja yang telah disusun dan disetujui oleh Dewan Direksi .

Penetapan konteks manajemen risiko


Konteks dalam pencapaian target manajemen risiko PT Pelayaran Nasional Indonesia meliputi
konteks eksternal dan konteks internal sebagai mana yang telah ditetapkan dalam rencana kerja
maupun budget tahunan. Hal lain yang perlu dipahami adalah ;

• Faktor ketersediaan dana dalam melakukan risk responseplan;


• Sumber daya yang dialokasikan untuk menangani rnanajemen risiko baik di Unit Risk
Management maupun unit lainnya sebagai Pemilik Risiko;
• Kesiapan para pemangku kepentingan di level operasional dalam menangani risiko;

TAHAP 3 : IDENTIFIKASI RISIKO

Proses identifikasi risiko meliputi identifikasi semua kemungkinan yang dapat berimbas secara
negatif terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Proses identifikasi risiko menelaah semua potensi
sumber risiko baik yang berasal dari sumber internal maupun sumber eksternal.

Tujuan dari identifikasi risiko adalah mendapatkan daftar dari semua scenario kerugian dan/atau
kehilangan kesempatan, serta potensi dampak yang timbul dari sumber risiko tersebut.

Proses identifikasi risiko dapat dilakukan antara Unit Risk Management dan Pemilik Risiko dengan
berbagai cara seperti ;

• Interview terstruktur
• Melakukan brainstorming
• Melakukan diskusi kelompok
• Workshop
• Analisa proses kerja, analisa skenario dan berbagai teknik lainnya.

Risiko risiko yang telah diidentifikasi dapat dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu Risiko
Strategis, Risiko Ketaatan (Compliance), Risiko Si stern, Risiko Operasional dan Risiko Finansial.
Untuk lebih detail masing masing risiko dapat dijelaskan sebagai berikut;

RISIKO STRA TEGIS (STRA TEGJC RISK)

Risiko strategis adalah potensi kerugian, kehilangan kesempatan atau kerugian lainnya yang
diakibatkan oleh perubahan kondisi usaha dan/atau kondisi perekonomian secara mendasar. Risiko
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHKO.Ol/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 12 of 19

strategis dalam banyak hal bersifat jangka panjang, terstruktur, tidak mudah dirubah dan pada
umumnya membutuhkan dana yang cukup besar jika dilakukan penanganan risiko.

RISIKO KETAATAN (COMPLIANCE RISK)

Risiko ketaatan atau kepatuhan adalah potensi kerugian, kehilangan kesempatan atau kerugian
lainnya yang diakibatkan oleh penyimpangan atau ketidak-patuhan terhadap hukum, peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Kerugian dapat berupa teguran dari otoritas, denda finansial hingga
pencabutan izin trayek dan/atau izin usaha lainnya bahkan dapat berlanjut ke ranah hukum.

RISIKO SISTEM (SYSTEM RISK)

Risiko sistem adalah potensi kerugian, kehilangan kesempatan atau kerugian lainnya yang
diakibatkan oleh kegagalan, kerusakan atas infrastruktur teknologi informasi termasuk di dalamnya
kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan dalam menangani security (confidentiality, integrity dan
availability) infrastruktur teknologi informasi. Infrastruktur teknologi informasi meliputi
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), lisensi, pengguna (user), perawatan serta
perubahan teknologi.

RISIKO OPERASIONAL (OPERATIONAL RISK)

Risiko operasional adalah potensi kerugian, kehilangan kesempatan atau kerugian lainnya yang
diakibatkan oleh kegagalan, kerusakan, kehilangan didalam menjalankan proses usaha. Risiko
operasional merupakan risiko yang terbanyak disetiap organisasi dan dapat bersumber dari semua
unit didalam organisasi.

RISIKO FINANSIAL (FINANCIAL RISK)

Risiko finansial adalah potensi kerugian, kehilangan kesempatan atau kerugian lainnya yang
diakibatkan oleh kegagalan, kehilangan, ketidak-efisienan dalam menjalankan transaksi keuangan,
struktur keuangan, prosedur keuangan, kebocoran pendapatan, berkurangnya kemampuan
membayar hingga kehilangan dukungan keuangan.

