Anda di halaman 1dari 61

BANK

KALBAR

Penguatan Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dalam rangka


Mendorong Bank Pembangunan Daerah Lebih Berdaya Saing,
Adaptif, dan Kontributif bagi Perekonomian Nasional

Disampaikan pada Forum Komunikasi Dewan Komisaris (FKDK)


Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia (BPDSI) Wilayah Tengah

Oleh Prof. Mardiasmo

Ketua Umum
Komite Nasional Kebijakan Governasi

Solo, 29 Oktober 2021


3 Pilar Governansi

Peranan Negara: Perananan Dunia Usaha:


• Membuat peraturan • Menerapkan GCG
perundang-undangan NEGARA DUNIA USAHA sebagai pedoman dasar
yang menunjang iklim pelaksanaan usaha
usaha yang sehat, efisien GOVERNANCE
dan transparan
• Melaksanakan peraturan
perundang-undangan
dan penegakan hukum
secara konsisten
(consistent law MASYARAKAT
enforcement)

Peranan Masyarakat:
• Menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial
(social control) secara obyektif dan bertanggung jawab

2
Agency Theory
Delegates
Authority

Principal Conflict of Interests Agent

Acts and Makes


Decisions

3
Agency Theory

• Dikembangkan oleh Michael Johnson, seorang profesor dari


Harvard
• Menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang
mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu
(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang
menerima pendelegasian tersebut (agent/direksi/manajemen)
• Memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agents
bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh
kesadaran bagi kepentingannya sendiri

4
Agency Theory
• Asumsi Dasar Agency Theory:
1. Agency Conflict
Konflik yang timbul akibat keinginan manajemen (agent) untuk
melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat
mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal) untuk
memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan. Konflik
muncul dalam bentuk: moral hazard, earning retention, risk aversion,
dan time-horizon.
2. Agency Problem
Akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham
sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki
kepentingan dana yang diinvestasikan mendapatkan return
maksimal, sedangkan manajemen berkepentingan terhadap
perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik
5
Agency Theory

• Berbagai pemikiran mengenai governansi korporat berkembang


dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan
perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan
bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
• Upaya ini menimbulkan agency costs, sehingga biaya untuk
mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara
dengan peningkatan biaya enforcement-nya.

6
Agency Theory
• Agency costs mencakup:

• biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham;


• biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk
menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya
audit yang independen dan pengendalian internal;
• biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai
kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk ‘bonding
expenditures’ yang diberikan kepada manajemen dalam
bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang
saham.
7
Tata Kelola dan Governansi
Istilah Tata Kelola merujuk pada pengurusan internal
korporasi.
RUPS
Istilah Governansi mencakup pemangku kepentingan
yang lebih luas, termasuk pemangku kepentingan utama
dan pemangku kepentingan lainnya.
Organ
Perusahaan Pemangku kepentingan Pemangku kepetingan
utama: lainnya:
Direksi Komisaris 1. Para pemegang saham 1. Karyawan
2. Direksi 2. Pemasok
3. Dewan komisaris 3. Customer
4. Bank dan kreditor lain
Organ perusahaan menurut UU 40 tahun
2007 mengenai Perseroan terbatas 5. Regulator
6. Masyarakat luas

Sumber: Pedoman Umum Governansi Korporat Indonesia KNKG, 2019

8
Tata Kelola dan Governansi

Governansi korporat adalah suatu struktur dan


RUPS
proses yang digunakan oleh korporasi untuk
mengarahkan dan mengawasi aktivitas usahanya.

Organ Pada dasarnya governansi korporat mencakup


Perusahaan bagaimana hubungan dan cara
menyeimbangankan kepentingan para
Direksi Komisaris
stakeholders.

