Anda di halaman 1dari 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi
Bendung tetap yang dimiliki oleh aliran sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL merupakan
bending bertipe bending tetap yang mengairi bangunan bagi saluran srengseng hulu. Bangunan
bagi srengseng hulu mengaliri tujuh Saluran Sekunder (SS) yaitu SS Srengseng Hilir, SS Pulo
Sirih, SS Balong Tua, SS Kali Butek, SS Gamprit, SS Karang Getak dan SS Kedung Ringin.
Permasalahan yang sering terjadi di salam pemberian air irigasi adalah kehilangan air irigasi
akibat peresapan air kedalam tanah di mana tanah dalam keadaan jenuh atau disebut perkolasi.
Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan debit untuk pemenuhan air irigasi akibat adanya
kehilangan air di saluran sekunder.
Penelitian dilakukan di Wilayah Operasional Sub. Seksi Irigasi Sukatani. Dimana lokasi
melewati 3 Desa yaitu Desa Suka Karya, Desa Suka Indah dan Desa Suka Mulya serta 2
Kecamatan yaitu Kecamatan Suka Karya dan Kecamatan Sukatani Adapun peta lokasi penelitian
terdapat pada Gambar X

Gambar X. Peta lokasi penelitian


Parameter Desain
Air dari saluran sekunder Srengseng Hilir berasal dari bendung tetap Cikarang Bekasi Laut.
Sepanjang saluran sekunder Srengseng Hilir dibagi menjadi 6 bagian, yakni P1 dengan panjang
saluran 1.91 m dan luas area pelayanan irigasi 105 Ha, P2 dengan panjang saluran 2.91 m dan
luas area pelayanan irigasi 106 Ha, P3 dengan panjang saluran 3.81 m dan luas area pelayanan
irigasi 137 Ha, P4 dengan panjang saluran 4.76 m dan luas area pelayanan irigasi 50 Ha, P5
dengan panjang saluran 5.59 m dan luas area pelayanan irigasi 71 Ha, P6 dengan panjang saluran
6.37 m dan luas area pelayanan irigasi 74 Ha. Berikut skema saluran sekunder Srengseng Hilir
pada Gambar X
Gambar X Skema saluran sekunder Srengseng Hilir
Parameter yang pertama dihitung adalah Kecepatan aliran (V) pada saluran sekunder.
Kecepatan aliran (V) diukur menggunakan current meter diatas jembatan sehingga dalam
pendataannya dilakukan pembagian section. Jumlah section yang digunakan yakni 4 section
untuk setiap kode saluran (P1, P2, P3, P4, P5, dan P6). Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan
aliran, ditemukan kecepatan rata-rata untuk P1 mencapai 22,9 cm/detik; P2 mencapai 20,9
cm/detik; P3 mencapai 17,5 cm/detik; P4 mencapai 24 cm/detik; P5 mencapai 19,9 cm/detik; P6
mencapai 20,7 cm/detik. Selain itu, hasil pengukuran lapangan juga didapatkan besar dimensi
saluran tiap kode saluran seperti pada Tabel X dan Gambar X untuk skema luas penampang
berikut
Tabel X Luas penampang saluran
Luas
No Kode Saluran ba (m) bb (m) hs (m) hp (m) Penampang
A (m2)
1 P1 11,4 10,7 1,86 1,07 11,82
2 P2 9,5 9,5 1,86 0,78 7,41
3 P3 11,7 11,7 1,86 0,82 9,59
4 P4 6,25 6,25 1,93 0,12 0,75
5 P5 6,25 5,63 1,96 0,23 1,37
6 P6 6,18 5,51 1,98 0,34 1,99