TAHAP 4: ANALISA RISIKO

Analisa risiko dilakukan dengan melakukan perkiraan tingkat kemungkinan dan besarnya dampak
yang dapat terjadi. Analisa risiko dilakukan baik terhadap risiko kotor (gross risk) maupun risiko
sisa (residual risk). Proses dalam melakukan analisa risiko meliputi;

a. Menetapkan tingkat kemungkinan (likelihood) terjadinya suatu risiko;

b. Menetapkan besarnya dampak (impact) dan konsekuensi terhadap pencapaian tujuan


perusahaan atas terjadinya suatu risiko;

c. Menetapkan tingkat risiko (risk rating) dan menilai apakah tingkat risiko yang ada dapat
diterima atau tidak. Dalam hal tingkat risiko berada pada level yang tidak diinginkan, ini
berarti kontrol yang ada dinilai tidak atau kurang efektif. Dengan basis kontrol yang tidak atau
kurang efektif, rencana penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan.

Ada beberapa metode dalam melakukan penilaian tingkat risiko yaitu;

a. Analisa kualitatif
b. Analisa semi kuantitatif
c. Analisa kuantitatif

PT Perusahanan Pelayaran Indonesia (Persero) memutuskan untuk melakukan penilaian tingkat


risiko secara kuantitatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi bias dan mendapatkan visualisasi
yang lebih konkrit dari sebuah risiko.
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 13 of 19

Untuk menentukan tingkat kemungkinan secara lebih akurat, terlampir tabel yang dapat dijadikan
pedoman.

Tingkat Kemungkinan ( Levels of Likelihood)

TING KAT KETERANGAN

Rare Kejadian dapat terjadi dalam kondisi tertentu dan kemungkinan terjadi
1
(Jarang) pada setiap 10 tahun atau pefuang terjadi sebesar maksimum 20%.

Unlikely Kejadian dapat terjadi dalam kondisi tertentu dan kemungkinan terjadi
2
(Mungkin Tidak) pada setiap 5 tahun atau peluang terjadi sebesar maksimum 40%.

Moderate Kejadian dapat terjadi dalam kondisi tertentu dan kemungkinan terjadi
3
( Moderat) pada setiap 3 tahun atau peluang terjadi sebesar maksimum 60%.

Likely Kejadian dapat terjadi dalam kondisi tertentu dan kemungkinan terjadi
4
( Mungkin) pada setiap tahun atau peluang terjadi sebesar maksimum 80%.

Almost Certain Kejadian dapat terjadi dalam kondisi tertentu dan kernunqkinan terjadi
5
( Hampir Pasti ) pada setiap bulan atau peluang terjadi sebesar maksimum 100%.
-
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
.
Nomor: 10.06/2/SK/HK.0.01/2016
I PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 14 of 19

Untuk menentukan tingkat dampak secara lebih akurat, terlampir tabel yang dapat dijadikan
pedoman.

Tingkat Dampak ( Levels of Impact)

TINGKAT KETERANGAN

Deviasi < 1 % terhadap indikator keuangan utama

Insignificant Gangguan terhadap pelayanan < 1 jam


1
( lidak Signifikan )
Kecelakaan tanpa korban Iuka I korban jiwa

Kerugian keuangan dibawah Rp 100 juta I tahun


Deviasi < 3% terhadap indikator keuangan utama

Minor Gangguan terhadap pelayanan < 6 jam


2
( Kecil) Kecelakaan dengan korban Iuka dan perlu pertolongan pertama

Kerugian keuangan dibawah Rp 1 miliar I tahun

Deviasi < 5% terhadap indikator keuangan utama

Moderate Gangguan terhadap pelayanan < 24 jam


3
( Moderat) Kecelakaan dengan korban Iuka dan perlu perawatan medis

Kerugian keuangan dibawah Rp 10 miliar I tahun


Deviasi < 7% terhadap indikator keuangan utama

Major Gangguan terhadap pelayanan < 3 hari


4
( Besar)
Kecelakaan dengan korban Iuka serius hingga cacat permanen

Kerugian keuangan dibawah Rp 100 miliar I tahun

TAHAP 5: EVALUASI RISIKO

Evaluasi risiko menetapkan tingkat risioko yang telah teridentifikasi dan memperbandingkan
dengan kriteria risiko yang telah dibuat. Tingkat risiko detetapkan berdasarkan hubungan dari
tingkat kemungkinan dan tingkat dampak sebagaimana terlihat dalam tabel terlampir.
·~ PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 15 of 19

Tingkat Risiko ( Risk Rating)

Level of Level of Impact


Likelihood
Insignificant Minor Moderate Major

Almost Certain Significant Significant High High

Likely Moderate Significant Significant High High High

Moderate Low Moderate Significant Significant High

Unlikely Low Low Moderate Significant High

Rare Low Low Moderate Significant

Atas suatu tingkat risiko dari risiko sisa (residual risk), perlu dilakukan hal hal sebagai berikut;
TINGKAT
RENCANA PENANGANAN DARI RISIKO SISA
RISIKO


Risiko dikendalikan oleh Dewan Direksi dan harus dilakukan studi serta rencana
Extreme
penangan risiko secara komprehensif Perkernbangan atas rencana penanganan
risiko perlu dilaporkan kepada Direktur Utama secara triwulanan atau lebih cepat jika
dirasa perlu.


