Anda di halaman 1dari 61

PEDOMAN

TATA KELOLA PERUSAHAAN


(CODE OF CORPORATE GOVERNANCE)

PT ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)


SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)
NOMOR : SK . t4W/ V• II›/ ASDP-2012

Tentang

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)

DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)

Menimbang a. Bahwa dalam rangka pengelolaan Perusahaan yang sehat dan


bertanggung jawab, perlu ditetapkan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero);

b. Bahwa untuk menjabarkan kaidah-kaidah tata kelola perusahaan


yang baik tersebut diperlukan sebuah pedoman yang memuat
prinsip-prinsip yang berlaku bagi aktivitas Perusahaan, dan
merupakan acuan bagi peraturan Perusahaan yang lebih rinci
sesuai dengan kebutuhan unit-unit dalam Perusahaan;

C. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a dan huruf b tersebut di atas, perlu ditetapkan
dengan Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan
Komisaris.
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279);
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4297);
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3913);
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4846);

na
li
we bridge the an
“Ba
ngga Menyatakan Nusantara
5.Peraturan.......
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992
tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum)
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 26);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4556);
’7.
Anggaran Dasar PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebagaimana
tertuang dalam Akta Nomor 82 tanggal 29 Juni 1993 dibuat
dihadapan trnas Fatimah, SH., Notaris di Jakarta, yang telah
beberapa kali diubah sebagaimana diubah terakhir kali
dengan Akta Nomor 24 tanggal 8 Agustus 2008 dibuat
dihadapan Johny Dwikora Aron, SH., Notaris di Jakarta yang
telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia sebagaimana tertuang dalam suratnya Nomor AHU-
75488.AH.01.02 tanggal 20 Oktober 2008 dan telah diumumkan
dalam Berita Negara Nomor 42 tanggal 26 Mei 2009,
Tambahan Berita Negara Nomor 13762 juncto Akta Nomor:
40 tanggal 17 September 2009, yang dibuat dihadapan Johny
Dwikora Aron, SH., Notaris di Jakarta, yang telah mendapatkan
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
sebagaimana tertuang dalam suratnya Nomor AHU-AH.01.10-
01496 tanggal 20 Januari 2010 dan telah di umumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 26 tanggal 30 Maret
2012, Tambahan Nomor 277/L;
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423 /KMK.06/2002 tentang
Jasa Akuntan Publik;
9. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 101 Tahun
2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
Badan Usaha Milik Negara;
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 102 Tahun
2002 tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang Badan Usaha
Milik Negara;
11. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 236 Tahun
2003 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 59 Tahun
2004 tentang Kontrak Manajemen Calon Anggota Direksi Badan
Usaha Milik Negara;

13.Peraturan.......
-3-

13. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor


PER- 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik Pada Badan Usaha Milik Negara juncto Nomor PER-
09/MBU/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011
Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara;
14. Peraturan Menteri Negara Badan usaha Milik Negara Nomor
PER- 12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara;
15. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Selaku
Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Nomor KEP-
262/MBU/2007 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. ASDP Indonesia Ferry tanggal 08 November
2007, Nomor KEP-179/MBU/2008 tentang Pengukuhan
Pemberhentian dan Pengangkatan Komisaris Utama
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. ASDP Indonesia Ferry
tanggal 22 September 2008, Nomor KEP-85/MBU/2010 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan Komisaris
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. ASDP Indonesia Ferry
(Persero) tanggal 26 Mei 2010 dan Nomor KEP-176/MBU/2011
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan
Komisaris Perusahaan Perseroan (Persero) PT. ASDP Indonesia
Ferry (Persero) tanggal 25 Juli 2011;
16. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Selaku
Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Nomor KEP-86/MBU/2010
tentang Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) tanggal
26 Mei 2010 dan Nomor KEP-117/MBU/2011 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Direktur Utama
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. ASDP Indonesia Ferry
(Persero) tanggal 27 Mei 2011.
Memperhatikan : Surat Wakil Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor S-
375/MBU.Wk/2011Tentang Kebijakan Menteri Negara BUMN dalam
Pengurusan dan Pengawasan BUMN.
M E M U T U S K A N,

Menetapkan SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS


PT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO) TENTANG PEDOMAN TATA
KELOLA PERUSAHAAN.
PERTAMA Menetapkan Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero) yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan
Komisaris ini.
KEDUA.......
KEDUA Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris ini nJulai
berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan catatan a pabila terdapat
perubahan ketentuan dan peraturan perundang -undangan yang
berlaku ataupun apabila terdapat kekelirunn, maka akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di J A K A R T A
Pada Tanggal g\ jzcz;z

A,N. DEWAN KOMISARIS A.N. DIREKSI


KOMISARIS UTAMA,

Salinan Surat KejDutusan Bersama in' disampaikan Kepada Yth :


1. Dewan Komisaris PT. ASDP Indonesia Feiry (Persero);
2. Direksi PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero);
3. Kepala Satua Pengawasan Intern PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero);
4. Corporate Secretary PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero);
5. Para Vice P resident PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero);
6. Para Gene ral Manager Ca bang dan Unit Bisnis Khusus.
PENGANTAR

Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) PT ASDP


Indonesia Ferry (Persero) ini merupakan penjabaran dari kaidah-kaidah Good
Corporate Governance, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik negara
Nomor : PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang
Baik pada Badan Usaha Milik Negara, Anggaran Dasar Perusahaan, visi dan
misi Perusahaan serta praktik-praktik terbaik dalam Good Corporate
Governance dan Nomor PER-09/MBU/2012 Tentang Perubahan Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan
Usaha Milik Negara.

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) ini


memuat prinsip-prinsip yang berlaku bagi aktivitas Perusahaan. PT ASDP
Indonesia Ferry (Persero) akan secara konsisten mengomunikasikan
Pedoman Tata Kelola Perusahaan ini kepada seluruh pihak yang
berkepentingan sehingga dapat memahami standar kerja Perusahaan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) ini


merupakan acuan bagi peraturan Perusahaan yang lebih rinci sesuai dengan
kebutuhan unit-unit dalam Perusahaan. Mengingat lingkungan usaha yang
dinamis, maka PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) selalu mengkaji Pedoman
Tata Kelola Perusahaan ini secara berkesinambungan sebagai upaya
mencapai standar kerja yang terbaik bagi Perusahaan.

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry i


(Persero)
DAFTAR ISI

PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Prinsip-prinsip Dasar Corporate Governance 4
C. Maksud dan Tujuan Pedoman Corporate Governance 4
D. Dasar Hukum Penyusunan Pedoman 5

BAB II : PEMEGANG SAHAM DAN RUPS


A. Pengertian 7
B. Hak dan Wewenang 7
C. Akuntabilitas Pemegang Saham 10
D. Rapat Umum Pemegang Saham 10

BAB III : DEWAN KOMISARIS


A. Pengertian 11
B. Persyaratan, Jumlah dan Komposisi 11
C. Masa Jabatan 12
D. Benturan Kepentingan 12
E. Perangkapan Jabatan 13
F. Hak dan Wewenang 14
G. Tugas dan Tanggung Jawab 15
H. Program Pengenalan dan Pengembangan 16
I. Rapat Dewan Komisaris 17
J. Penilaian Kinerja 19
BAB IV : DIREKSI
A. Pengertian 20
B. Persyaratan, Jumlah dan Komposisi 20
C. Masa Jabatan 21
D. Benturan Kepentingan 21
E. Perangkapan Jabatan 22
F. Hak dan Wewenang 22
G. Tugas dan Tanggung Jawab 23
H. Program Pengenalan dan Pengembangan 24
I. Rapat Direksi 25
J. RJPP 26
K. RKAP 26

BAB V : ORGAN PENDUKUNG


A. Sekretariat Dewan Komisaris 29
B. Komite Audit
1. Pengertian 29
2. Persyaratan 30
3. Hak dan Wewenang 31
4. Tugas dan Tanggung Jawab 31

C. Komite Lainnya 31

D. Satuan Pengawasan Intern


1. Pengertian 32
2. Struktur dan Kedudukan 32
3. Persyaratan 32
4. Hak dan Wewenang 32
5. Tugas dan Tanggung Jawab 33

E. Sekretaris Perusahaan
1. Pengertian 34
2. Persyaratan 34
3. Hak dan Wewenang 34
4. Tugas dan Tanggung Jawab 35

BAB VI : AUDITOR EKSTERNAL


A. Pengertian 36
B. Persyaratan 36
C. Proses Penunjukan 36
D. Tugas dan Wewenang 37

BAB VII : KEBIJAKAN POKOK PERUSAHAAN


A. Pengendalian Internal 38
B. Manajemen Risiko 39
C. Teknologi Informasi 42
D. Kebijakan Mutu 43
E. Pengelolaan Informasi dan Keterbukaan 43
F. Pengelolaan Stakeholders
1. Karyawan 45
2. Pelanggan 46
3. Pemasok 46
4. Masyarakat 47
5. Pemerintah 47
G. Pengadaan Barang dan jasa 47
H. Tanggung Jawab Sosial 48
I. Etika Berusaha,Anti Korupsi dan Donasi 48
J. Pemantauan dan Pengembangan Ketaatan GCG 49

BAB VIII : P E N U T UP 51
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang jasa kepelabuhanan angkutan sungai, danau dan
penyeberangan; jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan; jasa
angkutan laut berjadwal, jasa charter kapal; jasa terminal, dermaga dan fasilitas
lainnya; penyediaan tenaga listrik, air bersih, bahan bakar, instalasi limbah;
perdagangan dalam negeri, ekspor dan impor alat/peralatan keselamatan kapal,
mesin kapal laut, kapal laut, suku cadang kapal laut, minyak pelumas, jasa
perawatan kapal, pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk properti,
periklanan, pergudangan, perkantoran, fasilitas pariwisata, dan penyewaan dan
pengusahaan sarana dan prasarana yang terkait dengan angkutan sungai,
danau dan penyeberangan.