Gambar X Skema luas penampang saluran


Suatu saluran dikatakan memiliki penampang terbaik ketika memiliki keliling basah (P) terkecil
atau ekuivalennya dengan luas (A) terkecil untuk tipe penampang yang bersangkutan.
Terpilihnya penampang saluran terbaik akan mengakibatkan penggalian yang dilakukan
minimum. Berdasarkan analisis penampang terbaik, akan dirancang saluran primer dengan
saluran trapesium. Bentuk saluran trapesium dipilih karena lahan yang digunakan untuk
merancang saluran cukup luas dan akan bernilai lebih ekonomis jika menggunakan trapesium.
Kemiringan dinding saluran pada penampang trapesium dapat disesuaikan dengan kemiringan
lereng tanah sehingga biaya konstruksi yang diperlukan tidak terlalu banyak (Fajrin et al. 2018)
Analisis Dimensi
Setelah parameter data kecepatan (V) dan luas penampang saluran sekunder Srengseng Hilir
(A) diketahui, kemudian dilakukan olah data untuk mendapatkan besar debit aktual (Qaktual).
Besar debit aktual pada P1 mencapai 2714 lt/detik; 1560 lt/detik; 175 lt/detik; 180 lt/detik; 274
lt/detik; 411 lt/detik. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui besar debit aliran air pada setiap
bagian saluran. Nilai kecukupan kebutuhan air irigasi sawah kemudian dibandingkan dengan
debit yang mengalir dari saluran sekunder. Nilai kebutuhan air pada tanaman padi diambil dari
kebutuhan maksimal yaitu saat tanaman padi berumur 2 bulan. Berikut data kecukupan suplai air
untuk tanaman padi berusia 2 bulan pada tiap saluran disajikan pada Tabel X dan X
Tabel X Kebutuhan air tiap petak sawah umur padi 2 bulan
Kode Kebutuhan Air saat Kebutuhan Air Tiap
No Luas Petak Realisasi
Petak Umur 2 Bulan Petak
(ltr/dtk/ha) (ha) (ha) (ltr/dtk) (m3/dtk)
1 S1 0,92 105 105 96,60 0,09669
2 S2 0,92 106 106 97,52 0,09752
3 S3 0,92 137 137 126,04 0,12604
4 S4 0,92 50 50 46,00 0,04600
5 S5 0,92 71 71 63,32 0,06532
6 S6 0,92 74 74 68,08 0,06808

Tabel X Kebutuhan air disaluran dan petak sawah


Luas Petak Qreq Tiap
No Kode Petak Kode Saluran Qaktual
(ha) Petak
1 S1 105 96,60 P1 2714
2 S2 106 97,52 P2 1560
3 S3 137 126,04 P3 175
4 S4 50 46,00 P4 180
5 S5 71 63,32 P5 274
6 S6 74 68,08 P6 411
Jumlah 543 499,56 5314
Berdasarkan hasil perbandingan debit kebutuhan air di tiap petak dengan debit aktual yang
mengalir dalam saluran, didapatkan pada setiap petak sawah telah tercukupi kebuthan suplai air
irigasi dari saluran sekunder Srengseng Hilir, oleh karenanya desain dimensi saluran sekunder
sudah sesuai untuk mencukupi kebutuhan debit pengaliran menuju petak persawahan. Pada
saluran berkode P1 dan P2 yang diperuntukkan mengaliri petak sawah berkode S1 dan S2
memiliki debit pengaliran pada saluran yang sangat berlebihan, hal ini terjadi karena manajemen
pengaliran oleh petani tidak berjalan dengan efisien karena para petani yang berlokasi pada petak
sawah S1 dan S2 membuka pintu air setinggi-tingginya sehingga pengaliran air tidak merata
untuk setiap petak. Dengan kebutuhan air yang dapat terpenuhi, kehilangan yang terjadi tidak
terlalu berdampak terhadap pemberian air meski nilai efisiensi tidak mencapai standar 80%.
Kehilangan air di saluran dan area pada penelitian yang dihitung secara aktual sebagai berikut.
Tabel X Data Kehilangan air Saluran (Debit Hasil Pengukuran)
Debit Masuk Debit Keluar Jarak x Kehilangan
No Ruas Saluran
(QM) (QX) (m) (lt/dtk)
1 Intake CBL – Pintu B.Sh 1 6032 5075 15500 1,48
2 Pintu B.Sh 1 – S4 (Pintu B.Sh 5 5075 4629 3947 0,46
3 S4 – Pintu B.Sh 9 4629 3727 2630 0,98

