Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan suatu pergerakan/perpindahan baik orang maupun
barang dari suatu tempat asal ke suatu tujuan. Pada level tertentu, suara yang
ditimbulkan oleh perpindahan atau pergerakan tersebut sudah merupakan suatu
gangguan atau polusi yang disebut kebisingan. Peningkatan pendapatan per kapita
serta peningkatan perekonomian daerah menyebabkan kebutuhan akan sarana
transportasi semakin meningkat. Akibatnya, semakin hari jumlah arus lalu lintas
dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal
ini berdampak pada polusi udara (kebisingan) terhadap lingkungan di sekitarnya,
salah satunya adalah wilayah pendidikan.
Kebisingan merupakan bunyi yang dapat mengganggu pendengaran
manusia. Definisi kebisingan adalah sumber bunyi yang bertambah secara teratur
di lingkungan sekitar, dan ketika bunyi menjadi tidak diinginkan, oleh karena itu
seberapa kecil suara yang ditimbulkan, apabila suara tersebut tidak diinginkan
maka akan disebut kebisingan (Salter, 1976).
Dalam dunia pendidikan, selain faktor internal juga terdapat faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Salah satunya adalah
kondisi di lingkungan sekitar wilayah pendidikan. Kebisingan merupakan salah
satu hal yang dapat mengganggu proses belajar mengajar, dan pada tingkat
intensitas tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya kegiatan pengukuran untuk mengetahui tingkat kebisingan di sekitar
wilayah pendidikan tersebut. Hal ini dikarenakan, wilayah pendidikan
membutuhkan suasana yang tenang dan jauh dari kebisingan, termasuk kebisingan
lalu lintas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya?
2. Apa faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya?

3. Bagaimana upaya mengatasi tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45


Surabaya?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan
SMPN 45 Surabaya.
3. Mengetahui upaya mengatasi tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau
kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, dan gas.
Suara secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang
diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude dalam desibel. Batas frekuensi bunyi yang
dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responnya. Suara di atas 20
kHz disebut ultrasonic dan di bawah 20 Hz disebut infrasonic (Sahrul, 1997).
2.2 Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang
berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembaban merupakan
jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air
dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara (misalnya gram
per kilogram udara). Jumlah uap air yang tersimpan di udara (pada kejenuhan)
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah
persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah
temperatur dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor
ekologis yang mempengaruhi aktivitas organisme seperti penyebaran, keragaman
harian, keragaman vertikal dan horizontal (Umar, 2013).
2.3 Kecepatan Angin
Menurut ilmu klimatologi, angin diamati dalam kecepatan dan arahnya.
Kecepatan angin adalah jarak tempuh massa udara yang bergerak dalam waktu
tertentu dan satuannya adalah jarak per waktu seperti meter (m) per detik,
kilometer (km) per jam, sedangkan arah angin merupakan arah datangnya angin
(Syamsu, 2008).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu
udara pada suatu daerah atau wilayah. Daerah yang menerima energi panas
3

matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan
udara yang cenderung lebih rendah, sehingga akan terjadi perbedaan suhu dan
tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas yang mengakibatkan
terjadinya aliran udara pada daerah tersebut (Lakitan, 2002).
2.4 Kebisingan
Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan menyebutkan bahwa
kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi,
yaitu frekuensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran
yang sampai di telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besarnya
arus energi yang diterima oleh telinga manusia. Perbedaan frekuensi dan intensitas
bunyi menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik
yang berbeda (Mulia, 2005).
2.4.1 Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu

pendengaran

baik

dari

sumber

bergerak

maupun

tidak

bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,


perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 macam, yaitu (Sahrul, 1997):
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan

dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
2.4.2 Penyebab Kebisingan
Beberapa faktor penyebab kebisingan, yaitu (Sastrowinoto dan Suyatno,
1985):
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik)
dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz.
Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi di atas 20.000
Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi
250 4.000 Hz.
2. Intensitas suara
Intensitas

didefinisikan

sebagai

energi

suara

rata-rata

yang

ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media.


3. Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber
suara pada arah tertentu.
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara
per satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara
untuk satu siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo
dengan satuan periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara
yang dapat didengar dengan baik oleh manusia.
8. Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia.
9. Pure tone

Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri dari satu jenis amplitudo
dan satu jenis frekuensi.
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo
tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz.
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per
satuan waktu.
12. Tekanan suara
Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan.
2.5 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Baku mutu tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Baku mutu tingkat kebisingan dirumuskan berdasarkan keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. KEP-48/MNLH/11/1996. Berikut baku mutu tingkat
kebisingan:
Tabel 2.5.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Kawasan / Lingkungan Kegiatan

Tingkat Kebisingan dB (A)

a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman

55

2. Perdagangan dan Jasa

70

3. Perkantoran dan Perdagangan

65

4. Ruang Terbuka Hijau

50

5. Industri

70

6. Pemerintahan dan Fasilitas

60

Umum
7.
Rekreasi

70

8. Khusus:
- Bandara udara *)

70

- Stasiun kereta api *)

60

- Pelabuhan laut
- Cagar budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya

55

2. Sekolah atau sejenisnya

55

3. Tempat Ibadah atau sejenisnya

55

Baku mutu kebisingan di lingkungan pendidikan adalah sebesar 55 dB.


Baku mutu kebisingan di lingkungan pendidikan digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan dalam kegiatan belajar dan mengajar.

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di depan SMPN 45 Jalan Mulyorejo No. 184
Surabaya, 7o16LU-112o43BT.

Gambar 3.1 Lokasi Pelaksanaan Praktikum


3.1.2 Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 26 September 2014, pukul
08.10-10.30 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu Sound Level Meter (SLM),
sling psychrometer, anemometer, dan stopwatch.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu akuades
3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini, yaitu alat-alat dipersiapkan terlebih

dahulu sebelum praktikum dimulai. Lokasi titik sampling ditentukan, yaitu tepat
pada jalur hijau arah selatan lampu merah SMPN 45 Surabaya. Tahap selanjutnya,
kelembaban udara diukur menggunakan sling psychrometer selama 2 menit,
kemudian kecepatan angin diukur oleh praktikan lain dengan menggunakan
anemometer selama 1 menit. Tingkat kebisingan jalan raya diukur dengan
menggunakan sound level meter (SLM). Pengukuran ini dibutuhkan 3 praktikan,
waktu diukur oleh praktikan pertama menggunakan stopwatch selanjutnya tingkat
kebsingan diukur oleh praktikan kedua dengan menggunakan sound level meter
(SLM), sedangkan hasil yang ditunjukkan dari sound level meter (SLM) dicatat
oleh praktikan ketiga. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan selang
waktu 10 detik dan istirahat selama 5 menit. Jadi dalam sepuluh menit dapat
diperoleh 60 buah data. Selama 1 jam pengukuran akan memperoleh data
sebanyak 60 dikali 4 kali percobaan.
3.3.1 Pengukuran Kelembaban
Sling Psychrometer

Kelembaban

-Dibasahi air
-Diputar di atas kepala 2 menit

-Skala pada termometer basah dan


kering disejajarkan
3.3.2 Pengukuran Kecepatan Angin
Anemometer
-Dipegang di atas kepala
-Amati skala yang ditunjuk

Kecepatan Angin

3.3.3 Pengukuran Kebisingan


Sound Level Meter
(SLM)

