Anda di halaman 1dari 9

ANALISA ANGKA KEHILANGAN DEBIT AIR PADA DAERAH IRIGASI

(D.I.) WARUNGKIARA
Harry Darmawan
Program Studi Teknik Sipil-Fakultas Sains dan Teknologi-Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Jl. R. Syamsudin S.H No. 50 Sukabumi
Email: harrydarmawan309@gmail.com

ABSTRAK

Kehilangan air ialah hilangnya sejumlah debit air disaat proses penyaluran air, hal tersebut membuat
angka penyaluran air lebih kecil dari pada angka kebutuhan air. Permasalahan tersebut juga terjadi pada
daerah irigasi (D.I.) Warungkiara Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi, hilangnya sejumlah
debit air dalam penyaluran air membuat jangkauan penyaluran air tidak sepenuhnya sampai di saluran
terakhir dan menjangkau petak sawah terjauh. Daerah irigasi (D.I.) Warungkiara memiliki panjang
saluran 6.6 km dengan luas layanan 507 hektar serta mendapatkan alokasi air dari Bendungan PLTA
Ubrug yaitu 1 – 1.3 m3/detik. Kehilangan debit air terjadi disepanjang saluran dengan kehilangan air
terbesar berlangsung di ruas ke 2 yaitu 0.291 m3/detik lalu kekurangan debit air terjadi di saluran
terakhir yaitu 0.146 m3/detik. Penyebab hilangnya debit air seperti banyaknya pengambilan air tanpa
izin, pembagian debit air berlebih, rembesan/ kebocoran dan menumpuknya sedimen di saluran.
Adapun rekomendasi penanganan kehilangan air seperti melakukan penyuluhan, himbauan dan
penertiban sesuai undang-undang, mengajukan penggantian pintu skot balok, melakukan pembersihan
maupun menutup lubang kebocoran saluran, melakukan pengangkatan lumpur secara rutin, menambah
jumlah personil petugas dan mengajukan rehab serta peningkatan di lining saluran.

Kata kunci: penyaluran air, kehilangan air, saluran, (D.I.)

ABSTRACT

Water loss is the loss of a number of water discharges during the water distribution process, this makes
the water distribution rate smaller than the water demand rate. This problem also occurs in the
irrigation area (DI) of Warungkiara, Warungkiara District, Sukabumi Regency, the loss of a number
of water discharges in water distribution makes the water distribution reach not fully reach the last
channel and reach the farthest rice field. The irrigation area (DI) of Warungkiara has a channel length
of 6.6 km with a service area of 507 hectares and gets water allocation from the Ubrug Hydroelectric
Dam, which is 1 – 1.3 m /second. Loss of water flow occurs along the channel with the largest water
3

loss taking place in the segment into two, namely 0.291 m / sec ago shortage of water discharge
3

occurred in the last line is 0146 m / sec. The causes of the loss of water discharge include the large
3

number of water withdrawals without permission, distribution of excess water discharge,


seepage/leakage and accumulation of sediment in the channel. The recommendations for handling
water loss include conducting counseling, appeals and controlling according to the law, proposing
replacement of scot beam doors, cleaning and closing channel leaks, carrying out routine mud removal,
increasing the number of officers and applying for rehabilitation and improvement in channel linings.

Keywords: water distribution, water loss, channel, (DI)

