PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan suatu pergerakan/perpindahan baik orang maupun
barang dari suatu tempat asal ke suatu tujuan. Pada level tertentu, suara yang
ditimbulkan oleh perpindahan atau pergerakan tersebut sudah merupakan suatu
gangguan atau polusi yang disebut kebisingan. Peningkatan pendapatan per kapita
serta peningkatan perekonomian daerah menyebabkan kebutuhan akan sarana
transportasi semakin meningkat. Akibatnya, semakin hari jumlah arus lalu lintas
dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal
ini berdampak pada polusi udara (kebisingan) terhadap lingkungan di sekitarnya,
salah satunya adalah wilayah pendidikan.
Kebisingan merupakan bunyi yang dapat mengganggu pendengaran
manusia. Definisi kebisingan adalah sumber bunyi yang bertambah secara teratur
di lingkungan sekitar, dan ketika bunyi menjadi tidak diinginkan, oleh karena itu
seberapa kecil suara yang ditimbulkan, apabila suara tersebut tidak diinginkan
maka akan disebut kebisingan (Salter, 1976).
Dalam dunia pendidikan, selain faktor internal juga terdapat faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Salah satunya adalah
kondisi di lingkungan sekitar wilayah pendidikan. Kebisingan merupakan salah
satu hal yang dapat mengganggu proses belajar mengajar, dan pada tingkat
intensitas tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya kegiatan pengukuran untuk mengetahui tingkat kebisingan di sekitar
wilayah pendidikan tersebut. Hal ini dikarenakan, wilayah pendidikan
membutuhkan suasana yang tenang dan jauh dari kebisingan, termasuk kebisingan
lalu lintas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya?
2. Apa faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau
kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, dan gas.
Suara secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang
diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude dalam desibel. Batas frekuensi bunyi yang
dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responnya. Suara di atas 20
kHz disebut ultrasonic dan di bawah 20 Hz disebut infrasonic (Sahrul, 1997).
2.2 Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang
berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembaban merupakan
jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air
dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara (misalnya gram
per kilogram udara). Jumlah uap air yang tersimpan di udara (pada kejenuhan)
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah
persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah
temperatur dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor
ekologis yang mempengaruhi aktivitas organisme seperti penyebaran, keragaman
harian, keragaman vertikal dan horizontal (Umar, 2013).
2.3 Kecepatan Angin
Menurut ilmu klimatologi, angin diamati dalam kecepatan dan arahnya.
Kecepatan angin adalah jarak tempuh massa udara yang bergerak dalam waktu
tertentu dan satuannya adalah jarak per waktu seperti meter (m) per detik,
kilometer (km) per jam, sedangkan arah angin merupakan arah datangnya angin
(Syamsu, 2008).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Daerah yang menerima energi panas
3
matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan
udara yang cenderung lebih rendah, sehingga akan terjadi perbedaan suhu dan
tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas yang mengakibatkan
terjadinya aliran udara pada daerah tersebut (Lakitan, 2002).
2.4 Kebisingan
Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan menyebutkan bahwa
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi,
yaitu frekuensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran
yang sampai di telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besarnya
arus energi yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaan frekuensi dan intensitas
bunyi menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik
yang berbeda (Mulia, 2005).
2.4.1 Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu
pendengaran
baik
dari
sumber
bergerak
maupun
tidak
dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
2.4.2 Penyebab Kebisingan
Beberapa faktor penyebab kebisingan, yaitu (Sastrowinoto dan Suyatno,
1985):
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik)
dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz.
Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi di atas 20.000
Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi
250 4.000 Hz.
2. Intensitas suara
Intensitas
didefinisikan
sebagai
energi
suara
rata-rata
yang
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri dari satu jenis amplitudo
dan satu jenis frekuensi.
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo
tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz.
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per
satuan waktu.
12. Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan.
