Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN AKHIR

BAB III

ANALISA WATER BALANCE

Analisa dan perhitungan terhadap data hidrologi, yang dilakukan untuk


mempelajari karakteristik kondisi hidroklimatologi yang meliputi sifat-sifat fisik,
kimia dan biologis dari air. Bencana yang diakibatkan sifat fisik air, misalnya air
banjir, air buangan drainase yang besar dan sebagainya, maka para ahli hidrologi
dalam perancangan bangunan-bangunan air memberi solusi pemecahan masalah
dengan melakukan analisa dan kajian hidrologi. Dengan analisa dan kajian
hidrologi dapat direncanakan kekuatan dan keamanan bangunan-bangunan air
yang direncanakan sesuai dengan periode ulang tertentu.

Dalam analisa dan perhitungan hidroklimatologi daerah pengembangan


pengairan D.I Sahu, di Kabupaten Kepulauan Taliabu dipakai Stasiun Hujan
Taliabu karena lebih dekat ke lokasi pekerjaan , dan datanya lebih akurat dan
lengkap. Juga kondisi geografis antara Lokasi Stasiun hujan mempunyai kondisi
yang hampir mirip. Dari data-data klimatologi tersebut dapat ditarik kesimpulan
secara umum sebagai berikut :

a. Temperatur udara bulanan rata-rata berkisar antara 26,42oC s/d 29,09oC


b. Kecepatan angin rata-rata yang tercatat berkisar 2,62 Knots s/d 6,41 Knots
c. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata berkisar antara 70,34 % s/d 86,51
%
d. Besarnya penyinaran matahari bulanan rata-rata berkisar 45,95 % s/d 88,46
%.

III - 1
-1
LAPORAN AKHIR

e. Nilai rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 14,25 mm s/d 302,98 mm
f. Nilai rata-rata jumlah hari hujan bulanan antara 2,11 hari s/d 17,32 hari

Dengan adanya data-data tersebut di atas maka dapat diperoleh besaran-


besaran perencanaan yang meliputi :
a. Nilai Evapotranspirasi bulanan
b. Curah hujan efektif untuk padi dan palawija
c. Curah hujan rencana.
d. Debit andalan sungai yang akan dimanfaatkan airnya
e. Kebutuhan air irigasi
f. Debit drainase

Bahasan yang akan disajikan dalam analisa dan perhitungan hidrologi ini berupa
uraian singkat mengenai teori, contoh perhitungan ataupun analisa serta hasil
perhitungan yang akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel perhitungan.

3.1. Perhitungan Evapotranspirasi

Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus


empiris, yang ditetapkan berdasarkan data-data iklim (klimatologi) yang
terdiri dari kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan penyinaran
matahari. Adapun beberapa metoda perhitungan evapotranspirasi yang ada
terdiri dari :

1. Metoda Thornth Waite


2. Metoda Blaney – Criddle
3. Metoda Penmann Modifikasi

Dalam pelaksanaan perhitungan evapotranspirasi untuk hamparan di wilayah


Studi Pengembangan Pengairan, ditetapkan memakai metoda Penmann
Modifikasi sebagai pendekatan untuk mencari harga evapotranspirasi, karena
dalam metoda tersebut digunakan parameter-parameter data klimatologi yang
lebih lengkap, bila dibandingkan dengan kedua metoda yang lainnya.

III - 2
-2
LAPORAN AKHIR

Persamaan umum yang digunakan dalam analisa evapotranspirasi potensial


bulanan, dengan metoda Penmann Modifikasi adalah sebagai berikut :

Et = C x (W.Rn + (1+W) x f(U) x (ea – ed))

dimana :

Et = evapotranspirasi potensial bulanan, satuan (mm/bulan)


C = faktor koreksi iklim akibat perbedaan siang malam
W = faktor bobot tergantung temperatur dan ketinggian
Rn = radiasi netto = Rn – Rn1, satuan (mm/hari)
Rns = (1 – a) x (0,25 + 0,5 x n/N) x Ra
a = albedo, diambil 0,25 untuk rerumputan pendek
Ra = radiasi matahari ekstra terestrial
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
f(T) = efek temperatur pada gelombang panjang radiasi
f(ed) = efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi
f(n/N) = efek penyinaran matahari pada gelombang panjang radiasi
N = lama penyinaran matahari
f(U) = 0,27 x (1 + U/100)

ed = ea x RH/100

RH = kelembaban relatif (%)

ea = tekanan uap jenuh, tergantung temperatur

Hasil perhitungan evapotranspirasi potensial Daerah irigasi disajikan kembali


pada Tabel 3.1.