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan


Pemerintah Nomor 15 Tahun 1992, dengan Anggaran Dasar Pendirian Nomor
82 tanggal 29 Juni 1993 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH., Notaris di
Jakarta, dan telah beberapa kali diubah sebagaimana diubah terakhir kali
dengan Akta Nomor 24 tanggal 8 Agustus 2008 dibuat di hadapan Johny
Dwikora Aron, SH., Notaris di Jakarta yang telah mendapat persetujuan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana tertuang dalam suratnya Nomor:
AHU-75488.AH.01.02 tanggal 20 Oktober 2008 dan telah diumumkan dalam
Berita Negara Nomor 42 Tanggal 26 Mei 2009, Tambahan Berita Negara Nomor
13762 juncto Akta Nomor 40 tanggal 17 September 2009, yang dibuat di
hadapan Johny Dwikora Aron, SH., Notaris di Jakarta yang telah mendapat
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana tertuang
dalam suratnya Nomor: AHU-AH.01.10-01496 tanggal 20 Januari 2010 telah
diumumkan dalam Berita Negara Nomor 26 Tanggal 30 Maret 2012, Tambahan
Berita Negara Nomor 277/L.

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry 1


(Persero)
Modal dasar PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebesar Rp
1.600.000.000.000,- (satu triliun enam ratus miliar rupiah) yang terbagi atas
1.600.000 (satu juta enam ratus) lembar saham, masing-masing saham dengan
nilai nominal sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), yang telah ditempatkan
sebanyak 1.092.509 lembar saham atau seluruhnya sebesar 1.092.509.000.000
(satu triliun sembilan puluh dua miliar lima ratus sembilan juta rupiah).
Pemegang Saham PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) seluruhnya (100%)
adalah Negara Republik Indonesia.

Visi Perusahaan adalah “Menjadi perusahaan jasa pelabuhan dan


penyeberangan yang terbaik dan terbesar di tingkat regional, serta mampu
memberikan nilai tambah bagi stakeholder’s.”

Adapun misi Perusahaan yang digunakan untuk merealisasikan visi Perusahaan


adalah :
1. Menyediakan prasarana pelabuhan dan sarana kapal penyeberangan yang
tangguh sebagai pendukung dalam sistem logistik nasional;
2. Memiliki standar pelayanan Internasional yang didukung oleh tenaga
professional dan manajemen bisnis modern serta tata kelola perusahaan
yang baik;
3. Menguasai pangsa pasar Nasional dan memperluas jaringan operasional
sampai ke tingkat regional untuk memaksimalkan pertumbuhan dan
keuntungan;
4. Memaksimalkan peran korporasi dan infrastruktur negara serta agen
pembangunan.
Untuk mencapai visi dan misinya, Perusahaan perlu menerapkan praktik-praktik
Good Corporate Governance (GCG) sebagaimana telah menjadi kebutuhan
perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Aturan mengenai hal tersebut tertuang
dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-
01/MBU/2011 Tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara dan Nomor PER-09/MBU/2012 Tanggal 6 Juli 2012 tentang Perubahan
Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara.
Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Adapun tujuan penerapan Good Corporate Governance (GCG) menurut
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-
01/MBU/2011 Tanggal 1 Agustus 2011 adalah :
1. Mengoptimalkan nilai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar Perusahaan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional,
sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan
untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ persero.
3. Mendorong agar organ persero dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di
sekitar BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

Dengan memperhatikan pentingnya tujuan penerapan GCG tersebut di atas,


maka PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) berkomitmen untuk menerapkan
praktik-praktik GCG dalam pengelolaan Perusahaan sehari-hari. Komitmen
tersebut diwujudkan antara lain dengan membangun infrastruktur GCG yang
melandasi penerapan GCG di lingkungan Perusahaan, di antaranya adalah
penyusunan Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate
Governance) yang menjadi acuan bagi organ Perusahaan (Pemegang
Saham/RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi) dalam menerapkan praktik-praktik
GCG di lingkungan Perusahaan, yang dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan ketentuan dan norma yang berlaku dalam Anggaran Dasar
Perusahaan.
Keberhasilan implementasi Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of
Corporate Governance) sangat bergantung pada komitmen dan dukungan
seluruh organ Perusahaan dalam menegakkan dan melaksanakan GCG.

B. PRINSIP-PRINSIP DASAR CORPORATE GOVERNANCE

Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) PT ASDP


Indonesia Ferry (Persero) dilandasi prinsip-prinsip GCG yang terdiri dari :
1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4. Kemandirian (Independency), yaitu suatu keadaan di mana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-
hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PEDOMAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) PT ASDP


Indonesia Ferry (Persero) disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
1. Panduan bagi Pemegang Saham/RUPS, Dewan Komisaris, dan Direksi
dalam menata kelola perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
2. Bukti penuangan komitmen Perusahaan secara tertulis dalam menerapkan
prinsip-prinsip GCG.
3. Standar kualitas dalam memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan, Anggaran Dasar Perusahaan dan prinsip-prinsip korporasi yang
merupakan best practice dalam batas ketentuan yang berlaku.

D. DASAR HUKUM PENYUSUNAN PEDOMAN

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.


2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara.
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik
5. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN.
6. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 101 Tahun 2002
Tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang Perusahaan Badan Usaha
Milik Negara.
7. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 102 Tahun 2002,
Tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang Badan Usaha Milik Negara.
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423 /KMK.06/2002 Tentang Jasa
Akuntan Publik.
9. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 236 Tahun 2003
Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan.
10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor 59 Tahun 2004
Tentang Kontrak Manajemen Calon Anggota Direksi Badan Usaha Milik
Negara.
11. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada
Badan Usaha Milik Negara Juncto Nomor PER-09/MBU/2012 Tentang
Perubahan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01/MBU/2011
tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.
12. Peraturan Menteri Negara Badan usaha Milik Negara Nomor PER-
12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas Badan Usaha Milik Negara.
13. Surat Wakil Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor S-
375/MBU.Wk/2011 Tentang Kebijakan Menteri BUMN dalam Pengurusan
dan Pengawasan BUMN.
14. Anggaran Dasar PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero).
15. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006, oleh
Komite Nasional Kebijakan GCG.
16. Standar Profesi Audit Internal, Tahun 2004.
17. Praktik-praktik terbaik dalam penerapan tata kelola perusahaan.
BAB II
PEMEGANG SAHAM DAN RUPS

A. PENGERTIAN

Pemegang Saham adalah pemilik modal Perusahaan. Pemilik modal PT ASDP


Indonesia Ferry (Persero) adalah Negara Republik Indonesia. Pemegang Saham
sebagai pemilik modal memiliki hak dan tanggung jawab sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perusahaan.

Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ
perusahaan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
dan/atau Anggaran Dasar.

RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham


untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam
dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan.

Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan transparan


dengan memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga kepentingan
usaha perusahaan dalam jangka panjang.

B. HAK DAN WEWENANG PEMEGANG SAHAM

Hak-hak Pemegang Saham/RUPS harus dilindungi, agar Pemegang Saham


dapat melaksanakan hak-haknya berdasarkan Anggaran Dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak tersebut di antaranya :

1. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, sesuai jumlah saham
yang dimiliki. Bagi pemegang saham Persero, ketentuannya adalah satu
saham memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu
suara.
2. Memperoleh informasi material mengenai Perusahaan, secara tepat waktu,
terukur dan teratur.
3. Menerima pembagian dari keuntungan Perusahaan dalam bentuk deviden
dan sisa kekayaan hasil likuidasi, sebanding dengan jumlah saham yang
dimilikinya.
4. Hak lainnya berdasarkan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-
undangan.
5. Mengusulkan, mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris
dan Direksi.
6. Menilai kinerja Dewan Komisaris dan Direksi baik secara individu maupun
kolegial setiap tahun.
7. Memberikan persetujuan atas perbuatan-perbuatan hukum sesuai yang
ditetapkan Anggaran Dasar yang hanya dapat dilaksanakan Direksi setelah
mendapat tanggapan tertulis/rekomendasi dari Dewan Komisaris,
diantaranya dalam hal:
a. Mengagunkan aktiva tetap untuk kredit jangka menengah /panjang,
b. Melakukan penyertaan modal pada perseroan lain,
c. Mendirikan, melepaskan penyertaan modal pada anak /perusahaan
patungan,
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan,
pembubaran anak/perusahaan patungan,
e. Mengikat perseroan sebagai penjamin (borg/avalist),
f. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain diluar kegiatan utama
perseroan,
g. Tidak menagih lagi piutang macet yang telah dihapus bukukan,
h. Melepas dan menghapuskan aktiva tetap Perusahaan, kecuali aktiva
tetap bergerak yang berumur 5 tahun,
i. Menetapkan blue print dan logo perusahaan,
j. Membentuk yayasan,organisasi yang berdampak kepada perseroan,
k. Pembebanan biaya perseroan yang bersifat tetap dan rutin untuk
yayasan, organisasi,
l. Mengusulkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi anak
Perusahaan.
m. Mengalihkan kekayaan Perusahaan.
n. Menjadikan jaminan utang kekayaan Perusahaan yang merupakan lebih
dari 50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perusahaan dalam
1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun
tidak.