2.5 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Baku mutu tingkat kebisingan dirumuskan berdasarkan keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. KEP-48/MNLH/11/1996. Berikut baku mutu tingkat
kebisingan:
Tabel 2.5.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Kawasan / Lingkungan Kegiatan
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman
55
70
65
50
5. Industri
70
60
Umum
7.
Rekreasi
70
8. Khusus:
- Bandara udara *)
70
60
- Pelabuhan laut
- Cagar budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
55
55
55
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di depan SMPN 45 Jalan Mulyorejo No. 184
Surabaya, 7o16LU-112o43BT.
dahulu sebelum praktikum dimulai. Lokasi titik sampling ditentukan, yaitu tepat
pada jalur hijau arah selatan lampu merah SMPN 45 Surabaya. Tahap selanjutnya,
kelembaban udara diukur menggunakan sling psychrometer selama 2 menit,
kemudian kecepatan angin diukur oleh praktikan lain dengan menggunakan
anemometer selama 1 menit. Tingkat kebisingan jalan raya diukur dengan
menggunakan sound level meter (SLM). Pengukuran ini dibutuhkan 3 praktikan,
waktu diukur oleh praktikan pertama menggunakan stopwatch selanjutnya tingkat
kebsingan diukur oleh praktikan kedua dengan menggunakan sound level meter
(SLM), sedangkan hasil yang ditunjukkan dari sound level meter (SLM) dicatat
oleh praktikan ketiga. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan selang
waktu 10 detik dan istirahat selama 5 menit. Jadi dalam sepuluh menit dapat
diperoleh 60 buah data. Selama 1 jam pengukuran akan memperoleh data
sebanyak 60 dikali 4 kali percobaan.
3.3.1 Pengukuran Kelembaban
Sling Psychrometer
Kelembaban
-Dibasahi air
-Diputar di atas kepala 2 menit
Kecepatan Angin
-Tekan tombol on
Kebisingan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Kebisingan di Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya
Pada praktikum kali ini praktikan dapat mengetahui tingkat kebisingan di
jalan raya depan SMPN 45 Surabaya. Tingkat tekanan bunyi yang berhubungan
dengan tingkat kebisingan diukur dengan Sound Level Meter (SLM). Pengukuran
dilakukan selama 10 menit dengan selang waktu 10 detik dan diulangi selama 4
seri. Selama pengukuran, praktikan tidak diperbolehkan berbicara, karena
dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil pengukuran SLM.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil pengukuran tingkat
tekanan bunyi yang diukur oleh kelompok 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1.1 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
1 Kelompok 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
p (dB)
72
62
68
72
62
66
66
64
68
70
72
64
74
70
70
68
72
74
74
78
No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
p (dB)
74
72
70
64
74
68
60
68
60
64
66
64
72
72
74
66
68
64
70
64
No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
p (dB)
72
72
68
64
54
72
54
76
70
72
60
66
70
72
72
68
64
64
68
68
Tabel 4.1.2 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
2 Kelompok 1
No.
p (dB) No.
p (dB) No.
p (dB)
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
68
70
70
72
68
68
66
68
60
72
64
58
74
64
65
70
68
76
70
62
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
74
68
72
54
70
72
72
60
68
76
58
68
68
64
68
70
76
78
74
72
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
72
74
62
74
60
68
71
62
62
68
67
70
66
70
74
72
64
72
74
74
Tabel 4.1.3 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
3 Kelompok 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
t
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
p (dB)
72
70
60
68
66
66
70
74
62
70
74
74
68
74
66
No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
p (dB)
72
64
68
70
80
68
72
70
70
74
64
70
70
64
60
No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
p (dB)
66
74
60
72
72
72
64
66
74
70
72
64
66
64
70
12
16
17
18
19
20
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
58
70
70
72
68
36
37
38
39
40
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
72
74
74
66
74
56
57
58
59
60
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
72
68
72
70
66
Tabel 4.1.4 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
4 Kelompok 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
t
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
p (dB)
72
70
62
68
62
78
68
70
70
77
67
72
68
68
68
68
72
76
72
64
No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
p (dB)
66
64
68
70
70
72
72
78
74
62
64
70
76
74
74
76
66
72
70
70
No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
p (dB)
66
72
76
70
58
58
62
74
72
66
70
64
62
56
70
66
66
64
62
68
T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
P(dB)
64
68
60
66
68
66
68
68
No.