III - 3
-3
LAPORAN AKHIR

III - 4
-4
LAPORAN AKHIR

III - 5
-5
LAPORAN AKHIR

III - 6
-6
LAPORAN AKHIR

III - 7
-7
LAPORAN AKHIR

III - 8
-8
LAPORAN AKHIR

3.2. Perhitungan Curah Hujan Efektif

1. Dasar Teori
Curah hujan efektif diperlukan untuk analisa neraca air bulanan, yang
dihitung berdasarkan tetapan 70% dari curah hujan tengah bulanan yang
terlampaui. Sesuai dengan jenis budidaya tanaman yang dilakukan pada
Lokasi Studi, maka perhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan 2 (dua)
kondisi yang berbeda, yaitu :

a. Untuk padi
Re = 70% x R80

b. Untuk palawija
Re = Koefisien tanaman x R50

Adapun penetapan harga curah hujan R 80 dan R50 dilakukan dengan


menggunakan metoda Harza dan rata-rata, sebagai berikut :

a. Penetapan R80
Dengan metoda Harza yang menetapkan curah hujan efektif (R 80)
berdasarkan ranking pada urutan ke-n dari harga terkecil, dengan
menggunakan rumus dasar :
n = (N/5)+1
dimana :
n = nomor urut yang terpilih (bilangan bulat)
N = jumlah data.

b. Digunakan metoda rata-rata dari rangkaian data curah hujan yang


ada, atau berdasarkan ranking data pada urutan ke-n = N/2.

2. Analisa Curah Hujan Efektif


Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan curah hujan efektif. Selanjutnya
pada Tabel .3.9. disajikan data curah hujan tengah bulanan Stasiun

III - 9
-9
LAPORAN AKHIR

Detubapa kemudian di urutkan (diranking) dengan ranking dari harga


terkecil setelah dirata-ratakan ke terbesar.

a. Penetapan R80
R80 merupakan data urutan ke-n dengan harga,
n = (N/5)+1 = (23/5)+1 = 5,6 ~ 6
Kemudian data-data tersebut direkap dalam table. 3.10. untuk dihitung
harga Curah hujan efektif untuk padi.

b. Penetapan R50
R50 merupakan data urutan ke-n pada Tabel . 3.9. dengan harga
N = N/2 = 23/2 = 11,5 ~ 12

Hasil penetapan R80 dan R50 serta curah hujan efektif untuk padi dan palawija,
disajikan pada Tabel 3.10. sampai Tabel 3.12. Sehubungan data yang
tersedia adalah data tengah bulanan atau dua mingguan, maka untuk
menetapkan curah hujan efektif harian diambil asumsi :

a. Untuk padi
Re = 70% x R80 x 1/15 mm/hari

b. Untuk palawija
Re = Koefisien tanaman x R50 x 1/15 mm/hari

Selanjutnya hasil perhitungan curah hujan efektif akan digunakan dalam


analisa kebutuhan air irigasi. Data hasil perhitungan curah hujan efektif untuk
padi akan digunakan langsung dalam analisa tersebut, sedangkan untuk
palawija akan dikoreksi lebih lanjut dengan data rata-rata bulanan
evapotranspirasi tanaman dan curah hujan bulanan seperti pada table 3.11.
dan table 3.12.

III - 10
LAPORAN AKHIR

III - 11
LAPORAN AKHIR

III - 12
LAPORAN AKHIR

III - 13
LAPORAN AKHIR

III - 14
LAPORAN AKHIR

III - 15
LAPORAN AKHIR

3.3. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana

Analisa frekuensi dilakukan terhadap data curah hujan harian 1 (satu) dan 3
(tiga) harian maksimum dan bertujuan untuk menetapkan harga curah hujan
rencana pada periode ulang tertentu, dengan mengasumsikan bahwa data curah
hujan merupakan data statistik, maka dalam penentuan metoda analisis frekuensi
dipilih cara yang relevan, yaitu ploting data pada kertas probability, atau analisis
distribusi data (metode analitis).