High Risiko dikendalikan oleh Direksi (Pemilik Risiko) terrnasuk rencana penanganan
risiko secara detail. Perkembangan atas rencana penanganan risiko perlu
dilaporkan kepada Direktur Utama secara triwulanan.

Significant Risiko dikendalikan oleh Senior Manager (Pemilik Risiko) termasuk rencana
penanganan risiko secara detail. Perkembangan atas rencana penanganan risiko
perlu dilaporkan kepada Dewan Direksi secara triwulanan.

Moderate Risiko dikendalikan oleh Senior Manager (Pemilik Risiko) termasuk memonitor
perkembangan dari rencana penanganan risiko.

Low Risiko diterirna dengan minimum penanganan lebih lanjut.

Selain tingkat risiko, rencana penanganan risiko juga dapat dilakukan melalui hasil tingkat
efektifitas kontrol yang ada. Efektifitas kontrol diukur melalui tingkat deviasi dari Key Risk
Indicator yang telah ditetapkan. Kategori tingkat efektifitas dapat dikategorikan sebagai berikut;
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SK/HKO.Ol/2016
I PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 16 of 19

Tingkat Efektifitas KRI Gap Rencana Penanganan Rlslko

Effective Kontrol yang ada dinilai memadai dan rencana penanganan


< 10%
( Efektif) risiko lebih lanjut minimum.

Mostly Effective Kontrol yang ada dinilai cukup memadai dan sedikit rencana
< 15%
( Mendekati Efektif ) penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan.

Partially Effective Kontrol yang ada dinilai kurang memadai dan rencana
< 20%
( Kurang Efektif ) penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan secara luas.

Kontrol yang ada dinilai sangat kurang dan rencana


Ineffective
> 20% penanganan risiko lebih lanjut perlu dilakukan secara
( Tidak Efektif )
komprehensif termasuk melakukan transformasi usaha.

TAHAP 6: PENANGANANRISIKO (RJSKTREATMENJ)

Tahap keenam adalah merumuskan rencana menangani risiko sisa secara lebih mendalam. Dalam
banyak kasus, hampir tidak mungkin menghilangkan semua risiko. Rencana penangan risiko
dimaksudkan untuk;

• Meminimalkan tingkat kemungkinan suatu risiko; atau


• Menghilangkan atau mengurangi dampak risiko; atau
• Merubah risiko menjadi peluang.

Rencana Penanganan Risiko dikategorikan menjadi 4T yaitu:

• TAKE ( TERIMA)
Risiko sisa dapat diterima karena berada didalam target KRI (Key Risk Indicator) atau berada dalam
tingkat toleransi.

• TREAT ( TANGANI)
Risiko sisa harus ditangani lebih lanjut karena berada diatas tingkat toleransi. Dalam hal ini, penanganan
dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kemungkinan dan/atau mengurangi tingkat dampak yang
dapat terjadi.

• TRANSFER (TRANSFER)
Risiko sisa berada diatas tingkat toleransi dan harus ditangani dengan cara mentransfer ke lembaga
eksternal misal asuransi dan/atau ke unit lain (internal) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
menangani risiko tersebut.

• TERMINATE (TOLAK)
Risiko sisa berada jauh diatas tingkat toleransi dan diputuskan untuk ditolak. Contoh penolakan risiko
adalah penghentian suatu aktifitas usaha seperti divestasi, penolakan usulan bisnis yang berisiko tinggi,
tidak memasuki suatu segmen tertentu dan hal lain serupa itu.

Rencana penanganan risiko dicatat dalam Risk Register dan ditetapkan untuk ditindaklanjuti
masing-masing pemilik risiko. Dalam pembuatan rencana penanganan risiko ada beberapa faktor
lainnya yang perlu diperhatikan yaitu;

Person in Charge (PIC) yang melakukan rencana penanganan risiko;


Jadwal pelaksanaan (time frame) atau target pelaksanaan atas rencana penanganan risiko;
Biaya atau budget atas pelaksanaan penanganan risiko.