21
22
23
24
25
26
27
28
T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
P(dB)
68
62
68
62
62
64
72
70
No.
41
42
43
44
45
46
47
48
T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
P(dB)
70
66
62
66
72
64
60
68
13
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
68
62
70
70
62
70
64
68
66
68
64
64
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
66
70
72
70
64
70
66
72
64
68
70
64
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
64
76
64
70
70
72
72
68
60
68
70
68
Tabel 4.1.7 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
2 Kelompok 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
p(dB)
70
64
70
72
76
66
62
72
66
62
60
68
66
62
68
62
68
70
70
68
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
p(dB)
66
66
68
68
68
68
66
64
72
72
64
62
68
58
62
54
58
70
66
64
No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
p(dB)
62
64
68
64
68
66
64
60
66
64
60
62
66
78
68
66
64
72
72
68
Tabel 4.1.8 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
3 Kelompok 2
No
P(dB)
No. t
P(dB)
No. T
P(dB)
.
1
2
0:10
0:20
64
68
21
22
70
64
41
42
70
68
3:30
3:40
6:50
7:00
14
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20
66
62
66
66
66
72
66
66
66
66
72
72
64
66
64
68
68
68
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40
70
70
70
64
72
70
70
62
60
62
70
58
62
70
68
66
64
60
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
64
56
72
70
66
60
54
70
68
58
60
68
64
66
62
62
58
64
Tabel 4.1.9 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
4 Kelompok 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
p(dB)
68
66
68
68
64
68
68
62
60
66
70
60
70
70
66
70
64
60
64
No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
t
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
p(dB)
66
64
66
64
62
68
66
62
66
66
62
72
76
68
68
66
62
62
72
No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
p(dB)
72
64
72
62
54
54
66
60
66
72
68
68
74
70
68
60
66
64
66
15
20
3:20
60
40
6:40
60
60
10:00
66
X 100%.
Data frekuensi dan persentase komulatif dapat dilihat pada table berikut ini :
Frekuensi
Tepi
Tepi
Fk L Fk U
% Kumulatif
g
53-56
57-60
61-64
65-68
69-72
73-76
77-80
4
14
39
59
82
36
6
Bawah (U)
52,5
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5
Atas (L)
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5
80,5
4
18
57
116
198
234
240
100
97,5
82,5
48,3
23,75
7,5
1,67
240
234
198
116
57
18
4
Frekuensi
Fk L
Fk U
% Kumulatif
5
22
63
90
55
4
1
(U)
52,5
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5
5
27
90
180
235
239
240
240
239
235
180
90
27
5
100
99,58
97,91
75
37,5
11,25
2,08
Atas (L)
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5
80,5
16
17
78,5 dB.
Nilai TNI kelompok 1 dan 2 mendapatkan perbedaan hasil karena waktu
yang digunakan untuk mengambil tingkat kebisingan oleh kedua kelompok
berbeda. Untuk kelompok 1, tingkat kebisingan diperoleh pukul 08.10 WIB
hingga 09.10 WIB. Pada waktu ini, aktivitas yang terjadi hanyalah lalu lalang
kendaraan. Untuk kelompok 2, tingkat kebisingan diperoleh pukul 09.30 WIB
hingga 10.30 WIB. Pada waktu ini, aktivitas yang terjadi tidak hanya lalu lalang
kendaraan, tapi juga pulangnya siswa siswi SMP 45 Surabaya. Hal ini
menyebabkan tingkat kebisingan yang terjadi bertambah.
