Anda di halaman 1dari 30

Panduan

Pengukuran
Emisi Karbon
Perusahaan v1.0

September 2022
Ringkasan Eksekutif 2

Kenaikan suhu bumi yang menjadi lebih hangat dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim global yang menjadi lebih ekstrim. Di
Indonesia, kerugian akibat perubahan iklim telah mencapai lebih dari Rp 100 Triliun per tahun dan diperkirakan dapat mencapai 40%
dari PDB Indonesia pada 2048. Tingkat kerugian akibat perubahan iklim di Indonesia diperkirakan jauh diatas kerugian global yang
berada di kisaran 18% dari PDB dunia. Lebih lanjut, peningkatan kesadaran atas risiko perubahan iklim diperkirakan turut
menimbulkan risiko transisi yang dapat mendisrupsi stabilitas moneter dan sistem keuangan. Besarnya potensi kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh perubahan iklim menjadi landasan untuk mendorong inisiatif penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Untuk menyelaraskan investasi dan pendanaan global dengan tujuan keberlanjutan, International Sustainability Standards Board
(ISSB) akan meluncurkan standar publikasi keberlanjutan yang akan mewajibkan perusahan di seluruh dunia untuk mengukur dan
mempublikasikan emisi GRK. Namun, mayoritas perusahaan masih belum dapat mengukur emisi karbon yang dihasilkan secara
efektif. Tanpa adanya kemampuan untuk mengukur emisi karbon, maka strategi, manajemen risiko, tata kelola dan target yang
disusun tidak dapat dievaluasi dan sulit untuk tercapai. Untuk itu diperlukan panduan pengukuran emisi karbon yang dapat diterima
oleh komunitas global. Keberadaan panduan ini merupakan salah satu langkah awal kunci keberhasilan kebijakan transisi menuju
ekonomi rendah karbon.
Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), beserta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan sinergi dalam mengembangkan panduan pengukuran emisi karbon perusahaan v1.0.
Panduan ini diharapkan dapat mendukung perusahaan dalam mengukur emisi karbon sesuai standar global yang dapat
diperbandingkan. Panduan ini selanjutnya akan tersedia secara bebas dan dapat digunakan oleh perusahaan secara voluntary dalam
penyusunan publikasi laporan berkelanjutan.
Pada versi 1.0, ruang lingkup panduan ini mencakup pengukuran terhadap emisi karbon yang dihasilkan sendiri (scope 1) dan emisi
karbon dari energi yang dibeli dari pihak ketiga (scope 2). Secara bertahap pada versi-versi selanjutnya, ruang lingkup panduan akan
diperluas agar terus sejalan dengan best practice global. Pentahapan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya disrupsi dalam
implementasi transisi.
Definisi (i) 3

Dalam panduan ini, yang dimaksud dengan;


a. Perubahan iklim adalah pergeseran pola cuaca dan suhu bumi dalam jangka panjang yang disebabkan baik secara langsung
atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami
pada periode waktu yang dapat diperbandingkan.
b. Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disingkat GRK adalah gas yang menahan sinar matahari di atmosfer sehingga
terperangkap di permukaan bumi, dan membuat bumi semakin panas.
c. Paris Agreement adalah persetujuan Paris sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No.16 tahun 2016 tentang
Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention On Climate Change (Persetujuan Paris Atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim)
d. Target penurunan emisi GRK nasional atau Nationally Determined Contributions (NDC) adalah target penurunan emisi GRK
nasional pada tahun 2030 sebesar 29% atas upaya sendiri atau 41% dengan dukungan internasional dibandingkan dengan
kondisi business as usual (BAU). Dalam konteks, ini kondisi business as usual merujuk pada asumsi tidak adanya perubahan
signifikan atau aksi mitigasi tambahan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
e. Panduan pengukuran emisi karbon perusahaan atau panduan adalah panduan untuk mengukur jejak karbon perusahaan
yang disusun bersama oleh Bank Indonesia (BI), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko
Marves), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan mengacu ke ISO 14064-1 tentang standar
pengukuran dan pelaporan emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan oleh sebuah organisasi.
Definisi (ii) 4

f. Emisi GRK langsung atau emisi scope 1 adalah seluruh aktivitas penghasil emisi GRK yang berada di bawah kontrol langsung
perusahaan. Emisi pada kategori ini mencakup emisi dari pembangkit listrik milik sendiri, kendaraan dinas, penggunaan dan
alih guna lahan dan hutan, proses industri, dan emisi kebocoran (fugitive emissions).
g. Emisi GRK tidak langsung adalah seluruh aktivitas penghasil emisi GRK yang tidak berada di bawah kontrol langsung
perusahaan, namun perusahaan memiliki kontrol kepemilikan dan/atau keuangan meskipun minoritas.
h. Emisi scope 2 adalah emisi tidak langsung dari pemanfaatan energi yang dibeli dari pihak ketiga (misalnya listrik yang dibeli
dari PLN).
i. Emisi scope 3 adalah emisi tidak langsung diluar pemanfaatan energi, antara lain berupa emisi dari penggunaan transportasi
publik, emisi pada rantai pasok, emisi dari penggunaan produk hingga emisi dari investasi dan pembiayaan yang dilakukan.
j. Carbon offset adalah pengurangan emisi karbon atau GRK lainnya dalam rangka mengkompensasi luaran emisi yang
dihasilkan aktivitas/di wilayah lain.
k. G20 merupakan wadah kerjasama multilateral yang menghubungkan negara-negara utama dunia, termasuk negara maju
dan negara berkembang.
l. FSB atau Financial Stability Board merupakan lembaga internasional yang mengawasi dan memberikan rekomendasi terkait
sistem keuangan global.
Definisi (iii) 5