Arahan Konstruksi
Saluran Sekunder Srengseng Hilir mempunyai 34 bangunan yang berfungsi untuk mengaliri
petak sawah di wilayah kecamatan Sukatani, Sukakarya, Sukawangi,Cabangbungin dan Muara
Gembong. Saluran sekunder ini juga berpengaruh pada efisiensi irigasi terutama tingkat efisiensi
saluran. Saluran baru yang akan dibangun menggunakan tipe saluran irigasi ferrocement.
Menurut Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (2021) Saluran irigasi ferrocement
adalah tipe saluran irigasi yang dibuat dengan dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari
mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus
dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Gambar tampak dan potongan saluran
ferrocement dapat dilihat pada Gambar X berikut
Efisiensi Pengaliran
Tingkat efisiensi saluran ini bergantung pada besarnya kehilangan air yang disebabkan oleh
penguapan, perkolasi, kebocoran, dan sadap liar. Menurut standar perencanaan irigasi saluran
irigasi sekunder dikatakan sudah efisien apabila tingkat efisiensi pengairan diatas 80%(Bahri et
al. 2019). Besar nilai efisiensi dinyatakn dengan persen, perhitungan dilakukan dengan
mempresentasekan hasil perbandingan Asa dan Adb. Berikut data efisiensi pengaliran untuk
setiap kode saluran disajikan pada Tabel X.
Tabel X Efisiensi pengaliran
Efisiensi
No Kode Saluran Adb (lt/detik) Asa (lt/detik)
pengaliran (%)
1 S1 1840 105 5,7
2 S2 1735 106 6,1
3 S3 1629 137 8,4
4 S4 237 50 21,2
5 S5 1887 71 38
6 S6 116 74 63,8
Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa semua saluran sekunder Srengseng Hilir tidak ada
yang memenuhi standar efisiensi pengaliran sebesar 80%. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor
seperti Rembesan air, penyadapan air secara liar, banyaknya sampah dan rumput liar pada
saluran, endapan lumpur.
Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Dalam meningkatkan nilai efisiensi saluran, maka perlu dilakukan pembangunan dan
perbaikan saluran sekunder. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan biaya suatu
konstruksi berdasarkan gambar dalam persyaratan terlampir. Di dalam menentukan rencana
anggaran biaya dibutuhkan perhitungan volume galian dan timbunan, volume pekerjaan, upah
dan harga satuan pekerjaan, dan analisis harga satuan pekerjaan yang nantinya digunakan
sebagai acuan di dalam perhitungan rencana anggaran biaya (RAB). Berikut estimasi RAB yang
diambil dari biaya pembangunan lining ferrocement saluran sekunder cidukuh yang di
implementasikan kepada kondisi saluran sekunder Srengseng.
Tabel X Estimasi biaya pekerjaan lining ruas saluran sekunder Srengseng

Volume Harga Satuan Total


No Jenis Pekerjaan
Pekerjaan (m3) Pekerjaan (Rp) Harga (Rp)
1 Pekerjaan pembersihan 2.860,00 36.000 102.960.000
2 Pekerjaan galian tanah 2.948,26 127.896 376.814.868
3 Pekerjaan ferrocement 18.793,10 721.694 13.562.867.51
1
4 Pekerjaan plesteran 2.465,52 42.826 105.588.359
Total Biaya 14.148.230.738

SIMPULAN
Parameter yang pertama dihitung adalah kecepatan aliran (V) pada saluran sekunder.
Kecepatan aliran (V) diukur menggunakan current meter diatas jembatan sehingga dalam
pendataannya dilakukan pembagian section. Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan aliran,
ditemukan kecepatan rata-rata untuk P1 mencapai 22,9 cm/detik; P2 mencapai 20,9 cm/detik; P3
mencapai 17,5 cm/detik; P4 mencapai 24 cm/detik; P5 mencapai 19,9 cm/detik; P6 mencapai
20,7 cm/detik. Besar debit aktual pada P1 mencapai 2714 lt/detik; 1560 lt/detik; 175 lt/detik; 180
lt/detik; 274 lt/detik; 411 lt/detik. Semua saluran sekunder Srengseng Hilir tidak ada yang
memenuhi standar efisiensi pengaliran sebesar 80%. Hal ini disebabkan oleh banyak factor
seperti Rembesan air, penyadapan air secara liar, banyaknya sampah dan rumput liar pada
saluran, endapan lumpur.
Daftar Pustaka
Bahri FF, Yulius E, Setyowati A, Gunarti SS. 2019. Evaluasi pemberian irigasi Saluran Sekunder
Srengreng Hilir dari Bendung Tetap Cikarang Bekasi Laut. Jurnal Teoritis dan Terapan
Bidang Rekayasa Sipil. 7(1) : 19-36.
Fajrin M, Komar S, Handayani RHE. 2018. Desain saluran terbuka untuk lokasi penelitian
Underground Coal Gastification (UCG) di Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal
Pendidikan. 2(1):62–70.

Anda mungkin juga menyukai