Nilai baku mutu kebisingan kawasan sekolah adalah 55 dB, sehingga
diketahui bahwa nilai TNI yang didapatkan melebihi nilai baku mutu. Tingkat
kebisingan yang melebihi nilai baku mutu di wilayah SMPN 45 Surabaya
tentunya akan memiliki dampak. Dampak utama adalah terganggunya aktivitas
belajar mengajar di sekolah, sehingga menyebabkan tidak maksimalnya pelajar
menyerap ilmu yang disampaikan oleh guru. Selain itu, tingkat kebisingan yang
terlalu mengganggu dapat memecah konsentrasi pelajar.
4.2 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebisingan di Jalan Raya Depan
SMPN 45 Surabaya
Tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya yang
didefinisikan sebagai nilai Traffic Noise Index (TNI) tidak memiliki nilai konstan
setiap saat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
nilainya. Faktor-faktor tersebut yaitu kelembaban udara, arah angin, kecepatan
angin, dan waktu.
Rata-rata tingkat tekanan bunyi dan nilai kelembaban udara dapat
dikorelasikan sebagai suatu fungsi yang berkebalikan, yaitu tingkat tekanan bunyi
akan tinggi apabila nilai kelembaban udaranya rendah. Pada udara yang lembab,
banyak partikel air (H2O) di udara. Partikel air tersebut dapat meredam gelombang
yang ada di udara, sehingga tingkat kebisingan berkurang. Artinya, semakin
lembab, semakin kecil tingkat kebisingan.
Tabel 4.2.1 Data Kelembaban Kelompok 1
Nilai
Data Seri 1
Rata-rata nilai 68,1
Data Seri 2
68,51667
Data Seri 3
69,03333
Data Seri 4
68,7
18
kebisingan
Kelembaban
Udara
61%
76%
59%
60%
Pada data seri 1 kelompok 1, nilai kebisingan 68,1 pada kelembaban 61%.
Hal ini berarti ketika kelembaban udara 61%, nilai kebisingan yang terjadi adalah
68,1 dB. Pada data seri 2 kelompok 1, nilai kebisingan 68,51667 pada kelembaban
76%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 76%, nilai kebisingan yang terjadi
adalah 68,51667 dB. Pada data seri 3 kelompok 1, nilai kebisingan 69,03333 pada
kelembaban 59%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 59%, nilai kebisingan
yang terjadi adalah 69,03333 dB.
Pada data seri 4 kelompok 1, nilai kebisingan 68,7 pada kelembaban 60%.
Hal ini berarti ketika kelembaban udara 60%, nilai kebisingan yang terjadi adalah
68,7 dB. Terlihat bahwa terjadi kesalahan pada hasil pengukuran, seharusnya nilai
kebisingan minimum 68,1, terjadi ketika kelembaban tertinggi yaitu 76%.
Tabel 4.2.2 Data Kelembaban Kelompok 2
Nilai
Data Seri 1
Rata-rata nilai
Data Seri 2
Data Seri 3
Data Seri 4
kebisingan
Kelembaban
66,13333
65,63333
65,7
Udara
66,96667
64%
67%
63%
60%
Pada data seri 1 kelompok 2, nilai kebisingan 66,96667 pada kelembaban
64%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 64%, nilai kebisingan yang terjadi
adalah 66,96667 dB. Pada data seri 2 kelompok 2, nilai kebisingan 66,13333 pada
kelembaban 67%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 67%, nilai kebisingan
yang terjadi adalah 66,13333 dB. Pada data seri 3 kelompok 2, nilai kebisingan
65,63333 pada kelembaban 63%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 63%,
nilai kebisingan yang terjadi adalah 65,63333 dB.
Pada data seri 4 kelompok 2, nilai kebisingan 65,7 pada kelembaban 60%.