-Tekan tombol on

Kebisingan

-Diarahkan pada sumber suara


-Dibaca skala yang ditunjuk

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Kebisingan di Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya
Pada praktikum kali ini praktikan dapat mengetahui tingkat kebisingan di
jalan raya depan SMPN 45 Surabaya. Tingkat tekanan bunyi yang berhubungan
dengan tingkat kebisingan diukur dengan Sound Level Meter (SLM). Pengukuran
dilakukan selama 10 menit dengan selang waktu 10 detik dan diulangi selama 4
seri. Selama pengukuran, praktikan tidak diperbolehkan berbicara, karena
dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil pengukuran SLM.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil pengukuran tingkat
tekanan bunyi yang diukur oleh kelompok 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1.1 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
1 Kelompok 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

p (dB)
72
62
68
72
62
66
66
64
68
70
72
64
74
70
70
68
72
74
74
78

No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

p (dB)
74
72
70
64
74
68
60
68
60
64
66
64
72
72
74
66
68
64
70
64

No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

p (dB)
72
72
68
64
54
72
54
76
70
72
60
66
70
72
72
68
64
64
68
68

Tabel 4.1.2 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
2 Kelompok 1
No.

p (dB) No.

p (dB) No.

p (dB)

11

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

68
70
70
72
68
68
66
68
60
72
64
58
74
64
65
70
68
76
70
62

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

74
68
72
54
70
72
72
60
68
76
58
68
68
64
68
70
76
78
74
72

41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

72
74
62
74
60
68
71
62
62
68
67
70
66
70
74
72
64
72
74
74

Tabel 4.1.3 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
3 Kelompok 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

t
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30

p (dB)
72
70
60
68
66
66
70
74
62
70
74
74
68
74
66

No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50

p (dB)
72
64
68
70
80
68
72
70
70
74
64
70
70
64
60

No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10

p (dB)
66
74
60
72
72
72
64
66
74
70
72
64
66
64
70

12

16
17
18
19
20

2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

58
70
70
72
68

36
37
38
39
40

6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

72
74
74
66
74

56
57
58
59
60

9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

72
68
72
70
66

Tabel 4.1.4 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
4 Kelompok 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

t
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

p (dB)
72
70
62
68
62
78
68
70
70
77
67
72
68
68
68
68
72
76
72
64

No.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

p (dB)
66
64
68
70
70
72
72
78
74
62
64
70
76
74
74
76
66
72
70
70

No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

p (dB)
66
72
76
70
58
58
62
74
72
66
70
64
62
56
70
66
66
64
62
68

Hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi yang diukur oleh kelompok 2


dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1.6 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
1 Kelompok 2
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20

P(dB)
64
68
60
66
68
66
68
68

No.
21
22
23
24
25
26
27
28

T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40

P(dB)
68
62
68
62
62
64
72
70

No.
41
42
43
44
45
46
47
48

T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00

P(dB)
70
66
62
66
72
64
60
68
13

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

68
62
70
70
62
70
64
68
66
68
64
64

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

66
70
72
70
64
70
66
72
64
68
70
64

49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

64
76
64
70
70
72
72
68
60
68
70
68

Tabel 4.1.7 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
2 Kelompok 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

p(dB)
70
64
70
72
76
66
62
72
66
62
60
68
66
62
68
62
68
70
70
68

No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

T
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

p(dB)
66
66
68
68
68
68
66
64
72
72
64
62
68
58
62
54
58
70
66
64

No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

p(dB)
62
64
68
64
68
66
64
60
66
64
60
62
66
78
68
66
64
72
72
68

Tabel 4.1.8 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
3 Kelompok 2
No

P(dB)

No. t

P(dB)

No. T

P(dB)

.
1
2

0:10
0:20

64
68

21
22

70
64

41
42

70
68

3:30
3:40

6:50
7:00

14

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10
3:20

66
62
66
66
66
72
66
66
66
66
72
72
64
66
64
68
68
68

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30
6:40

70
70
70
64
72
70
70
62
60
62
70
58
62
70
68
66
64
60

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00

64
56
72
70
66
60
54
70
68
58
60
68
64
66
62
62
58
64

Tabel 4.1.9 Tingkat Kebisingan Jalan Raya Depan SMPN 45 Surabaya Data Seri
4 Kelompok 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