o. TCFD atau Task Force for Climate Related Financial Disclosure merupakan lembaga internasional yang dibentuk FSB untuk
menyusun rekomendasi pelaporan berkelanjutan agar dapat membantu investor dan stakeholders dalam menilai risiko
terkait perubahan iklim yang berpotensi dihadapi perusahaan.
p. IFRS atau International Financial Reporting Standard merupakan lembaga nirlaba yang bertujuan untuk mengembangkan
dan mendorong adopsi seperangkat standar akuntansi dan pengungkapan keberlanjutan yang berkualitas, mudah dipahami,
enforceable, dan diakui secara global.
q. ISSB atau International Sustainability Standard Board merupakan perangkat organisasi yang dibentuk IFRS yang bertujuan
untuk membangun standar baku global mengenai pelaporan keberlanjutan.
r. kWh atau kilowatt-hour merupakan satuan ukur energi yang setara dengan nilai satu kilowatt selama satu jam.
s. Liter merupakan satuan ukur volume.
t. Nm3 atau normal cubic meter merupakan satuan ukur volume untuk benda gas dalam kondisi 0 ⷪC (celcius).
u. Kg atau kilogram merupakan satuan ukur berat.
v. Km atau kilometer merupakan satuan ukur jarak.
w. KgCO2e atau kilogram karbondioksida ekuivalen merupakan satuan ukur emisi GRK dengan kontribusi potensi pemanasan
global (global warming potential) yang sama dengan 1 kilogram karbondioksida.
Panduan Pengukuran
Emisi Karbon Perusahaan v1.0

1. Latar Belakang
2. Arah Kebijakan Hijau
3. Pengukuran Emisi Karbon
Perusahaan v1.0
Kenaikan Suhu Bumi Menyebabkan Perubahan Iklim 7
Kenaikan suhu bumi mendorong terjadinya perubahan iklim yang berdampak
pada peningkatan cuaca ekstrim dan kerugian perekonomian. Revolusi industri pada abad ke-19
Kenaikan Kenaikan mendorong pemakaian mesin berbahan
1,5 OC 2,0 OC bakar fosil secara besar-besaran. Hal ini
% Populasi Global
yang terdampak mendorong kenaikan gas rumah kaca yang
Gelombang Panas 14% 37% secara gradual meningkatkan suhu permukaan
bumi. Laporan IPCC menunjukkan bahwa
Laut kutub utara
kenaikan suhu bumi sebesar 2,0 ⷪC dibandingkan
tanpa es di musim Tiap 100 Tiap 10 kondisi sebelum revolusi industri dapat
panas Tahun Tahun menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Keberhasilan dalam mengurangi kenaikan suhu
Kenaikan 0,5 Meter 0,6 Meter permukaan bumi sebesar 0,5 ⷪC, menjadi di
permukaan laut
bawah 1,5 ⷪC, dapat memberikan dampak yang
sangat signifikan.
Penurunan hasil 1,5 juta 3,0 juta
perikanan laut per Ton Ton Mayoritas negara telah menyepakati Paris
tahun
Sumber: Global Carbon Project
ourworldindata.org/co2-emissions *CC-BY
Agreement untuk menahan laju kenaikan
Penurunan hasil suhu permukaan bumi di bawah 2,0 ⷪC,
panen per tahun 3% 7% dengan upaya optimal untuk mencapai 1,5 ⷪC.
Indonesia meratifikasi Paris Agreement melalui
UU No.16/2016 dengan komitmen untuk
Kepunahan 8% 16% menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29%
Tanaman
(tanpa syarat) atau 41% (dengan bantuan
Kepunahan Hewan 8%
internasional) serta mencapai netral karbon pada
4%
2060. Indonesia turut menerbitkan Peraturan
Presiden No. 98 Tahun 2021 mengenai
Kepunahan
Terumbu Karang 70% -90% 99% Penyelenggaraan Nilai Emisi Karbon (NEK) yang
menginisiasi penetapan pajak karbon di
Indonesia dan menjadi landasan inisiatif lainnya
dalam mendukung pencapaian NDC.
Sumber: NASA (2021) Sumber: IPCC (2018)
Perubahan Iklim Memberikan Ancaman bagi Perekonomian Global dan Indonesia 8
Kerugian akibat perubahan iklim diprakirakan jauh lebih besar daripada kerugian
akibat krisis keuangan global 2008 dan pandemi COVID-19.
Kerugian ekonomi global akibat cuaca ekstrim
Kerugian Ekonomi Global Akibat Cuaca Proyeksi Kerugian Ekonomi Global Akibat telah mencapai lebih dari US$6,0 Triliun dalam 20
Ekstrim 2000-2020 Cuaca Ekstrim 2050 tahun terakhir. Seiring dengan perubahan iklim,
kerugian akibat cuaca ekstrim diprakirakan akan
Total mencapai Tanpa aksi mitigasi mencapai 18% dari PDB global pada 2050 apabila
US$ 6,0 Triliun
Increase 3.2’ Celsius Global GDP loss 18% tidak ada aksi mitigasi.
Beberapa aksi mitigasi Sebagai negara kepulauan yang terletak di ring of
Increase 2.6’ Celsius Global GDP loss 14% fire, Indonesia lebih rentan terhadap perubahan
iklim dibandingkan dengan negara lain. Besarnya
Dalam Tambahan aksi mitigasi jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai
US$ Miliar
Increase 2.0’ Celsius Global GDP loss 11% petani dan nelayan, menimbulkan eksposur
produktivitas terhadap cuaca ekstrim seperti
Target Paris Agreement tercapai kekeringan dan banjir, serta anomali ombak tinggi.
Increase < 2,0’ Celsius Global GDP loss 4% Lebih jauh, banyaknya masyarakat yang bertempat
Sumber: Swis Re Institute (2021) tinggal di daerah pesisir meningkatkan kerentanan
Sumber: AON (2021) the Economics of climate change publications terhadap kenaikan tinggi permukaan laut. Kerugian
ekonomi Indonesia akibat cuaca ekstrim telah
Kerugian Ekonomi Indonesia Proyeksi Kerugian Ekonomi Indonesia mencapai lebih dari Rp100 Triliun/tahun dan
diprakirakan akan terus meningkat sampai dengan
< 2,0 ⷪC 40% dari PDB Indonesia pada 2048.