C. AKUNTABILITAS PEMEGANG SAHAM

Pemegang Saham berkewajiban untuk memastikan bahwa pengelolaan


Perusahaan tetap sesuai dengan tujuan pendirian Perusahaan.

Pemegang Saham melaksanakan prinsip – prinsip Good Corporate Governance


sesuai wewenang dan tanggung jawabnya.

D. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)

1. RUPS terdiri dari :


a. RUPS Tahunan yang diadakan tiap-tiap tahun, meliputi:
1) RUPS Tahunan mengenai persetujuan Laporan Tahunan.
2) RUPS Tahunan mengenai persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP).
b. RUPS Luar Biasa, diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan
Perusahaan.
2. RUPS dalam mata acara lain-lain berhak mengambil keputusan sepanjang
semua Pemegang Saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan
menyetujui tambahan mata acara RUPS.
3. Keputusan atas mata acara RUPS yang ditambahkan harus disetujui dengan
suara bulat.
4. RUPS Tahunan untuk menyetujui Laporan Tahunan diadakan paling lambat
bulan Juni, setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan, dalam rapat
tersebut Direksi menyampaikan :
a. Laporan Tahunan.
b. Usulan penggunaan Laba Bersih Perusahaan.
c. Hal-hal lain yang perlu persetujuan RUPS untuk kepentingan Perusahaan.
5. RUPS Tahunan untuk menyetujui RKAP tahun buku berikutnya diadakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan (tahun
anggaran RKAP yang bersangkutan), dan dalam RUPS tersebut Direksi
menyampaikan :
a. Rancangan RKAP termasuk Proyeksi Laporan Keuangan.
b. Hal-hal lain yang perlu persetujuan RUPS untuk kepentingan Perusahaan
yang belum dicantumkan dalam rancangan RKAP.
6. Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling
lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan RUPS diterima.
7. Pemanggilan RUPS dilakukan dengan melalui surat tercatat dan/atau iklan
dalam surat kabar. Dalam panggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu,
tempat dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang
akan dibicarakan tersedia di kantor Perusahaan.
8. RUPS dipimpin oleh salah seorang Pemegang Saham yang dipilih dari
antara mereka yang hadir.
9. Setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuatkan risalah RUPS yang
sekurang- kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-pendapat
yang berkembang dalam RUPS dan keputusan RUPS. Risalah RUPS
ditandatangani Ketua RUPS dan paling sedikit 1 (satu) orang Pemegang
Saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS kecuali risalah RUPS
tersebut dibuat dengan akta notaris.
10. Semua keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai
mufakat, bila tidak tercapai keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari ½
(satu per dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
11. Pemegang Saham dapat mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan RUPS secara fisik, dengan ketentuan semua Pemegang
Saham telah diberitahu secara tertulis dan semua Pemegang Saham
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta
menandatangani persetujuan tersebut.
BAB III

DEWAN KOMISARIS

A. PENGERTIAN

Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab dan


berwenang melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perusahaan maupun usaha
Perusahaan dan memberikan nasihat kepada Direksi.

B. PERSYARATAN, JUMLAH , DAN KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS

1. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Yang


dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang
perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam 5
(lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:
a. Dinyatakan pailit.
b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris atau anggota
Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
Perusahaan dinyatakan pailit.
c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara dan/atau yang berkaitan
dengan sektor keuangan.
2. Pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dilakukan melalui proses seleksi
dan nominasi yang transparan dengan mempertimbangan integritas,
dedikasi, pemahaman mengenai masalah-masalah manajemen perusahaan
yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan
yang memadai di bidang usaha Perusahaan serta dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
3. Antara para anggota Direksi dan antara anggota Dewan Komisaris dan
anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sedarah atau hubungan
karena perkawinan sampai dengan derajat ke-3 (ketiga), baik menurut garis
lurus maupun garis ke samping.
4. Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang atau lebih. Dalam hal Dewan
Komisaris lebih dari 1 (satu) orang anggota, maka salah seorang anggota
Dewan Komisaris diangkat sebagai Komisaris Utama.
5. Dalam komposisi Dewan Komisaris, paling sedikit 20% (dua puluh persen)
merupakan anggota Dewan Komisaris Independen yang ditetapkan dalam
keputusan pengangkatannya.
Anggota Dewan Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris
yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya,
anggota Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan
dengan perusahaaan, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen.

C. MASA JABATAN DEWAN KOMISARIS

1. Masa jabatan anggota Dewan Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
2. Anggota Dewan Komisaris sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan
keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
3. Jabatan anggota Dewan Komisaris berakhir apabila :
a. Meninggal dunia.
b. Masa jabatannya berakhir.
c. Diberhentikan berdasarkan RUPS; dan /atau
d. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Dewan Komisaris
berdasarkan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada rangkap jabatan dan
pengunduran diri.

D. BENTURAN KEPENTINGAN

Benturan kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara


kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi anggota
Dewan Komisaris.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya anggota Dewan Komisaris harus
senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan di atas
kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga maupun pihak lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut:
1. Anggota Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada Perusahaan mengenai
kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada Perusahaan dan
perusahaan lain.
2. Anggota Dewan Komisaris dilarang :
a. Memanfaatkan jabatan.
b. Melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan.
c. Mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan Perusahaan.
d. Menggunakan informasi penting dan rahasia, yang dilakukan untuk
kepentingan pribadi atau untuk kepentingan orang lain atau pihak lain
yang merugikan kepentingan Perusahaan. Dalam hal pembahasan dan
pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan,
pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta.
3. Anggota Dewan Komisaris diharuskan membuat pernyataan tidak memiliki
benturan kepentingan pada awal pengangkatan dan diperbaharui setiap
awal tahun, dan telah melaksanakan Pedoman Perilaku yang diterapkan
Perusahaan.

E. PERANGKAPAN JABATAN

1. Anggota Dewan Komisaris dilarang memangku jabatan rangkap sebagai :


a. Anggota Direksi pada BUMN, BUMD, Badan Usaha Milik Swasta.
b. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, pengurus partai politik dan/atau calon/anggota legislatif.
c. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, dan atau
2. Anggota Dewan Komisaris tidak diperbolehkan memangku jabatan rangkap
sebagai anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas di BUMN lain.
F. HAK DAN WEWENANG DEWAN KOMISARIS

Hak Dewan Komisaris :


1. Memperoleh honorarium, dan tunjangan/fasilitas yang jenis dan jumlahnya
ditetapkan RUPS dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Mengundurkan diri dari jabatan.
3. Dewan Komisaris baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri berhak
mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang Perusahaan secara
tepat waktu dan lengkap.

Wewenang Dewan Komisaris diantaranya:


1. Melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa
kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan memeriksa
kekayaan Perusahaan.
2. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai segala
persoalan yang menyangkut pengelolaan Perusahaan.
3. Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan
oleh Direksi.
4. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris, jika
dianggap perlu.
5. Membentuk Komite Audit, dan satu komite lainnya jika dianggap perlu oleh
Perusahaan, yang ditetapkan dalam RUPS.
6. Menggunakan tenaga ahli untuk hal tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu atas beban Perusahaan jika dianggap perlu.
7. Memberikan persetujuan tertulis atas perbuatan-perbuatan Direksi dalam hal :
a. Mengagunkan aktiva tetap untuk penarikan kredit jangka pendek.
b. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dengan nilai atau jangka
waktu yang ditetapkan oleh RUPS.
c. Menerima atau memberikan pinjaman jangka menengah/panjang kecuali
yang timbul karena transaksi bisnis, dan pinjaman yang diberikan
kepada
anak Perusahaan.
d. Menghapuskan dari pembukuan piutang macet dan persediaan barang
mati.
e. Melepaskan aktiva tetap Perusahaan.
f. Menetapkan struktur organisasi sampai dengan 1 (satu) tingkat di bawah
Direksi.

G. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN

KOMISARIS Tugas Dewan Komisaris :


Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perusahaan
maupun usaha Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan
nasihat kepada Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan RJPP,
RKAP serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perusahaan.

