Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR

BAB VII

SYSTEM PLANNING
D.I SAHU

7.1. Umum

Daerah Irigasi Sahu merupakan daerah irigasi baru yang terletah di Desa
Sahu , Kecamatan Taliabu Utara. Daerah irigasi ini mengandalkan dari sumber
air Sungai Air Bana , yang nantinya dengan membuat bangunan utama
sebagai sumber pengambilan utama. Nantinyan setelah jaringan irigasi
tersebut dibuka dan selesai dibangun diharapkan masyarakat ber upaya untuk
membuka lahan pertaniannya dan bermata pencaharian utama sebagai petani
.
Sedangkan areal irigasi yang dilayani seluas 116 Ha. Pada saat ini kondisi lahan
masih berupa hutan dan hanya sebagian kecil saja masyarakat menanam padi
ladang dan sayuran.

7.2. Lay Out jaringan irigasi


sarana dan prasarana irigasi sebagai salah satu unsur sarana produksi dalam
panca usaha tani sudah tersedia di lokasi pekerjaan, sedangkan keberadaan
sarana dan prasarana tersebut sangat diperlukan guna menunjang upaya
peningkatan produksi pertanian. sehubungan dengan desain rehabilitasi
jaringan irigasi D.I Sahu ditempuh dengan beberapa tahap perencanaan, yang
meliputi :

VII - 1
-1
LAPORAN AKHIR

a. pembuatan lay out dan peta petak jaringan irigasi


b. pembuatan skema jaringan irigasi
c. pembuatan skema bangunan

Dengan adanya sarana dan prasarana irigasi, diharapkan dapat meningkatkan


kualitas lahan melalui penciptaan lahan basah (sawah), sehingga berpotensi
dalam menunjang peningkatan produktivitas lahan untuk tanaman padi sawah.
Jaringan irigasi direncanakan untuk dikembangkan pada lahan usaha yang
karakteristiknya lebih sesuai bagi lahan basah atau padi sawah. sedangkan
untuk lahan pekarangan yang umumnya telah diolah, berdasarkan kajian yag
telah dilakukan juga sesuai untuk tanaman basah dan kering (palawija) dan
sayuran. dalam penentuan lokasi saluran dan bangunan irigasi, diperlukan
partisipasi petani penerima proyek irigasi agar tidak menimbulkan konflik,
terutama menyangkut batas pemilikan lahan.
jaringan utama direncanakan untuk melayani areal seluas kurang lebih 116 ha.
berdasarkan posisi pengambilan air, maka jaringan irigasi menjadi 2 (dua)
sistem pengambilan, yaitu jaringan irigasi Sahu . selanjutnya jaringan utama
airnya diambil dari bangunan utama untuk disalurkan & dan akan mengairi
petak – petak sawah dalam wilayah daerah irigasi dan untuk kebutuhan air
baku masyarakat sekitar 0,300 m3/dt. Jaringan irigasi tersebut terdiri dari
jaringan irigasi Sahu kanan dan jaringan irigasi Sahu kiri.
Nomenklatur atau penamaan jaringan irigasi D.I Sahu, dilakukan dengan
menggunakan standar nama daerah wilayah pekerjaan, yang terdiri dari :

1 1. Saluran Induk Sahu Kanan yang terdiri dari 5 ruas saluran yaitu :
2 BS.0 – BS Ka 1 = 521,97 m

3 BS Ka 1 – BS Ka 2 = 895,12 m

4 BS Ka 2 – BS Ka 3 = 748,58 m

5 BS Ka 3 – BS Ka 4 = 495,66 m

VII - 2
-2
LAPORAN AKHIR

6 BS Ka 4 – BS Ka 4M = 509,73 m

2. Saluran Induk Sahu Kiri yang terdiri dari 2 ruas saluran yaitu :

1 BS.0 – BS Ki 1 = 157,88 m

2 BS Ki 1 – BS Ki 2 = 878,51 m

Rencana Peta petak D.I Sahu


Luas
Nama Debit
No Petak Tersier Layanan Keterangan
Bangunan (m3/dt)
(Ha)
1 BS Ka 1 S Ka 1 Ki 20 0,030
2 BS Ka 2 S Ka 2 Ki 19 0,029
3 BS Ka 3 S Ka 3 Ki 26 0.039
3 BS Ka 4 S Ka 4 Ki 15 0.023
S Ka 4 M 10 0.015
4 BS Ki 1 S Ki 1 Ka 11 0,017
5 BS Ki 2 S Ki 2 Ka 15 0,023