T
0:10
0:20
0:30
0:40
0:50
1:00
1:10
1:20
1:30
1:40
1:50
2:00
2:10
2:20
2:30
2:40
2:50
3:00
3:10

p(dB)
68
66
68
68
64
68
68
62
60
66
70
60
70
70
66
70
64
60
64

No
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

t
3:30
3:40
3:50
4:00
4:10
4:20
4:30
4:40
4:50
5:00
5:10
5:20
5:30
5:40
5:50
6:00
6:10
6:20
6:30

p(dB)
66
64
66
64
62
68
66
62
66
66
62
72
76
68
68
66
62
62
72

No
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59

T
6:50
7:00
7:10
7:20
7:30
7:40
7:50
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50

p(dB)
72
64
72
62
54
54
66
60
66
72
68
68
74
70
68
60
66
64
66
15

20

3:20

60

40

6:40

60

60

10:00

66

Berdasarkan nilai tingkat kebisingan yang telah diperoleh, dapat dibuat


rentang nilai tekanan bunyi dan dapat dihitung frekuensi serta persentase
komulatifnya. Persentase komulatif didapatkan dari nilai

X 100%.

Data frekuensi dan persentase komulatif dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 4.1.10 Rentang dan Frekuensi Kumulatif Kelompok 1


Rentan

Frekuensi

Tepi

Tepi

Fk L Fk U

% Kumulatif

g
53-56
57-60
61-64
65-68
69-72
73-76
77-80

4
14
39
59
82
36
6

Bawah (U)
52,5
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5

Atas (L)
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5
80,5

4
18
57
116
198
234
240

100
97,5
82,5
48,3
23,75
7,5
1,67

240
234
198
116
57
18
4

Tabel 4.1.11 Rentang dan Frekuensi Kumulatif Kelompok 2


Rentan
g
53-56
57-60
61-64
65-68
69-72
73-76
77-80

Frekuensi

Tepi Bawah Tepi

Fk L

Fk U

% Kumulatif

5
22
63
90
55
4
1

(U)
52,5
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5

5
27
90
180
235
239
240

240
239
235
180
90
27
5

100
99,58
97,91
75
37,5
11,25
2,08

Atas (L)
56,5
60,5
64,5
68,5
72,5
76,5
80,5

16

Gambar 4.1.1 Hubungan Antara % Kumulatif dan Tepi Bawah


Kelompok 1 dan 2
Terlihat bahwa semakin bertambahnya nilai tepi bawah, semakin turun
nilai persentase komulatifnya. Hal ini disebabkan oleh faktor rata-rata frekuensi
per data seri. Persentase komulatif terendah pada kelompok 1 adalah 1,67% dan
pada kelopok 2 adalah 2,08%. Persentase komulatif yang tertinggi adalah 100%.
Selanjutnya, persentase komulatif dan tepi bawah digunakan untuk membantu
menemukan tingkat tekanan bunyi dari seluruh data (TNI) atau Traffic Noise
Index.
Rumus dan perhitungan TNI dapat dilihat dilampiran satu. Pertitungan
TNI untuk kelompok 1, SPL10 didapat dari persentase terdekat dengan nilai 10,
yaitu pada persentase kumulatif 23,75%, didapatkan nilai SPL10 dan tepi
bawahnya, yaitu 68,5. Begitu pula dengan analisis SPL 90, didapat dari persentase
terdekat dengan nilai 90, yaitu pada persentase kumulatif 97,5%, didapatkan nilai
SPL90 dan tepi bawahnya, yaitu 56,5. Dari data yang telah diperoleh, didapatkan
nilai TNI di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya sebesar 74,5 dB.
Pertitungan TNI untuk kelompok 2, SPL10 didapat dari persentase terdekat
dengan nilai 10, yaitu pada persentase kumulatif 11,25%, didapatkan nilai SPL 10
dan tepi bawahnya, yaitu 72,5. Begitu pula dengan analisis SPL 90, didapat dari
persentase terdekat dengan nilai 90, yaitu pada persentase kumulatif 97,91%,
didapatkan nilai SPL90 dan tepi bawahnya, yaitu 60,5. Dari data yang telah
diperoleh, didapatkan nilai TNI di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya sebesar