1
PENDAHULUAN penyaluran debit air pada daerah irigasi
Sukabumi ialah salah satu kabupaten (D.I.) Warungkiara, membuat penulis
di Jawa Barat yang wilayahnya berpotensi berkeinginan melakukan penelian tentang
dalam bidang pertanian. Kepala Dinas besarnya angka kehilangan debit air yang
Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi terjadi pada setiap ruas saluran di daerah
Sudrajat dalam Radar Sukabumi, irigasi (D.I.) Warungkiara. Hal ini
menyebutkan luas tanam pada bulan Mei bertujuan mengetahui besarnya angka
2020 melampaui target, terbukti dari data kehilangan debit air yang terjadi pada setiap
yang tercatat, selama bulan Mei ruas saluran di daerah irigasi (D.I.)
menargetkan luas tanam 11.724 hektar dan Warungkiara.
realisasinya mencapai 21.902 hektar (Radar Dengan dilakukannya penelitian
Sukabumi, 2020). Memaksimalkan sistem tersebut diharapkan kedepannya dapat
pengaturan penyaluran air merupakan dijadikan bahan reperensi untuk dinas
langkah yang tepat untuk meningkatkan PSDA Kabupaten Sukabumi dalam
hasil pertanian disetiap tahunnya. Dalam meminimalisir angka kehilangan debit air
hal ini, sistem irigasi berperan penting guna menjaga ketersediaan debit air pada
selama menjaga ketersediaan air agar tetap daerah irigasi (D.I.) Warungkiara.
stabil pada musim penghujan dan musim Penelitian ini dilakukan hanya untuk
kemarau. Daerah irigasi (D.I.) Warungkiara menjawab besarnya penyaluran alokasi
adalah saluran irigasi yang dimanfaatkan debit air di daerah irigasi (D.I.)
hanya untuk kebutuhan pertanian, dengan Warungkiara, kehilangan debit air pada
luas layanan 507 hektar serta panjang setiap ruas saluran dan tidak menghitung
saluran air 6.6 km. Penyaluran air daerah nilai evaporasi, perkolasi serta laju
irigasi (D.I.) Warungkiara didapatkan dari sedimentasi layang disaluran.
bendungan PLTA Ubrug Kecamatan
Warungkiara dengan alokasi air 1-1.3 KAJIAN PUSTAKA
m3/detik, data alokasi penyaluran air Menghitung Luas Penampang Basah di
tersebut dimuat dalam data O (operasi) Saluran
Dinas PSDA Kabupaten Sukabumi. Namun Dalam mengolah data pengukuran
nyatanya alokasi air sebesar itu tidak dapat luas penampang digunakan rumus
sepenuhnya mengairi saluran terakhir. menghitung luas trapesium dan persegi,
Kehilangan debit air adalah nilai mengingat bentuk saluran daerah irigasi
penyaluran debit air lebih kecil dari pada (D.I.) Warungkiara. Menurut (Efendi et al.
nilai debit air yang dibutuhkan. 2014) menuturkan debit aliran saluran
Pengambilan air tanpa izin, penyaluran air irigasi terbuka dapat ditentukan dengan
berlebih, evaporasi, kebocoran/ rembesan menghitung kecepatan aliran dan luas
dan sedimentasi pada saluran irigasi bisa penampang basah saluran tersebut. Berikut
menjadi faktor penyebab besarnya angka persamaan untuk menghitung luas
kehilangan debit air. Terjadinya kehilangan penampang berbentuk trapesium dan
debit air pada D.I. Warungkiara terhitung persegi panjang:
sejak 5 tahun terakhir, menurut petugas Trapesium:
serta termuat dalam data O (operasi). 𝑏1 +𝑏2
A =hx (1)
2
Mengingat belum pernah adanya
Persegi Panjang:
penelitian tentang analisa permasalahan