Kenaikan suhu
Tingkat kerugian Indonesia akibat perubahan
% PDB

2,0 ⷪC iklim diprakirakan dapat ditekan dari 40% menjadi


4% dari PDB apabila kenaikan suhu bumi dapat
ditahan dibawah 2 ⷪC. Untuk mengantisipasi kerugian
2,6 ⷪC
akibat perubahan iklim, Indonesia telah
3,2 ⷪC mencanangkan Kebijakan Pembangunan
Berketahanan Iklim 2020-2045.
Sumber: Swis Re Institute (2021)
Sumber: BAPPENAS (2021)
the Economics of climate change publications
Kebijakan Negara Lain Dapat Menimbulkan Risiko Transisi di Indonesia 9
Indonesia sudah mulai merasakan dampak risiko transisi dalam bentuk
hambatan ekspor serta pembatasan akses keuangan dan investasi global Kebijakan transisi di suatu negara dapat
berdampak ke negara lain. Sebagai contoh,
produk ekspor unggulan Indonesia seperti CPO

Arah Kebijakan Global Risiko Transisi telah dilarang di beberapa negara karena dianggap
tidak ramah lingkungan. Apabila tidak diantisipasi,
kondisi ini juga dapat meluas ke produk ekspor
unggulan lainnya seperti mobil berbahan bakar
Import Barrier 1 minyak, seiring dengan semakin ketatnya regulasi
atas produk tidak ramah Hambatan Ekspor
emisi kendaraan bermotor di berbagai negara.
lingkungan Pajak karbon di suatu negara dapat berdampak
pada investasi dan pembiayaan global. ISO
14064-1 menyatakan bahwa perusahaan harus
Investasi beralih ke mengukur emisi gas rumah kaca yang dihasilkan,
Pajak Karbon 2
negara lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Emisi
termasuk atas emisi dari tidak langsung, antara lain, berupa emisi yang
investasi atau pembiayaan di Akses Keuangan dihasilkan dari perusahaan lain yang dimiliki atau
negara lain proyek pihak lain yang dibiayai (meskipun sebagai
Global Terbatas minoritas), baik di dalam maupun di luar negeri.
Kondisi ini akan mendorong perusahaan untuk
menjadi lebih berhati-hati dalam memilih investasi
Carbon Border Tax 3 Ekspor tidak atau melakukan pembiayaan secara global.
atas Produk yang memasuki kompetitif Kedepannya, pajak karbon berpotensi diperluas
negara lain dengan carbon border tax yang menyebabkan
produk-produk yang berasal dari negara tinggi
karbon dapat dikenakan biaya tambahan sehingga
1. EU melarang impor produk perkebunan/kehutanan yang belum memenuhi prinsip NDPE (No menjadi tidak kompetitif.
Deforestation, No Peat, No Exploitation) dan impor mobil yang tidak memenuhi standar emisi
2. EU menerapkan carbon tax untuk setiap ton C02 sebesar EUR25 pada 2021 dan EUR55 pada 2025
3. EU menerapkan carbon border tax untuk barang impor senilai EUR30 per ton CO2, mulai 2023.
Perubahan Iklim Memengaruhi Stabilitas Moneter dan SSK melalui Risiko Fisik dan Risiko Transisi 10

Dampak Ekonomi Dampak Moneter Dampak SSK Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko
fisik yang menyebabkan gangguan pada
aktivitas produksi dan distribusi. Gangguan
1. Kerusakan infrastruktur ini timbul akibat cuaca ekstrim seperti banjir,
Risiko Fisik dan penurunan nilai aset badai, gelombang tinggi, kekeringan, dan
2. Gagal panen dan Meningkatnya risiko fenomena ekstrim lainnya. Selain itu, perubahan
Risiko yang muncul Meningkatnya kredit pada sektor iklim juga dapat menimbulkan kerugian materiil
akibat perubahan kerusakan produk
volatilitas harga yang rentan berupa kerusakan infrastruktur, bangunan, dan
iklim seperti banjir, pertanian dan
badai, gelombang perkebunan
terhadap risiko fisik berbagai peralatan pendukung aktivitas
tinggi, kekeringan ekonomi lainya sehingga dapat mengganggu
3. Menurunnya konektivitas
produktivitas pertanian, ketersediaan air,
dan aksesibilitas
sumber daya listrik, transportasi, hingga
kerusakan sumber daya pariwisata dan pesisir.
Respon terhadap perubahan iklim dapat pula
menimbulkan risiko transisi. Berbagai
kebijakan pemerintah serta perubahan
1. Penurunan nilai aset dan preferensi investor dan konsumen dapat
 Terganggunya
pengalihan sumber daya  Meningkatnya risiko mendorong terjadinya pengalihan sumber daya
Risiko dari sektor non-hijau transmisi suku
dari sektor non-hijau sehingga menyebabkan
bunga krn premi kredit dari aset
Transisi 2. Ketidakpastian karena
terbengkalai (stranded penurunan nilai aset dan mendisrupsi model
perbedaan kecepatan risiko sektor non- bisnis perusahaan. Kondisi ini berpotensi
Risiko yang muncul assets)
adopsi dan inovasi hijau menciptakan ketidakpastian sehingga
dalam proses  Terbatasnya akses
menuju ekonomi teknologi ramah  Pelemahan nilai mengganggu perekonomian global.
lingkungan tukar karena capital keuangan sektor non-
rendah karbon Diperlukan kebijakan yang optimal agar
3. Ketidakpastian suplai outflows dari sektor hijau
transisi dapat berlangsung secara orderly,
dan harga energi non-hijau just dan affordable.
Transisi menuju Ekonomi Rendah Karbon dapat menjadi Peluang Ekonomi 11
Terdapat peluang investasi hijau, khususnya pada sektor Infrastruktur dan Energi
Baru dan Terbarukan yang mencapai US$792 miliar.
• Transisi hijau berpotensi mendorong tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,6% - 1,11% Rencana aksi untuk mencapai target
per tahun penurunan emisi gas rumah kaca
Peluang investasi untuk mencapai target penurunan emisi karbon Indonesia 2030 membutuhkan pembiayaan yang besar.
Sektor Potensi Penurunan Estimasi Biaya *) Untuk pencapaian target 2030 Dibutuhkan pendanaan hijau paling kurang
Emisi* (US$ miliar**) berdasarkan skenario business as usual sebesar US$ 247 miliar untuk mencapai target
(BAU). penurunan emisi karbon Indonesia di 2030.
Kehutanan dan Lahan 655 juta tCO2e 5,56 Secara total, peluang investasi hijau di Indonesia
Energi dan Transportasi 398 juta tCO2e 236,2 **) Tidak termasuk biaya penurunan emisi diprakirakan lebih dari US$792 miliar, khususnya
per tahapan produksi kayu, dan teknologi di sektor infrastruktur hijau dan energi
Proses Produksi dan 3,25 juta tCO2e 0,4 baru yang mungkin muncul pada setiap
Penggunaan Produk (IPPU) terbarukan.
tahapan, dan biaya teknologi manajemen
Limbah 26 juta tCO2e 2,9 lahan gambut. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan sektor energi terbarukan.
Pertanian 4 juta tCO2e 2,2 Indonesia merupakan negara kepulauan yang
Sumber: Second Biennial Report
Total 247,3 Indonesia (2018), KLHK, Kemenkeu. terdiri dari 17 ribu pulau, 128 hektar hutan, dan
3,25 juta km2 laut, dengan 45% wilayah
Peluang investasi Hijau di Indonesia Indonesia berperan sebagai paru-paru dunia.
Selain itu, Indonesia memiliki 4.400 sungai
berukuran besar dan sedang yang berpotensi
Renewable dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga
energy air. Wilayah Timur Indonesia turut memiliki
Green
Indonesia
infrastructure
US$144 potensi yang besar untuk menyediakan
Indonesia
US$648 billion
billion pembangkit listrik tenaga angin dan surya.
Apabila Indonesia berhasil memanfaatkan
potensi sektor ini, pertumbuhan ekonomi
Indonesia diproyeksikan meningkat 0,6-1,1% per
tahun (Bappenas dan IFC, 2019)