Berdasarkan kajian terhadap rekaman data curah hujan harian yang ada, yang
mencakup jenis data curah hujan 1 harian dan 3 harian maksimum, maka
selanjutnya ditetapkan Metode Gumbel I metode dalam analisa distribusi data.

Data hujan yang digunakan dalam analisis Hidrologi Daerah Irigasi adalah data
hujan dari Stasiun Taliabu dari 2006 sampai dengan tahun 2016, berupa rekaman
data curah hujan harian.Data-data curah hujan tersebut selanjutnya diolah dan
direkap data hujan 1 (satu) dan 3 (tiga) harian yang berurutan.
Hujan 1 (satu) harian maksimum ditetapkan dengan mengambil nilai terbesar dari
1(satu) harian yang terbesar dari 1 (satu) tahun pengamatan pada stasiun yang
bersangkutan. Dengan cara yang sama dilakukan untuk mencari hujan 3 (tiga)
harian maksimum.

1. Metode Gumbell

Metoda Gumbel merupakan metoda analisa distribusi data atau analisis frekuensi,
yang sering digunakan karena tingkat akurasinya. Persamaan umum yang
digunakan dalam analisa frekuensi dengan Metoda Gumbel adalah :


YT  Yn
RT = R xS
Sn

Dimana :
RT = Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun, mm

III - 16
LAPORAN AKHIR


R = Curah hujan harian rata-rata, mm

S = Standar deviasi
Sn = Reduced standar deviation
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean

Untuk standar deviasi (S) dipakai persamaan :

(R  R1)2
S =
n1

R = Data curah hujan harian maksimum, mm



R = Curah hujan harian rata-rata, mm

n = Jumlah data

Tabel perhitungan untuk curah hujan n harian (1 harian dan 3 harian) maksimum
dengan Metoda Gumbel, untuk pengembangan pengairan di Daerah Irigasi Lebak
Datuk, seperti disajikan pada Tabel 3.13. dan Table 3.14. dengan tinjauan untuk
periode ulang 2,5,10,25,50 dan 100 tahun.

2. Metode Log Pearson Type III


Persamaan umum yang digunakan dalam analisa frekuensi dengan metode Log
Pearson Type III adalah sebagai berikut :

Log Ri = Log R + KTr ( Slog R )

Dimana :
Log Rt = Harga logaritma curah hujan rencana dengan kala ulang T
tahun (mm).
Log R = Harga rata – rata curah hujan maksimum (mm).

III - 17
LAPORAN AKHIR

n 2

Log R =  Log  LogRi  LogR 


n 1
/( n  1)

Tabel perhitungan untuk curah hujan n harian (1 harian dan 3 harian) maksimum
dengan Metoda Log Pearson Type III, untuk pengembangan pengairan di Daerah
Irigasi Sahu seperti disajikan pada Tabel 3.15. dan Table 3.16. dengan tinjauan
untuk periode ulang 2,5,10,25,50 dan 100 tahun.

III - 18
LAPORAN AKHIR

III - 19
LAPORAN AKHIR

III - 20
LAPORAN AKHIR

III - 21
LAPORAN AKHIR

III - 22
LAPORAN AKHIR

III - 23
LAPORAN AKHIR

III - 24
LAPORAN AKHIR

III - 25
LAPORAN AKHIR

3.4. K E B U T U H A N A I R U N T U K I RIG AS I

3.4.1. Dasar Teori

Kebutuhan air irigasi ditetapkan dengan mempetimbangkan beberapa aspek


terkait dalam budidaya padi dan palawija. Perimbangan antara air yang
dibutuhkan dan debit air sungai, dipelajari dengan cara menganalisa data yang
tersedia. Sesuai dengan pola tanam yang akan diterapkan diwilayah pekerjaan,
maka kebutuhan air irigasi dinyatakan denga rumus sebagai berikut :

1. Untuk Padi (WRD)


NFR = Ect + P – Re + WLR

Dimana :
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah, mm/hari
Etc = Penggunaan konsumtif, mm/hari
P = Kehilangan air akibat perkolasi, mm/hari
Re = curah hujan efektif, mm/hari
WLR = penggantian lapisan air, mm/hari