2
A = b2 x h (2) Mengitung Nilai Kehilangan Debit
Dengan; (A) luas penampang basah (m2), Saluran
(h) kedalaman (m), (b1) lebar permukaan air Berdasarkan (Efendi et al. 2014) inflow –
(m) dan (b2) Lebar dasar saluran (m). outflow merupakan metode yang dilakukan
Menghitung Kecepatan Aliran untuk mengukur hilangnya air di saluran
Berdasarkan (SNI 8066, 2015) sekunder. Persamaan menghitung nilai
pengukuran kecepatan aliran dilakukan hilangnya debit air yaitu;
pada setiap jalur vertikal dengan metode 1 Q kehilangan = Q pangkal – Q ujung (7)
titik, 2 titik dan 3 titik tergantung dengan dengan ; (Qkehilangan) debit penyaluran yang
kedalaman air dan ketelitian yang hilang (m3/det), (Qpangkal) debit yang diukur
diinginkan. Kecepatan rata-rata dihitung dititik awal saluran (m3/dtk) dan (Qujung)
dengan menggunakan rumus perhitungan yaitu debit yang diukur dititik akhir saluran
antara lain berdasarkan (SNI 8066, 2015) (m3/dtk).
yaitu:
a) Apabila menggunakan cara satu titik: METODE PENELITIAN
𝑉̅ = 𝑉0.6 (3) Lokasi Penelitian
b) Apabila menggunakan cara dua titik: Tempat penelitian dilakukan di D.I.
𝑉 +𝑉 Warungkiara. Kabupaten Sukabumi,
𝑉̅ = 0.2 0.8 (4)
2
Provinsi Jawa Barat. Alokasi debit air
c) Apabila menggunakan cara tiga titik:
𝑉 +𝑉 1 diberikan dari Bendungan PLTA Ubrug
𝑉̅ = [( 0.2 0.8 ) + 𝑉0.6 ] x (5) sebesar 1 - 1.3 m3/detik dengan panjang
2 2
Keterangan : saluran 6.6 km. dengan luas layanan 507
V adalah kecepatan aliran rata-rata hektar.
pada suatu vertikal. (m/s); V0.2 adalah Pengumpulan Data
kecepatan aliran pada titik 0.2 d. (m/s); V0.6 Data yang dikumpulkan penulis
adalah kecepatan aliran pada titik 0.6 d. yaitu:
(m/s); V0.8 adalah kecepatan aliran pada a. Data Primer
titik 0.8 d. (m/s). Data primer ialah data yang didapat
Debit Aliran dari lokasi penelitian berdasarkan hasil
Menurut Triatmodjo B (1996) dalam pengukuran pribadi, berupa luas
(Bunganaen, 2011) berpendapat debit aliran penampang basah saluran, kecepatan
(Q) merupakan penampang melintang yang aliran, debit saluran dan tinggi sedimen
dilintasi air berdasarkan satuan waktu, terendap di dalam air.
meter kubik per detik (m3/detik), liter per b. Data Sekunder
detik (l/det), liter per menit (l/menit) dan Data sekunder adalah data yang
lain sebagainya. Untuk persamaan debit didapat/ diberikan dari instansi tertentu
aliran ialah: seperti, skema jaringan, data kebutuhan
Q =A.V (6) debit air dan data alokasi debit air D.I.
Dengan; (Q) sebagai debit aliran yang Warungkiara.
diperhitungkan satuannya (m3/det), (A) Alat yang digunakan
merupakan luas penampang satuannya (m2) Alat yang digunakan untuk
dan (V) ialah kecepatan rata-rata aliran keberlangsungan penelitian yaitu current
(m/det). meter, roll meter dan rambu ukur.
Tahapan Penelitian