Jumlah 116

7.3. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi


pembuatan skema jaringan irigasi dilakukan untuk menjelaskan bagan
jaringan layanan yang direncanakan dalam lingkup Sahu. pembagian daerah
layanan dalam skema jaringan utama irigasi, dilakukan hingga pada tingkat
blok tersier, yang akan dilayani secara langsung oleh jaringan saluran utama
dan sekunder.

sesuai dengan sistem jaringan yang direncanakan di wilayah pekerjaan, maka


skema jaringan irigasi dibuat menjadi 1 ( satu ) bagian. penamaan petak
tersier dilakukan berdasarkan jaringan saluran layanan, dengan nomor urut
dimulai dari arah hulu ke hilir. disamping itu, nomen klatur petak tersier juga
dilengkapi dengan posisi petak tersier, yang berada disisi kiri maupun kanan
salura. sebagai contoh penamaan petak tersier, diambil untuk lokasi sbb :

VII - 3
-3
LAPORAN AKHIR

S 1 ka

lokasi terhadap saluran, yaitu kanan atau kiri


posisi urutan titik pengambilan, terhitung dari hulu
ke hilir
lokasi jaringan saluran induk atau sekunder

7.4. Pembuatan Skema Bangunan


skema bangunan dibuat untuk menjelaskan bagan, jenis bangunan, serta
nomenklatur (penamaan) bangunan yang direncanakan. disamping itu, pada
gambar skema bangunan juga dijelaskan posisi atau jarak langsung
bangunan, yang dinyatakan dalam kilometer jarak bangunan.

pada skema bangunan jaringan irigasi yang secara umum dapat diktegorikan
dalam 6 (enam) tipe bangunan , yaitu :

A. Bendung

B. Bangunan sadap

C. Bangunan bagi sadap


D. Bangunan terjun

E. Gorong – gorong pembuang


F. Gorong – gorong pembawa
penamaan bangunan dilakukan berdasarkan jaringan saluran layanan, dengan
nomor urut dimulai dari arah hulu ke hilir.sebagai contoh penamaan petak
bangunan, diambil untuk lokasi sebagai berikut :

B S 1 a

nomor urut jenis bangunan

VII - 4
-4
LAPORAN AKHIR

posisi urutan titik pengambilan, terhitung dari hulu


ke hilir
lokasi jaringan saluran induk atau sekunder
kode bangunan

7.5. Perencanaan Detail Jaringan


perencanaan detail merupakan kajian terhadap jaringan saluran dan
bangunan yang direncanakan dalam sistem irigasi, sehingga dapat
mendukung upaya pencapaian sasaran pekerjaan secara optimal. kajian
dilakukan terhadap dimensi saluran dan bangunan, yang pelaksanaan
perhitungannya dilakukan dengan menggunakan pedoman kriteria
perencanaan, yang dikeluarkan oleh direktorat irigasi, direktorat jenderal
pengairan, departemen pekerjaan umum.
untuk keperluan pengaliran air irigasi dipergunakan saluran berpenampang
segi empat, karena bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling umum
dipakai dan ekonomis. perencanaan saluran irigasi ini perlu
mempertimbangkan masalah erosi dan sedimentasi, dimana perubahan
bentuk penampang saluran minimal harus berimbang sepanjang tahun. selain
itu perlu diperhatikan juga biaya pelaksanaan dan pemeliharaannya,
diusahakan agar biaya-biaya tersebut cukup ekonomis, efektif dan efisien.
sedimentasi di dalam saluran dapat terjadi apabila kapasitas angkut
sedimennya berkurang yang diakibatkan menurunnya kapasitas debit di
bagian hilir dari setiap ruas jaringan saluran.
berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap kondisi mekanika tanah di D.I
Sahu, diperoleh masukan bahwa tingkat permeabilitas tanah relatif besar.
dalam perencanaan, digunakan beberapa ketetapan sesuai dengan standar
dan kondisi daya dukunga areal yang ada, yaitu :

m = kemiringan talud saluran


k = koefisien kekasaran

dimensi saluran direncanakan dengan bentuk trapesium, dan perhitungan


dilakukan menggunakan kriteria kecepatan aliran yang diijinkan. harga
dimensi saluran ditetapkan berdasarkan kemiringan saluran (i) yang
direncanakan, serta hasil iterasi terhdap harga lebar saluran (b). selanjutnya
dari hasil kajian yang telah dilakukan untk jaringan utama, diperoleh

VII - 5
-5
LAPORAN AKHIR

Hasil akhir perhitungan dimensi saluran untuk tiap – tiap ruas saluran, disajikan
dalam tabel perhitungan.