17

78,5 dB.
Nilai TNI kelompok 1 dan 2 mendapatkan perbedaan hasil karena waktu
yang digunakan untuk mengambil tingkat kebisingan oleh kedua kelompok
berbeda. Untuk kelompok 1, tingkat kebisingan diperoleh pukul 08.10 WIB
hingga 09.10 WIB. Pada waktu ini, aktivitas yang terjadi hanyalah lalu lalang
kendaraan. Untuk kelompok 2, tingkat kebisingan diperoleh pukul 09.30 WIB
hingga 10.30 WIB. Pada waktu ini, aktivitas yang terjadi tidak hanya lalu lalang
kendaraan, tapi juga pulangnya siswa siswi SMP 45 Surabaya. Hal ini
menyebabkan tingkat kebisingan yang terjadi bertambah.
Nilai baku mutu kebisingan kawasan sekolah adalah 55 dB, sehingga
diketahui bahwa nilai TNI yang didapatkan melebihi nilai baku mutu. Tingkat
kebisingan yang melebihi nilai baku mutu di wilayah SMPN 45 Surabaya
tentunya akan memiliki dampak. Dampak utama adalah terganggunya aktivitas
belajar mengajar di sekolah, sehingga menyebabkan tidak maksimalnya pelajar
menyerap ilmu yang disampaikan oleh guru. Selain itu, tingkat kebisingan yang
terlalu mengganggu dapat memecah konsentrasi pelajar.
4.2 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebisingan di Jalan Raya Depan
SMPN 45 Surabaya
Tingkat kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya yang
didefinisikan sebagai nilai Traffic Noise Index (TNI) tidak memiliki nilai konstan
setiap saat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
nilainya. Faktor-faktor tersebut yaitu kelembaban udara, arah angin, kecepatan
angin, dan waktu.
Rata-rata tingkat tekanan bunyi dan nilai kelembaban udara dapat
dikorelasikan sebagai suatu fungsi yang berkebalikan, yaitu tingkat tekanan bunyi
akan tinggi apabila nilai kelembaban udaranya rendah. Pada udara yang lembab,
banyak partikel air (H2O) di udara. Partikel air tersebut dapat meredam gelombang
yang ada di udara, sehingga tingkat kebisingan berkurang. Artinya, semakin
lembab, semakin kecil tingkat kebisingan.
Tabel 4.2.1 Data Kelembaban Kelompok 1
Nilai
Data Seri 1
Rata-rata nilai 68,1

Data Seri 2
68,51667

Data Seri 3
69,03333

Data Seri 4
68,7
18

kebisingan
Kelembaban
Udara

61%
76%
59%
60%
Pada data seri 1 kelompok 1, nilai kebisingan 68,1 pada kelembaban 61%.

Hal ini berarti ketika kelembaban udara 61%, nilai kebisingan yang terjadi adalah
68,1 dB. Pada data seri 2 kelompok 1, nilai kebisingan 68,51667 pada kelembaban
76%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 76%, nilai kebisingan yang terjadi
adalah 68,51667 dB. Pada data seri 3 kelompok 1, nilai kebisingan 69,03333 pada
kelembaban 59%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 59%, nilai kebisingan
yang terjadi adalah 69,03333 dB.
Pada data seri 4 kelompok 1, nilai kebisingan 68,7 pada kelembaban 60%.
Hal ini berarti ketika kelembaban udara 60%, nilai kebisingan yang terjadi adalah
68,7 dB. Terlihat bahwa terjadi kesalahan pada hasil pengukuran, seharusnya nilai
kebisingan minimum 68,1, terjadi ketika kelembaban tertinggi yaitu 76%.
Tabel 4.2.2 Data Kelembaban Kelompok 2
Nilai
Data Seri 1
Rata-rata nilai