3
a. Observasi yang digunakan untuk menghitung nilai
Observasi dilakukan untuk mencari debit Persamaan (6) yaitu:
sumber informasi yang berdasarkan fakta Q =A.V
sebelum melakukan penelitian. Observasi Kemudian Persamaan (7) digunakan untuk
berupa wawancara menggali serapan menghitung nilai kehilangan debit air
informasi tentang daerah irigasi yang disaluran
sedang bermasalah dibawah kewenangan Q kehilangan = Q pangkal – Q ujung
Dinas PSDA Kabupaten Sukabumi.
Kemudian setelah informasi dan data-data HASIL dan PEMBAHASAN
yang didapat dirasa cukup dilakukan survei Evaluasi Data Alokasi dengan
lapangan ke beberapa daerah irigasi dengan Kebutuhan Debit Air
menyusuri saluran untuk melihat fakta yang Keberlangsungan penelitian sebelum
terjadi. Selanjutnya menentukan/ dilakukan pengukuran lapangan didasari
mempertimbangkan daerah irigasi yang dengan mengkaji data alokasi dengan data
perlu dijadikan lokasi penelitian. kebutuhan debit air D.I. Warungkiara. Hal
b. Mengukur dan menghitung Luas itu, dilakukan guna memastikan D.I.
Penampang Warungkiara terpenuhi atau tidak
Pengukuran dilakukan menggunakan kebutuhan sumber airnya berdasarkan data.
roll meter dan rambu ukur. Kemudian Data tersebut diperoleh dari Dinas PSDA
untuk perhitungan digunakan persamaan Kabupaten Sukabumi. Berikut Grafik
(1) dan (2) yaitu: perbandingan alokasi dengan kebutuhan
Trapesium debit air:
𝑏1 +𝑏2
A =hx 2
Persegi Panjang:
A = b2 x h
c. Mengukur dan menghitung Kecepatan
Aliran
Pengukuran dikerjakan menggunan
alat current meter. Lalu dalam menghitung
data kecepatan aliran digunkan persamaan
(3), (4) atau (5) sebagai berikut :
Apabila menggunakan cara satu titik, 𝑉̅ =
𝑉0.6; Apabila menggunakan cara dua titik,
𝑉 +𝑉 Gambar 1. Grafik alokasi dengan
𝑉̅ = 0.2 0.8 dan Apabila menggunakan kebutuhan debit air
2
𝑉 +𝑉 1
cara tiga titik, 𝑉̅ = [( 0.2 2 0.8) + 𝑉0.6 ] x 2.
Dari grafik diatas didapat kesimpulan awal
d. Menghitung nilai Debit dan Debit bahwa D.I. Warungkiara memiliki
hilang kecukupan pemenuhan sumber air, hanya
Setelah didapat nilai luas penampang saja pada bulan dan priode tertentu
basah dan kecepatan aliran pada setiap ruas kebutuhan jumlah airnya tidak sepenuhnya
saluran kemudian dilakukan perhitungan tercukupi. Namun pada pelaksanaan
dari data keduanya untuk didapatkan nilai pengaturan dan pemenuhan debit air di
debit masuk, keluar dan hilang. Perhitungan saluran, petugas juru air D.I. Warungkiara