Organ perusahaan menurut UU 40 tahun


2007 mengenai Perseroan terbatas

Sumber: Pedoman Umum Governansi Korporat Indonesia KNKG, 2019

9
Strategi Implementasi GCG:
Migrasi dari Komitmen – Sistem – Budaya

CGC GGC GCC


GOOD CORPORATE CITIZEN
CORPORATE GOVERNANCE GOOD GOVERNED COMPANY
COMMITMENT

System Culture
Commitment

Taat terhadap pedoman GCG Operasional yang baik melalui Korporasi diterima sebagai
baik yang wajib maupun kontrol internal, pengendalian bagian dari Masyarakat melalui
bersifat kebijakan resiko, dan penerapan WBS Pendekatan CSR (Creating
(Whistle Blowing System) Shared Value)

GCG: PENCIPTAAN NILAI TAMBAH & PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN

Sumber: Road Map GCG, Komite Nasional Kebijakan Governance.

10
Rumah
Governance
Governance Outcome
Implementasi governansi pada saat berinteraksi dengan stakeholder,
Governance Outcome untuk mendapatkan dukungan penuh stakeholder melaluipendekatan
CSV (Creating Shared Value)

Governance Process
Proses pengambilan kebijakan dengan mengembangkan Kode Etik dan
Governance Process Perilaku, dan melibatkan pelaku dan semua stakeholder

Governance Structure
Struktur organisasi yang mengadopsi mekanisme check and ballance,
melalui implementasi 3LOD (Three Lines of Defense), WBS (Whistle
Governance Structure
Blowing System) dan SMAP (Sistem Manajemen Anti Penyuapan), guna
mengeliminasi benturan kepentingan dan potensi fraud
Governance Commitment & Principles Governance Commitment and Principles:
Fondasi untuk melaksanakan proses governanasi secara terencana,
sistemik, dan berkelanjutan (Tone at the top & TARIF Principles)

Sumber: Mas Achmad Daniri, Lead by GCG

11
Nilai Dasar (Prinsip)
Governansi Korporat

TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KESETARAAN DAN


•Mengakui hak para KEWAJARAN
•Hal yang material •Korporasi memilki •Direksi dan Dewan
rencan bisnis pemegang saham dan Komisaris beserta (FAIRNESS)
tentang korporasi
strategis untuk pemangku seluruh jajaran •Melindungi hak dan
diungkapkan secara kepentingan lainnya
akurat dan tepat melaksanakan misi dibawahnya tidak memastikan
dan mencapai visi •Kerjasama yang dapat saling mendominasi kesetaraan perlakuan
waktu menciptakan
korporasi dan tidak dapat terhadap pemegang
•Termasuk posisi •Pemantauan yang kekayaan dan diintervensi oleh saham
dan kinerja efektif oleh direksi lapangan pekerjaan pihak manapun yang •Para pemangku
keuangan serta kepada jajaran serta memastikan dapat mempengaruhi kepentingan lainnya
struktur dibawahnya keberlanjutan usaha objektivitas dan pun harus
governanasidan korporasi profesionalisme diperlakukan secara
•Pengawasan Dewan
kepemilikan Komisaris terhadap wajar dan setara
aktivitas pengelolaan
oleh Direksi
•Akuntabilitas Direksi
dan Dewan Komisaris
kepada korporasi dan
pemegang saham

12
Core Values BUMN

13
Core Values BUMN

1. Amanah
Definisi: Memegang teguh kepercayaan yang diberikan.
Panduan perilaku:
1) Memenuhi janji dan komitmen.
2) Bertanggung jawab atas tugas, keputusan, dan tindakan yang dilakukan.
3) Berpegang teguh kepada nilai moral dan etika.

2. Kompeten
Definisi: Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas.
Panduan perilaku:
1)Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah.
2) Membantu orang lain belajar.
3) Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.

14
Core Values BUMN

3. Harmonis
Definisi: Saling peduli dan menghargai perbedaan.
Panduan perilaku:
1) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
2) Suka menolong orang lain.
3) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

4. Loyal
Definisi: Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.
Panduan perilaku:
1) Menjaga nama balk sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan Negara.
2) Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
3)Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan
etika.

15
Core Values BUMN

5. Adaptif
Definisi: Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan.
Panduan perilaku:
4) Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.
5) Terus-menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan teknologi.
6) Bertindak proaktif.

6. Kolaboratif
Definisi: Membangun kerja sama yang sinergis.
Panduan perilaku:
4) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
5) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
6) Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

16
Governance Structure

Organ bekerja secara independen dan mengeliminasi benturan


kepentingan;
Kepengurusan PT di Indonesia berlandaskan two board system.