Data Seri 2

Data Seri 3

Data Seri 4

kebisingan
Kelembaban

66,13333

65,63333

65,7

Udara

66,96667

64%
67%
63%
60%
Pada data seri 1 kelompok 2, nilai kebisingan 66,96667 pada kelembaban

64%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 64%, nilai kebisingan yang terjadi
adalah 66,96667 dB. Pada data seri 2 kelompok 2, nilai kebisingan 66,13333 pada
kelembaban 67%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 67%, nilai kebisingan
yang terjadi adalah 66,13333 dB. Pada data seri 3 kelompok 2, nilai kebisingan
65,63333 pada kelembaban 63%. Hal ini berarti ketika kelembaban udara 63%,
nilai kebisingan yang terjadi adalah 65,63333 dB.
Pada data seri 4 kelompok 2, nilai kebisingan 65,7 pada kelembaban 60%.
Hal ini berarti ketika kelembaban udara 60%, nilai kebisingan yang terjadi adalah
65,7 dB. Terlihat bahwa terjadi kesalahan pada hasil pengukuran, seharusnya nilai
kebisingan minimum 65,63333, terjadi ketika kelembaban tertinggi yaitu 67%
Kesalahan yang terjadi pada kelompok 1 dan kelompok 2 ini disebabkan
oleh kesalahan tak tentu, yaitu gerak Brown molekul udara yang menyebabkan
Sling Pshychometer menjadi tidak akurat (tidak tepat). Gerak Brown molekul

19

udara ialah gerakan molekul-molekul udara yang senantiasa bergerak tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan molekul udara yang saling
bertumbukan ini akan meningkatkan nilai kelembaban udara. Hal ini tentu saja
membuat nilai kelembaban yang didapat dari Sling Pshychometer menjadi tidak
akurat. Selain itu kecepatan memutar Sling Pshychometer yang tidak konstan
menjadi salah satu faktor tentu yang menyebabkan tidak tepatnya nilai
kelembaban udara. Faktor kesalahan lainnya adalah kesalahan tentu, yaitu
ketidaktelitian praktikan saat mencatat tekanan bunyi saat waktunya bukan detik
ke 10 (Sumardjo, 2009).
Angin atau udara yang bergerak adalah media bunyi dalam perambatannya
di udara. Jadi arah angin mempengaruhi nilai kebisingan yang dihasilkan oleh
bunyi yang tidak diinginkan (mengganggu). Tidak hanya arah angin, kecepatan
angin juga mempengaruhi nilai kebisingan yang terjadi. Rata-rata tingkat tekanan
bunyi dan nilai kecepatan angin dapat dikorelasikan sebagai suatu fungsi yang
sebanding, yaitu tingkat tekanan bunyi akan tinggi apabila nilai kecepatan angin
tinggi. Angin atau udara yang bergerak akan membawa partikel-partikel bunyi,
sehingga apabila angin bergerak lebih cepat, maka tingkat kebisingan meningkat.
Tabel 4.2.3 Data Kecepatan Angin Kelompok 1 dan 2
Nilai
Data Seri 1
Rata-rata nilai

Data Seri 2

Data Seri3

Data Seri 4

kebisingan

68,1

68,51667

69,03333

68,7

66,96667

66,13333

65,63333

65,7

Kelompok 1
Rata-rata nilai
kebisingan
Kelompok 2
Kecepatan
Angin

Dari hasil pengamatan yang telah didapat, kecepatan angin pada keempat
data seri adalah nol. Kesalahan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang salah
satunya adalah kerusakan alat. Alat pengukur kecepatan angin disebut
anemometer. Baling-baling pada anemometer yang akan bergerak berputar apabila
ada angin, namun tidak menunjukkan angka. Meskipun baling-baling tersebut
berputar, hasil yang didapat adalah nol.
Salah satu faktor yang paling mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya
20

depan SMPN 45 Surabaya adalah waktu. Nilai TNI kelompok 1 dan 2


mendapatkan perbedaan hasil karena waktu yang digunakan untuk mengambil
tingkat kebisingan oleh kedua kelompok berbeda. Untuk kelompok 1, tingkat
kebisingan diperoleh pukul 08.10 WIB hingga 09.10 WIB. Pada waktu ini,
aktivitas yang terjadi hanyalah lalu lalang kendaraan. Untuk kelompok 2, tingkat
kebisingan diperoleh pukul 09.30 WIB hingga 10.30 WIB. Pada waktu ini,
aktivitas yang terjadi tidak hanya lalu lalang kendaraan, tapi juga pulangnya siswa
siswi SMP 45 Surabaya. Hal ini menyebabkan tingkat kebisingan yang terjadi
bertambah.
4.3 Upaya Mengatasi Tingkat Kebisingan di Jalan Raya Depan SMPN 45
Surabaya
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kebisingan di wilayah
SMP 45 Surabaya yaitu dengan menanam pohon disekitar lingkungan sekolah.
Hal ini dapat dilakukan karena pohon yang menjulang tinggi dapat memecah
suara pada kebisingan. Jenis tumbuhan yang efektif untuk meredam suaraialah
yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Dengan menanam
tanaman yang memiliki berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi, akan dapat
mengurangi kebisingan.
Selain dengan menanam pohon, upaya mengatasi tingkat kebisingan yaitu
dengan memperbaiki kondisi jalan raya atau bentuk topografi jalan. Kondisi jalan
raya yang tidak rata dapat menyebabkan kendaraan transportasi yang lewat
menggunakan daya lebih sehingga menimbulkan kebisingan yang lebih pula.
Tidak hanya itu, penataan jalan raya (tata ruang wilayah dan kota) yang tidak tepat
juga dapat menyebabkan kebisingan.

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

21

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45 Surabaya untuk kelompok 1
pukul 08.10 WIB hingga 09.10 WIB adalah 74,5 dB dan nilai kebisingan di
jalan raya depan SMPN 45 Surabaya untuk kelompok 2 pukul 09.30 WIB
hingga 10.30 WIB adalah 78,5 dB
2. Faktor yang mempengaruhi nilai kebisingan di jalan raya depan SMPN 45
Surabaya yaitu kelembaban udara, arah angin, kecepatan angin, dan waktu.
3. Upaya mengatasi tingkat kebisingan dan meningkatkan kenyamanan di
kawasan pendidikan yaitu dengan menanam pohon di sekitar kawasan
pendidikan, memperbaiki kondisi jalan raya, dan membangun pagar.

22

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

23

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku
Tingkat Kebisingan No: Kep-48/MENLH/11/1996.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sahrul, M. N. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat
Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Salter, R. J. 1976. Highway Traffic Annalysis and Design. London: University of
Bradford Macmilan Press.
Sastrowinoto dan Suyatno. 1985. Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara
dan Bising Dari Sarana Transportasi. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Syamsu, N.M. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Bengkulu: Universitas
Bengkulu Press.
Umar, M. R. 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

24

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan TNI
Kelompok 1
TNI = 4 (SPL10 SPL90) + SPL90 30
= 4 (68,5 56,5 ) + 56,5 30
= 74,5 dB
Kelompok 2
TNI = 4 (SPL10 SPL90) + SPL90 30
= 4 (72,5 60,5) + 60,5 - 30
= 78,5 dB
Lampiran 2. Prosedur Kerja
No. Prosedur
1.
Pengukuran kelembapan

Gambar

udara dengan Sling


Psychometer
2.

Pengukuran kecepatan angin


dengan anemometer

3.

Pengukuran tingkat tekanan


bunyi dengan Sound Level
Meter

25

Anda mungkin juga menyukai