Kebutuhan air irigasi untuk padi (WRD) ditentukan dengan mempertimbangkan


efisiensi irigasi secara keseluruhan ( e ) yaitu :

2. Untuk Palawija (WRP)


Kebutuhan air irigasi untuk palawija (WRP) ditetapkan dengan
persamaan :
WRP (IR) palawija = (Etc – Re) / e
Dimana :
E = efisiensi irigasi secara keseluruhan

III - 26
LAPORAN AKHIR

3.4.2. Penyiapan Lahan (LP)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, secara umum akan menentukan kebutuhan
air maksimum dalam suatu proyek irigasi, yang dipengaruhi oleh jangka waktu
penyelesaian pekerjaan penyiapan lahan (LP).
Faktor – faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Faktor – faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan
adalah :
- Tersedianya tenaga kerja dan terenak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah.
- Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia
cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi lading kedua.

Untuk daerah – daerah proyek irigasi baru jangka waktu penyiapan lahan akan
ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah – daereah di dekatnya.
Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,50 bulan untuk menyelesaikan
penyiapan lahan di seluruh petak tersier.
Perhitungan kebutuhan air irigasi selama jangka waktu penyiapan lahan dilakukan
dengan menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Ziljstra,
berdasarkan laju air konstan selama periode penyiapan lahan, dengan bentuk
persamaan umum :

LP = PWR = IR = M / (ek – 1)

Dimana :
LP = PWR = IR = Kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan di tingkat
persawahan, mm/hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi
kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang sudah dijauhkan

III - 27
LAPORAN AKHIR

M = Eo + P
Eo = evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x Eto selama
penyiapan lahan, mm/hari
P = Perkolasi diasumsikan 3 mm/hari
K = MT / S
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk air untuk penjenuhan ditambah
dengan lapisan air 50 mm, jadi 250 + 50 = 300 mm

3.4.3. Penggunaan Konsumtif (Etc)

Penggunaan konsumtif air untuk tanaman pada tahap pertumbuhan dinyatakan


dengan persamaan :

Etc = Kc + Eto

dimana :
Kc = koefisien tanaman, diterapkan dengan mengambil harga untuk jenis
unggulan, disajikan pada Tabel 3.22.
Eto = evapotrasi potensial (Penmann Modifikasi), mm/hari

3.4.4. Perkolasi (P)

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah dan karakteristik


pengolahannya. Air untuk perkolasi diberikan selama masa pertumbuhan
tanaman, dan bertujuan untuk menjernihkan lapisan tanah sub surface. Pada
kondisi tanah lempung dengan karakteristik pengolahan baik, laju perkolasi
mencapai harga sekitar 1 s/d 4 mm/hari. Sesuai dengan kondisi karakteristik
tanah, maka untuk perencanaan di wilayah Studi, untuk keamanan mengingat D.I

III - 28
LAPORAN AKHIR

ini merupakan Daerah Irigasi yang tanahnya sangat porous sehingga harga laju
perkolasi ditetapkan sebesar 4 mm/hari.

3.4.5. Penggantian Lapisan Air (WLR)

Penggantian lapisan air dilakukan satu atau dua bulan setelah transplantasi, yaitu
dengan memberikan lapisan air setinggi 50 mm dengan rentang waktu selama 1,5
bulan. Sesuai dengann kondisi tersebut diatas, maka kebutuhan air tambahan
untuk penggantian lapisan air (WLR) diperhitungkan sebesar 3,3 mm/hari untuk
tengah bulanan.

3.4.6. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi


Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air irigasi
wilayah Studi adalah sebagai berikut :

1. Dengan rotasi alamiah di dalam petak tersier, kegiatan-kegiatan


penyiapan lahan di seluruh petak, yaitu diambil 1,5 bulan dapat
diselesaikan secara berangsur-angsur.
Rotasi alamiah dinyatakan dalam pengaturan kegiatan-kegiatan setiap
jangka waktu setengah bulan secara bertahap, sehingga harga
koefisien tanaman dan jumlah air yang diperlukan untuk penggantian
lapisan air ditentukan secara bertahap pula.

2. Transplantasi dimulai pada pertengahan bulan kedua hingga setengah


bulan setelah penyiapan lahan (LP).