Pemegang saham dan/atau


RUPS tidak boleh
mengintervensi terhadap Dewan Komisaris tidak boleh
tugas, fungsi, dan wewenang mengintervensi Direksi.
Dewan Komisaris & Direksi.

17
Organ Perseroan

RUPS
• Tiap organ independen

• Kepentingan terbaik bagi


perseroan
Dewan
Direksi
Komisaris • Sistem Two-Board

Fungsi Komite
manajemen/ Dewan
eksekutif Komisaris

18
Company’s Organ – Two Board System

CODE OF
GCG
Supervisory Supervisory
Vision,
Mission,
Values
FIDUCIARY
DUTIES
Preventive Strategies Preventive FIDUCIARY
DUTIES

Operational

BoD BoC

19
Dewan Komisaris dan Direksi

• Tidak ada keputusan individual Komisaris


Kolektif
• Komisaris Utama = First among equal (pertama dari yangsetara)

Peran
Kepentingan
Monitoring terbaik Pencegahan
Fungsi perusahaan

• Keputusan Individual = KeputusanDireksi


Kolegial
• Direktur Utama = First among equal (pertama dari yangsetara)

Peran
Orientasi keuntungan
Kepentingan Profitabilitas yang
jangka pendek terbaik berkesinambungan
perusahaan
Fungsi

20
Komisaris Independen

Definisi OJK Perbankan:

anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan


keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris lain
dan/atau pemegang saham pengendali, atau hubungan dengan
Bank yang dapat mempengaruhi kemampuan yang bersangkutan
untuk bertindak independen.

Sumber : Antonius Alijoyo, “Komisaris Independen: Penggerak Governansi Korporat”, 2021

21
Komisaris Independen
Definisi OJK Pasar Modal:
anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik dan
memenuhi persyaratan sebagai Komisaris Independen, yaitu wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab
untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir, kecuali untuk
pengangkatan kembali sebagai Komisaris Independen Emiten atau Perusahaan Publik
pada periode berikutnya;
b. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut;
c. tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik, anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau pemegang saham utama Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut; dan
d. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.

22
Sumber : Antonius Alijoyo, “Komisaris Independen: Penggerak Governansi Korporat”, 2021
Komisaris Independen

Definisi PUGKI 2019

Untuk memampukan Dewan Komisaris dalam memberikan advis dan


supervisi secara independen kepada Direksi, Dewan Komisaris harus terdiri
dari komisaris independen yang cukup jumlahnya. Komisaris dipandang
independen jika individu tersebut tidak memiliki hubungan usaha atau
pribadi dengan korporasi atau Direksinya yang mengakibatkan benturan
kepentingan. Anggota Dewan Komisaris harus menghindari untuk
menerima jabatan Direktur atau posisi yang semacam atau berperan
sebagai penasihat dalam korporasi pesaing penting.

23
Sumber : Antonius Alijoyo, “Komisaris Independen: Penggerak Governansi Korporat”, 2021
Komisaris Independen yang Profesional

Komisaris Independen yang profesional adalah Komisaris Independen yang:


• bersifat “supportive” baik terhadap Komisaris lain maupun terhadap Direksi serta
manajemen;
• mengerti betul mengenai bentuk serta hal ikhwal yang berkaitan dengan tingkat risiko
Perseroan di mana ia berada;
• mengetahui dan dapat beradaptasi serta membantu mengembangkan budaya
perusahaan yang positif;
• berupaya dengan semaksimal mungkin untuk membantu memperhatikan berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders);
• cukup menguasai berbagai aturan serta proses yang terkait dengan usaha dari Perseroan
tersebut.
• cukup menguasai aspek-aspek penting dari kebijakan-kebijakan penting Perseroan
melalui due diligence yang matang.