4
mengungkapkan seringnya terjadi persamaan (1) maupun (2). Penampang
kekurangan air di dalam saluran terakhir saluran diukur menggunakan roll meter
untuk menjangkau petak sawah terjauh. serta rambu ukur, hal tersebut dilakukan
Besarnya kehilangan air bisa disebabkan pada setiap penampang di ruas saluran
oleh beberapa faktor seperti, usia saluran, bagian awal lalu bagian akhir.
pengambilan air tanpa izin, kebocoran/ Pengukuran dilakukan menggunakan
rembesan dan proses sedimentasi. Perlunya alat ukur meteran untuk mengukur lebar
mencatat ulang debit air yang masuk dan atau panjang sedangkan untuk mengukur
keluar disetiap ruas guna mengetahui kedalaman menggunakan tongkat ukur/
besarnya angka kehilangan debit air rambu ukur. Pengukuran luas penampang
disetiap ruas saluran D.I. Warungkiara. basah didampingi asisten Lab. Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Mengukur Luas Penampang Basah Pengukuran dilakukan pada bulan Agustus
Saluran 2021 di daerah irigasi Warungkiara. Dalam
Langkah pengambilan data dalam menghitung luas penampang basah
mencari nilai luas penampang basah yaitu digunakan pendekatan rumus (1) untuk
dengan mengukur lebar dan kedalaman bentuk trapesium lalu rumus (2) untuk
saluran, kemudian dilakukan perhitungan bentuk persegi panjang. Berikut tabel 1
dari hasil pengukuran menggunakan nilai luas penampang basah setelah di ukur.
Tabel 1. Nilai luas penampang basah terukur
Penampang Bagian Awal Penampang Bagian Akhir
Ruas Lebar Lebar
h (m) A (m2) h (m) A (m2)
b1 (m) b2 (m) b1 (m) b2 (m)
1 (WK 0 – WK 1) 3.30 2.00 1.30 3.45 3.10 2.00 1.30 3.32
2 (WK 1 – WK 2) - 4.23 0.82 3.47 4.33 0.80 3.46
3 (WK 2 – WK 3) 2.90 2.00 0.40 0.98 2.90 2.00 0.40 0.98
4 (WK 3 – WK 4) 2.25 1.00 0.60 0.98 2.25 1.20 0.55 0.95
5 (WK 4 – WK 5) 2.40 1.35 0.50 0.94 2.40 1.35 0.50 0.94
6 (WK 5 – WK 6) - 2.20 0.53 1.17 - 2.20 0.53 1.17
7 (WK 6 – WK 7) - 2.40 0.46 1.10 - 2.40 0.46 1.10
8 (WK 7 – WK 8) - 2.45 0.45 1.10 - 2.45 0.45 1.10
9 (WK 8 – WK 9) - 2.70 0.43 1.16 - 2.70 0.43 1.16
10 (WK 9 – WK 10) - 2.81 0.44 1.24 - 2.80 0.44 1.23
11 (WK 10 – WK 11) - 2.80 0.52 1.46 - 2.80 0.52 1.46
12 (WK 11 – WK 12) - 2.75 0.52 1.43 - 2.75 0.52 1.43
13 (WK 12 – WK 13) - 2.70 0.50 1.35 - 2.70 0.50 1.35
14 (WK 13 – WK 14) - 2.70 0.49 1.32 - 2.70 0.49 1.32
15 (WK 14 – WK 15) - 2.86 0.46 1.32 - 2.86 0.46 1.32
16 (WK 15 – WK 16) - 2.70 0.44 1.19 - 2.80 0.44 1.23
17 (WK 16 – WK 17) 2.70 2.30 0.48 1.20 2.70 2.30 0.48 1.20
18 (WK 17 – WK 18) 2.90 2.50 0.45 1.22 2.90 2.50 0.45 1.22
19 (WK 18 – WK 19) 2.75 2.20 0.50 1.24 2.74 2.18 0.50 1.23
20 (WK 19) 2.78 2.20 0.44 1.10 2.78 2.20 0.44 1.10
(Sumber: Hasil pengukuran, 2021)