Sumber: DBS (2017)


Panduan Pengukuran
Emisi Karbon Perusahaan v1.0

1. Latar Belakang
2. Arah Kebijakan Hijau
3. Pengukuran Emisi Karbon
Perusahaan v1.0
Perusahaan harus mengukur Emisi Karbon secara langsung maupun tidak langsung 13
Perusahaan wajib mengukur emisi yang langsung maupun tidak langsung
dihasilkan perusahaan
• Perusahaan wajib mengukur emisi karbon yang langsung dihasilkan oleh perusahaan. Terdapat beberapa jenis gas rumah kaca yang
• Emisi karbon tidak langsung wajib diukur apabila berjumlah signifikan. menjadi penyebab utama pemanasan global.
Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah
kaca dengan kontribusi paling signifikan.
Perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk
mengukur emisi karbon atas aktivitasnya.
Bank dan investor global akan semakin Tanpa kemampuan mengukur emisi karbon, maka
selektif dalam melakukan investasi dan perusahaan tidak akan mampu menyusun
pembiayaan pada perusahan/proyek yang strategi penurunan emisi karbon yang optimal
dan melakukan evaluasi atas pelaksanaan
memilki emisi karbon tinggi.
strateginya.
Setiap perusahaan harus mencatat emisi
langsung maupun tidak langsung. Secara
umum, sumber emisi perusahaan terbagi menjadi
3 (tiga) scope, yaitu emisi yang dihasilkan sendiri
(Scope 1), emisi dari energi yang dibeli (Scope 2),
serta emisi dari aktivitas lainnya yang diluar
kontrol langsung perusahaan al.: emisi rantai
pasok, perjalanan dinas dengan transportasi
publik, dan emisi dari aktivitas dibiayai/dimiliki
oleh perusahaan, meskipun hanya memiliki porsi
pembiayaan/kepemilikan yang minoritas (Scope
3). Pengukuran emisi tidak langsung pada
umumnya dilakukan secara bertahap sembari
Emisi karbon dari Emisi karbon dari menunggu tersedianya publikasi emisi
Emisi karbon dari
Saham yang dimiliki Surat berharga yang dimiliki Kredit yang diberikan perusahaan.
Standar Laporan Berkelanjutan Global akan Diberlakukan untuk Mendorong Investasi Hijau 14

Dukungan Global Dukungan Nasional


Diperlukan standar publikasi hijau global untuk
menyediakan data yang dapat dikomparasi antar
perusahaan, proyek dan negara. Ketersediaan data
ini diharapkan dapat memudahkan investor global
dalam mengalokasikan investasi hijau.
Task Force
Comprehensive G20 mendukung IFRS untuk mengembangkan
Corporate Reporting
standar publikasi hijau berdasarkan rekomendasi
publikasi hijau yang disusun oleh TCFD. Standar
publikasi hijau disusun dengan melibatkan berbagai
stakeholders agar standar yang disusun dapat
Sustainability Report memenuhi berbagai kebutuhan investasi, riset dan
asesmen kebijakan.
Salah satu elemen penting dalam publikasi hijau
adalah informasi rencana aksi penurunan emisi
IFRS Sustainability Disclosure Standards karbon dan realisasi emisi karbon perusahaan.
Ketersediaan informasi ini diharapkan dapat
Rekomendasi substansi publikasi antara lain mencakup: membantu investor, peneliti, dan pembuat
 Peta jalan, sasaran dan strategi transisi untuk mencapai sasaran penurunan emisi karbon; kebijakan untuk mengidentifikasi dan menilai
 Data series emisi karbon scope 1 dan scope 2, scope 3, serta proyeksi emisi ke depan berdasarkan keselarasan aktivitas perusahaan dengan peta jalan
strategi yang telah disusun; penurunan emisi karbon nasional.
 Tata kelola (termasuk proses monitoring internal) untuk memastikan aktivitas transisi dapat
diimplementasikan secara optimal;
 metodologi untuk mengukur pencapaian transisi;
 Laporan perkembangan implementasi strategi dan pencapaian sasaran transisi;
Bank menjadi Kunci Kebijakan Transisi 15
Bank adalah penghasil emisi karbon terbesar, yang berasal dari emisi karbon
debitur yang harus diakui bank secara proporsional.
Lembaga Keuangan dan investor perlu
• Untuk menurunkan emisi karbon, Bank harus meningkatkan porsi pembiayaan
mengakui emisi karbon dari debitur yang
hijau sehingga menjadi katalis debitur Bank untuk lebih hijau. dibiayai secara proporsional. Dalam rangka
pengakuan emisi karbon debitur sebagai
emisi karbon Lembaga Keuangan dan
investor, maka informasi emisi karbon debitur
Bank menurunkan
Peningkatan dapat menjadi pertimbangan pemberian
emisi karbon dengan pembiayaan hijau pembiayaan di masa depan.
menaikan porsi kredit Mengingat aset Lembaga Keuangan pada
hijau umumnya berbentuk pembiayaan,
penurunan emisi karbon Lembaga
Keuangan dapat dilakukan antara lain
Bank harus mengakui melalui peningkatan porsi pembiayaan
emisi karbon debitur, hijau. Kedepannya, Lembaga Keuangan