24
Sumber : Antonius Alijoyo, “Komisaris Independen: Penggerak Governansi Korporat”, 2021
Komisaris Independen dan Kepemimpinan
Perspective of Leadership

Competency

Perspective

Romance Behavioral

Perspective Perspective

Perspective of
Leadership

Transformational Contingency

Perspective Perspective

25
Sumber : Antonius Alijoyo, “Komisaris Independen: Penggerak Governansi Korporat”, 2021
Komisaris Independen dan Kepemimpinan
1. Competency perspective mengidentifikasi kompetensi pemimpin yang efektif.
2. Behavioral perspective mengidentifikasi dua kelompok perilaku pemimpin yaitu: people oriented dan
task oriented.
3. Contingency perspective memandang bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang melakukan
diagnosis situasi dan mengadaptasi gaya atau style kepemimpinan mereka dengan situasi tersebut.
4. Transformational perspective menyarankan agar pemimpin membuat visi strategik dan
mengkomunikasikan visi tersebut dengan simbol-simbol, dan menjadi model dari visi tersebut dengan
“walk the talk” dan tindakan nyata yang konsisten, serta membangun komitmen menuju pencapaian visi.
5. Romance perspective mengidentifikasi tipe kepemimpinan yang sangat menekankan arti penting
kepemimpinan melalui atribusi, stereotyping, dan keinginan kuat untuk mengendalikan orang lain.
Komisaris Independen diharapkan mampu memberi bobot kepemimpinan Dewan Komisaris melalui
kompetensi yang dimilikinya, perilaku yang tepat, berperan sebagai agent of transformation, dan
senantiasa menjalankan pengaruhnya secara
efektif sesuai yang diharapkan dari seorang Komisaris.

26
Sumber : Antonius Alijoyo, “Komisaris Independen: Penggerak Governansi Korporat”, 2021
Organ dibawah Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dapat membentuk:

1. Komite Audit
2. Komite Pemantau Risiko
3. Komite Nominasi dan Remunerasi

27
Komite Audit
• Komite Audit membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi
tanggung jawab pengawasannya, yang meliputi penelaahan atas
laporan tahunan auditan dan laporan keuangan, penelahaan
terhadap proses pelaporan keuangan dan sistem pengendalian
internal, serta pengawasan atas proses audit.
• Komite Audit bertanggung jawab untuk membuka dan
memelihara/menjaga komunikasi antara Komite Audit dengan
Dewan Komisaris, Direksi, unit audit internal, akuntan independen
dan manajer keuangan.
• Komite Audit bekerja secara independen terhadap pihak
manajemen dan bebas dari segala bentuk pengaruh yang negatif.

28
Komite Pemantau Risiko
• Perbankan: Komite pemantau risiko wajib melakukan evaluasi tentang
kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan
kebijakan Bank, dan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas
komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko, guna
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Komite Pemantau
Risiko diketuai oleh Komisaris Independen dan paling kurang 51% dari
keanggotaannya terdiri dari pihak independen.

• Perusahaan perasuransian : Tugas komite pemantau risiko adalah


membantu Dewan Komisaris dalam memantau pelaksanaan
manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi
risiko yang dapat diambil oleh Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Reasuransi.

29
Komite Nominasi dan Remunerasi

• Pasar Modal : Komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab


kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan fungsi
dan tugas Dewan Komisaris terkait Nominasi dan Remunerasi
terhadap anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.

• Perbankan : Setiap usulan penggantian dan/atau pengangkatan


anggota Direksi oleh Dewan Komisaris kepada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), harus memperhatikan rekomendasi
komite remunerasi dan nominasi. Begitu juga halnya untuk setiap
usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan
Komisaris kepada RUPS harus memperhatikan rekomendasi komite
remunerasi dan nominasi.
30
Organ di bawah Direksi

Dalam menjalankan tugasnya, Direksi dibantu oleh:

1. Audit internal
2. Manajemen risiko
3. Kepatuhan
4. Sekretaris perusahaan

31
Audit Internal

• Internal auditing is an independent, objective assurance and


consulting activities designed to add value and improve an
organization's operations

• Fungsi audit internal dibentuk untuk memberikan keyakinan yang


bersifat independen dan objektif dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan
dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola
perusahaan.

Sumber:
https://na.theiia.org/standards-guidance/mandatory-guidance/Pages/Definition-of-Internal-Auditing.aspx
32
Manajemen Risiko
• Fungsi manajemen risiko bertanggung jawab untuk membentuk
kerangka kerja dan proses manajemen risiko dalam menghadapi risiko-
risiko signifikan yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan
organisasi.
• Selain menciptakan kerangka kerja dan proses manajemen risiko dalam
menghadapi risiko, fungsi manajemen risiko juga meningkatkan
kapabilitas organisasi dalam mengejar peluang.
• Fungsi ini juga meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
strategis organisasi melalui penyediaan informasi yang relevan dan
komprehensif.
• Dalam menciptakan manajemen risiko yang efektif bagi organisasi,
fungsi manajemen risiko berkolaborasi dengan fungsi audit internal.

33
Kepatuhan
• Lingkup tugas fungsi kepatuhan meliputi : penanganan risiko
regulasi, program etika perusahaan, penanganan program
Whistleblowing System, dan penanganan program pencegahan dan
pengendalian kecurangan (fraud prevention and control program).
• Fungsi kepatuhan :
• Merupakan bagian dari manajemen;
• Mempunyai akses pelaporan langsung ke Direksi dan Dewan
Komisaris;
• Harus independen dari fungsi-fungsi lainnya;
• Dilengkapi dengan sumber daya yang memadai untuk
mengembangkan, merawat dan melakukan pemeriksaan
berkala terhadap pelaksanaan kewajiban kepatuhan
perusahaan.
34
Sekretaris Perusahaan
• Perorangan atau penanggung jawab dari unit kerja yang menjalankan
fungsi sekretaris perusahaan dan wajib dimiliki oleh setiap emiten atau
perusahaan publik.
• Diangkat dan diberhentikan berdasarkan keputusan direksi.

• Bertanggung jawab untuk memantau kepatuhan Perseroan terhadap


peraturan dan regulasi, memastikan bahwa para pemegang saham,
otoritas pasar modal, analis dan publik memperoleh seluruh informasi
penting yang terkait dengan Perseroan secara tepat waktu, lengkap
dan akurat; dan memastikan bahwa pengungkapan informasi serta
komunikasi internal dan eksternal Perseroan dilakukan secara
transparan.
Sumber:
POJK No. 35/POJK.04/2014 tentang Sekrettaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik
35
Governance Structure

• STRUKTUR PENDUKUNG ORGAN • KEBIJAKAN PERUSAHAAN

• Fungsi pengendalian • Rencana jangka


internal; pendek/jangka panjang;
• Fungsi manajemen risiko; • Kebijakan bisnis;
• Fungsi sekretaris • Kebijakan pengawasan;
perusahaan; • Kebijakan keterbukaan
• Fungsi compliance. informasi dan pelaporan.

36
Good Corporate Control

• The entity must have effective and viable internal controls.


Internal controls include policies, procedures, training
programs, and other processes beyond financial controls.
They include the safeguarding of assets against unauthorized
acquisition, use, and disposition.

• Integral to such internal control is the proper Segregation of


Duties which is a control principle whereby no one individual
has complete control, whether physical or by system access,
to all phases of a business process or transaction, from
beginning to end.

37
COSO Internal Control Framework

A direct relationship exists between objectives,


which are what an entity strives to achieve,
components, which represent what is required to
achieve the objectives, and the organizational
structure of the entity (the operating units, legal
entities, and other).

• The three categories of objectives—operations,


reporting, and compliance—are represented by
the columns.
• The five components are represented by the
rows.
• An entity’s organizational structure is
represented by the third dimension.
38
COSO Internal Control Framework

• The Framework sets out seventeen principles representing the fundamental


concepts associated with each component.
• Because these principles are drawn directly from the components, an entity
can achieve effective internal control by applying all principles.
• All principles apply to operations, reporting, and compliance objectives.
• An effective system of internal control provides reasonable assurance of
achievement of an entity’s objectives.
• Because internal control is relevant both to the entity and its subunits, an
effective system of internal control may relate to a specific part of the
organizational structure.
• An effective system of internal control reduces, to an acceptable level, the
risk of not achieving an objective relating to one, two, or all three
categories of objectives.

39
Governance Process
Governance Process merupakan cara atau mekanisme yang dilakukan
oleh organ perusahaan dan jajaran di bawahnya dalam melakukan
fungsi dan tugasnya untuk mewujudkan komitmen dan struktur
governance sehingga dapat dicapai governance outcome yang sesuai
dengan asas GCG

Memastikan bahwa proses pengambilan keputusan dan kebijakan dilakukan


berlandaskan asas TARIF dan tanpa intervensi serta diambil untuk semata-
mata kepentingan perusahaan

40
Governance Process
Implementasi TARIF dalam mekanisme pengambilan kebijakan
• RUPS diselenggarakan sesuai tata cara yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan
Pedoman GCG
• Fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab Dewan
Komisaris/Direksi dilaksanakan atas dasar itikad baik, pruden
dan profesional
• Kegiatan usaha harus dilakukan merujuk pada visi, misi,
values, pedoman GCG dan rencana strategis perusahaan
• Pengembangan SDM dilakukan sesuai kebutuhan strategis
perusahaan, berdasarkan merit system
• Program CSR diintegrasikan dengan strategi bisnis perusahaan
• Pedoman GCG disosialisasikan kepada jajaran perusahaan
secara kontinyu

41
Contoh Implementasi Governance Process
Modul Pengawasan Digital KBUMN

Sumber: Paparan Ibu Nawal Nely Deputi KBUMN dalam Konfrensi Regional Akuntan ke-8 IAI,
Oktober 2021 42
Laporan Keuangan yang Berintegritas
merupakan Fondasi GCG

Menghindari keputusan investasi yang salah

Laporan Merefleksikan risiko bisnis yang sesungguhnya


Keuangan agar dapat di mitigasi

Berintegritas & Menciptakan kepercayaan yang terefleksi baik dalam


nilai perusahan maupun kinerja dan moral
Berkualitas manajemen

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas biaya serta


pertumbuhan produktivitas dan kinerja yang
maksimal

Sumber: Paparan Ibu Nawal Nely Deputi KBUMN dalam Konfrensi Regional Akuntan ke-8 IAI,
Oktober 2021 43
Tanggung Jawab Pemilihan KAP
merupakan Tanggung Jawab Bersama
Komitmen Pimpinan Puncak dalam
Mendorong budaya AKHLAK

Peranan manajemen dalam melaporkan hasil


keuangan secara prudent dan konservatif

Menghadirkan sikap skeptis yang


profesional dari KAP

Keikutsertaan seluruh pemangku


kepentingan dalam proses pelaporan
keuangan

Melalui pemilihan KAP yang berkualitas akan menjaga integritas laporan keuangan secara
keseluruhan

Sumber: Paparan Ibu Nawal Nely Deputi KBUMN dalam Konfrensi Regional Akuntan ke-8 IAI,
Oktober 2021 44
Peranan Pemangku Kepentingan
dalam Proses Pelaporan Keuangan
Pemegang • Memberikan tone from the top tentang peranan penting integritas laporan keuangan
Saham sebagai penjelmaan AKHLAK dan memberikan referensi dan/atau masukan tentang
(KBUMN) kriteria a) kualitas laporan keuangan yang baik, b) referensi dan kriteria pemilihan KAP

• Dewan Komisaris: mengawasi BOD sesuai peraturan perundangan yang berlaku termasuk BOC charter
Dewan yang ditandatangani dengan Kementrian BUMN;
Komisaris dan • Komite Audit: memiliki fungsi umum menjaga integritas dan memantau risiko BUMN, termasuk secara
Komite Audit spesifik menjaga kualitas laporan keuangan dengan memilih KAP yang memunuhi kriteria (lihat halaman
sebelumnya, dan referensi OJK 13/2017)
• Implementasi strategi, menjalankan operasi perusahaan, dan menjaga budaya AHKLAK yang
Direksi dan dituangkan dalam Kontrak Manajemen
Manajemen • Khusus untuk pelaporan keuangan, direksi dan manajemen harus pruden dalam memilih dan
menentukan estimasi dan pertimbangan yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan
• Memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan sesuai dengan hasil proses audit
• Menghadirkan sikap skeptis yang profesional dari KAP
KAP • Mematuhi Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Akuntan Publik , dan peraturan yang
relevan bagi KAP dalam melaksanakan fungsinya sebagai auditor independen atas laporan keuangan
BUMN.
• Mengamanatkan IAI untuk menetapkan standar atas laporan keuangan, dan IAPI untuk menetapkan
Pemerintah dan standar profesi untuk akuntan publik
BPK • Menetapkan lembaga untuk mengaudit auditor untuk memastikan kualitas audit yang dilakukan KAP
dalam hal ini, di Indonesia ini dilakukan oleh P2PK dan OJK sebagai unsur pemerintah, dan BPK

Sumber: Paparan Ibu Nawal Nely Deputi KBUMN dalam Konfrensi Regional Akuntan ke-8 IAI, 45
Oktober 2021
Governance Outcome
Indikator capaian atas pelaksanaan GCG di
perusahaan

Solusi win-win dalam melakukan kerjasama dengan


stakeholders

Karena kepentingan stakeholders selalu terjaga, maka


mereka mendukung penuh bisnis perusahaan

Perusahaan maupun stakeholders berkembang


bersama, sehingga terwujud sustainable growth bagi
semua pihak

46
Governance Outcome
Keseimbangan kepentingan perusahaan dengan kepentingan stakeholders

• Kesinambungan usaha : profit dan pertumbuhan usaha


• Efisiensi dalam pengelolaan usaha
• Kemanfaatan bagi masyarakat dan perekonomian nasional
• Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
• Perlindungan kepentingan dan kebutuhan konsumen
• Program CSR yang terintegrasi dengan strategi bisnis
• Self-assessment yang obyektif mengenai penerapan GCG
• Penilaian GCG yang baik dari otoritas dan pihak independen

47
Doktrin Pengelolaan Perusahaan

• Fiduciary Duties
• Piercing the Corporate Veil
• Intra Vires and Ultra Vires
• Business Judgement Rules

48
Fiduciary Duties
Pelaksanaan tugas Direktur dan Komisaris dengan penuh tanggung jawab dan itikad baik
untuk kepentingan perseroan
Mengandung 3 Faktor penting, yakni:

❑ Merujuk pada kemampuan & kehati-hatian

❑ Merujuk pada itikad baik demi tujuan Perseroan

❑ Tidak mengambil manfaat pribadi/kelompok atas kesempatan milik


persesoan

49
Piercing The Corporate Veil
❑ Piercing the corporate veil secara harfiah mempunyai makna
menembus tabir perseroan

❑ Tanggung jawab perseroan beralih menjadi tanggung jawab pemegang


saham, komisaris dan direktur
❑ Bilamana Direktur dan / atau komisaris tidak melaksanakan kewajiban
fidusia

❑ Menjadi tanggung jawab renteng Direktur dan Komisaris sesuai


dengan masing masing

❑ Penerapan GCG akan melindungi organ dari tereksposnya tanggung


jawab renteng

50
Intra Vires And Ultra Vires

❑ Pemegang saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris bertindak


secara intra vires, yakni melakukan tindakan dalam koridor
kewenangan

❑ Jika Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris


melakukan tindakan diluar kewenangan, hal ini disebut ultra vires,
sebagai konsekwensinya dokrin piercing the corporate veil berlaku

❑ Terdapat kaitan yang sangat erat antara ultra vires dengan dokrin
piercing the corporate veil

51
Business Judgement Rules

PRINSIP BUSINESS JUDGMENT RULEs dianut dalam UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 2007 TENTANG
PERSEROAN TERBATAS, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 97 UUPT 40 Tahun 2007 yaitu:

DIREKSI BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENGURUSAN PERSEROAN


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap


anggota Direksi dengan ITIKAD BAIK DAN PENUH TANGGUNG JAWAB.

Setiap anggota Direksi BERTANGGUNG JAWAB PENUH SECARA PRIBADI ATAS KERUGIAN
PERSEROAN APABILA YANG BERSANGKUTAN BERSALAH ATAU LALAI MENJALANKAN TUGASNYA
sesuai dengan ketentuan sebagaiamana dimaksud pada ayat (2).