5
Mengukur Kecepatan Aliran di Ruas Menghitung Besarnya Nilai Debit yang
Saluran Hilang
Mengukur kecepatan aliran pada ruas Kegiatan menghitung nilai debit dari
hasil pengukuran merupakan tahapan
saluran digunakan alat current meter.
terakhir dalam melakukan pencatatan nilai
Pengukuran menggunakan alat tersebut debit untuk mengetahui debit air yang
diharapkan agar mendapatkan hasil yang hilang. Dalam hal ini, untuk mencari nilai
akurat. Pengukuran dikerjakan oleh 3 debit yang hilang dihitung nilai selisih dari
orang, orang pertama yang bertugas data nilai debit air input (masuk), debit air
membaca monitor, orang kedua mencatat output (keluar) dan debit sadap di setiap
hasil pembacaan dari monitor dan orang ruas saluran. Berikut tabel 3 nilai debit
sebenarnya dan debit yang hilang pada
ketiga bertugas mendokumentasikan
setiap ruas saluran D.I. Warungkiara.
kegiatan. Selanjutnya ketika data Tabel 3. Nilai debit sebenarnya dan debit yang
pengukuran hendak selesai didapatkan hilang
dilakukan pengolahan data untuk Nilai Debit (m3/det)
mendapatkan nilai kecepatan aliran rata – Ruas
Input Output Sadap Hilang
rata. Berikut dapat dilihat pada tabel 2
1 (WK 0 – WK 1) 1.286 1.216 0.000 0.071
untuk nilai rata – rata kecepatan aliran.
2 (WK 1 – WK 2) 1.214 0.889 0.034 0.291
Tabel 2. Nilai rata-rata kecepatan aliran di
3 (WK 2 – WK 3) 0.889 0.866 0.013 0.010
ruas saluran
4 (WK 3 – WK 4) 0.871 0.857 0.013 0.001
Kecepatan Aliran Rata-
Ruas (V) rata 5 (WK 4 – WK 5) 0.853 0.841 0.007 0.005
a b c (m/det) 6 (WK 5 – WK 6) 0.836 0.805 0.001 0.021
1 (WK 0 – WK 1) 0.37 0.39 0.36 0.37 7 (WK 6 – WK 7) 0.813 0.795 0.013 0.006
2 (WK 1 – WK 2) 0.34 0.38 0.33 0.35 8 (WK 7 – WK 8) 0.794 0.775 0.006 0.012
3 (WK 2 – WK 3) 0.87 0.99 0.86 0.91 9 (WK 8 – WK 9) 0.774 0.751 0.013 0.010
4 (WK 3 – WK 4) 0.86 0.95 0.87 0.89 10 (WK 9 – WK 10) 0.750 0.731 0.002 0.018
5 (WK 4 – WK 5) 0.92 0.95 0.86 0.91 11 (WK 10 – WK 11) 0.723 0.709 0.001 0.013
6 (WK 5 – WK 6) 0.70 0.80 0.65 0.72 12 (WK 11 – WK 12) 0.705 0.667 0.014 0.025
7 (WK 6 – WK 7) 0.75 0.80 0.66 0.74 13 (WK 12 – WK 13) 0.648 0.630 0.004 0.014
8 (WK 7 – WK 8) 0.70 0.80 0.66 0.72 14 (WK 13 – WK 14) 0.626 0.609 0.009 0.008
9 (WK 8 – WK 9) 0.60 0.80 0.60 0.67 15 (WK 14 – WK 15) 0.605 0.531 0.010 0.065
10 (WK 9 – WK 10) 0.56 0.70 0.56 0.61 16 (WK 15 – WK 16) 0.531 0.505 0.010 0.016
11 (WK 10 – WK 11) 0.50 0.58 0.41 0.50 17 (WK 16 – WK 17) 0.492 0.456 0.005 0.031
12 (WK 11 – WK 12) 0.50 0.58 0.40 0.49 18 (WK 17 – WK 18) 0.454 0.433 0.011 0.009
13 (WK 12 – WK 13) 0.48 0.56 0.40 0.48 19 (WK 18 – WK 19) 0.429 0.365 0.029 0.035
14 (WK 13 – WK 14) 0.47 0.55 0.40 0.47 20 (WK 19) 0.362 0.131 0.376 -0.146
15 (WK 14 – WK 15) 0.46 0.50 0.42 0.46 (Sumber: Hasil pengukuran, 2021)
16 (WK 15 – WK 16) 0.44 0.50 0.40 0.45 Tabel 3 menunjukan jumlah air yang
17 (WK 16 – WK 17) 0.42 0.43 0.38 0.41 diterima D.I. Warungkiara ialah 1.286
18 (WK 17 – WK 18) 0.35 0.40 0.37 0.37 m3/detik atau 1286 l/detik, angka sebesar
19 (WK 18 – WK 19) 0.34 0.37 0.33 0.35 itu sesuai dengan data alokasi debit air yang
20 (WK 19) 0.33 0.36 0.30 0.33
diutarakan petugas serta termuat dalam data
(Sumber: Hasil pengukuran, 2021) O (operasi) yang mencapai 1 – 1.3 m3/detik.
Kemudian angka sebesar itu, seharusanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan air
sebesar 850 – 1250 l/detik pada data satuan

