Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM KEBISINGAN

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Dalam Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

OLEH

Nama : Nur Zihan Ariqa


NIM : 10011381924142
Kelompok : Kelompok 7 (IKM B)
Dosen : Dr. Suheryanto
Asisten : Rifani Arliana Utami

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendengaran merupakan salah satu dari sistem indera manusia, jika
mengalami gangguan pendengaran maka proses komunikasi akan sulit dilakukan.
Saat berinteraksi dengan orang yang mengalami gangguan pendengaran akan
menyebabkan perasaan frustasi, tidak sabar, marah atau rasa iba terhadap orang
tersebut (Dewanty, 2015). Kebisingan atau noise pollution adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat memengaruhi kesehatan manusia. Bising yang dihasilkan tidak terbatas di
lingkungan kerja saja seperti pabrik namun dapat timbul juga dari aktivitas
rekreasi seperti konser musik, tempat hiburandan juga jalan raya. Paparan bising
yang keras dan terus menerus dapat menyebabkan gangguan pendengaran
sensorineural dan umumnya terjadi pada kedua telinga (Nuraini, 2017).
Kebisingan dapat mengganggu pendengaran manusia, selain itu kebisingan juga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia. Kebisingan memiliki
berbagai tingkatan tertentu seperti kebisingan tingkat rendah, kebisingan tingkat
menengah, dan kebisingan tingkat tinggi.
Kebisingan umumnya didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan
dan mengganggu yang lebih tinggi dari tingkat normal suara yang nyaman untuk
telinga manusia dan memiliki efek negatif pada orang dan masyarakat. Tingkat
kebisingan dapat diukur, namun dampak dari kebisingan bersifat subjektif atau
berbeda pada tiap individu. Kebisingan yang sangat rendah, juga dapat menggagu
orang yang aktivitasnya membutuhkan ketenangan misalkan orang yang sedang
sakit, orang yang sedang beribadah dan orang yang sedang belajar (Nilandita,
Nurmaningsih and Auvaria, 2018). Secara umum, kebisingan dapat berdampak
pada gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan memicu stres.
Dalam kehidupan sehari-hari tingkat pendengaran normal manusia saat
melakukan pembicaraan merupakan keadaan nyaman yaitu sebesar 60 dB.
Normalnya, nilai ambang batas paparan kebisingan atau ambang sakit
pendengaran manusia sebesar 120 dB (Nuristian, Khany. Warsito. Ahmad,
Gurum. Supriyanto, 2015). Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan
adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalams atuan Desibel disingkat dB.
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan(KEPMENLH, 1996). Kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
(KEPNAKER KEP - 5l/tIEN/1999, 1999).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI BUNYI


Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau
kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium, medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara
murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi
yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau kenyaringan bunyi dengan
pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi,
yaitu getaran udara atau medium lain, sampai kegendang telinga manusia. Batas
frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz
sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva
responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz
disebut infrasonic (Prabu, 2008).
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara
sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini
menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium
udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini
dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu
sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan Kesehatan. Bising
merupakan suara atau bunyi yang mengganggu (Prabu, 2008).

2.2 DEFINISI KEBISINGAN


Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB) (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1405/Menkes/Sk/Xi/2002, 2002). Kebisingan juga dapat didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran (Prabu, 2008).
Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang
menggolongkan gangguan berupa gangguan auditory, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non auditory, seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, stres dan kelelahan.
(Prabu, 2008).
Kebisingan atau noise pollution adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat memengaruhi
kesehatan manusia (Nuraini, 2017). Kebisingan umumnya didefinisikan sebagai
suara yang tidak diinginkan dan mengganggu yang lebih tinggi dari tingkat
normal suara yang nyaman untuk telinga manusia dan memiliki efek negatif pada
orang dan masyarakat (Nilandita, Nurmaningsih and Auvaria, 2018).
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi
bunyi yang dinyatakan dalams atuan Desibel disingkat dB. Baku tingkat
kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KEPMENLH, 1996).

2.3 DEFINISI NILAI AMBANG BATAS


Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar
faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak
melebihi 8 jam sehari atalo 40 jam seminggu. Faktor fisika adalah faktor di dalam
tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam Keputusan ini terdiri dari iklim,
kebisingan, getarar atau gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Kebisingan adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi
dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (KEPNAKER KEP - 5l/tIEN/1999, 1999).
Pengukuran bising berdasarkan peraturan KepMenLH No.48/1996 tentang
kebisingan. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yang diperkenankan menurut
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 adalah 85 dB dengan waktu
maksimum 8 jam perhari. Apabila pemaparan bising secara terus menerus di
tempat kerja 85 dB maka akan menimbulkan berbagai keluhan kesehatan dan
gangguan pendengaran(Taufik, 2019).

2.4 JENIS-JENIS KEBISINGAN


Bising memiliki jenis yang berbeda-beda berdasarkan sifatnya, misalnya
bising berdasarkan sifat spetrum dan bunyi, bising berdasarkan pengaruhnya pada
manusia dan bising berdasarkan frekuensi. Menurut (Suma’mur, 2009)
Berdasarkan sifat spektrum dan bunyi, jenis-jenis kebisingan dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Bising Kontinyu Bising ini bersifat secara terus-menerus tanpa ada jeda dan
memiliki fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB. Bising kontinyu
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
- Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas.
bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5
detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
- Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000)
misalnya gergaji sirkuler, katup gas(Buchari, 2007).
b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narow
band noise). Jenis kebisingan seperti ini dapat dijumpai pada gergaji sirkuler,
katup gas dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitent). Kebisingan jenis ini dapat ditemukan
misalnya pada lalu-lintas darat, suara kapal terbang dan lain-lain.
d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise). Jenis kebisingan seperti ini
dapat ditemukan misalnya pada pukulan mesin kontruksi, tembakan senapan, atau
suara ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang. Jenis kebisingan ini dapat dijumpai misalnya
pada bagian penempaan besi di perusahaan besi.
Menurut (Carolina, 2016) kebisingan berdasarkan frekuensi, tingkat
tekanan bunyi terdiri dari:
a. Audible noise (bising pendengaran), adalah bising yang disebabkan oleh
frekuensi bunyi antara 31,5-800Hz
b. Occuptional noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan), adalah bising
yang disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja
c. Impuls noise (bising implusif) disebabkan oleh bunyi menyentak seperti
pukulan palu atau ledakan meriam.

2.5 BAKU TINGKAT KEBISINGAN

Gambar.1(KEPMENLH, 1996)

2.6 SOUND LEVEL METER

Sound level meter  adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit
ditelinga. Sound level meter biasanya digunakan di lingkungan kerja seperti,
industri penerbangan dan sebagainya. Sound level meter  saat ini memiliki
standarisasi international dengan standar EC 61672:2003. Ada beberapa faktor
yang menjadi pengaruh dalam pengukuran menggunakan sound level meter ini
hal tersebut membuat gelombang suara yang terukur bisa jadi tidak sama dengan
nilai intensitas gelombang suara sebenarnya. Sound level meter berfungsi untuk
mengukur kebisingan antara 30-130 dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara
20-20.000Hz (Anonim, 2021).

2.7 GANGGUAN KESEHATAN YANG DISEBABKAN OLEH


KEBISINGAN

Efek bising terhadap pendengaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
trauma akustik, perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung
sementara, dan perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung
permanen (Lintong, 2013). Sebagai berikut penjelasannya :

1. Trauma akustik. Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga


akibat adanya energi suara yang sangat besar. Cedera cochlea terjadi
akibat rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yang sangat besar
sehingga merusak sel-sel rambut .
2. Noise-induced temporary threshold shift. Pada keadaan ini terjadi
kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan-lahan akan
kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan.
Kenaikan ambang sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000
Hz, tetapi apabila pemaparan berlangsung lama maka kenaikan nilai
ambang sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya.
3. Noise-induced permanent threshold shift. Kenaikan terjadi setelah
seseorang cukup lama terpapar kebisingan terutama pada frekuensi 4000
Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen.
Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5
sampai 20 tahun terjadi pemaparan (Lintong, 2013).
4. Gangguan Tidur. Suara di atas 33 dB di malam hari dapat memicu reaksi
alami tubuh yang dapat menganggu kualitas tidur. Tidur yang tidak
nyenyak akan memengaruhi suasana hati, mengakibatkan keletihan,
hingga menurunkan daya ingat dan konsentrasi. Gangguan tidur akibat
paparan polusi suara yang terlalu sering ini bisa menimbulkan stres dan
mengurangi kualitas hidup.
5. Gangguan kognitif. Kebisingan berkepanjangan dapat memengaruhi
kemampuan kognitif (belajar dan berpikir), baik pada orang dewasa
maupun anak-anak. Orang yang sering mendengar suara bising di tempat
kerja lebih berisiko mengalami kesulitan dalam mengingat, berkonsentrasi,
hingga mengatur emosi.
6. Penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang
berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Gangguan kardiovaskular
yang timbul akibat polusi suara sebenarnya berhubungan dengan gangguan
tidur. Efek tersebut akan mulai terlihat jika setiap harinya Anda terpapar
kebisingan di atas 65 dB secara jangka panjang. Paparan terhadap
kebisingan tersebut akan mengaktifkan respons stres tubuh berupa
produksi hormon kortisol (hormon stres) yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah, kekentalan darah, dan detak jantung.
7. Gangguan mental. Polusi suara bisa meningkatkan risiko seseorang untuk
mengalami gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, stres, gelisah,
emosi yang labil, bahkan perilaku agresif akibat stres atau masalah
kejiwaan yang sebelumnya sudah dimiliki. Polusi suara juga memiliki
dampak yang berbahaya pada ibu hamil dan bayi baru lahir. Paparan suara
bising terhadap janin dalam kandungan dan bayi baru lahir dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan pendengaran (Adrian, 2019).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN

A. Alat

- Sound Level Meter (SLM)

- Stop Watch

B. Bahan

7.2 PROSEDUR KERJA

Lakukan pengecekan Jika alat sound level meter


Hidupkan sound level meter
pada sound level meter sudah menyala dan angka di
MULAI dengan menekan tombol on/off
apakah alat berfungsi
atau tombol power. monitor telah stabil, lakukan
dengan baik pengujian

Setelah mengubah ke desibel C.


Lakukan pengujian terhadap Dikarenakan pengujian
Tekan tombol fast/slow.
model dan SLM dapat dilakukan di dalam
Dikarenakan pengujian
diletakkan secara vertikal lingkungan kelas maka
dilakukan di dalam ruangan
dan horizontal tergantung tekan tombol A/C. Lalu
tekan tombol F/S dan ubah ke
sumber kebisingan pindahkan ke desibel A.
slow

Lakukan pengujian Lalu didapatkanlah hasil Setelah dilakukan


selama 1 menit secara kebisingan sebesar 73.6 pengujian tekan
terus-menerus dBA tombol off untuk
mematikan alat SLM

Keterangan :

 Tombol On/Off atau Power berfungsi sebagai untuk menghidupkan dan


mematikan alat sound level meter.
 Tombol Light berfungsi sebagai pencahayaan pada display alat sound level
meter.
 Tombol A/C berfungsi untuk mengubah desibel A ke desibel C. Desibel A
biasanya digunakan untuk kebisingan di, selain itu desibel A merupakan
kebisingan yang dapat diperoleh atau yang diterima oleh manusia.
Sedangkan, desibel C biasanya digunakan untuk kebisingan di lingkungan
lingkungan luar (seperti ruang kelas)
 Tombol Maximum dan Hold berfungsi untuk mengatur pengukuran agar
dapat diukur dan agar dapat dicatat saat melakukan pengukuran .
 Tombol High dan Low berfungsi untuk mengatur pengukuran suatu
kebisingan dengan tingkatan tinggi dan rendah. Untuk tombol high
tingkatan dari 60-100 dB. Sedangkan untuk tombol low 30-100 dB.
 Tombol fast dan slow untuk jenis kebisingan continue/berkelanjutan,
selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsif/ kontinyu
terputus-putus. Tombol slow berfungsi sebagai kebisingan yang
kontinyu/terus-menerus. Sedangkan tombol fast berfungsi sebagai
kebisingan yang besar seperti ledakan, tembakan.
 Sensor berfungsi untuk menangkap kebisingan disekitar lingkungan
pengujian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PRAKTIKUM

4.1.1. TEMPAT DAN WAKTU PENGUKURAN

A. Tempat Pengukuran : Ruang Laboratorium Kesehatan Lingkungan


B. Waktu Pengukuran : Selasa, 2 Februari 2021 Pukul 10.10 WIB.

4.1.2. TABEL HASIL PENGUKURAN

No Tempat Titik Intensitas Satuan Keterangan


. Pengukuran Pengukuran Kebisingan
1. Ruang Di dalam 73.6 dBA dBA Tidak
Laboratorium ruangan (Pengukuran melebihi
Kesehatan laboratorium untuk NAB
Lingkungan kesehtan kebisingan kebisingan
FKM lingkungan yang dapat
diperoleh
atau yang
diterima oleh
manusia
Tabel 1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

 Hidupkan sound level meter dengan menekan tombol on/off atau tombol
power.
 Lakukan pengecekan pada sound level meter apakah alat berfungsi dengan
baik.
 Jika alat sound level meter sudah menyala dan angka di monitor telah
stabil, lakukan pengujian.
 Jika alat sound level meter sudah menyala dan angka di monitor telah
stabil, lakukan pengujian.
 Dikarenakan pengujian dilakukan di dalam lingkungan kelas maka tekan
tombol A/C. Lalu pindahkan ke desibel A.
 Setelah mengubah ke desibel C. Tekan tombol fast/slow. Dikarenakan
pengujian dilakukan di dalam ruangan tekan tombol F/S dan ubah ke
slow.
 Lakukan pengujian terhadap model dan SLM dapat diletakkan secara
vertikal dan horizontal tergantung sumber kebisingan.
 Lakukan pengujian selama 1 menit secara terus-menerus.
 Lalu didapatkanlah hasil kebisingan sebesar 73.6 dBA.
 Setelah dilakukan pengujian tekan tombol off untuk mematikan alat SLM.

Gambar 2. Sound Level Meter

4.2 PEMBAHASAN

Dari hasil yang didapatkan dari dilakukan pengujian kebisingan di ruang


kelas yaitu sebesar 73.6 dBA. Selain itu untuk perbandingan kebisingan yang ada
di lingkungan sekolah menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup :
KEP-48/MENLH/11/1996 nilai baku tingkat kebisingan sebesar 55 dB.
Sedangkan, Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yang diperkenankan menurut
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 adalah 85 dB dengan waktu
maksimum 8 jam perhari. Apabila pemaparan bising secara terus menerus di
tempat kerja 85 dB maka akan menimbulkan berbagai keluhan kesehatan dan
gangguan pendengaran (Taufik, 2019).
Gambar 3 (KEPMENLH, 1996)

Gambar 4 (Permenakertrans, 2011)


BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil praktikum kebisingan di dalam ruangan kelas ini


didapatkan hasil sebesar 73.6 dBA. Selain itu dari diadakannya pelaksanaan ini
mahasiswa FKM UNSRI mampu memahami mengenai kebisingan, nilai ambang
batas, jenis-jenis kebisingan, gangguan-gangguan yang diakibatkan oleh
kebisingan serta mampu memahami mengenai KepMenLH No.48/1996
mwengenai nilai ambang batas kebisingan, KEPNAKER Nomor 5l Tahun 1999
mengenai standar tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atalo 40 jam
seminggu.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, K. (2019) Dampak Buruk Polusi Suara Terhadap Kesehatan - Alodokter.


Available at: https://www.alodokter.com/dampak-buruk-polusi-suara-
terhadap-kesehatan (Accessed: 20 April 2021).

Anonim (2021) Pengertian Dan Cara Kalibrasi Sound Level Meter. Available at:
http://www.alatuji.com/article/detail/577/pengertian-dan-cara-kalibrasi-
sound-level-meter#.YH39wuszbIU (Accessed: 20 April 2021).

Buchari (2007) ‘Jurnal Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program’,


Universitas Sumatera Utara.

Carolina, M. C. (2016) ‘Analisis Potensi Bahaya Kebisingan Di Area Produksi


Pt.Semen Bosowa Maros’, Analisis Potensi Bahaya Kebisingan Di Area
Produksi Pt.Semen Bosowa Maros, p. 4.

Dewanty, R. A. S. (2015) ‘Analisis dampak intensitas kebisingan terhadap


gangguan pendengaran petugas’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol.8,
No., pp. 229–237. Available at: https://www.e-
journal.unair.ac.id/JKL/article/viewFile/8016/4750.

KEPMENLH (1996) ‘BAKU TINGKAT KEBISINGAN’, (11).

KEPNAKER KEP - 5l/tIEN/1999 (1999) ‘NILAI AMBANG BATAS FAKTOR


FISIKA DI TEMPAT KERJA’.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR1405/MENKES/SK/XI/2002 (2002) ‘PERSYARATAN
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN
INDUSTRI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA’, pp. 1–
22.

Lintong, F. (2013) ‘Gangguan Pendengaran Akibat Bising’, Jurnal Biomedik


(Jbm), 1(2). doi: 10.35790/jbm.1.2.2009.815.

Nilandita, W., Nurmaningsih, D. R. and Auvaria, S. W. (2018) ‘AL-ARD :


JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN ANALISIS KEBISINGAN PADA
INSTITUSI PENDIDIKAN DI FRONTAGE ROAD SISI TIMUR
JALAN A . YANI SURABAYA’, JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN,
3(2), pp. 70–77.

Nuraini, S. (2017) ‘No Title’. Available at:


http://repository.unissula.ac.id/7629/5/BAB I.pdf.

Nuristian, Khany. Warsito. Ahmad, Gurum. Supriyanto, A. P. A. (2015) ‘Analisis


Tingkat Kebisingan SuaraDi Lingkungan Universitas Lampung’, JURNAL
Teori dan Aplikasi Fisika, 03(01), pp. 69–73.

Permenakertrans (2011) ‘Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Nomor Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Tahun 2011’, Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, p. 39.

Prabu, P. (2008) Bunyi dan Kebisingan | Kesehatan Lingkungan. Available at:


https://putraprabu.wordpress.com/2008/12/29/bunyi-dan-kebisingan/
(Accessed: 19 April 2021).

Suma’mur (2009) Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Sagung
Seto.

Taufik, M. I. (2019) ‘KAJIANTINGKAT KEBISINGAN TERHADAP


PEKERJA DI INDUSTRI’. doi: DOI 10.17605/OSF.IO/524KJ.

Anda mungkin juga menyukai