VII - 6
-6
LAPORAN AKHIR

7.6. Perencanaan Jaringan Pembuang

Perencanaan detail jaringan pembuang D.I Sahu ditetapkan berdasarkan hasil


perhitungan beban drainase yang telah dibuat sebelumnya, serta luas layanan
dari tiap – tiap jaringan saluran . sesuai dengan kriteria saluran pembuang
yang telah dibahas pada bab sebelumnya, serta hasil perhitungan beban
drainase selanjutnya dibuat analisis dimensi saluran pembuang, dengan
menggunakan beban drainase sebesar 7,0 l/dt/ha untuk areal irigasi (drainase
intern) dan 7,0 l/dt/ha untuk areal upland (drainase ekstern). untuk jaringan
pembuang D.I Sahu dengan memanfaatkan saluran pembuang alam .

7.7. Bangunan – bangunan Irigasi

Bangunan yang ada dalam lingkup wilayah pekerjaan, direncanakan berdasarkan


hasil analisis hidraulik maupun standarisasi bangunan yang ada. setelah
diperoleh bentuk dimensi yang memenuhi persyaratan hidraulik, sebagai langkah

VII - 7
-7
LAPORAN AKHIR

selanjutnya akan dilakukan perhitungan konstruksi bangunan, yang akan


mengkaji segi kekuatan konstruksi serta daya dukung pondasi. penjelasan lebih
rinci tentang pelaksanaan anaisis hidraulik dan konstruksi bangunan, dapat dilihat
pada laporan nota desain jaringan utama.

DAFTAR BANGUNAN D.I SAHU


Jarak
Jarak
Nomen antar
No Jenis Bangunan Langsung Keterangan
Klatur bangunan
(Hm)
(m)
1 BS. 0 Bendung 0 .00 0.00
2 BS Ka. 1 Bangunan Sadap 521.97 521,97
3 BS Ka. 2 Bangunan Sadap 895.12 1.417,09
4 BS Ka. 3a Bangunan Terjun 501.35 1.918,44
5 BS. Ka 3 Bangunan Sadap 247.23 2.165.67
6 BS. Ka 4 Bangunan Sadap 495.66 2.661.33
7 BMS Ka. 4a Bangunan Terjun 348.63 3.009,96
8 BMS. Ka 4 Bangunan Muka 161.10 3.171.06
SAHU KIRI
9 BS Ki. 1 Bangunan Sadap 157.88 157.88
10 BS Ki. 2a Bangunan Terjun 478.15 636.03
11 BS Ki. 2 Bangunan Sadap 400.36 1.036.39

VII - 8
-8
LAPORAN AKHIR

VII - 9
-9
LAPORAN AKHIR

VII - 10
LAPORAN AKHIR

VII - 11
LAPORAN AKHIR

VII - 12
LAPORAN AKHIR

VII - 13
LAPORAN AKHIR

VII - 14
LAPORAN AKHIR

VII - 15
LAPORAN AKHIR

VII - 16
LAPORAN AKHIR

VII - 17
LAPORAN AKHIR

VII - 18
LAPORAN AKHIR

VII - 19
LAPORAN AKHIR

VII - 20
LAPORAN AKHIR

VII - 21
LAPORAN AKHIR

VII - 22
LAPORAN AKHIR

VII - 23
LAPORAN AKHIR

VII - 24
LAPORAN AKHIR

VII - 25
LAPORAN AKHIR

VII - 26
LAPORAN AKHIR

VII - 27
LAPORAN AKHIR

VII - 28
LAPORAN AKHIR

VII - 29
LAPORAN AKHIR

VII - 30
LAPORAN AKHIR

VII - 31
LAPORAN AKHIR

VII - 32
LAPORAN AKHIR

VII - 33

Anda mungkin juga menyukai