6
kebutuhan air D.I. Warungkiara. Hal Penyebab Kehilangan Debit Air
tersebut berbanding terbalik dengan fakta di Hilangnya debit air hampir terjadi
lapangan karena banyak terjadi hilangnya pada setiap ruas saluran, hal itu diketahui
air pada setiap saluran dengan kehilangan setelah dilakukan pengukuran dan
air terbesar terjadi pada ruas 2 (WK 1 – WK perhitungan. Kejadian itu, berakibat pada
2) sebesar 0.291 m3/detik dan kekurangan saluran terakhir dalam menerima alokasi
pada saluran terakhir yaitu 20 (WK 19) debit air tidak maksimal untuk mengairi
sebesar 0.146 m3/detik. Hilangnya debit air petak – petak sawah. Penyebab hilangnya
pada setiap saluran bukan karena hanya debit air yang dapat ditinjau ketika
disebabkan usia saluran melainkan dari melakukan pengukuran seperti banyaknya
faktor lain seperti kebiasaan masyarakat pengambilan air tanpa izin, pembagian
yang tinggal disekitar saluran yang banyak debit air yang diizinkan untuk lahan
melakukan pengambilan air tanpa izin, perkebunan belebih, rembesan/ kebocoran
rembesan/ kebocoran saluran baik oleh dan menumpuknya sedimen di saluran.
manusia maupun hewan air, terbatasnya Berikut permasalahan yang terjadi pada
petugas dan penumpukan sedimen. D.I. Warungkiara :
Pengalokasian debit air dan a) Pembagian dan Pengambilan debit air
kehilangan debit air tentunya akan berbeda Pembagian debit air yang terjadi
ketika hendak dilakukan pengukuran di dilapangan berupa pemberian alokasi air
waktu pagi maupun menjelang sore. Dapat yang diberikan secara legal dari dinas
dilihat pada tabel 4. Nilai debit sebenarnya PSDA untuk lahan perkebunan disamping
pada waktu pagi, sore dan debit hilang alokasi air yang direncanakan hanya untuk
Tabel 4. Nilai debit sebenarnya pada waktu lahan pertanian. Dalam proses kinerja
pagi, sore dan debit hilang pembagian air terjadi permasalahan di
Alokasi Debit Air (m3/det) saluran yaitu pintu skot balok pada saluran
Ruas
Pagi Sore Hilang tidak dipasang karena terjadi kerusakan dan
1 (WK 0 – WK 1) 1.286 1.183 0.103 hilang yang berakibat pada berlebihnya
(Sumber: Hasil pengukuran, 2021) penyaluran air untuk perkebunan. Perlunya
Air yang diterima D.I. Warungkiara pengajuan penggantian pintu skot balok
di ruas saluran 1 (WK 0 – WK 1) waktu agar belangsungnya pembagian air tidak
pagi ialah 1.286 m3/det dan sore ialah 1.183 berlebih serta dapat terkontrol dengan baik.
m3/det, kemudian air yang hilang selama Pengambilan debit air yang terjadi
penyaluran ialah 0.103 m3/det. dilapangan berupa pemasangan kincir air,
Kehilangan air selama penyaluran pemasangan pipa, pemasangan pompa
D.I. Warungkiara diakibatkan usia saluran listrik maupun pompa hidran dan
yang cukup tua, rembesan/ kebocoran dan pembuatan bak air disamping lining
terbatasnya petugas untuk melakukan saluran. Perlunya dilakukan penyuluhan
pengecekan pada pintu pembagi air. atau sosialisasi dalam keberlangsungan
Disamping itu, D.I. Warungkiara tidak menjaga saluran irigasi, melakukan
memiliki bendungan secara mandiri jadi himbauan/ teguran dan penertiban/
berapapun air yang diterima sesuai dengan pembongkaran sesuai peraturan serta
kondisi air yang tertampung pada menambah jumlah petugas.
bendungan milik PLTA.