Bank secara proporsional, NDC diprakirakan akan memberikan insentif bagi


debitur hijau dan disinsentif bagi debitur non-
sebagai emisi karbon Bank hijau agar dapat mencapai target penurunan
(sesuai ISO 14064-1) emisi karbon Lembaga Keuangan.
Korporasi akan bertransformasi menjadi
Emisi karbon debitur lebih hijau agar mendapatkan akses
pembiayaan Lembaga Keuangan yang
dapat menjadi
Peningkatan lebih mudah dan murah. Dengan demikian,
pertimbangan dalam
aksi penurunan emisi karbon Lembaga
penyaluran kredit proyek Keuangan dapat menimbulkan dampak
hijau domino ke berbagai sektor lain untuk
bersama-sama mencapai target penurunan
emisi karbon Indonesia.
Panduan Pengukuran
Emisi Karbon Perusahaan v1.0

1. Latar Belakang
2. Arah Kebijakan Hijau
3. Pengukuran Emisi Karbon
Perusahaan v1.0
Standar Global terkait Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Perusahaan 17
Standar pengukuran dan pelaporan emisi GRK global pada umumnya
Standar GHG Protocol membahas berbagai
opsi cara mengukur dan melaporkan emisi
mengacu kepada dua standar:
GRK. Sementara di sisi lain, ISO 14064 • Greenhouse Gas Protocol: A Corporate Accounting and Reporting Standard yang dikembangkan
menentukan standar minimum dalam oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dan World Resources
mengukur dan melaporkan emisi GRK. Institute (WRI) yang memberikan pilihan tentang cara pengukuran emisi, serta
Pengembangan standar pengukuran emisi GRK • Standar ISO 14064 yang dikembangkan oleh International Standard Organization (ISO),
oleh ISO dimulai pada tahun 2002 dengan mengatur tentang standar minimal dalam pengukuran emisi.
melibatkan lebih dari 175 ahli yang mewakili 45
negara. Setelah pengembangan selama 4
(empat) tahun, ISO 14064 akhirnya diterbitkan Kuantifikasi & Pelaporan
pada Maret 2006 dan diadopsi menjadi standar Gas Rumah Kaca, Validasi dan Verifikasi Gas
nasional Amerika oleh American National Greenhouse Gas (GHG) Rumah Kaca, GHG Akreditasi, Accreditation
Standards Institute pada Agustus 2006. Quantification and Validation and Verification
ISO 14064 terdiri dari 3 (tiga) bagian. Bagian Reporting
1 membahas tentang standar pengukuran dan
pelaporan emisi GRK yang dihasilkan dari • ISO 14064-1, ISO • ISO/IEC 17029, ISO • ISO/IEC 17011
sebuah perusahaan (seperti Bank dan Korporasi 14064-2 dan ISO 14067 14065, ISO 14064-3 dan
lainnya) dengan menggunakan pendekatan ISO 14066
bottom up dalam pengumpulan, konsolidasi
dan kuantifikasi data. Bagian 2 membahas
tentang standar pengukuran dan pelaporan • ISO 14064-1:2018
penurunan emisi GRK dari sebuah • Dalam level organisasi untuk kuantifikasi dan pelaporan emisi & penghilangan
aktivitas/proyek. Sementara itu, Bagian 3 efek Gas Rumah Kaca (GRK)
membahas tentang standar dalam melakukan
verifikasi dan validasi laporan emisi GRK. • ISO 14064-2:2019
Standar ini dapat digunakan oleh pihak • Dalam level proyek untuk kuantifikasi, monitoring dan pelaporan upaya pengurangan
independen dan/atau oleh audit internal
emisi atau upaya peningkatan penghilangan efek GRK
perusahaan.
• ISO 14067:2018
• Untuk kuantifikasi dan pelaporan jejak karbon produk
Langkah Pengukuran Emisi Karbon Perusahaan 18