Tanggung Jawab Dewan Komisaris :


1. Meneliti dan menelaah serta menandatangani RJPP yang disiapkan Direksi.
2. Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai RJPP yang telah
ditandatangani bersama Direksi.
3. Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan Dewan Komisaris yang
dimasukkan dalam RKAP Perusahaan.
4. Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang disiapkan
Direksi serta menandatangani laporan tahunan.
5. Memantau dan memastikan bahwa GCG telah diterapkan secara efektif dan
berkelanjutan.
6. Memantau dan memberi masukan terhadap pelaksanaan program tanggung
jawab sosial Perusahaan.
7. Mengawasi pelaksanaan dan memberikan masukan tentang manajemen
risiko.
8. Mengkaji pembangunan dan pemanfaatan teknologi informasi.
9. Menyusun Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance Indicators)
Dewan Komisaris guna dimintakan persetujuan RUPS.
10.Dewan Komisaris membuat pembagian tugas mereka sendiri.
11.Dewan Komisaris menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan Dewan
Komisaris yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari RKAP.
12.Melaporkan tentang tugas pengawasan dan pemberian nasihat yang telah
dilaksanakan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.
13.Membentuk Komite Audit, dan satu komite lainnya jika dianggap perlu oleh
Perusahaan.
14.Mengusulkan auditor eksternal kepada RUPS.

H. PROGRAM PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN

1. Program Pengenalan

Kepada anggota Dewan Komisaris yang diangkat untuk pertama kalinya wajib
diberikan program pengenalan mengenai Perusahaan.
Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan tersebut berada
pada Sekretaris Perusahaan.
Program pengenalan meliputi antara lain:
a. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh Perusahaan.
b. Gambaran mengenai Perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat dan
lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha
jangka pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, penanganan risiko
dan masalah-masalah strategis lainnya.
c. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit
internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal,
termasuk Komite Audit.
d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan.

Program pengenalan dapat berupa presentasi, pertemuan, kunjungan ke


Perusahaan dan pengkajian dokumen atau program lainnya yang dianggap
sesuai dengan Perusahaan di mana program tersebut dilaksanakan.

2. Program Pengembangan

Dewan Komisaris menyelenggarakan program pengembangan yang


terstruktur dan sistematis untuk meningkatkan dan memperdalam
kemampuan (skill and knowledges) bagi Dewan Komisaris.

Perusahaan menyediakan program pengembangan Dewan Komisaris yang


didukung dengan dana yang dianggarkan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan.

Program tersebut dibuat oleh Dewan Komisaris secara terstruktur dan


sistematis yang dapat berupa tambahan pengetahuan yang bersifat informal
berupa seminar, training, workshop, studi banding.

I. RAPAT DEWAN KOMISARIS

1. Dewan Komisaris mengadakan rapat paling sedikit setiap sebulan sekali dan
dalam rapat tersebut Dewan Komisaris dapat mengundang Direksi.
2. Dewan Komisaris harus menetapkan tata tertib rapat Dewan Komisaris.
3. Panggilan rapat Dewan Komisaris dilakukan secara tertulis oleh Komisaris
Utama atau oleh anggota yang ditunjuk oleh Komisaris Utama dan
disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
rapat diadakan atau dalam waktu yang lebih singkat jika dalam keadaan
mendesak dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
Panggilan rapat mencantumkan acara, waktu dan tempat rapat. Panggilan
rapat tersebut tidak disyaratkan apabila semua anggota Dewan Komisaris
hadir dalam rapat.
4. Semua rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama.
5. Keputusan Rapat :
a. Semua Keputusan dalam rapat diambil dengan musyawarah untuk
mufakat, apabila tidak tercapai kesepakatan maka keputusan diambil
dengan suara terbanyak biasa.
b. Setiap anggota Dewan Komisaris berhak untuk mengeluarkan 1 (satu)
suara ditambah 1 (satu) suara untuk anggota Dewan Komisaris yang
diwakilinya.
c. Suara blanko (abstain) dianggap menyetujui usul yang diajukan dalam
rapat.
d. Dalam hal usulan lebih dari dua alternatif dan hasil pemungutan suara
belum mendapatkan satu alternatif dengan suara lebih dari ½ (satu per
dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, maka dilakukan
pemilihan ulang terhadap dua usulan yang memperoleh suara terbanyak
sehingga salah satu usulan memperoleh suara lebih dari ½ (satu per
dua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
6. Setiap rapat Dewan Komisaris harus dibuatkan risalah rapat yang memuat
pendapat-pendapat yang berkembang dalam rapat, baik pendapat yang
mendukung maupun yang tidak mendukung atau pendapat berbeda
(dissenting opinion), keputusan/kesimpulan rapat, serta alasan ketidak-
hadiran anggota Dewan Komisaris, apabila ada.
7. Jumlah rapat Dewan Komisaris dan jumlah kehadiran anggota Dewan
Komisaris harus dimuat dalam Laporan Tahunan.
J. PENILAIAN KINERJA

1. RUPS wajib menetapkan Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance


Indicators) Dewan Komisaris berdasarkan usulan Dewan Komisaris yang
bersangkutan.
2. Indikator Pencapaian Kinerja merupakan ukuran penilaian atas keberhasilan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan dan pemberian nasihat
oleh Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/atau anggaran dasar.

3. Dewan Komisaris wajib menyampaikan laporan triwulanan perkembangan


realisasi Indikator Pencapaian Kinerja kepada para Pemegang Saham.
BAB IV

DIREKSI

A. PENGERTIAN

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab


penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

B. PERSYARATAN, JUMLAH DAN KOMPOSISI DIREKSI

1. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS.


2. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan
yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam 5 (lima) tahun
sebelum pengangkatannya pernah:
a. Dinyatakan pailit.
b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris atau anggota
Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
perusahaan dinyatakan pailit.
c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara dan/atau yang berkaitan
dengan sektor keuangan.
2. Antara para anggota Direksi dan antara anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga,
baik menurut garis lurus maupun garis ke samping termasuk hubungan yang
timbul karena perkawinan.
3. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh
RUPS. Dalam hal RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang
tersebut, maka pembagian tugas dan wewenang di antara Direksi ditetapkan
oleh Direksi.
C. MASA JABATAN DIREKSI

1. Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
2. RUPS dapat memberhentikan para anggota Direksi sewaktu-waktu dengan
menyebutkan alasannya.
3. Jabatan anggota Direksi berakhir apabila :
a. Meninggal dunia.
b. Masa jabatannya berakhir.
c. Diberhentikan berdasarkan RUPS.
d. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Direksi berdasarkan
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. BENTURAN KEPENTINGAN

Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara


kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi anggota
Direksi.

Untuk menghindari adanya benturan kepentingan :


1. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perusahaan mengenai
kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada perusahaan dan
perusahaan lain.
2. Anggota Direksi dilarang :
a. Memanfaatkan jabatan.
b. Melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan.
c. Mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan Perusahaan.
d. Menggunakan informasi penting dan rahasia yang dilakukan untuk
kepentingan pribadi atau untuk kepentingan orang lain atau pihak lain
yang merugikan kepentingan Perusahaan. Dalam hal pembahasan dan
pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan,
pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta.
e. Anggota Direksi diharuskan membuat pernyataan tidak memiliki
benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang dibuat olehnya,
pada awal
pengangkatan dan diperbaharui setiap awal tahun, dan telah
melaksanakan Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang diterapkan
Perusahaan.

C. PERANGKAPAN JABATAN

Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagaimana tersebut


dibawah ini, yaitu:
1. Anggota Direksi pada BUMN/ BUMD, Badan Usaha Milik Swasta.
2. Anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN.
3. Jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga
Pemerintah Pusat dan atau Daerah.
4. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan, pengurus dan/atau calon/anggota legislatif.
5. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

D. HAK DAN WEWENANG

DIREKSI Hak-Hak Direksi

diantaranya :
1. Gaji dan tunjangan/fasilitas termasuk santunan purna jabatan yang jenis
dan jumlahnya ditetapkan oleh RUPS dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan.
2. Mengundurkan diri dari jabatannya.

Wewenang Direksi diantaranya :


1. Menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan.
2. Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi untuk mewakili Perusahaan di
dalam dan di luar pengadilan.
3. Mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian Perusahaan termasuk
penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi
karyawan perusahaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan terlebih dulu harus mendapat persetujuan Dewan Komisaris
Melakukan segala tindakan dan perbuatan lainnya mengenai pengurusan
maupun pemilikan kekayaan Perusahaan, mengikat Perusahaan dengan
pihak lain dan/atau pihak lain dengan Perusahaan, serta mewakili
Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS.

E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

1. Mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan kegiatan


Perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan usahanya.
2. Menyiapkan pada waktunya RJPP, RKAP dan perubahannya serta
menyampaikannya kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk
mendapatkan pengesahan RUPS.

3. Memberikan penjelasan kepada RUPS mengenai RJPP, RKAP dan


Laporan Tahunan.
4. Menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
dan menyerahkan kepada Akuntan Publik untuk diaudit.
5. Menyampaikan Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan kepada
RUPS untuk disetujui dan disahkan.
6. Menyusun sistem akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
dan berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern.
7. Menyampaikan laporan triwulanan kepada Dewan Komisaris dan laporan
semesteran kepada Pemegang Saham paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah berakhirnya periode triwulanan dan semesteran.
8. Menyampaikan dan memberikan penjelasan mengenai Laporan
Semesteran kepada Pemegang Saham.
9. Salah seorang anggota Direksi ditunjuk oleh rapat Direksi sebagai
penanggung jawab dalam penerapan dan pemantauan GCG di
Perusahaan.
10. Memastikan agar Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya
serta memperhatikan kepentingan dari berbagai pemangku kepentingan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut setiap anggota Direksi wajib:
a. Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan, serta
prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian,
akuntabilitas, perrtanggungjawaban, serta kewajaran.
b. Beritikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan dan usaha Perusahaan dengan mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

F. PROGRAM PENGENALAN DAN

PENGEMBANGAN Program Pengenalan


Kepada anggota Direksi yang baru wajib diberikan program pengenalan
mengenai perusahaan yang bersangkutan.
Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan tersebut berada pada
Sekretaris Perusahaan.
Program pengenalan meliputi antara lain:
a. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance oleh Perusahaan.
b. Gambaran mengenai perusahaan berkaitan dengan tujuan, sifat dan
lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha
jangka pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, penanganan risiko
dan masalah-masalah strategis lainnya
c. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit
internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal,
termasuk Komite Audit.
d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan.

