Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

TOPIK : PRINSIP ANTROPOMETRI DITEMPAT KERJA DAN DESAIN PERALATAN

1. Definisi
Antropometri berasal dari kata “antro”, yang berarti manusia dan “metri”, yang berarti
ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri adalah suatu metode yang
digunakan untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia (Menkes RI, 2020).
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh
yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan
dan aspek lain dari gerakan tubuh.

2. Sumber Variabilitas Ukuran-Ukuran Antropometri


Manusia pada umumnya memiliki bentuk dan dimensi tubuh yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya, sehingga semakin banyak jumlah manusia yang diukur maka
akan didapat variasi ukuran tubuh antara yang satu dengan yang lainnya (Purnomo, 2013).
Variabilitas dimensi tubuh manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
A. Usia
Sebuah rancangan akan nyaman digunakan jika sesuai dengan umur pengguna.
Rancangan peralataan untuk anak-anak akan berbeda dengan rancangan peralatan
untuk orang dewasa. Dengan demikian umur merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam perancangan fasilitas, dikarenakan variabilitas dimensi tubuh
manusia salah satunya dipengaruhi oleh umur. Akibat adanya faktor usia tersebut,
ukuran peralatan yang dibutuhkan antar manusia dengan perbedaan usia ini menjadi
berbeda.
B. Jenis Kelamin
Secara umum lelaki dewasa mempunyai dimensi tubuh yang lebih besar dibanding
perempuan untuk sebagian besar dimensi tubuh. Walaupun laki-laki secara umum
lebih besar daripada perempuan, namun beberapa dimensi, seperti ukuran pinggul dan
paha tidak ada perbedaan yang cukup besar antara laki-laki dan perempuan, tetapi
untuk ketebalan lipatan kulit (skinfold thickness) perempuan melampaui laki-laki.
C. Ras
Setiap suku bangsa memiliki karakteristik yang khas terkait dengan dimensi tubuh
mereka. Contohnya variasi dimensi tubuh antara orang Asia Tenggara dengan Eropa
dan Amerika jelas berbeda. Sebagian besar orang Asia Tenggara lebih pendek
dibandingkan dengan orang Eropa dan Amerika. Namun demikian ada sebagian kecil
orang Asia Tenggara yang lebih besar dibandingkan dengan orang Eropa dan
Amerika.
D. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan khususnya pekerjaan-pekerjaan yang bersifat fisik dapat melatih otot
pada bagian-bagian tubuh tertentu. Hal tersebut kemudian menyebabkan ukuran yang
berbeda pada bagian tubuh tertentu dengan ukuran tubuh manusia pada umunya.
Akibat perbedaan ini, maka terbentuklah variasi pada ukuran tubuh manusia.
E. Nutrisi
Perbedaan dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh tingkat sosial dan status
nutrisi. Tingkat sosial tinggi akan berdampak pada pemenuhan gizi yang cukup dan
baik. Dengan demikian orang yang tingkat sosialnya rendah dengan status nutrisi yang
rendah akan mempunyai dimensi tubuh lebih kecil dibandingkan dengan status nutrisi
yang baik.
F. Kondisi Lingkungan
Lingkungan daerah menentukan dimensi tubuh manusia, orang yang tinggal di daerah
pegunungan akan berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pesisir atau orang yang
tinggal di perkotaan. Orang yang tinggal di pedesaan cenderung lebih kurus
didandingkan dengan orang yang tinggal di kota
3. Pengukuran Antropometri dengan Kursi Antropometri
Untuk melakukan pengukuran dimensi tubuh dapat menggunakan berbagai macam
alat salah satunya yaitu Kursi Antropometri. Dengan kursi antropometri, dapat diperoleh
beberapa data pengukuran pada dimensi tubuh manusia. Secara garis besar, kursi antropometri
memiliki pedoman pengukuran (Soloabadi, 2018), antara lain :
A. Posisi Berdiri
 Tinggi Tubuh (TTB), mengukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung kepala
yang paling atas.
 Tinggi Mata Badan (TMB), mengukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata
bagian dalam (dekat pangkal hidung).
 Tinggi Bahu (TBH), mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang
menonjol pada bagian sisi samping bahu.
 Tinggi Siku (TSB), mengukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara
lengan atas dan lengan bawah (siku).
 Tinggi Ujung Jari (TUJ), mengukur dimensi ukuran antara lantai hingga ujung jari
dengan sikap tangan lurus tegak kebawah.
 Tinggi Tulang Ruas (TTR), perhitungan dengan subjek berdiri tegak dan dihitung
dari bagian samping antara telapak kaki hingga pangkal jari dengan tangan
bersikap lurus kebawah.
 Tinggi Pinggul (TPL), mengukur tinggi pinggul subjek dengan cara subjek berdiri
dan diukur dari telapak kaki hingga titik pinggul.
 Tinggi Genggam Tangan (TGT), mengukur tinggi jarak dari lantai hingga titik
terluar tangan saat posisi menggenggan. Dengan sikap tangan tegak lurus keatas.
 Tinggi Pergelangan Tangan (TPT), mengukur jarak dari lantai hingga titik
pergelangan tangan. Dengan sikap tangan lurus tegak kebawah.
 Tinggi Jangkauan Tangan (TJT), pengukuran dari lantai hingga ujung jari paling
luar. Dengan sikap berdiri dan tangan diangkat mengarah keatas setinggi-
tingginya.
 Tinggi Pinggang (TPG), mengukur antara lantai hingga pinggang bagian samping.
Dimana pinggang bertempat diantara perut dan dada bagian belakang.
 Lebar Pinggul Berdiri (LPB), perhitungan dimensi jarak dari pinggul sisi kanan
hingga sisi kiri.
 Panjang Siku ke Pergelangan Tangan (PST), mengukur sisi terluar siku subjek,
hingga batas pergelangan tangan.
B. Posisi Duduk
 Tinggi Popliteal Duduk (TPD), mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian
bawah paha.
 Lebar Kepala (LKP), mengukur lebar kepala dengan cara subjek memandang
kedepan dan dihitung kepala sisi kanan hingga sisi kiri.
 Lebar Bahu Atas (LBA), mengukur jarak horisontal antara kedua lengan atas dan
subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan.
 Lebar Bahu Duduk (LBD), pengukuran dengan subjek duduk tegak dan diukur
dari sisi terluar bahu samping kanan hingga samping kiri.
 Lebar Pinggul Duduk (LPD), cara menghitung yaitu dengan subjek duduk tegak
dan diukur horisontal dari bagian pinggul sisi kiri hingga sisi kanan.