Penanganan risiko yang belum disusun dalam RKAP dan bersifat mendesak serta harus segera
ditindaklanjuti maka pemilik risiko mengajukan usulan (propose) kepada Direktur pernilik risiko
untuk segera dilakukan aktifitas penanganan risiko tersebut.
PT PelayaranNasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKJHK0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
~ Page: 17 of 19

TAHAP 7: PEMANTAUAN DAN PENELAAHAN (MONITOR & REVIEW)

Pemantauan dan penelaahan merupak:an fak:tor ketahanan dari keseluruhan kerangka kerja
Manajemen Risiko. Hal ini perlu dilakukan secara triwulanan dan bersifat berkelanjutan untuk
memastikan seluruh Kerangka Kerja berfungsi dan berjalan sebagai mana yang diharapkan. Pada
dasarnya hal ini merupakan tindak lanjut atas hasil yang telah dicapai disetiap tahap, melakukan
evaluasi ulang atas risiko dan jika dirasa perlu melakukan penyesuaian prioritas. Penyesuaian
prioritas diperlukan karena adanya perubahan atas ;

a. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan (Likelihood) dan besarnya dampak:.


b. Faktor yang mempengaruhi kelayakan dan biaya dalam melakukan penanganan
risiko.

Penelaahan yang berkelanjutan merupakan hal pokok dalam memastikan bahwa rencana penanganan
risiko masih relavan. Oleh sebab itu adalah suatu keharusan untuk mengulang seluruh proses setiap
saat dirasa perlu. Dengan kata lain, pemantauan dan penelaahan adalah bagian yang terintegrasi dari
seluruh Kerangka Kerja Manajemen Risiko.
@
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK.0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 18 of 19

2. Lampiran2 : FormatRisk Register

~sk Pigister : I ~isi Nama Unit Kerja Permik Ri~'ko l


~sk OassifKation : llrategic/ Co~ance/ Operational I Sy.tern/ Rnandal I DilHipe Kmgori Ri~'ko l
~Name : ( !Xisi Nam a lh'ko yang terjadi pada Unit Kerja )
Impact Description : ( !Xisi Dampak yangterjadi pada Unit Kerja/Pemt'Uk Rii'ko apab1a Risikoterjadi l
~skNo : ( !Xisioleh Unit Mana~ PJ~'ko;ranijngprioritasri~io l
Period : I ~isi periode Triwulanan l

til)iffl . Gros P.il(l)


lilfl(Cllials
l!ilullllit Isl c.omllildl!ftI' I 1ta.-P111Sl1I


llo ~I o.r
141 (.Illa)
Ill Ill ll!load
i.,at
(Jial
bli( lllloed Inc
II
Tl!pl
IIAcul
1-..il
lll«1ilael
Ttt
l4Tl D!III--
Pim
II

Omiptanol!li: l&tu~iolili: Oiitlhui ol!li:

IM.IMi- IllCatpm Pllmilc Direktur--


(Dt11d1tan111iol!liNi1niPCM1n.listdariot.ii/P!llllillisial ( i*llldltlft(ini olili N1m1 Pejabat SM. Dim/Pd llisiD I (l*llldltl\llniol!ll~!lt11P11111iRiiol
@ PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) Tanggal: 6 Oktober 2016
Nomor: 10.06/2/SKIHK0.01/2016
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Page: 19 of 19

F. REFERENSI
1. ISO 31000: 2009 Enterprise Risk Manajement

2. AZ/NZS 4360: 2004 Australian I New Zealand Standard: Risk Management

3. HB 436: 2004 Handbook of Risk Management Guidelines, Companion to AS/NZS 4360:


2004

4. AS 8000: 2003 Australian Standard- Good Governance Principles

5. AS 8001: 2003 Australian Standard - Fraud and Corruption Control

6. AS 8002: 2003 Australian Standard - Organizational Codes of Conduct

7. AS 8003: 2003 Australian Standard - Corporate Social Responsibility

8. AS 8004: 2003 Australian Standard - Whistleblower Protection Programs

9. AS/NZS 4801:2001 Australian I New Zealand Standard - Occupational Health and Safety
Management System

Salinan Sesuai dengan aslinya


Senior Manager Hukum

Anda mungkin juga menyukai