Pengukuran Kebisingan
Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Sound Level Meter. Sebelumnya, intensitas bunyi adalah jumlah energi bunyi yang menembus
tegak lurus bidang per detik. Metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja, yaitu:
1. Pengukuran dengan titik sampling Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga
melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga
dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan
sederhana, misalnya kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus
dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan
arah mikrofon alat pengukur yang digunakan Sound Level Meter
Pengendalian Kebisingan Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan
hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) adalah :
1. Eliminasi Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yan bersifat permanen dan
harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai
dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat
kerja yang kehadirannya 18 pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,
peraturan dan standart baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
2. Subtitusi Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahanbahan dan peralatan
yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang
lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias ditoleransi atau
dapat diterima.
3. Engenering Control Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur objek
kerja untuk menceganh seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian
pengaman pada mesin
4. Isolasi Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari
objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan menghalangi
paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima, contohnya : pemasangan
barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik pengendalian aktif (active noise control)
menggunakan prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar dalam media
penghantar dikonselasi dengan gelombang suara identik tetapi mempunyai perbedaan
fase 1800 pada gelombang kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan control.
19
5. Pengendalian Administratif Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan
suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi
bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerja dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian secara
administratif ini. Metode ini meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi
kerja untuk mengurangi kelelahan dan kejenuhan.
6. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian
yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara, ketika suatu sistem
pengendalian yang permanen belum dapat diimplementasikan. APD (Alat Pelindung
Diri) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko tempat kerja.
HEARING
Gangguan pendengaran akibat paparan bising atau noise induced hearing loss (NIHL) sering
dijumpai pada pekerja industri di negara maju maupun berkembang, terutama di industri yang
belum menerapkan sistem perlindungan pendengaran dengan baik. Bising di lingkungan kerja
dapat berdampak buruk terhadap pekerja dengan risiko gangguan pendengaran akibat bising
sebesar 30 persen.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gangguan pendengaran adalah salah
satu penyakit terkait pekerjaan ketiga yang paling umum terjadi di Amerika Serikat (AS) setelah
tekanan darah tinggi dan termasuk sendi (arthritis) .
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) memperkirakan bahwa 30 juta
pekerja di AS cukup tinggi sehingga mengakibatkan gangguan pendengaran yang sulit
disembuhkan. Sementara di seluruh dunia, 16 persen gangguan pendengaran pada orang dewasa
akibat kerja yang bising.
Bising dan Pengaruhnya Terhadap Pekerja
Beberapa ahli mendefinisikan bising sebagai bunyi yang tidak diinginkan, tidak disukai, dan
mengganggu. Sementara menurut Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 tentang, Kesehatan, dan
Lingkungan Kerja, ditemukan adalah semua suara yang tidak terkait yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pada pendengaran.
Di lingkungan kerja industri, berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi
atas:
Bising kontinu dengan spektrum luas dan menetap. Bising ini relatif tetap dalam batas
kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya, suara mesin, suara
kipas angin, dll.
Bising kontinu dengan spektrum sempit dan menetap. Bising ini juga relatif tetap, tetapi
ia hanya memiliki frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000
Hz). Misalnya, suara gergaji sirkuler, katup gas, dll.
Bising terputus-putus (intermitten noise) , yakni bising yang tidak berlangsung terus-
menerus, melainkan ada periode relatif berkurang/tenang. Misalnya, suara lalu lintas
jalan raya, suara pesawat terbang, dll.
Semua jenis bising tersebut berpengaruh terhadap pekerja, sehingga dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan secara umum, antara lain:
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) bisa bersifat sementara atau
permanen. Gangguan pendengaran ini bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara
bekerja terus-menerus di tempat bising maka pendengaran akan menghilang secara
menetap atau tuli.
Efek fisiologis. Paparan berdampak pada sistem kardiovaskular yang mengakibatkan
kadar zat katekolamin . Tingginya kadar katekolamin (termasuk adrenalin) menyebabkan
tekanan darah tinggi dan gejala lainnya, seperti stres.
Stres akibat kerja. Stres yang berhubungan dengan pekerjaan yang jarang terjadi karena
satu faktor dan biasanya muncul dari interaksi beberapa faktor risiko. Salah satu faktor
penyebabnya adalah di daerah kerja, bahkan dari tingkat terendah.
peningkatan risiko kecelakaan. Tingkat yang sangat tinggi membuat pekerja sulit untuk
mendengar dan berkomunikasi. Hal ini dapat meningkatkan potensi kecelakaan di area
kerja.
http://eprints.ums.ac.id/18503/2/BAB_II.pdf
https://www.safetysign.co.id/news/415/Minimalkan-Risiko-Kebisingan-Ini-7-Elemen-Program-
Konservasi-Pendengaran-yang-Harus-Anda-Ketahui