3. Pola tanam di daerah irigasi ditetapkan padi – padi - palawija dengan


jenis budidaya palawija diantaranya, jagung, kedelai dan lain-lain.
Berdasarkan asumsi dan uraian yang telah dilakukan pada sub bab
sebelumnya.
Selanjutnya dibuat analisa kebutuhan air irigasi, dengan 3 altenatif
waktu mulai penanaman, yang dikategorikan dalam alternatif A hingga
C.
Perhitungan kebutuhan air untuk tiap alternatif, disusun dalam bentuk Tabel
disajikan pada Tabel. 3.23. s/d Tabel . 3.26.

III - 29
LAPORAN AKHIR

III - 30
LAPORAN AKHIR

III - 31
LAPORAN AKHIR

III - 32
LAPORAN AKHIR

III - 33
LAPORAN AKHIR

III - 34
LAPORAN AKHIR

III - 35
LAPORAN AKHIR

3.5. Perhitungan Debit Andalan

Metode yang digunakan dalam perhitungan ketersediaan air pada


pekerjaan ini adalah Metode NRECA. Secara umum persamaan dasar dari
model ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = P–E+S
dimana :
Q = limpasan (mm)
P = hujan rata-rata DPS (mm)
E = evapotranspirasi aktual (mm)
S = perubahan kandungan (mm)

Persamaan keseimbangan air diatas merupakan dasar dari model NRECA


untuk suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) pada setiap langkah waktu,
dimana hujan, evapotranspirasi aktual dan limpasan adalah volume yang
masuk kedalam dan keluar disuatu DAS setiap waktu tertentu.
Dalam model NRECA terdapat dua tampungan yaitu tampungan
kelengasan (moisture storage) dan tampungan air tanah (groundwater
storage). Tampungan kelengasan ditentukan oleh hujan dan
evapotranspirasi aktual. Sedangkan tampungan air tanah ditentukan oleh
kelebihan kelengasan (excess moisture). Perhitungan limpasan model
NRECA dibagi menjadi dua bagian yaitu perhitungan limpasan langsung
(direct run-off) dan air tanah yang menuju ke sungai (groundwater). Urutan
langkah perhitungan untuk limpasan setengah bulanan adalah sebagai
berikut :
1. Nama bulan mulai Januari sampai Desember.
2. Nilai hujan rata-rata setengah bulanan (Rb).
3. Nilai penguapan peluh potensial (PET).
4. Nilai tampungan kelengasan awal (Wo). Nilai ini harus dicoba-coba
dan diambil nilai pertama 300 mm/bulan pada bulan Januari I.
5. Tampungan kelengasan tanah (soil moisture storage- Wi) dapat
dihitung dengan rumus :

III - 36
LAPORAN AKHIR

Wi = Wo / NOMINAL
NOMINAL = 100 + 0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm)
6. Rasio Rb/PET = kolom (2) : kolom (3)
7. Rasio AET/PET
AET = penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dari
grafik, nilainya tergantung dari rasio Rb/PET (kolom 6) dan Wi (kolom
5).
8. AET = (AET/PET) x PET x koefisien reduksi
= kolom (7) x kolom (3) x koefisien reduksi
9. Neraca air = Rb – AET = kolom (2) – kolom (8)
10. Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) dapat diperoleh
dengan cara berikut :
(i) bila neraca air (kolom 9) positif, maka rasio tersebut dapat
diperoleh dari grafik dengan memasukkan nilai tampungan
kelengasan tanah (Wi) pada (kolom 5).
(ii) bila neraca air negatif, rasio = 0
11. Kelebihan kelengasan
= rasio kelebihan kelengasan x neraca air
= kolom (10) x kolom (9)
12. Perubahan tampungan
= neraca air – kelebihan kelengasan
= kolom (9) - kolom (11)
13. Tampungan air tanah = P1 x kelebihan kelengasan
= P2 x kolom (11)
P1 = parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 0 – 2 m), nilainya 0,1 – 0,5
tergantung pada sifat lulus air lahan.
P1 = 0,1 bila bersifat kedap air; = 0,5 bila bersifat lulus air.