Hal ini berarti ketika kelembaban udara 60%, nilai kebisingan yang terjadi adalah
65,7 dB. Terlihat bahwa terjadi kesalahan pada hasil pengukuran, seharusnya nilai
kebisingan minimum 65,63333, terjadi ketika kelembaban tertinggi yaitu 67%
Kesalahan yang terjadi pada kelompok 1 dan kelompok 2 ini disebabkan
oleh kesalahan tak tentu, yaitu gerak Brown molekul udara yang menyebabkan
Sling Pshychometer menjadi tidak akurat (tidak tepat). Gerak Brown molekul
19
udara ialah gerakan molekul-molekul udara yang senantiasa bergerak tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan molekul udara yang saling
bertumbukan ini akan meningkatkan nilai kelembaban udara. Hal ini tentu saja
membuat nilai kelembaban yang didapat dari Sling Pshychometer menjadi tidak
akurat. Selain itu kecepatan memutar Sling Pshychometer yang tidak konstan
menjadi salah satu faktor tentu yang menyebabkan tidak tepatnya nilai
kelembaban udara. Faktor kesalahan lainnya adalah kesalahan tentu, yaitu
ketidaktelitian praktikan saat mencatat tekanan bunyi saat waktunya bukan detik
ke 10 (Sumardjo, 2009).
Angin atau udara yang bergerak adalah media bunyi dalam perambatannya
di udara. Jadi arah angin mempengaruhi nilai kebisingan yang dihasilkan oleh
bunyi yang tidak diinginkan (mengganggu). Tidak hanya arah angin, kecepatan
angin juga mempengaruhi nilai kebisingan yang terjadi. Rata-rata tingkat tekanan
bunyi dan nilai kecepatan angin dapat dikorelasikan sebagai suatu fungsi yang
sebanding, yaitu tingkat tekanan bunyi akan tinggi apabila nilai kecepatan angin
tinggi. Angin atau udara yang bergerak akan membawa partikel-partikel bunyi,
sehingga apabila angin bergerak lebih cepat, maka tingkat kebisingan meningkat.
Tabel 4.2.3 Data Kecepatan Angin Kelompok 1 dan 2
Nilai
Data Seri 1
Rata-rata nilai
Data Seri 2
Data Seri3
Data Seri 4
kebisingan
68,1
68,51667
69,03333
68,7
66,96667
66,13333
65,63333
65,7
Kelompok 1
Rata-rata nilai
kebisingan
Kelompok 2
Kecepatan
Angin
Dari hasil pengamatan yang telah didapat, kecepatan angin pada keempat
data seri adalah nol. Kesalahan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang salah
satunya adalah kerusakan alat. Alat pengukur kecepatan angin disebut
anemometer. Baling-baling pada anemometer yang akan bergerak berputar apabila
ada angin, namun tidak menunjukkan angka. Meskipun baling-baling tersebut
berputar, hasil yang didapat adalah nol.
Salah satu faktor yang paling mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya
20
21
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya untuk kelompok 1
pukul 08.10 WIB hingga 09.10 WIB adalah 74,5 dB dan nilai kebisingan di
jalan raya depan SMPN 45 Surabaya untuk kelompok 2 pukul 09.30 WIB
hingga 10.30 WIB adalah 78,5 dB
2. Faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya yaitu kelembaban udara, arah angin, kecepatan angin, dan waktu.
3. Upaya mengatasi tingkat kebisingan dan meningkatkan kenyamanan di
kawasan pendidikan yaitu dengan menanam pohon di sekitar kawasan
pendidikan, memperbaiki kondisi jalan raya, dan membangun pagar.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku
Tingkat Kebisingan No: Kep-48/MENLH/11/1996.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sahrul, M. N. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat
Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Salter, R. J. 1976. Highway Traffic Annalysis and Design. London: University of
Bradford Macmilan Press.
Sastrowinoto dan Suyatno. 1985. Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara
dan Bising Dari Sarana Transportasi. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Syamsu, N.M. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Bengkulu: Universitas
Bengkulu Press.
Umar, M. R. 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan TNI
Kelompok 1
TNI = 4 (SPL10 SPL90) + SPL90 30
= 4 (68,5 56,5 ) + 56,5 30
= 74,5 dB
Kelompok 2
TNI = 4 (SPL10 SPL90) + SPL90 30
= 4 (72,5 60,5) + 60,5 - 30
= 78,5 dB
Lampiran 2. Prosedur Kerja
No. Prosedur
1.
Pengukuran kelembapan
Gambar
3.
25