52
Business Judgement Rules

(4) Dalam hal Direksi terdiri dari 2 (5) Anggota Direksi TIDAK DAPAT
(dua) anggota Direksi atau lebih, DIPERTANGGUNGJAWABKAN ATAS
tanggung jawab sebagaimana KERUGIAN sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (3) berlaku ayat (3) APABILA DAPAT MEMBUKTIKAN:
secara TANGGUNG RENTENG BAGI
a. KERUGIAN TERSEBUT BUKAN KARENA
SETIAP ANGGOTA DIREKSI. KESALAHAN ATAU KELALAIANNYA;

b. Telah melakukan pengurusan dengan ITIKAD BAIK DAN


KEHATI-HATIAN UNTUK KEPENTINGAN DAN SESUAI
DENGAN MAKSUD DAN TUJUAN PERSEROAN;

c. TIDAK MEMPUNYAI BENTURAN KEPENTINGAN baik


langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. TELAH MENGAMBIL TINDAKAN UNTUK


MENCEGAH TIMBUL ATAU BERLANJUTNYA
KERUGIAN TERSEBUT.

53
Business Judgement

Adanya kesalahan dan kelalaian dari Direksi dilihat dari:


1. Fomalitas tindakannya TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN.
2. Substansinya tindakan tersebut TIDAK DIDASARKAN ATAS ITIKAD BAIK DAN
PRINSIP KEHATI-HATIAN, SEHINGGA MERUGIKAN PERSEROAN.
Penerapan prinsip Business Judgment Rule dalam Undang-Undang No. 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas juga MUTATIS MUTANDIS BERLAKU BAGI
DEWAN KOMISARIS PERSEROAN SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 114
DAN PASAL 115 Undang-Undang tersebut.

54
Perkembangan Terkini dalam GCG
GRC (Governance, Risk and Compliance)
Konsep GRC:
GRC dipandang sebagai kumpulan semua kemampuan yang
diperlukan untuk mendukung Kinerja Utama pada setiap tingkatan
organisasi.

Principled
Performance
(Kinerja Utama)

Sumber: oceg.org 57
Perkembangan Terkini dalam GCG
GRC (Governance, Risk and Compliance)
What is GRC
• Definition  GRC refers to the people, processes, technology and information
that help an organization achieve Principled Performance—that help an
organization reliably achieve objectives, address uncertainty and act with
integrity.
• Other definition  GRC is a discipline that aims to synchronize information
and activity across governance, risk management, and compliance in order to
operate more efficiently, enable effective information sharing, more effectively
report activities and avoid wasteful overlaps.
• GRC is not a new theory but rather a practical discipline/framework
• First defined by OCEG in 2007. It’s more than G, R, and C.
• The key word here is INTEGRATION.

58
Perkembangan Terkini dalam GCG
GRC (Governance, Risk and Compliance)
Requires Integration

59
GRC Journey

Sumber: OCEG

60
GRC Principles
Reliability
• Disciplined - ensure that the organization manages, governs and
provides assurance
• Consistent – objectives are regularly achieved with relatively few
surprises
• Accurate - information is reasonably free from error and bias and
can be trusted

Achievement
• Intentional - objectives are planned and not accidental
• Measured – performance is measured against standards
• Visible – outcomes are transparent to stakeholders

Sumber: OCEG 61
GRC Principles
Addressing Uncertainty
• Holistic – includes risk and reward
• Proactive – pursuit of reward mindful of risk
• Rigorous – thoughtful and complete

Integrity
• Mandatory – meet requirements set by stakeholders
• Voluntary – keep promises made to stakeholders
• Realistic – expect and correct failures and mistakes

Sumber: OCEG 62
Terima Kasih

Komite Nasional Kebijakan Governansi


Gedung Pos Ibukota lt. 5, Jl. Lapangan Banteng Utara No. 1 Pasar Baru,
Jakarta Pusat 10710, Ph: (021) 3448863
Website: knkg.or.id, email : info@knkg.or.id

Anda mungkin juga menyukai