14. Tampungan air tanah awal harus dicoba-coba dengan nilai awal = 2
15. Tampungan air akhir = tamp. air tanah + tamp. air tanah awal
= kolom (13) + kolom (14)
16. Aliran air tanah = P2 x tamp. air tanah akhir

III - 37
LAPORAN AKHIR

= P2 x kolom (15)
P2 = parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dalam
(kedalaman 2 – 10 m)
P2 = 0,9 bila bersifat kedap air; = 0,5 bila bersifat lulus air
17. Larian langsung (direct run-off)
= kelebihan kelengasan – tampungan air tanah
= kolom (11) – kolom (13)
18. Aliran total = larian langsung + aliran air tanah
= kolom (17) + kolom (16), dalam (mm/15 harian)

Dalam m3/15 harian = kolom (18) dalam mm x 10 x luas tadah hujan


dalam satuan hektar

Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan


kelengasan (kolom 4) untuk bulan berikutnya dan tampungan air
tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :

III - 38
LAPORAN AKHIR

3.5.1. Perhitungan Debit Andalan Sungai Air Bana

DATA MASUKAN UNTUK NRECA

III - 39
LAPORAN AKHIR

III - 40
LAPORAN AKHIR

GAMBAR 3.1. GRFAIK KETERSEDIAAN AIR SUNGAI AIR BANA

III - 41
LAPORAN AKHIR

III - 42
LAPORAN AKHIR

3.6. Penentuan Alternatif Kebutuhan Air Irigasi

Perhitungan kebutuhan air untuk setiap alternatif disusun dalam bentuk table
seperti disajikan dalam bentuk tabel. 3.29 dengan mempertimbangan
ketersediaan debit andalan dalam setiap bulannya.

D.I Sahu ( S. Air Bana )

Berdasarkan tabel 3.29. kajian dari alternatif kebutuhan air serta Luasan
Maksimum , diperoleh pada alternatif III yaitu :

- Minimum Padi I = 216,843 ha

- Minimum Padi II = 378,191 ha

- Minimum Palawija = 149,254 ha +

Jumlah = 744,254 ha

Berdasarkan tabel 3.26 Pada Alternatif III perhitungan kebutuhan air dapat
diketahui nilai maksimum dari kebutuhan air di saluran Primer yaitu = 1,84 ≈ 1,85
lt/dt/ha.

Kebutuhan air di saluran primer dilapangan = 1,85 lt/d/ha

Dengan Demikian dapat diambil kesimpulan bahwa :

- Kebutuhan air di Primer : 1,85 lt/dt/ha

- Kebutuhan air di Sekunder : 1,66 lt/dt/ha

- Kebutuhan air di Tersier : 1,50 lt/dt/ha

- Kebutuhan air di Kuarter : 1,35 lt/dt/ha

III - 43
LAPORAN AKHIR

3.7. Perhitungan Modulus pembuang

1. Kriteria perhitungan modul pembuang


Penetuan debit buangan rencana didasarkan pada kriteria berikut :

a. Low land
- Dihitung berdasarkan hujan rencana 3 harian dengan periode ulang 5
tahun.
- Lama waktu pembuangan 3 hari
- Tinggi genagan makimum di sawah yang diijinkan 20 mm.
- Pada saat mulai turun hujan diasumsikan ke dalam air sawah yang ada
150 mm.

b. Up land

- Dihitung berdasarkan hujan rencana 1 harian dengan periode ulang 5


tahun.
- Lama (waktu) pembuangan 1 hari
- Tidak diijinkan adanya genangan air dan terbuang habis dalam 1 hari.

2. Hujan Rencana

a. Low land
Untuk perhitungan hujan rencana 3 harian maksimum pada daerah low land, yang
menggunakan data hujan Stasiun hujan Taliabu. Data hujan harian yang ada
selama 11 tahun ( tahun 2006 – 2016).

Langkah – langkah perhitungan hujan rencana :

- Menentukan hujan 3 harian maksimum


- Menghitung hujan 3 harian rencana dengan metode Gumbell dan Log
Pearson Type III.

III - 44
LAPORAN AKHIR

b. Up land
Untuk perhitungan hujan rencana 1 harian maksimum pada daerah Up land, yang
menggunakan data hujan Stasiun Taliabu. Data hujan harian yang ada selama 11
tahun ( tahun 2006 – 2016).

Langkah – langkah perhitungan hujan rencana :

- Menentukan hujan 1 harian maksimum


- Menghitung hujan 1 harian rencana dengan metode Gumbell I.