Pada pelaporan emisi GRK, ISO 14064 1. Penentuan Metodologi 4. Self-assessment


menegaskan tentang perlunya penjelasan dan Ruang Lingkup
mengenai metodologi pengukuran emisi GRK,
Penentuan metodologi yang akan Mengukur emisi karbon atas
identifikasi ruang lingkup, serta dokumentasi aktivitas perusahaan secara mandiri
data. Laporan perlu memberikan penjelasan yang diacu dalam pengukuran emisi
karbon (misal: panduan v1.0) (self-assessment)
memadai mengenai komponen dari masing-masing
aktivitas, khususnya apabila ada pengecualian dari
ruang lingkup aktivitas perusahaan dan penyesuaian
dari metodologi yang digunakan. Laporan juga perlu
menginformasikan mengenai standar yang
digunakan dan kegiatan verifikasi yang dilakukan.
Sejalan dengan hal tersebut, Panduan 2. Identifikasi Sumber Emisi 5. Assurance
pengukuran emisi karbon perusahaan v1.0
merekomendasikan perusahaan untuk dapat Mengidentifikasi aktivitas
Hasil self assessment perlu
menerapkan pengukuran dan pelaporan emisi perusahaan yang menghasilkan emisi
GRK melalui 6 (enam) langkah, yaitu: (i)
mendapatkan assurance oleh pihak
karbon, khususnya kegiatan dengan
penentuan metodologi yang akan diacu dalam independen sebelum dipublikasikan
tingkat emisi yang signifikan.
pengukuran emisi karbon; (ii) mengidentifikasi
berbagai aktivitas perusahaan yang menjadi sumber
emisi GRK, (iii) mendokumentasikan sumber data
yang dibutuhkan dalam pengukuran emisi GRK, (iv)
melaksanakan pengukuran emisi GRK secara
mandiri, (v) menerapkan audit independen terhadap 3. Dokumentasi Sumber Data 6. Publikasi
hasil pengukuran emisi GRK, dan (vi)
Menatausahakan sumber data terkait Hasil pengukuran emisi karbon
mempublikasikan laporan yang telah diaudit.
aktivitas penghasil emisi karbon. yang telah mendapatkan assurance
Perusahaan dapat melakukan self assessment oleh pihak independen
pengukuran emisi untuk kemudian mendapatkan
Data akan dimanfaatkan untuk
assurance dari Akuntan Publik sebelum perhitungan dan validasi besaran dipublikasikan pada laporan
memubikasikan emisi karbonnya. emisi yang dihasilkan. berkelanjutan
Formula Pengukuran Emisi Karbon 19

Nilai emisi GRK merupakan hasil 𝐸𝑚𝑖𝑠𝑖 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐸𝑚𝑖𝑠𝑖
perkalian antara data intensitas aktivitas
dengan faktor emisi. Data intensitas
aktivitas merupakan intensitas kegiatan
(dapat berbentuk volume, jarak dll) dari Didokumentasikan dan ditatausahakan Dapat menggunakan faktor emisi pada
aktvitas penghasil emisi. Sedangkan faktor oleh perusahaan. Dokumentasi akan turut Panduan ini, atau menggunakan
digunakan untuk keperluan assurance. panduan dan/atau standar lain
emisi merupakan koefisien yang
menunjukkan besaran emisi per unit
aktivitas (misal: 1 KgCO2e/km atau 1 t+0 t+1 t+2
KgCO2e/liter).
Untuk menunjang pengukuran emisi
GRK, perusahaan wajib
Perusahaan dapat memublikasikan upaya penurunan emisi yang telah
mendokumentasikan data aktivitas dari
masing-masing sumber emisi agar dapat dilakukan, antara lain melalui penggunaan mobil listrik, energi terbarukan
diverifikasi pihak independen. atau pembelian kredit karbon.
Dalam hal perusahaan melakukan upaya-
upaya penurunan emisi karbon, perusahaan
𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
= 𝑢𝑝𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖
wajib mendokumentasikan dan menjelaskan 𝑁𝑒𝑡 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 + 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
upaya tersebut agar dapat diperhitungkan
sebagai bagian dari pencapaian target Total Emisi = 1200 KgCO2e Penghematan emisi dr Mobil listrik= 200 KgCO2e
penurunan emisi karbon. Beli Kredit Karbon = 300 KgCO2e Penghematan emisi dr Solar Panel = 150 KgCO2e
Net Emisi = 900 KgCO2e Total Penghematan Emisi = 350 KgCO2e

Upaya Penurunan Emisi = 350 / (900 + 350) = 28%


20
Panduan Pengukuran Emisi Karbon Perusahaan v1.0
Panduan disusun mengikuti ISO 14064-1 dan GHG protocol sehingga telah memenuhi standar Internasional.
Pemanfaatan Panduan bersifat voluntary untuk mengukur emisi karbon yang dihasilkan.
Perusahaan dapat menggunakan tools lain sepanjang memenuhi standar global.

RUANG LINGKUP PANDUAN v1.0

SCOPE 1 SCOPE 2 SUMBER PENGURANG EMISI

1. Genset Surya
KATEGORI I: KATEGORI II: KATEGORI III: 2. Genset Angin
Pembangkit Listrik Milik Kendaraan Dinas Pemakaian Listrik Pihak
3. Genset Air
Sendiri Ketiga

4. Kendaraan Listrik

1. Genset Batu Bara 1. Mobil 1. Listrik PLN


2. Genset Solar 2. Sepeda Motor
3. Genset Gas Alam
5. Kredit Karbon,
Obligasi Hijau,
Donasi Hijau
Timeline pengembangan Panduan Pengukuran Emisi Perusahaan 21
Pengukuran emisi scope 3 hanya dapat dilakukan setelah tersedianya informasi emisi dari pihak lain
• Informasi emisi karbon Perusahaan diperkirakan baru akan tersedia secara luas mulai 2024, seiring dengan implementasi IFRS
Sustainability Disclosure Standards
• Panduan pengukuran emisi merekomendasikan pengukuran emisi secara bertahap untuk menghindari disrupsi
2023 2024 2025 2026

IFRS Adopsi Indonesia Implementasi IFRS Sustainability Implementasi IFRS Sustainability Implementasi IFRS Sustainability
Standar Disclosure Standards Disclosure Standards Disclosure Standards
Scope 1 • Mobil BBM • Mobil BBM • Mobil BBM • Mobil BBM
• Genset BBM • Genset BBM • Genset BBM • Genset BBM
• Penggunaan/alih fungsi • Penggunaan/alih fungsi • Penggunaan/alih fungsi
lahan/kehutanan lahan/kehutanan lahan/kehutanan
• Proses Industri • Proses Industri
• Kebocoran
Scope 2 • Listrik PLN • Listrik PLN • Listrik PLN • Listrik PLN