Program pengenalan perusahaan dapat berupa presentasi, pertemuan,


kunjungan ke perusahaan dan pengkajian dokumen atau program lainnya yang
dianggap sesuai dengan perusahaan di mana program tersebut dilaksanakan.
Program Pengembangan
Direksi menyelenggarakan program pengembangan yang terstruktur dan
sistematis untuk meningkatkan dan memperdalam kemampuan (skill and
knowledges) bagi Direksi.
Perusahaan menyediakan program pengembangan Direksi yang didukung
dengan dana yang dianggarkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan.

Program tersebut dibuat oleh Direksi secara terstruktur dan sistematis yang
dapat berupa tambahan pengetahuan yang bersifat informal berupa seminar,
training, workshop, studi banding.

G.RAPAT DIREKSI

1. Rapat Direksi harus diadakan secara berkala, sekurang-kurangnya sekali


dalam setiap bulan, dan dalam rapat tersebut dapat mengundang Dewan
Komisaris.
2. Penyelenggaraan Rapat Direksi dapat dilakukan setiap waktu apabila:
a. dipandang perlu oleh seorang atau lebih anggota Direksi;
b. atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris;
c. atas permintaan tertulis dari 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham
yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari
jumlah seluruh saham hak suara
3. Direksi harus menetapkan tata tertib rapat Direksi.
4. Panggilan rapat Direksi dilakukan secara tertulis oleh anggota Direksi yang
berhak mewakili Perusahaan dan disampaikan jangka waktu paling lambat
3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan atau dalam waktu yang lebih singkat
jika dalam keadaan mendesak dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.
Panggilan rapat mencantumkan acara, waktu dan tempat rapat.
Panggilan rapat tersebut tidak disyaratkan apabila semua anggota Direksi
hadir dalam rapat.
5. Semua rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama.
6. Keputusan Rapat :
a. Semua Keputusan dalam rapat diambil dengan musyawarah untuk
mufakat, apabila tidak tercapai kesepakatan maka keputusan diambil
dengan suara terbanyak biasa.
b. Setiap anggota Direksi berhak untuk mengeluarkan 1 (satu) suara
ditambah 1 (satu) suara untuk anggota Direksi yang diwakilinya.
c. Apabila suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka
keputusan rapat adalah yang sesuai dengan pendapat ketua rapat.
d. Suara blanko (abstain) dianggap menyetujui usul yang diajukan dalam
rapat.
7. Risalah Rapat Direksi harus dibuat untuk setiap Rapat Direksi yang
memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat,
termasuk tetapi tidak terbatas pada pendapat-pendapat yang berkembang
dalam rapat, baik pendapat yang mendukung maupun tidak mendukung
atau pendapat berbeda (dissenting opinion), serta alasan ketidakhadiran
anggota Direksi, apabila ada.
8. Jumlah rapat Direksi serta jumlah kehadiran masing-masing anggota
Direksi dalam setiap rapat Direksi dimuat dalam Laporan Tahunan.

H. RENCANA JANGKA PANJANG PERUSAHAAN (RJPP)

Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) adalah merupakan rencana


strategis yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun.

1. Muatan RJPP
RJPP sekurang-kurangnya memuat:
a. Evaluasi pelaksanaan RJPP sebelumnya.
b. Posisi Perusahaan saat penyusunan RJPP.
c. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan RJPP.
d. Penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja jangka
panjang.
2. Penyusunan dan Pengesahan RJPP
a. Dewan Komisaris mengkaji dan memberikan pendapat mengenai RJPP
yang disiapkan Direksi sebelum ditandatangani bersama untuk
kemudian disampaikan kepada Pemegang Saham.
b. Pengesahan rancangan RJPP dan perubahannya dilakukan oleh RUPS.
c. Rancangan RJPP yang telah ditandatangani Direksi dan Dewan
Komisaris disampaikan Direksi kepada Pemegang Saham paling
lambat
60 (enam puluh) hari sebelum dimulainya tahun buku pertama RJPP
yang bersangkutan untuk mendapat pengesahan RUPS.
d. Rancangan RJPP disahkan oleh RUPS paling lambat 60 (enam puluh)
hari setelah diterimanya rancangan RJPP.

I. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP)

Direksi wajib menyiapkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)


sebagai penjabaran tahunan dari RJP.

1. Muatan RKAP
RKAP sekurang-kurangnya memuat:
a. Misi, sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan Perusahaan dan
program kerja/kegiatan.
b. Anggaran Perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program
kegiatan.
c. Proyeksi keuangan Perusahaan dan anak Perusahaan.
d. Rencana kerja dan anggaran tahunan Dewan Komisaris.
e. Rencana kerja dan anggaran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL).
f. Hal-hal lain yang memerlukan keputusan RUPS.

2. Penyusunan dan Pengesahan RKAP

a. Rancangan RKAP yang telah ditandatangani oleh seluruh anggota


Direksi disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk ditelaah dan
ditandatangani sebelum disampaikan kepada Pemegang Saham.
b. Rancangan RKAP yang telah ditandatangani oleh semua anggota
Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris disampaikan oleh Direksi
kepada Pemegang Saham paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum
tahun buku RKAP yang bersangkutan untuk mendapat persetujuan
RUPS, dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

c. Rancangan RKAP disetujui oleh RUPS paling lambat 30 (tiga puluh)


hari setelah tahun anggaran berjalan (tahun anggaran RKAP yang
bersangkutan).

d. Dalam hal rancangan RKAP belum disampaikan oleh Direksi dan/atau


RKAP belum disetujui dalam kurun waktu tersebut di atas, maka RKAP
tahun sebelumnya yang diberlakukan.
BAB V

ORGAN PENDUKUNG

A. SEKRETARIAT DEWAN KOMISARIS


Dalam membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Dewan Komisaris dapat
mengangkat seorang Sekretaris Dewan Komisaris jika dianggap perlu.
Sekretaris Dewan Komisaris diangkat harus memenuhi persyaratan :
a. Memahami sistem pengelolaan, pengawasan dan pembinaan BUMN;
b. Memiliki integritas yang tinggi;
c. Memahami fungsi kesekretariatan;
d. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berkoordinasi yang baik.

B. KOMITE AUDIT
1. Pengertian
Komite Audit adalah organ pendukung perusahaan yang wajib dibentuk
Dewan Komisaris untuk membantu melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap pengelolaan Perusahaan.
Komite Audit bersifat mandiri, baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun
pelaporannya dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris

2. Persyaratan Komite Audit


a. Memiliki integritas yang baik serta pengetahuan kerja yang cukup di
bidang pengawasan/pemeriksaan.
b. Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat
menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap
Perusahaan.
c. Memiliki latar belakang pendidikan akuntansi/keuangan, memahami
manajemen risiko, dan industri/bisnis Perusahaan.

d. Anggota Komite Audit wajib menyediakan waktu yang cukup untuk


melaksanakan tugasnya.
e. Ketua Komite Audit adalah anggota Komite Audit yang merupakan
Komisaris Independen atau anggota Dewan Komisaris yang dapat
bertindak independen sebagaimana dimaksud pasal 28 Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
f. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang menjadi
auditor eksternal Perusahaan, Kantor Konsultan Hukum, atau pihak lain
yang memberi jasa audit, jasa non audit dan atau jasa konsultasi lain
pada Perusahaan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum
diangkat oleh Dewan Komisaris;
g. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Perusahaan;

h. Tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan


sampai derajat kedua, baik secara horisontal maupun vertikal dengan
Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Perusahaan

3. Hak dan Wewenang Komite Audit


a. Komite Audit berwenang untuk mendapatkan informasi secara penuh
terhadap personil, dana dan aset sumber daya Perusahaan lainnya
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, berdasarkan surat
penugasan tertulis dari Dewan Komisaris.

b. Anggota Komite Audit berasal dari luar Perusahaaan diberikan


honorarium atas beban perusahaan yang jumlahnya ditetapkan Dewan
Komisaris.
c. Dalam melaksanakan wewenangnya Komite Audit harus bekerja sama
dengan auditor SPI.
d. Apabila diperlukan, dengan persetujuan tertulis Dewan Komisaris,
Komite audit dapat meminta bantuan tenaga ahli dan atau konsultan
untuk membantu Komite Audit.
4. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit
a. Membantu Dewan Komisaris untuk memastikan efektivitas sistem
pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal
auditor dan auditor SPI.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh
Satuan Pengawas Intern maupun auditor eksternal.
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur evaluasi yang memuaskan
terhadap segala informasi yang dikeluarkan Perusahaan.
e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris
serta tugas-tugas Komisaris.
f. Wajib menyampaikan laporan atas setiap pelaksanaan tugas rutin
maupun tugas khusus, serta membuat laporan triwulanan maupun
laporan tahunan yang disampaikan kepada Dewan Komisaris.

Komposisi dan keanggotaan, persyaratan/ kualifikasi, masa kerja, tugas


dan tanggung jawab Komite Audit serta hubungan kelembagaan antara
Komite Audit dengan SPI, Komite Audit dengan Direksi dan Komite Audit
dengan auditor eksternal dituangkan dalam Piagam Komite Audit dan
ditandatangani oleh Komisaris Utama.

C. KOMITE LAINNYA
Komisaris dapat membentuk 1 (satu) komite lainnya sesuai dengan
kebutuhan, yang bertugas membantu pelaksanaan tugas Dewan Komisaris
dengan persetujuan RUPS.

Dalam rangka efisiensi, Dewan komisaris dapat menetapkan pelaksanaan


fungsi komite lain dilakukan oleh seorang atau beberapa orang sesuai dengan
kebutuhan untuk jangka waktu tertentu (ad hoc)
D. SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI)

1. Pengertian
Satuan Pengawasan Intern (SPI) adalah unit kerja yang menjalankan
fungsi audit internal.
Struktur dan Kedudukan SPI
a. Posisi SPI di dalam struktur organisasi berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
b. SPI dipimpin oleh seorang Kepala.
c. Kepala SPI diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama
berdasarkan mekanisme internal Perusahaan dengan persetujuan
Dewan Komisaris.
d. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala SPI dibantu oleh seorang
Manager Tata Usaha dan staf yang bertugas mengelola ke
administrasian Satuan Pengawasan Intern
e. Kepala Satuan Pengawasan Intern dalam melaksanakan fungsi
pemeriksaan dan pengawasan dibantu oleh Inspektur Bidang yang
masing-masing dibantu oleh Auditor Bidang.

2. Persyaratan SPI
a. Memiliki integritas dan perilaku yang profesional, independen, jujur, dan
obyektif dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai teknis audit dan
disiplin ilmu lain yang relevan dalam bidang tugasnya.
c. Memiliki kecakapan untuk berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan secara efektif.
d. Mematuhi kode etik auditor internal.
e. Bersedia meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
profesionalismenya secara terus-menerus.

3. Hak dan Wewenang


a. Memiliki akses baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
dokumen, catatan, personal serta fisik kekayaan Perusahaan di seluruh
fungsi Perusahaan untuk mendapatkan data dan informasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.
b. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi, Komite Audit,
dan/atau melalui persetujuan Direktur Utama berkomunikasi dengan
Dewan Komisaris.
c. Menetapkan metode, cara teknik dan pendekatan audit yang akan
dilakukan.
d. Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan auditor eksternal
untuk menghindari duplikasi audit.
e. Mengadakan pertemuan secara berkala dan insidentil dengan Direktur
Utama, Komite Audit, dan atau Dewan Komisaris.

5. Tugas dan Tanggungjawab


a. Menyusun serta melaksanakan rencana audit internal.
b. Melakukan penilaian atas kecukupan dan efektivitas pengendalian
internal.
c. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di
bidang keuangan, akuntansi, operasional, pemeliharaan, SDM dan
umum, pengadaan barang dan jasa, teknologi informasi dan kegiatan
lainnya.
d. Melakukan pemeriksaan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Mengidentifikasi alternatif perbaikan dan peningkatan efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya dan dana.
f. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang
kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan manajemen.
g. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikannya ke Direktur Utama.
h. Mendukung pelaksanaan tugas Komite Audit, atas persetujuan Direktur
Utama.
i. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut
perbaikan yang telah direkomendasikan oleh auditor SPI maupun
auditor eksternal.
j. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal
yang dilakukan.

Keanggotaan, persyaratan/kualifikasi, tugas dan tanggung jawab auditor


SPI serta hubungan kelembagaan antara SPI dengan Komite Audit,
dengan auditor eksternal, dengan manajemen/auditee, dituangkan dalam
Piagam Satuan Pengawasan Intern, yang disahkan oleh Direktur Utama
dan Komisaris Utama.

E. SEKRETARIS PERUSAHAAN

1. Pengertian
Sekretaris Perusahaan adalah organ pendukung yang dibentuk, diangkat,
diberhentikan dan bertanggungjawab kepada Direksi.
Sekretaris Perusahaan merupakan penghubung (liaison officer) antara
Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham serta wakil Perusahaan
dalam berhubungan dengan regulator, lembaga atau asosiasi lain yang
berkaitan dengan Perusahaan.

2. Persyaratan Sekretaris Perusahaan


a. Memiliki kualifikasi akademis, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang memadai
b. Memahami dan menguasai praktik bisnis PT ASDP Indonesia Ferry
(Persero).

3. Hak dan Wewenang Sekretaris Perusahaan


a. Atas sepengetahuan Direksi mengadakan dan membina hubungan
sebagai upaya meningkatkan peran Pemegang Saham dan loyalitas
para stakeholders lainnya.
b. Mengkomunikasikan kebijakan Perusahaan dan atau Pemerintah
kepada pihak internal maupun pihak eksternal Perusahaan.
c. Mengkoordinasikan bahan-bahan penyusunan Laporan Manajemen
Triwulanan , Laporan Manajemen Semesteran, Laporan Tahunan,
RKAP serta RJPP.
d. Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan dan pengembangan sistem
informasi manajemen termasuk penyebarluasan informasi Perusahaan
melalui jaringan intranet dan internet, operasional sistem komputerisasi
Local Area Network dan pengaturan akses informasi.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan


a. Melaksanakan tugas sebagai pejabat penghubung (liaison officer).
b. Menatausahakan serta menyimpan dokumen Perusahaan, termasuk
tetapi tidak terbatas pada Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus dan
risalah rapat Direksi, rapat Dewan Komisaris dan RUPS.
c. Mengelola bidang hukum untuk melindungi aset dan kepentingan
usaha perusahaan, termasuk mendokumentasikan dan mengurus hak
paten produk-produk.
d. Memastikan bahwa Perusahaan mematuhi peraturan tentang
persyaratan keterbukaan yang berlaku sejalan dengan penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
e. Memberikan informasi yang berkaitan dengan tugasnya kepada Direksi
dan Dewan Komisaris secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila
diminta.
f. Mengkoordinasikan rapat-rapat Direksi, rapat gabungan Direksi dan
Dewan Komisaris serta RUPS.
g. Mengadakan Program Pengenalan mengenai Perusahaan kepada
Dewan Komisaris dan Direksi yang baru diangkat untuk pertama
kalinya.

BAB VI
AUDITOR EKSTERNAL

A. PENGERTIAN

Auditor eksternal adalah pihak yang indenpenden dan profesional untuk


melakukan pemeriksaan keuangan Perusahaan.

B. PERSYARATAN AUDITOR EKSTERNAL

1. Auditor eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Komisaris, Direksi dan
pihak yang berkepentingan (stakeholders) di Perusahaan.
2. Auditor eksternal wajib mematuhi :
a. Standar Profesional Akuntan Publik yang dikeluarkan Ikatan Akuntan
Indonesia (SPAP-IAI).
b. Kode Etik dan Aturan Etika Akuntan Kompartemen Akuntan Publik
Ikatan Akuntan Indonesia.
c. Peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berhubungan
dengan jasa yang diberikan.

C. PROSES PENUNJUKAN AUDITOR EKSTERNAL

1. Dewan Komisaris melalui Komite Audit melakukan proses penunjukan


auditor eksternal sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa
Perusahaan, bila diperlukan dapat meminta bantuan Direksi dalam proses
penunjukannya.
2. Dewan Komisaris menyampaikan kepada RUPS mengenai alasan
pencalonan dan besarnya honorarium yang diusulkan untuk auditor
eksternal tersebut.
3. Komite Audit dapat dibantu oleh SPI membuat Request for Proposal yang
dilampiri Term of Reference sebelum dikirim kepada calon auditor
eksternal.
4. Auditor eksternal yang ditetapkan RUPS harus diikat dengan
kontrak/perjanjian yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
5. Direksi dan/atau Komisaris dapat menunjuk auditor eksternal untuk
melakukan pemeriksaan khusus (special audit).
6. Komite Audit memantau efektivitas pelaksanaan tugas dan mereviu kinerja
auditor eksternal.
7. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan Perusahaan dapat
dilakukan oleh auditor eksternal paling lama untuk 6 (enam) tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga)
tahun buku berturut -turut.

D. TUGAS DAN WEWENANG AUDITOR EKSTERNAL

1. Perusahaan harus menyediakan bagi auditor eksternal semua catatan


akuntansi dan data penunjang yang diperlukan sehingga memungkinkan
auditor eksternal memberikan pendapat secara independen dan obyektif
mengenai kewajaran, ketaat-azasan dan kesesuaian laporan keuangan
Perusahaan dengan Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan
perundang- undangan.
2. Untuk menjaga independensinya, maka :
a. Auditor eksternal melaporkan hasil auditnya kepada Dewan Komisaris
dan Direksi.
b. Auditor eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Komisaris, Direksi
dan pihak yang berkepentingan di Perusahaan.
c. Auditor eksternal tidak boleh memberikan jasa lain di luar audit selama
periode audit.
d. Audit oleh auditor eksternal dilakukan sesuai Standar Profesional
Akuntan Publik dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Kode Etik
dan etika akuntan IAI Kompartemen Akuntan Publik, dan Peraturan
perundang- undangan yang berlaku, berhubungan dengan jasa yang
diberikan.

BAB VII
KEBIJAKAN POKOK PERUSAHAAN

A. PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian Internal merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh


komisaris, manajemen dan pegawai lainnya, dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance) dalam pencapaian tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.

Sistem pengendalian internal mencakup hal-hal :


1. Lingkungan pengendalian internal dalam perusahaan yang disiplin dan
terstruktur, yang terdiri dari :
a. Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan.
b. Filosofi dan gaya manajemen.
c. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawabnya.
d. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia.
e. Perhatian dan arahan yang dilakukan Direksi.
2. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha yang
relevan.
a. Kegiatan pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
suatu proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap
tingkat unit dalam struktur organisasi perusahaan, antara lain mengenai
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi
kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap asset perusahaan.
b. Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan
mengenai kegiatan operasional, keuangan, dan ketaatan atas ketentuan
dan peraturan perundang-undangan.
c. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian
intern termasuk fungsi SPI pada setiap tingkat dan unit dalam struktur
organisasi perusahaan sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.

B. MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah sebuah proses terstruktur untuk mengelola risiko yang
dihadapi perusahaan dalam mencapai sasaran yang ada di dalam RJPP,
RKAP, KPI maupun sasaran lainnya, berupa proses sistematis dan
berkesinambungan untuk mengidentifikasi dan mengukur level risiko-risiko,
serta menentukan tindakan terbaik dalam mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko, memperkecil dampak yang ditimbulkannya (atau kedua-duanya),
maupun langkah lainnya guna memastikan/menciptakan keyakinan bahwa
sasaran perusahaan akan dapat dicapai.

Risiko yang dihadapi Perusahaan bersumber dari faktor eksternal dan faktor
internal perusahaan. Jenis-jenis risiko yang ada diklasifikasikan dalam 3 (tiga)
kategori, yaitu :
1. Risiko lingkungan, terdiri dari risiko : pesaing, pelanggan, inovasi teknologi,
peraturan, politik, pasar uang dlsb.
2. Risiko proses, yang terdiri dari risiko : keuangan, operasi, pemberdayaan,
teknologi informasi dan risiko integritas.
3. Risiko informasi untuk pengambilan keputusan,terdiri dari risiko : proses,
pelaporan dan lingkungan.

Ruang lingkup manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup:


1. Mengidentifikasi potensi risiko internal pada setiap fungsi/unit dan potensi
risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja Perusahaan.
2. Mengembangkan strategi penanganan pengelolaan risiko.
3. Mengimplementasikan program-program pengelolaan untuk mengurangi
risiko.
4. Mengevaluasi keberhasilan manajemen risiko.

Proses manajemen risiko sekurang-kurangnya meliputi:


1. Identifikasi risiko.
2. Pengukuran dan analisa risiko.
3. Pemilihan metode pengelolaan risiko.
4. Implementasi metode pengelolaan risiko.
5. Evaluasi terhadap implementasi metode pengelolaan risiko.
6. Pelaporan manajemen risiko.

Unsur-unsur terkait dalam penerapan manajemen risiko :


1. Organ yang bertanggung jawab dalam manajemen risiko adalah :
a. Dewan Komisaris dan Komite Manajemen Risiko.
b. Direksi.
c. Fungsi manajemen risiko.
d. Satuan Pengawasan Intern.

2. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab menetapkan risiko yang


dipandang wajar.
3. Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk :
a. Memberikan arahan dan evaluasi atas kebijakan manajemen risiko yang
ditetapkan Direksi serta memberikan saran mengenai perumusan
kebijakan manajemen risiko.
b. Melakukan pengawasan penerapan manajemen risiko dan memberikan
arahan kepada Direksi.
c. Memastikan bahwa penyusunan RJPP dan RKAP telah memperhatikan
manajemen risiko.
d. Melakukan kajian berkala atas efektifitas sistem manajemen risiko dan
melaporkannya kepada RUPS.

4. Direksi bertanggungjawab untuk :


a. Menetapkan organisasi manajemen risiko berikut mekanisme kerjanya,
termasuk menetapkan Pedoman Manajemen Risiko, selera risiko (risk
appetite), toleransi risiko (risk tolerance), kriteria pengukuran risiko dan
memutuskan tindak lanjut risiko yang menjadi kewenangan Direksi.
b. Menjalankan proses manajemen risiko di fungsi-fungsi terkait (risk owner).
c. Melaporkan kepada Dewan Komisaris risiko-risiko yang dihadapi dan
ditangani.
d. Menyempurnakan sistem manajemen risiko.

5. Fungsi Manajemen Risiko bertanggung jawab untuk :


a. Merumuskan manajemen risiko.
b. Merumuskan kebijakan pokok yang berhubungan dengan manajemen
risiko.
c. Mengidentifikasi, menangani dan membuat pemetaan risiko.
d. Mengimplementasikan penerapan manajemen risiko yang efektif dalam
batas tanggung jawabnya.
e. Memantau dan mengevaluasi perkembangan risiko dan melaporkannya
kepada Direksi.

6. SPI bertanggung jawab untuk :


a. Menggunakan profil risiko dan hasil assessment manajemen risiko
semua unit kerja sebagai masukan dalam penyusunan rencana audit
berbasis risiko.
b. Memastikan bahwa kebijakan manajemen risiko telah diterapkan dan
dievaluasi secara berkala.
c. Mengevaluasi dan memberikan masukan atas kecukupan dan efektifitas
pengendalian intern dalam rangka mitigasi risiko.
d. Mengevaluasi dan memberikan masukan mengenai kesesuaian strategi
dengan kebijakan manajemen risiko.
e. Membuat prosedur untuk memastikan bahwa risiko telah dikaji dan
dievaluasi secara berkala termasuk tindak lanjutnya.

7. Unit Kerja bertanggung jawab untuk :


a. Melakukan assessment manajemen risiko dan menyusun daftar risiko
unit kerja masing-masing.
b. Menetapkan dan menyelesaikan tindak lanjut risiko yang menjadi
kewenangannya.
c. Melakukan sosialisasi manajemen risiko dalam unit kerjanya.
C. TEKNOLOGI INFORMASI (IT Governance)

1. Kebijakan Umum
a. Teknologi informasi yang dibangun harus memiliki nilai yang sangat
strategis dalam mendukung terciptanya produk atau jasa Perusahaan
yang unggul dan kompetitif.
b. Investasi teknologi informasi harus mempertimbangkan aspek
keuntungan berupa pengurangan biaya dan kemudahan memperoleh
informasi.
c. Direksi menetapkan fungsi teknologi informasi yang:
1) bertanggung jawab untuk mewujudkan rancangan menjadi konstruksi
yang detil;
2) bertindak sebagai konsultan dengan melakukan komunikasi secara
rutin dengan pihak pengguna (users);
3) memfasilitasi berlangsungnya pelatihan teknologi informasi
d. Fungsi teknologi informasi menerapkan mekanisme penjaminan mutu
(Quality Assurance) untuk memastikan bahwa perangkat-perangkat dan
sistem yang digunakan dalam teknologi informasi telah berada pada
kualitas dan tingkat layanan yang diharapkan.
e. Fungsi pemakai (user) menerapkan penjaminan mutu (Quality
Assurance) untuk memastikan bahwa data/informasi yang dihasilkan
oleh sistem informasi telah berada pada kualitas, kuantitas dan waktu
yang diharapkan.
f. Untuk memperoleh pemanfaatan yang aman dan optimal, fungsi
teknologi informasi harus menerapkan kendali-kendali terkait dengan
aktivitas TI.
2. Tahapan
Perusahaan harus memaksimalkan penggunanan teknologi informasi
melalui tahapan-tahapan yang sekurang-kurangnya meliputi :

a. Tahap Pra-Implementasi
b. Tahap Implementasi
c. Tahap Pengembangan
3. Pengendalian
Dalam melaksanakan pengendalian Teknologi Informasi, fungsi Teknologi
Informasi adalah :
a. Mempunyai prosedur dan indikator yang tepat untuk mengukur
efektivitas pengelolaan Teknologi Informasi.
b. Mempunyai prosedur baku dalam menangani permasalahan teknologi
informasi yang terjadi.
c. Melakukan pemantauan secara berkala.
d. Membuat laporan secara berkala kepada Direksi mengenai kinerja
teknologi informasi
e. Bersama-sama fungsi pemakai menetapkan tingkat layanan yang
disepakati (service level agreement) dan direviu secara berkala.

D. KEBIJAKAN MUTU

Perusahaan harus menerapkan sistem manajemen mutu di semua fungsi dan


tingkatan. Prosedur operasi standar yang digunakan dalam Perusahaan dapat
secara efektif mengendalikan kualitas jasa produk dan pelayanan yang
dihasilkan.

Perusahaan selalu menjaga dan mengendalikan mutu produk dan layanan


dalam rangka meningkatkan daya saing dan memberikan kepuasan kepada
pelanggan.

Sistem manajemen mutu harus selalu dikembangkan sejalan dengan


perubahan ketentuan per undang-undangan, tuntutan pelanggan,
meningkatkan daya saing.

E. PENGELOLAAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI

1. Keterbukaan Informasi
a. Perusahaan wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan
Tahunan dan Laporan Keuangan Perusahaan secara tepat waktu,
akurat, jelas, dan objektif.
b. Laporan Tahunan sekurang-kurangnya memuat :
1) Laporan Keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca
akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan
tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang
bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
serta catatan atas laporan keuangan tersebut.
2) Laporan mengenai kegiatan Perusahaan.
3) Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan.
5) Laporan mengenai tugas pengawasan dan pemberian nasihat yang
telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang
baru lampau.
6) Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris, pekerjaan
mereka dan pekerjaan utama mereka di luar perusahaan.
7) Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium
dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris untuk tahun buku
yang lampau.

2. Kerahasiaan Informasi
a. Kecuali disyaratkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
auditor eksternal, auditor SPI, dan Komite Audit, harus merahasiakan
informasi yang diperoleh sewaktu melaksanakan tugasnya.
b. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab kepada Perusahaan
untuk menjaga kerahasiaan informasi Perusahaan.
c. Informasi yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau ketentuan Perusahaan merupakan informasi rahasia yang
berkenaan dengan Perusahaan, harus dirahasiakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan
Perusahaan.
F. PENGELOLAAN STAKEHOLDERS

Perusahaan harus menghormati hak stakeholders yang timbul berdasarkan


peraturan perundangan-undangan dan/atau perjanjian yang dibuat oleh
perusahaan dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan kreditur serta
masyarakat sekitar tempat usaha perusahaan, dan stakeholders lainnya.

1. Karyawan
a. Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pekerja, perusahaan
menghormati hak asasi serta hak dan kewajiban pekerja sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
b. Direksi mempekerjakan, menetapkan gaji, memberikan pelatihan,
menetapkan jenjang karir, serta , menentukan persyaratan kerja
lainnya tanpa memperhatikan latar belakang etnik, agama, jenis
kelamin, usia, cacat tubuh yang dipunyai seseorang, atau keadaan
khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan perundangan.
c. Sistem penilaian kinerja pekerja ditetapkan dan dilaksanakan
berdasarkan standar prestasi kerja setiap jabatan / pekerjaan, yang
dibuat secara adil dan transparan.
d. Direksi wajib menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari segala
bentuk tekanan (pelecehan) yang mungkin timbul sebagai akibat
perbedaan watak, keadaan pribadi, dan latar belakang kebudayaan
seseorang.
e. Peraturan kepegawaian diatur dalam Peraturan Perusahaan/Perjanjian
Kerja Bersama, yang diatur sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Perusahaan harus mengembangkan kebijakan dan prosedur
manajemen sumber daya manusia berdasar prinsip-prinsip yang
disepakati dalam Perjanjian Kerja Bersama dan prinsip-prinsip good
corporate governance.
g. Setiap pekerja berhak/dapat membentuk dan menjadi anggota Serikat
Pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
h. Direksi wajib memastikan bahwa aset dan lokasi usaha serta fasilitas
perusahaan lainnya memenuhi peraturan perundang-undangan
berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja serta pelestarian
lingkungan.

2. Pelanggan

a. Dalam pelayanan kepada pelanggan, perusahaan memenuhi


komitmennya dari segi perhatian, harga, kualitas, waktu, dan keamanan
yang setara sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku.
b. Penanganan keluhan pelanggan dilakukan secara profesional melalui
mekanisme yang baku dan transparan.
c. Memelihara hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan.
d. Perusahaan memiliki metode untuk mengukur tingkat kepuasan
pelanggan.
e. Manajemen memastikan bahwa perusahaan memperlakukan/melayani
konsumen secara benar dan jujur sesuai haknya.

3. Pemasok

a. Menghormati hak stakeholders yang timbul berdasarkan peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan atau perjanjian yang dibuat oleh
Perusahaan dengan Pemasok / penyedia barang dan jasa.
b. Menjalin kerjasama dengan pemasok yang dilandasi itikad baik dan
saling menguntungkan
c. Pengikatan dalam hubungan kerja dilakukan berdasarkan prinsip
persaingan usaha yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan
cara pelelangan umum / terbatas / pemilihan langsung / penunjukan
langsung sesuai Prosedur Pengadaan Barang / Jasa yang berlaku di
Perusahaan.
d. Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang
kerja, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja
penyedia jasa.
e. Bermitra secara profesional dengan mematuhi setiap kesepakatan yang
telah dituangkan dalam kontrak kerja bersama.
4. Masyarakat

a. Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin terjaganya


keselarasan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar
b. Perusahaan bertanggungjawab atas dampak negatif yang ditimbulkan
oleh kegiatan usaha perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan
dimana perusahaan beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan harus
menyampaikan informasi kepada masyarakat yang dapat terkena
dampak kegiatan perusahaan.

5. Pemerintah

a. Perusahaan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha


yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
b. Perusahaan mendukung penerimaan negara baik langsung maupun
tidak langsung sesuai peraturan perundang-undangan.

G. PENGADAAN BARANG DAN JASA

Dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa perusahaan menerapkan prinsip-


prinsip sebagai berikut :

1. Efisien, berarti pengadaan barang dan jasa diusahakan untuk


mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat
dengan menggunakan dana dan kemampuan seminimal mungkin secara
wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah.
2. Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Kompetitif, berarti pengadaan barang dan jasa terbuka bagi penyedia
barang dan jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara penyedia barang dan jasa yang setara
dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang
jelas dan transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang dan jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara
evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang dan jasa,
sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia Barang dan Jasa yang berminat.
5. Adil dan wajar, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang dan jasa yang memenuhi syarat.
6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari potensi
penyalahgunaan dan penyimpangan.

H. TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Corporate Social Responsibility)

1. Sebagai perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan


atau berkaitan dengan sumber daya alam, Perusahaan wajib
melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perusahaan


yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perusahaan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.
3. Perusahaan ikut serta dalam memelihara kondisi sosial yang tenang,
aman, stabil, dan kondusif di lingkungan lokasi usaha Perusahaan.

I. ETIKA BERUSAHA, ANTI KORUPSI DAN DONASI

1. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan Perusahaan dilarang


untuk memberikan atau menawarkan atau menerima baik langsung
maupun tidak langsung sesuatu yang berharga kepada pelanggan atau
seorang pejabat pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan
atas apa yang telah dilakukan dan tindakan lainnya sesuai peraturan
perundang- undangan.
2. Tidak termasuk dalam pengertian di atas adalah pemberian insentif kepada
karyawan atau pihak lain yang telah ditetapkan perusahaan dalam rangka
kepentingan perusahaan.
3. Perusahaan wajib membuat suatu pedoman tentang perilaku etika (code of
conduct) yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika berusaha.
4. Direksi wajib menandatangani Pakta Integritas untuk tindakan transaksional
yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris dan RUPS.
5. Anggota Direksi, Anggota Dewan Komisaris dan pejabat tertentu
Perusahaan yang ditunjuk oleh Direksi, wajib menyampaikan laporan harta
kekayaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Perusahaan dalam batas kepatutan, hanya dapat memberikan donasi untuk
tujuan amal atau tujuan sosial sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
7. Perusahaan membuat pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk
mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian yang
berindikasi fraud di dalam Perusahaan dikenal sebagai Program Anti
Korupsi (Fraud Control Plan), yang antara lain memuat tentang : kebijakan
anti fraud, struktur pertanggung jawaban, penilaian risiko fraud, kepedulian
pegawai, pelanggan dan masyarakat, sistem pelaporan, perlindungan
pelapor, pengungkapan kepada pihak eksternal, prosedur investigasi,
standar perilaku dan disiplin.

J. PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN PENERAPAN GCG

1. Pemantauan ketaatan penerapan GCG berada dibawah Sekretaris


Perusahaan yang bertugas memastikan ketaatan terhadap aturan GCG
dan secara berkala melaporkannya kepada Direksi dan Dewan Komisaris.
2. Pengukuran terhadap penerapan GCG dilaksanakan dalam bentuk:
a. Penilaian (assessment), yaitu program untuk mengidentifikasi
pelaksanaan dan penerapan GCG di perusahaan yang dilaksanakan
secara berkala setiap 2 (dua) tahun.
b. Evaluasi (review), yaitu program untuk mendeskripsikan tindak lanjut
pelaksanaan dan penerapan GCG di perusahaan yang dilakukan pada
tahun berikutnya setelah penilaian yang meliputi evaluasi terhadap hasil
penilaian dan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan.
3. Sebelum pelaksanaan penilaian, didahului dengan tindakan sosialisasi
GCG pada Perusahaan.
4. Hasil pelaksanaan penilaian dan evaluasi dilaporkan kepada RUPS
bersamaan dengan penyampaian Laporan Tahunan.
BAB VIII

PENUTUP

1. Pedoman Tata Kelola Perusahaan ini disusun untuk dijadikan acuan penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance di lingkungan PT ASDP Indonesia
Ferry (Persero).

2. Setiap perubahan atas Pedoman Tata Kelola Perusahaan ini dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari Direksi dan Dewan Komisaris untuk kemudian
disampaikan kepada Pemegang Saham.

Anda mungkin juga menyukai