3. Debit Pembuang

a. Low Land

Kapasitas rencana jaringan pembuang intern (low land) untuk sawah


dihitung dengan rumus sbb : (KP. 03 , hal : 64)
Qd = 1,62 . Dm . A0,92

Dn
Dm =
nx8,64

Dn = R (n)T + n ( IR – ET – P ) .  S

Dimana :

Qd = Debit rencana pembuang, lt/dt.

Dm = Modulus pembuang, lt/dt/ha.

A = Luas daerah yang akan dibuang airnya, ha.

n = Jumlah hari berturut - turut

Dn = Limpasan hujan selama n hari, mm.

R(n)T = Curah hujan n hari berturut – turut dengan periode ulang


T tahun, mm.

IR = Pemberian air irigasi, mm/hari.

ET = Evapotranspirasi, mm/hari.

P = Perkolasi

S = Tampungan tambahan, mm.

III - 45
LAPORAN AKHIR

Untuk perhitungan modulus pembuang komponen – komponen diambil sbb :

- Pemberian irigasi dihentikan, sehingga IR sama dengan nol.


- Tampungan di sawah maksimum 150 mm, tampungan tambahan di
akhir hari ke 3 berturut – turut maksimum 50 mm.
- Perkolasi P sama dengan nol.
- Evapotranspirasi tahunan rata – rata sama dengan 5 mm/hari.

b. Up Land

Debit banjir rencana up land didefinisikan sebagai volume limpasan air hujan
dalam waktu sehari dari suatu daerah yang akan dibuang airnya yang disebabkan
oleh curah hujan sehari di daerah tersebut, air hujan yang tidak tertahan atau
merembes dalam waktu satu hari itu juga. Hal ini merupakan debit rencana yang
konstan.

Debit rencana dirumuskan :

Qd = 1,62 . Dm . A0,22

aR (1) 5
Dm =
nx8,64

Dimana :

Qd = Debit rencana, lt/dt.

Dm = Modulus pembuang, lt/dt/ha.

A = Catchmen Area (luar daerah yang akan dibuang daerahnya),


ha.

R(1)5= Curah hujan selama 1 hari dengan periode ulang 5 tahun,


mm

a = Koefisien limpasan air hujan.

III - 46
LAPORAN AKHIR

Untuk perhitungan modulus pembuang up land, diambil komponen – komponen


sebagai berikut :

- Tidak diijinkan adanya tampungan di up land


- Hujan rencana dibuang dalam sehari.
- Perkolasi sama dengan nol
- Daerah Upland merupakan tanah ladang a diambil 0,75
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel perhitungan dengan sutu
parameter sbb :

- Debit pembuang Dm Low land diambil , Dm = 6,00 l/dt/ha.


- Debit pembuang Dm Up land diambil , Dm = 6,00 l/dt/ha.

III - 47
LAPORAN AKHIR

3.8. Neraca Air (Water Balance)

1. Neraca Air
Neraca air daerah pengembangan pengairan ditinjau secara
menyeluruh, meliputi sumber – sumber daerah pengembangan (inflow)
dan air yang keluar dari daerah pengembangan (out flow).

a. Sumber – sumber air masuk (in flow)


ada 4 (empat) sumber air yang masuk daerah pengembangan yang
dapat di identifikasikan, yaitu hujan, air buangan/drainase, daerah
drainase diatasya, aliran sungai yang melalui daerah
pengembangan dan suplai irigasi untuk daerah pengembangan.
b. Air keluar daerah pengembangan (out flow)
ada 2 (dua) proses, pembuangan air keluar daerah pengembangan
dan pembuangan air ke laut melalui drainase – drainase alam yang
ada.

2. Neraca Air Irigasi


Neraca air irigasi menyatakan hubungan antara kebutuhan air di pintu
pengambilan dengan debit andalan Sungai masing masing daerah irigasi. Neraca
air di Daerah Irigasi dapat dihitung dengan pola tanam alternatif A, B, C atau
gabungannya dan debit andalan Metode NRECA dengan mempertimbangakan
aliran base flow .

Hasil perhitungan degan pola tanam alternatif terpilih dan debit andalan dapat
disajikan dalam tabel.3.32.

III - 48
LAPORAN AKHIR

III - 49
LAPORAN AKHIR

III - 50

Anda mungkin juga menyukai