Scope 3 • Kertas • Kertas • Kertas


• Transportasi publik • Transportasi publik • Transportasi publik
• Pembiayaan > Rp50 Miliar • Logistik • Logistik
• Pembiayaan > Rp25 Miliar • Pembiayaan > Rp10 Miliar
• Lainnya
Catatan:
• Penggunaan kendaraan dinas atau genset yang disewa dapat dicatat di scope 1 jika menggunakan pendekatan kontrol
• Penggunaan kendaraan dinas atau genset yang disewa dapat dicatat di scope 2 atau scope 3 jika menggunakan pendekatan ekuitas
• Bank memerlukan informasi emisi debitur secara bertahap mulai 2024
Emisi yang Langsung dihasilkan oleh Perusahaan 22
Panduan v1.0 menyediakan faktor emisi untuk genset dan kendaraan berbahan
Untuk genset/pembangkit listrik, bakar minyak.
intensitas pemakaian dapat disajikan • Emisi langsung lainnnya akan disediakan secara bertahap pada versi selanjutnya.
dalam satuan Kilo Watt Hour (kWh)
listrik yang dihasilkan. Selain itu,
perusahaan juga dapat menggunakan
satuan liter (untuk genset/pembangkit Emisi GRK langsung antara lain
listrik berbahan bakar solar), Kilogram / Kg bersumber dari:
(untuk genset/pembangkit listrik berbahan a. emisi mesin bakar tidak
bakar batu bara) dan Normal Meter Cubed bergerak (misalnya genset);
per Hour / Nm3 (untuk genset/pembangkit b. mesin bakar bergerak
listrik berbahan bakar gas) sebesar volume
bahan bakar yang digunakan.
(misalnya kendaraan dinas);
c. penggunaan dan perubahan
Untuk kendaraan berbahan bakar penggunaan lahan, serta
minyak, intensitas pemakaian dapat kehutanan;
dalam satuan liter (bensin/solar) d. proses industri;
sebesar volume bahan bakar yang
e. kebocoran GRK;
digunakan. Selain itu, perusahaan juga
dapat menggunakan satuan Kilometer
(Km) sebesar jarak perjalanan yang
ditempuh kendaraan.
Catatan: Penggunaan kendaraan dinas
atau genset yang disewa dapat dicatat
di scope 1 jika menggunakan
pendekatan kontrol
Emisi yang Tidak Langsung dihasilkan Perusahaan 23

Panduan v1.0 menyediakan faktor emisi


untuk emisi tidak langsung dari listrik
yang dibeli dari PLN. Emisi karbon dari
listrik yang dibeli dari PLN diperhitungkan
berdasarkan Kilo Watt Hour (kWh)
penggunaan listrik.

Untuk mendukung pencapaian target


penurunan emisi karbon nasional 2030
secara orderly, Panduan
merekomendasikan pengukuran emisi
karbon dari investasi, surat berharga dan
kredit/pembiayaan dilakukan secara
bertahap sbb:
• mulai 2024 untuk investasi, surat
berharga dan kredit/pembiayaan senilai
paling kurang Rp50 miliar,
• mulai 2025 untuk investasi, surat
berharga dan kredit/pembiayaan senilai
paling kurang Rp25 miliar, dan
• mulai 2026 untuk investasi, surat
berharga dan kredit/pembiayaan senilai
paling kurang Rp10 miliar Catatan: Penggunaan kendaraan dinas atau genset yang disewa dapat dicatat di scope 2 atau
scope 3 jika menggunakan pendekatan ekuitas
Sumber Pengurang Emisi 24

Panduan v1.0 menyediakan faktor


pengurang emisi karbon yang dilakukan
melalui penggunaan (1) pembangkit listrik
dengan sumber energi terbarukan; dan (2)
kendaraan listrik. Pembangkit Listrik dengan Energi Baru dan
Penggunaan pembangkit listrik terbarukan (PLT Terbarukan
Surya, Bayu, dan Air) akan dihitung sebagai
pengurangan emisi karbon sebesar emisi yang
seharusnya dikeluarkan jika perusahaan
menggunakan listrik PLN dengan pemakaian
kWh yang setara. Sedangkan penggunaan
kendaraan listrik akan dihitung sebagai
pengurangan emisi karbon sebesar emisi yang
seharusnya dikeluarkan jika perusahaan Kendaraan Listrik
menggunakan mobil sejenis dengan bahan
bakar solar atau bensin dengan jarak perjalanan
yang sama.

Panduan turut memperhitungkan nilai


carbon offset yang diperoleh perusahaan
melalui pembelian kredit karbon, obligasi
hijau, dan/atau donasi hijau. Pembelian Carbon Offset dari Instrumen Keuangan
instrumen keuangan hijau diperhitungkan
sebagai faktor pengurang emisi karbon dengan
mempertimbangkan nilai offset karbon sesuai
dengan yang tercantum pada sertifikat
instrumen.
Faktor Emisi Pembangkit Listrik 25

Emisi ketenagalistrikan yang dihasilkan Perusahaan dapat memilih satuan intensitas sumber emisi berdasarkan
perusahaan dapat berasal dari pembelian
volume energi yang dipakai (KWh) atau volume bahan bakar (liter/Kg/m3).
listrik dari pihak ketiga yaitu PLN (scope 2)
• Perusahaan harus mendokumentasikan dan menatausahakan data intensitas sumber emisi
dan listrik yang dihasilkan
genset/pembangkit listrik milik perusahaan agar dapat diverifikasi pihak independen.
(scope 1). Faktor emisi yang digunakan untuk
mengukur emisi karbon atas energi listrik yang Jenis Satuan Faktor Emisi (KgCO2e/ Satuan)
dipakai perusahaan telah diselaraskan dengan
faktor emisi pada aplikasi Sign-Smart dan PLN KWh 0,600
dokumen faktor emisi karbon sistem
interkoneksi ketenagalistrikan nasional. Genset Solar (HSD, ADO) Liter 2,668

Dalam penggunaan Panduan, perusahaan KWh 0,267


dapat melakukan pengisian: Genset Solar (IDO) Liter 2,816
• Pada emisi atas pembelian tenaga listrik
KWh 0,267
dari PLN, perusahaan mengisi informasi
besaran nilai listrik (dalam KWh) yang dibeli Genset Batubara Kg 1,816
dan digunakan perusahaan selama periode
KWh 0,422
perhitungan.
• Pada emisi atas penggunaan Genset Gas Alam Nm3 2,160
genset/pembangkit listrik milik KWh 0,246
perusahaan, perusahaan mengisi informasi
besaran listrik (dalam KWh) yang dihasilkan Sumber: KLHK, ESDM.
genset/pembangkit listrik dan/atau besaran
bahan bakar (dalam liter, kg, atau Nm3) yang
digunakan perusahaan selama periode
perhitungan.
Faktor Emisi Kendaraan Bermotor 26