 Panjang Genggam Tangan (PGT), menghitung jarak antara titik punggung yang
menempel dibelakang hingga titik kepalan tangan. Dengan posisi tangan
mengarah lurus kedepan.
 Panjang Rentangan Siku (PRS), pengukuran rentang sisi terluar kedua sisi siku.
Dengan cara subjek duduk dan merentangkan kedua siku secara horizontal kanan
dan kiri.
 Panjang Rentangan Tangan (PRT), cara pengukuran antara jarak horizontal dari
ujung jari tangan kiri hingga ujung jari kanan. Subjek merentangkan secara
horisontal kedua tangannya ke samping.
 Tinggi Genggam ke Atas Duduk (PGD), mengukur antara alas duduk subjek
hingga titik genggaman tangan. Dengan posisi tangan mengarah keatas.
 Tinggi Duduk Tegak (TDT), mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk
subjek hingga ujung atas kepala.
 Tinggi Mata Duduk (TMD), mengukur jarak vertikal dari alas duduk hingga ujung
mata bagian dalam.
 Tinggi Bahu Duduk (TBD), mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk
hingga ujung tulang bahu terluar.
 Tinggi Siku Duduk (TSD), mengukur jarak vertikal dari alas duduk hingga ujung
bawah siku. Dengan posisi lengan atas lurus kebawah dan tangan bawah ditekuk
mengarah kedepan.
 Panjang Bahu ke Siku (BKS), pengukuran panjang dari sisi terluar bahu hingga
batas siku subjek. Dengan posisi lengan atas lurus kebawah dan lengan bawah
ditekuk mengarah kedepan.
 Tebal Paha Duduk (TPD), mengukur jarak dari permukaan alas duduk subjek
hingga ke permukaan atas paha subjek.
 Panjang Lengan Bawah Duduk (PLB), mengukur jarak antara siku hingga ujung
jari terluar. Dengan posisi lengan atas lurus kebawah dan lengan bawah ditekuk
mengarah kedepan.
 Panjang Paha Duduk (PPD), digunakan untuk mengukur antara panggul hingga
batas lutut bagian dalam. Dengan posisi kaki subjek duduk mengarah kedepan.
C. Area Wajah
 Panjang Kepala (PKH), mengukur jarak antara kepala subjek sisi belakang terluar
hingga ukuran terluar bagian depan, biasanya ujung hidung.
 Tinggi Kepala (TKP), pengukuran jarak antara sisi terbawah dagu hingga batas
atas kepala subjek.
 Tinggi Dagu Mata (TDM), perhitungan antara dagu paling bawah hingga mata
bagian dalam.
 Lebar Mata ke Mata (LMM), pengukuran antara titik bagian tengah mata kiri
hingga titik tengah mata kanan.
4. Data Antropometri
Data antropometri diperlukan agar rancangan suatu produk dapat disesuaikan dengan
orang yang akan mengoperasikannya (Sokhibi, 2017). Ukuran tubuh yang diperlukan pada
hakikatnya, tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Pengukuran data
antropometri dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
A. Dimensi tubuh struktural (Antropometri statis)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak
sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “static
anthropometry”. Pengukuran dimensi tubuh statis lebih mudah dilakukan
dibandingkan dengan pengukuran dimensi dinamis. Pengukuran dimensi tubuh statis
mencakup pengukuran seluruh bagian tubuh dalam posisi standar dan diam baik dalam
posisi berdiri maupun posisi duduk. Penggunaan data dimensi tubuh statis antara lain
dalam proses perancangan peralatan, perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja
industri, perancangan tempat duduk, perancangan peralatan rumah tangga dan lain
sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil. Contoh: Lebar Bahu,
Telapak Tangan, Kepala, dan Kaki.
B. Dimensi tubuh fungsional (Antropometri dinamis)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan
gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.
Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.
5. Aplikasi Data Antropometri Untuk Desain Produk atau Fasilitas Kerja
Data antropometri untuk berbagai ukuran anggota tubuh baik yang diukur dalam posisi
tetap (structural body dimension) ataupun posisi bergerak dinamis, sesuai dengan fungsi yang
bisa dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional body dimension) dan dikelompokan
berdasarkan nilai persentil dari populasi tertentu akan sangat bermanfaat untuk menentukan
ukuran-ukuran yang harus diakomodasikan pada saat perancangan sebuah produk, fasilitas
kerja maupun stasiun kerja. Persoalan yang paling mendasar dalam mengaplikasikan data
antropometri dalam proses perancangan adalah bagaimana bisa menemukan dimensi ukuran
yang paling tepat untuk rancangan yang ingin dibuat agar bisa mengakomodasikan mayoritas
dan potensial populasi yang akan menggunakan atau mengoperasikan hasil rancangan tersebut
(Soetomo, 2015).
Ada dua dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar menentukan minimum dan maksimum
ukuran yang umum ingin ditetapkan, yaitu:
A. Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions), yaitu dimensi yang diperlukan untuk
menentukan minimum ruang (space) yang diperlukan orang untuk dengan leluasa
melaksanakan aktivitas dalam sebuah stasiun kerja baik pada saat mengoperasikan
maupun harus melakukan perawatan dari fasilitas kerja yang ada. Jarak ruangan
(clearance) dalam hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran rata-rata
tubuh dari populasi pemakai yang diharapkan. Sebagai contoh pada saat kita
merancang ukuran panjang dan lebar pintu rumah, maka disini dimensi ukuran
panjang dan lebar pintu rumah akan ditentukan berdasarkan data antropometri.
B. Dimensi jarak jangkauan (reach dimension), yaitu dimensi yang diperlukan untuk
menentukan maksimum ukuran yang harus ditetapkan agar mayoritas populasi akan
mampu menjangkau dan mengoperasikan peralatan kerja yaitu pegangan pintu secara
mudah dan tidak memerlukan usaha (effort) yang terlalu memaksa. Disini jarak
jangkauan akan ditetapkan berdasarkan ukuran rata-rata tubuh dari populasi pemakai
yang diharapkan,
Berdasarkan dua dimensi rancangan tersebut diatas dan untuk mengaplikasikan data
antropometri agar bisa menghasilkan rancangan produk, fasilitas maupun stasiun kerja yang
sesuai dengan ukuran tubuh dari populasi pemakai terbesarnya (fitting the task to the man);
maka ada tiga prinsip dasar perancangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan, yaitu:

A. Rancangan untuk ukuran rata-rata (design for average), yang banyak dijumpai dalam
perancangan produk atau fasilitas yang dipakai untuk umum (public facilities) seperti
pintu rumah dan fasilitas umum lainnya yang akan dipakai oleh orang banyak.
B. Rancangan untuk ukuran ekstrim (design for extreem), yang ditujukan untuk
mengakomodasikan mereka yang memiliki ukuran yang terkecil atau yang terbesar
(dipilih salah satu) dengan oritentasi mayoritas populasi akan bisa terakomodasi oleh
rancangan yang dibuat.
C. Rancangan untuk ukuran yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim ukuran yang lain
(design for range), yang diaplikasikan untuk memberikan fleksibilitas ukuran (karena
ukuran mampu diubah-ubah) sehingga mampu digunakan oleh mereka yang memiliki
ukuran tubuh terkecil maupun yang terbesar (biasanya akan memakai ukuran dari
range percentile 5th dan 95th).
DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 2 Tahun 2020 Tentang
Standar Antropomrtri Anak. 21(1), 1–9.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Ant
ropometri_Anak.pdf

Purnomo, H. (2013). Antropometri dan Aplikasinya. Graha Ilmu, 96.


file:///C:/Users/HP/Documents/ergonomi/229817-perancangan-kursi-ergonomis-untuk-
memper-60100b16.pdf

Soetomo, S. (2015). Prinsip-Prinsip Perancangan Berbasiskan Dimensi Tubuh ( Antropometri ).


Teknik Industri, 159(1), 1–10. https://adoc.tips/download/prinsip-prinsip-perancangan-
berbasiskan-dimensi-tubuh-antrop.html

Sokhibi, A. (2017). Perancangan Kursi Ergonomis Untuk Memperbaiki Posisi Kerja pada Proses
Packaging Jenang Kudus. Rekayasa Sistem Industri, 3(1), 61–72.
https://media.neliti.com/media/publications/229817-perancangan-kursi-ergonomis-untuk-
memper-60100b16.pdf

Soloabadi. (2018). Metode Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Menggunakan Kursi


Antropometri. https://soloabadi.com/metode-pengukuran-tubuh-menggunakan-kursi-
antropometri/

Anda mungkin juga menyukai