7
b) Rembesan dan kebocoran KESIMPULAN DAN SARAN
Saluran D.I. Warungkiara banyak Kesimpulan
terdapat rembesan dan kebocoran. Hal itu, Mengingat penelitian telah
disebabkan karena usia saluran irigasi yang dilakukan pada D.I. Warungkiara, adapun
sudah cukup lama, lining yang belum hasilnya yaitu:
permanen, retakan pada lining saluran 1. Kehilangan debit air terjadi di sepanjang
permanen, banyaknya lubang dilining saluran D.I. Warungkiara, nilai debit air
saluran baik secara alami maupun ulah yang hilang terbesar berlangsung di ruas
mahluk hidup (manusia/ hewan air) dan ke 2 yaitu 0.291 m3/det dan kekurangan
minimnya petugas juru air. Perlunya debit air di ruas saluran terakhir yaitu
dilakukan pemeliharaan secara berkala 0.146 m3/det.
guna menanggulangi masalah kehilangan 2. Penanganan yang dapat
air secara bergotong – royong dari mulai direkomendasikan pada permasalahan
pembersihan tanaman hingga penambalan kehilangan debit air D.I. Warungkiara
lubang di lining saluran, juga perlunya ialah :
melibatkan pihak lain seperti masyarakat, a. Mengajukan kegiatan penyuluhan
kelompok tani pengguna air, petugas juru pada masayarakat tentang upaya
dan pihak desa setempat. menjaga saluran irigasi.
Disamping tidak adanya papan b. Memberikan teguran/ dan peringatan
larangan, kurangnya pemahaman penertiban sesuai undang-undang
masyarakat untuk tidak melakukan bagi masyarakat yang melakukan
perusakan pada saluran dan minimnya pengambilan air tanpa izin dan
petugas perlu dilakukan penyuluhan atau perusakan saluran.
sosialisasi, himbauan atau teguran oleh c. Mengajukan penggantian pintu skot
petugas dan pengajuan penambahan balok.
petugas. d. Mengajukan dan melakukan
c) Sedimen Mengendap pembersihan sekaligus menutup
Sedimen mengendap merupakan lubang di saluran.
hasil proses terdorongnya suatu material e. Mengajukan dan melakukan
oleh aliran air baik butiran tanah, pasir, pengangkatan lumpur secara rutin
maupun batu. Sedimen pada D.I. melibatkan masyarakat, kelompok
Warungkiara diakibatkan oleh gerusan air tani pengguna air dan pihak desa.
pada lining saluran, longsoran dari lining f. Mengajukan penambahan personil
saluran, penyempitan badan saluran dan petugas.
limbah rumah tangga. Tertumpuknya g. Melibatkan/ mengajak kelompok
sedimen di badan saluran karena minimnya tani pengguna air dalam operasi dan
petugas, pengangkatan lumpur tidak rutin pemeliharaan saluran.
dilakukan dan tingkat kesadaran h. Mengajukan perbaikan dan
masyarakat belum sepenuhnya mengerti rehabilitasi pada saluran.
akan pentingnya menjaga kebersihan i. Mengajukan peningkatan lining
saluran. saluran yang belum permanen.

8
Saran Target. Data/ artikel diperoleh dari
Pentingnya melakukan penelitian https://radarsukabumi.com/berita-
lebih lanjut guna mengetahui tentang nilai utama/mei-luas-tanam-padi-di-
perkolasi, evaporasi dan angka kebocoran/ kabupaten-sukabumi-lampaui-target/.
rembesan di saluran D.I. Warungkiara. yang diakses pada tanggal 15 Juni
2021.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2015. Tata
Cara Pengukuran Debit Aliran Sungai
dan Saluran Terbuka Menggunakan
Alat Ukur Arus dan Pelampung. SNI
8066: 2015. Jakarta.
Bunganaen, W. 2011. Analisis Efisiensi
dan Kehilangan Air Pada Jaringan
Utama Daerah Irigasi Air Sagu.
Fakultas Sains dan Teknologi.
Universitas Nusa Cendana. Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Teknik Sipil.
Vol.1 (1), 80 – 93.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005.
Penguatan Masyarakat Petani
Pemakai Air Dalam Operasi Dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Pedoman Kontruksi dan Bangunan
Sipil. Pd T-06-2005-A. Jakarta.
Efendi, H., Ali, M., dan Misliniyati, R.
2014. Analisis Kehilangan Air
Pada Saluran Sekunder (Studi
Kasus Daerah Irigasi Bendung Air
Nipis Bengkulu Selatan). Program
Studi Teknik Sipil. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri
Bengkulu. Jurnal Inersia. Vol.6
(1), 1 – 14.
Radar Sukabumi. 2020. Mei Luas Tanam
Padi di Kabupaten Sukabumi Lampaui

Anda mungkin juga menyukai