Perusahaan dapat memilih satuan sumber emisi berdasarkan volume


Emisi atas kendaraan bermotor milik
perusahaan/kendaraan dinas (scope 1) bahan bakar yang dipakai (liter) atau jarak pemakaian kendaraan (Km)
dapat diukur berdasarkan efisiensi jarak • Perusahaan harus mendokumentasikan dan menatausahakan data sumber emisi agar
tempuh kendaraan (km/L) atau jenis dapat diverifikasi pihak independen
bahan bakar (solar atau bensin). Faktor
Jenis KgCO2e / Liter Komponen Satuan KgCO2e / Km
emisi yang digunakan untuk mengukur
emisi karbon atas kendaraan bermotor yang Bensin 2,45 Kelompok 1 (s.d. 20 Km/liter)
dipakai perusahaan telah diselaraskan Solar 2,76 - solar km 0,138
dengan faktor emisi pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup - bensin km 0,123

Dalam penggunaan Panduan, perusahaan Kelompok 2 (s.d. 15 Km/liter)


Perusahaan dapat
dapat melakukan pengisian: menyesuaikan kelompok - solar km 0,184
kendaraan bermotor agar - bensin km 0,163
• Apabila perusahaan mengisikan
selaras dengan karakteristik
berdasarkan efisiensi jarak tempuh Kelompok 3 (s.d. 10 Km/liter)
perusahaan dengan
kendaraan, maka perusahaan mengisi menggunakan formula - solar km 0,276
informasi jarak tempuh (dalam Km) KgCO2e/Km =
penggunaan kendaraan selama periode - bensin km 0,245
(KgCO2e/Liter : Km/Liter)
perhitungan, berdasarkan kelompok Kelompok 4 (s.d. 5 Km/liter)
kendaraan dan jenis bahan bakar. - solar km 0,552
Misal: Kelompok 1 disesuaikan
• Apabila perusahaan mengisikan jadi (s.d. 18 Km/liter). Maka - bensin km 0,490
berdasarkan jenis bahan bakar, maka untuk bensin dihitung sebesar:
Sepeda Motor
perusahaan mengisi informasi jumlah 2,45 / 18 = 0,136 KgCO2e/Km km 0,049
(s.d. 50 Km/liter)
bahan bakar (dalam liter) yang digunakan
perusahaan selama periode perhitungan.
Sumber: Permen LH No.12/2010, KLH, diolah.
Kertas Kerja Pengukuran Emisi (1) 27

Perusahaan dapat memilih dasar pengukuran emisi dari genset berdasarkan volume bahan bakar
yang digunakan atau berdasarkan energi yang dihasilkan

Pemakaian Faktor Emisi Jml Emisi


Sumber Emisi (A x B)
(A) (B)
Scope 1: Genset
Genset Solar (HSD, ADO) …… liter 2,668 …… KgCO2e
…… kWh 0,267 …… KgCO2e
Genset Solar (IDO) …… liter 2,816 …… KgCO2e
…… kWh 0,267 …… KgCO2e
Genset Batu Bara …… kg 1,816 …… KgCO2e
…… kWh 0,422 …… KgCO2e
Genset Gas Alam …… Nm3 2,160 …… KgCO2e
…… kWh 0,246 …… KgCO2e

Total Emisi dari Genset


Kertas Kerja Pengukuran Emisi (2) 28
Opsi 1: Berdasarkan pengelompokkan kendaraan sesuai efisiensi bahan bakar
Pemakaian Faktor Emisi Jml Emisi
Sumber Emisi
(A) (B) (A x B)
Scope 1: Kendaraan Dinas (berdasarkan Km) Catatan:
Kelompok 1 (s.d. 20 Km/liter) pengelompokkan
dapat disesuaikan
Solar …… km 0,138 …… KgCO2e berdasarkan formula
Bensin …… km 0,123 …… KgCO2e di slide 26
Kelompok 2 (s.d. 15 Km/liter)
Solar …… km 0,184 …… KgCO2e
Bensin …… km 0,163 …… KgCO2e
Kelompok 3 (s.d. 10 Km/liter)
Solar …… km 0,276 …… KgCO2e
Bensin …… km 0,245 …… KgCO2e
Kelompok 4 (s.d. 5 Km/liter)
Solar …… km 0,552 …… KgCO2e
Bensin …… km 0,490 …… KgCO2e
Sepeda Motor (s.d. 50 Km/liter) …… km 0,049 …… KgCO2e
Opsi 2: Berdasarkan pemakaian bahan bakar
Pemakaian Faktor Emisi Jml Emisi
Sumber Emisi
(A) (B) (A x B)
Scope 1: Kendaraan Dinas (berdasarkan liter)
Solar …… liter 2,76 …… KgCO2e
Bensin …… liter 2,45 …… KgCO2e
Kertas Kerja Pengukuran Emisi (3) 29
Nilai Offset Karbon dihitung berdasarkan nilai kredit karbon yang tercantum pada sertifikat yang dimiliki
• Obligasi hijau hanya dapat digunakan sebagai pengurang emisi apabila dilengkapi dengan sertifikat kredit karbon

Pemakaian Faktor Emisi Jml Emisi


Sumber Emisi (A x B)
(A) (B)
Scope 2
Listrik PLN …… kWh 0,600 …… KgCO2e

Pemakaian Faktor Emisi Jml Emisi


Sumber Emisi (A x B)
(A) (B)
Offset Karbon
Obligasi Hijau Rp……… ……………. …… KgCO2e
Donasi Hijau Rp……… ……………. …… KgCO2e
Kredit Karbon Rp……… ……………. …… KgCO2e
Total Offset Karbon
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai