Anda di halaman 1dari 51

Perencanaan Yang Ada Perencanaan Baru Perencanaan Yang Ada

Metropolitan/ Kota
Sedang/Kecil
Kota Besar/

Kota Strategis
Evaluasi Master Plan Outline Plan Evaluasi
Kecocokan Kecocokan
Tidak Tidak

Ya Studi Ya
Kelayakan

Detail Desain

Penerapan

Gambar Proses Penanganan Existing Plan dan New Plan


(Sumber: Diadopsi dari Departemen Pekerjaan Umum: URBAN DRAINAGE GUIDELINES AND TECHNOCAL DESIGN STANDARD, Jakarta, August 1994)
NO KEGIATAN RENCANA INDUK STUDI KELAYAKAN DETAIL DESAIN

1 Topografi /citra satelit skala 1:10.000 s/d 50.000 skala 1:5.000 s/d 10.000 skala 1:2.000
long / cross skala 1 : 100 s/d 1 : 200

2 Hidrologi - Peta Banjir / Genangan - Peta Banjir / Genangan - Menganalisis Debit Banjir
- Data Klimatologi - Data Klimatologi setiap ruas saluran
- Analisis Frekuensi banjir - Analisis Frekuensi banjir
- Sediman / Erosi - Sediman / Erosi

3 Hidrolika - Menganalisis kapasitas saluran - Menganalisis kapasitas saluran - Menganalisis kapasitas saluran
dan bangunan pelengkap eksisting dan bangunan perenc. pendahuluan dan bangunan secara detail

4 Geoteknik - Memperkirakan parameter - Mengambil sample tanah dan - Penyelidikan geoteknik detail
perencanaan geoteknik melakukan uji laboratorium - Perhitungan parameter perencanaan
- Menilai awal ketersediaan sepanjang trase saluran dan bangunan
bahan bangunan

5 Perekayasaan - Rencana lay out saluran dan bangunan - Lay out perencanaan pendahuluan - Tinjau dan modifikasi perencanaan pendahuluan
pelengkap skala 1 : 25.000 - Type saluran dan bangunan - Analisa detail stabilitas, geser, guling, amblas, erosi buluh
- uraian pekerjaan - Analisis stabilitas bangunan - Perencanaan detail saluran dan setiap bangunan pelengkap
- Memperkirakan stabilitas bangunan dan kapasitas saluran - Rincian volume pekerjaan dan estimasi anggaran biaya
- Mengecek trase saluran & elevasi saluran - Tender dokumen
setiap 500 m, melakukan rincian volume - Metode pelaksanaan dan manual OP.
pekerjaan dan biaya pendahuluan

6 Aspek Multisektor Sinergi dengan tata ruang, tata guna lahan, Sinergi dengan tata ruang, tata guna lahan Kerjasama dengan instansi terkait lain:
rencana induk kota, kebijakan Pemda dan rencana induk kota, kebijakan Pemda, dan Pemda, jalan, SDA. Cek ulang arah saluran dan
mengendalikan dampak lingkungan. mengendalikan dampak lingkungan serta posisi bangunan terkait sektor lainnya.
mengidentifikasi komponen drainase
perkotaan dengan sektor lainnya.

7 Produk Akhir Gambar dasar (basic design ), Perencanaan pendahuluan (preliminary design ), Laporan perencanaan detail, analisa perhitungan perencanaan,
isi laporan rencana induk, arah trase saluran, modul drainase detail, mengecek ulang daerah gambar pelaksanaan/gambar bestek, rincian volume pekerjaan
lokasi alternatif bangunan pelengkap, tergenang dan daerah yang akan dikeringkan, dan rencana anggaran biaya, metode dan program pelaksanaan,
modul drainase kasar, luas daerah tergenang tata letak pendahuluan saluran dan bangunan dokumen tender dan manual SOP.
dan daerah dikeringkan, program pelaksanaan, pelengkap skala 1:25.000 dan 1:5000,
skala prioritas, perkiraan biaya, prakelayakan gambar dari type bangunan pelengkap, rincian
untuk sosial, ekonomi dan teknis. volume biaya (BOQ), kelayakan dari sosial,
ekonomi, teknis, BCR, IRR, NPV dan laporan Amdal.

8 Tingkat Ketelitian - Teknis 60% - Teknis 75% - Teknis 90%


- Ekonomi 70% - Ekonomi 90% - Ekonomi 95%

Tahapan Perencanaan Masterplan Drainase Perkotaan/Wilayah


Konsep Drainase

Pembuatan sudetan

Konvensional Normalisasi sungai

Konsep
Drainase Pembuatan konstruksi sipil

Eco-Drainage Retensi air

Gambar 2. 1 Konsep konvensional dan Eco-drainage.


Gambar 2. 2 Ilustrasi ideal penanggulangan banjir dengan konsep Ekohidrolik.
PERMASALAHAN DRAINASE PERKO
TAAN
Permasalahan banjir/WILAYAH
perkotaan/wilayah diakibatkan :
• Pertambahan penduduk yang sangat cepat.
• Urbanisasi.
• Pemanfaatan lahan yang tidak tertib.
Belum konsistennya pelaksanaan hukum.
Pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat
secara aktif.
Pengaruh urbanisasi pada daerah tangkapan air
terhadap laju limpasan.
Drainase
Drainase Konvensional
Membuang air secepat-cepatnya ke sungai  banjir & kekeringan susul-menyusul

PEMUKIMAN PERTANIAN

Banjir
AREAL REKREASI
di Hilir
Banjir dan kekeringan
adalah saudara kembar
(linier dependent)

(contoh drainase konvensional)


Permukiman merata
(DAS-DAS rusak)

DAS Rusak total

DAS Sungai
Ilustrasi
Permukiman DAS mengumpul

DAS rusak kecil


Apartement -
Rumah Susun
Eko-Drainase
(Drainase ramah lingkungan)

Drainase didefinisikan sebagai usaha mengelola air


kelebihan dengan jalan meresapkan, mengumpulkan
ditempat lain atau mengalirkan secara alamiah ke
sungai tanpa membebani sungai
Metode-metode Kolam konservasi air hujan drainase
ramah lingkungan pemukiman
Eko-Drainase

Situ, embung,
telaga dan danau

Parit konservasi areal


pertanian-perkebunan
DAERAH
PERLINDUNGAN
AIR TANAH
(DIY)

Areal Perlindungan Air Tanah

River side-conservation area di dearah hulu dan tengah, mengurangi


banjir di hilir, meningkatkan konservasi air sungai musim kemarau dan
mutu ekologi
Modifikasi Landscape
ASAS PERENCANAAN SISTEM JARINGAN
DRAINASE
• Drainase alami yang baik yang dimiliki oleh suatu daerah, sedapat mungkin
diikuti dengan tidak terlalu banyak perubahan, yang akan menguntungkan
dilihat dari sisi ekonomi dan stabilitas lahan.

• Saluran drainase yang dibuat diusahakan sependek mungkin untuk


menghindari pemborosan dari segi ekonomi.

• Penggerusan dan pengendapan akibat aliran air pada saluran drainase


diusahakan seminimal mungkin terjadi, atau bahkan kalau mungkin
ditiadakan sama sekali karena hal ini dapat mengganggu fungsi dari fasilitas
drainase tersebut.

• Sedapat mungkin menggunakan saluran yang dimensinya mudah didapatkan


di pasaran (untuk pipa) guna mempercepat dan mempermudah
pelaksanaan di lapangan.

• Bagian-bagian yang rawan dari kerusakan diusahakan mudah ditangani jika


sewaktu-waktu perlu diperbaiki.
TAHAPAN PERENCANAAN SISTEM DRAINASE

• Analisis hujan dan penetapan beban rencana drainase


• Pemilihan periode ulang (return period)
• Pemilihan alternatif sistem drainase.
• Penyusunan kriteria perencanaan, meliputi :
– Perencanaan beban rencana untuk setiap bagian saluran.
– Perencanaan komponen saluran seperti jenis, bentuk, material,
koefisien saluran, kemiringan tepi, kedalaman, kemiringan dasar,
kecepatan maksimum atau minimum, tinggi jagaan (freeboard) dan lain-
lain. Sedang untuk saluran tertutup perlu juga direncanakan diameter
minimum, kedalaman penanaman, material, letak lubang pemasukan
(manhole), jenis sambungan dan lain-lain.
– Perencanaan komponen pelengkap seperti pintu, tanggul, pompa,
bengunan terjun dan lain-lain.
• Perencanaan detail saluran pada dasarnya meliputi dimensi dari
masing-masing saluran sesuai dengan batasan-batasan pada kriteria
perencanaan.
• Perencanaan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan yang meliputi
waktu dan, pembiayaan.
DRAINASE RAMAH LINGKUNGAN

Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan


yang diiringi oleh program pengembangan masyarakat
dilakukan pada berbagai bidang, sebagai berikut :

1.  Sistem pembuangan air hujan di rumah


2.  Saluran drainase sebagai long storage
3.  Penyediaan taman dan kolam di kompleks perumahan
4.  Peningkatan luas badan air
5.  Penataan kawasan sekitar waduk
6.  Pemeliharaan kebersihan
7.  Penataan saluran drainase di kawasan industri
Sistem pembuangan air hujan di rumah

Air hujan  bungker air  sumur resapan  saluran 1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah
air hujan disalurkan ke bunker air. Air yang ditampung pada
bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti untuk menyiram
tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk
air hujan keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari
air dapat
ditampung
dalam bunker
kelebihan air
dari bunker bungker air yang ada maka hal ini dapat secara
digunakan
untuk
berbagai
mengalir ke
sumur resapan langsung mengurangi beban air yang harus disuplai
keperluan kelebihan air dari sumur resapan
mengalir ke selokan dari PAM.
bunker air
selokan

sumur 2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di


pengisian
resapan
bungker air dialirkan menuju sumur resapan. Air dari
air tanah
sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian
kembali air tanah.
Gambar 2. 3 Ilustrasi alur air hujan di rumah.
3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di
sumur resapan kemudian dialirkan ke selokan /
saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan
tahapan terakhir jika semua usaha untuk menahan
air agar dapat meresap ke dalam tanah telah
dilakukan
Saluran drainase sebagai Long Storage

Long storage ini diperlukan karena :


Kolam- taman di kompleks perumahan

 air tidak dapat dibuang langsung ke


laut akibat adanya pengaruh pasang rumah rumah

surut.
 Namun untuk beberapa kawasan lain, kolam

long storage ini dapat berfungsi rumah

sebagai bagian dari proses retensi air


taman

hujan, agar volume air yang menyerap


ke dalam tanah semakin besar. rumah rumah

 musim kemarau, keberadaan air di


saluran drainase cukup penting untuk Gambar Ilustrasi kolam taman di
kompleks perumahan.
menghindari pengendapan dan
tertumpuknya berbagai kotoran yang Untuk perencanaan kawasan perumahan
dapat menimbulkan bau tidak sedap. baru, kolam taman ini dapat dibangun
(penggelontoran) satu unit untuk setiap sekian unit rumah
yang dibangun di kompleks yang
bersangkutan.
 Peningkatan Luas Badan Air
 Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air.
 Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai, dan badan
sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan sungai
yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah di
sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir.
 Penataan Kawasan Sekitar Waduk
 Untuk mendukung terciptanya kawasan waduk yang asri dan terpelihara, perlu
diciptakan kondisi yang memungkinkan masyarakat memiliki peran dalam
pemeliharaan kondisi kawasan sekitar waduk.
 Hal ini dapat dilakukan diantaranya dengan membuat daerah hijau dan taman di
sekeliling waduk, yang dilengkapi dengan jalan sebagai bagian dari sarana
rekreasi.
 Pemeliharaan Kebersihan
 Sebagai bagian dari penataan sistem drainase yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat, pemeliharaan kebersihan merupakan salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat. Dengan peran
aktif masyarakat untuk membersihkan saluran dalam ruang lingkup kecil di sekitar
tempat tinggalnya secara rutin maka pemeliharaan sistem drainase dalam ruang
lingkup kawasan yang lebih besar pun akan terbentuk. Peran serta masyarakat
dapat berupa tindakan langsung pembersihan di lapangan atau berupa
penyediaan dana operasional bagi petugas kebersihan yang ditunjuk.
KRITERIA PERENCANAAN
Kriteria Hidrologi
Hujan Rencana
1. Data hujan minimal 10 tahun
2. Menghitung hujan wilayah dengan Metode Thiessen
3. Analisis Probabilitas dengan Metode Gumbel, LP, atau LP3
4. Perhitungan Intensitas Hujan dengan Metode Mononobe

Debit Banjir Rencana


1. Saluran Induk: Hidrograf Banjir denganh HEC HMS
2. Saluran Kecil: Debit Puncak dengan Metode Rasional
Periode ulang Metode perhitungan
Luas DAS (ha) (tahun) debit banjir
< 10 2 Rasional
10 – 100 2–5 Rasional
101 – 500 5 – 20 Rasional
> 500 10 – 25 Hidrograf satuan
Pedoman Drainase Perkotaan dan Standar Disain Teknis
Kriteria Hidrologi
Debit Banjir Rencana berdasar Tipologi Kota
DAERAH TANGKAPAN AIR (ha)
TIPOLOGI PENDUDUK
KOTA (Jiwa)
<10 10-100 101-500 >500

Metropolitan >1.000.000 2 th 2-5 th 5-10 th 10-25 th


500.000 s/d
Besar 1.000.000 2 th 2-5 th 2-5 th 5-20 th

100.000 s/d
Sedang 2 th 2-5 th 2-5 th 5-10 th
500.000
Kecil <100.000 2 th 2 th 2 th 2-5 th
Kriteria Hidrolika
Bentuk Penampang Saluran
1. Saluran dari Tanah : Trapesium atau Berganda
2. Saluran pasangan batu kali :
• Lebar > 5 m : Trapesium
• Lebar < 5 m : Persegi
3. Saluran dari beton atau beton precast: Persegi

Kecepatan Arus
1. Kecepatan minimum : 0,60 m/detik
2. Kecepatan maksimum
• Saluran dari tanah : 0,60 – 1,50
m/detik*
• Saluran dari pasangan batu kali : 2,00 m/detik
• Saluran dari beton : 3,00 m/detik
*) tergantung jenis tanah
Kriteria Stabilitas Bangunan
Gaya yang Bekerja
1. Gaya Vertkal akibat Beban Sendiri
2. Gaya Luar: akibat tekanan tanah
3. Gaya Gempa

Analisis Stabilitas
1. Stabilitas terhadap Guling
2. Stabilitas terhadapGeser
3. Stabilitas terhadap Daya Dukung Tanah
4. Stabilitas terhadap Sliding (untuk tanggul, timbunan)
Kriteria Penentuan Skala Prioritas
Parameter penentuan prioritas penanganan meliputi:
1. Parameter genangan
2. Parameter ekonomi
3. Parameter gangguan sosial dan fasilitas pemerintah
4. Parameter kerugian dan gangguan transportasi
5. Paratmeter kerugian pada daerah perumahan
Kriteria Parameter Genangan
No. Parameter Genangan Nilai Persentase Nilai
1. Tinggi Genangan : 35
> 0,50 m 100
0,30 m – 0,50 m 75
0,20 m – < 0,30 m 50
0,10 m – < 0,20 m 25
< 0,10 m 0
2. Luas Genangan : 25
> 8 ha 100
4 – 8 ha 75
2 – < 4 ha 50
1 – < 2 ha 25
< 1 ha 0
3. Lamanya Genangan : 20
> 8 jam 100
4 – 8 jam 75
2 – <4 jam 50
1 – 2 jam 25
< 1 jam 0
4. Frekuensi Genangan : 20
Sangat sering (10 kali/tahun) 100
Sering (6 kali/tahun) 75
Kurang sering (3 kali/tahun) 50
Jarang (1 kali/tahun) 25
Tidak pernah 0
Kriteria Parameter Kerugian Ekonomi
Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas
ekonomi yang ada, seperti : kawasan industri, fasum, fasos,
perkantoran, perumahan, daerah pertanian dan pertamanan.
No. Pengaruh/Kerugian Nilai Keterangan
1. Tinggi 100 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah
industri, daerah komersial dan daerah
perkantoran padat
2. Sedang 65 Jika genangan air/banjir terjadi di daerah
industri dan daerah komersial yang kurang
padat
3. Kecil 30 Jika genangan air/banjir mempengaruhi atau
terjadi di daerah perumahan dan atau
daerah pertanian (dalam daerah perkotaan
yang terbatas)
4. Sangat kecil 0 Jika terjadi genangan pada daerah yang
jarang penduduknya dan daerah yang tidak
produktif
Kriteria Parameter Gangguan Sosial dan
Fasilitas Pemerintah
Parameter gangguan sosial dan fasilitas pemerintah, seperti :
kesehatan masyarakat, keresahan sosial dan kerusakan
lingkungan dan kerusakan fasilitas pemerintah.
No. Pengaruh/Kerugian Nilai Keterangan
1. Tinggi 100 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah
yang banyak pelayanan fasilitas sosial dan
fasilitas pemerintah
2. Sedang 65 Jika genangan air/banjir terjadi di daerah
yang sedikit pelayanan fasilitas sosial dan
fasilitas pemerintah
3. Kecil 30 Jika genangan air/banjir mempengaruhi atau
terjadi di daerah yang pelayanan fasilitas
sosial dan fasilitas pemerintah terbatas
4. Sangat kecil 0 Jika tidak ada fasilitas sosial dan fasilitas
pemerintah
Kriteria Parameter Kerugian dan Gangguan
Transportasi
Parameter kerugian dan gangguan transportasi

No. Pengaruh/Kerugian Nilai Keterangan


1. Tinggi 100 Jika genangan air/banjir terjadi pada
daerah yang jaringan transportasinya
padat
2. Sedang 65 Jika genangan air/banjir terjadi di daerah
yang jaringan transportasinya kurang
padat
3. Kecil 30 Jika genangan air/banjir mempengaruhi
atau terjadi di daerah yang jaringan
transportasinya terbatas
4. Tidak ada 0 Jika tidak ada jaringan jalan
Kriteria Parameter Kerugian pada Daerah
Perumahan
Parameter kerugian pada daerah perumahan
No. Pengaruh/Kerugian Nilai Keterangan
1. Tinggi 100 Jika genangan air/banjir terjadi pada
perumahan padat sekali
2. Sedang 65 Jika genangan air/banjir terjadi pada
perumahan yang kurang padat
3. Kecil 30 Jika genangan air/banjir mempengaruhi
atau terjadi di daerah yang hanya pada
beberapa bangunan perumahan
4. Tidak ada 0 Jika ada perumahan pada daerah
genangan air/banjir
Kriteria Parameter Kerugian Hak Milik Pribadi
Parameter kerugian hak milik pribadi/rumah tangga

No. Pengaruh/ Nilai Keterangan


Kerugian
Jika kerugian lebih dari 80% nilai milik
1. Tinggi 100 pribadi
2. Sedang 65 Jika kerugian 80% dari nilai milik pribadi
3. Kecil 30 Jika kerugian kurang dari 40% milik
pribadi
4. Tidak ada 0 Jika tidak ada kerugian milik pribadi
Kriteria Penentuan Skala Prioritas
• Hasil penilaian dari keenam parameter
tersebut untuk masing-masing lokasi
selanjutnya dijumlahkan, hasilnya akan
bervariasi antara 0 s/d 600.
• Lokasi, kawasan, sub-sistem, atau saluran
dengan skor tertinggi merupakan prioritas
utama, makin rendah skor-nya makin rendah
prioritasnya.
DAFTAR ISI (1/3)
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.3. Ruang Lingkup kegiatan
2. Dikripsi Wilayah Studi
2.1. Lokasi Studi
2.2. Kondisi Fisik Daerah Studi
2.2.1. Iklim
2.2.2. Topografi dan Geologi
2.2.3. StrukturTanah dan Penutupan Lahan
2.2.4. Hidrologi dan Hidrogeologi
2.3. Kondisi Sarana dan Prasarana
2.4. Kondisi Sosial Ekonomi
2.4.1. Kependudukan
2.4.2. PDRB
2.4.3. Kondisi Keuangan Daerah
2.5. Fungsi dan Peran Kota Palu
2.6. Kondisi dan Permasalahan Sistem Drainase
2.6.1. Kondisi Sistem Drainase Eksisting
2.6.2. Permasalahan Sistem Drainase
3. .......
DAFTAR ISI (2/3)
3. Kriteria Perencanaan
3.1. Standar yang Digunakan
3.2. Kriteria Hidrologi
3.2. Kriteria Hidrolika
3.3. Kriteria Stabilitas Bangunan
3.4. Kriteria Penentua Skala Prioritas
4. Analisis dan Perencanaan
4.1. Analisa Perkembangan
4.1.1. Proyeksi Penduduk
4.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah
4.2.3. Rencana Pengenbangan Infrastruktur Kota
4.2. Pembagian Sub Sistem Drainase
4.3. Analisa Hidrologi
4.3.1. Analisa Hidrologi Sungai/Saluran Utama
4.3.2. Analisa Hidrologi Saluran Minor
4.3.3. Fasilitas Pemanenan Air Hujan
4.4. .....
DAFTAR ISI (3/3)
4. Analisis dan Perencanaan
4.3. .....
4.4. Analisa Hidrolika
4.4.1. Analisa Hidrolika Sungai/Saluran Utama
4.4.2. Analisa Hidrolika Saluran Minor
4.5. Analisa Stabilitas Bangunan
4.6. Prakiraan Rencana Anggaran Biaya
4.7. Analisa Skala Prioritas
4.8. Penyusunan Rencana Implementasi
4.9. Penyusunan Standar Operasional Prosedur
4.10. Penyusunan Institusi dan Kelembagaan
5. Perencanaan Lokasi Prioritas
5.1. Perencanaan Rinci
5.2. Penggambaran
5.3. Analisa Bill of Quantity dan Rencana Anggaran Biaya
5.4. Penyusunan Spesifikasi Teknis dan Administrasi
6. Simpulan dan Rekomendasi
6.1. Simpulan
6.2. Rekomendasi
TAHAPAN PEKERJAAN RENCANA INDUK

A. Pengumpulan Data
1. Data Spasial

2. Data Hidrologi

3. Data Hidrolika dan Bangunan Pelengkap

4. Data Sarana dan Prasarana

5. Data Lainnya
1. Data Spasial
 studi-studi terkait.
 data rencana pengembangan kota.
 foto udara, atau citra satelit.
 peta topografi.
 peta tata guna lahan.
 peta jenis tanah.
 peta geologi.
 peta air tanah (hidrogeolgi).
 peta jaringan drainase eksisting dan bangunan-bangunannya.
 peta arah aliran.
 lokasi genangan.
 Peta jaringan infrastruktur bawah tanah (air bersih, kabel
telekomunikasi, listrik, dll).
 penduduk dan kepadatan penduduk.
2. Data Hidrologi
 daerah pengaliran sungai atau saluran.
 data stasiun klimatologi dan/atau stasiun penakar
hujan.
 data debit sungai dan saluran.
 data genangan (tinggi genangan, kedalaman, lama
genangan, frekuensi kejadian).
 data sumber air.
 data sedimentasi.
 data pasang surut.
 data fasilitas pemanenan air hujan: kolam, embung,
waduk, sumur resapan, biopori, bioretensi, dll.
3. Data Hidrolika dan Bangunan
Pelengkap

 data dimensi saluran saluran (panjang, lebar, kedalaman,


bahan, tahun dibangun, kapasitas).
 data bangunan: pintu air, gorong-gorong, box culvert, stasiun
pompa (jenis bangunan, letak, tahun dibangun, dimensi,
kapasitas, fungsi, saringan sampah).
 Kondisi badan air penerima (elevasi permukaan air tertinggi,
sedimentasi, penyempitan).
4. Data Sarana dan Prasarana Kota Lainnya

 Gambar jaringan utilitas yang ada, jaringan listrik, jaringan


air PDAM, jaringan telpon, jaringan pipa gas(kalau ada).
 Gambar rencana pengembangan jaringan utilitas tersebut
di atas.

5. Data Lainnya
 Harga bahan dan upah.
 Analisis harga satuan setempat.
 Data kerugian akibat genangan.
B. Inventarisasi Kondisi Sistem Drainase Eksisting

1. Buat peta pembagian sistem, sub-sistem drainase berdasarkan


peta topografi dan kondisi aktual di lapangan.
2. Susun besaran daerah pengaliran (catchment area dalam Ha)
saluran, sungai, menjadi sub-sub sistem daerah pengaliran.
3. Hitung panjang saluran (dalam “m”) dan nama badan air
penerimanya dari setiap saluran yang ada.
4. Inventarisir semua komponen sistem drainase, baik saluran
maupun bangunan pendukungnya, jika data tidak tersedia, ukur
dimensi saluran dan/atau segmen saluran, serta bangunan
lainnya.
5. Lakukan cek lapangan untuk memastikan kondisi yang ada
sesuai dengan data.
6. Catat permasalahan utama yang terjadi pada masing-masing
saluran, segmen saluran dan bangunan lainya beserta foto
kondisinya.
C. Analisis
1. Analisis kondisi eksisting :
• kapasitas saluran, segmen saluran, dan bangunan pendukungnya.

2. Analisis kebutuhan:
a. Tentukan rencana saluran sesuai topografi, tata ruang dan tata guna lahan.
Jaringan diusahakan sebanyak mungkin mengikuti pola eksisting dan alur alam.
Kembangkan sistem gravitasi, sistem pompa hanya dipakai kalau tidak ada
alternatif lain.
b. Tentukan kala ulang pada masing-masing saluran dan/atau segmen saluran
sesuai dengan klasifikasi kota dan orde saluran.
c. Analisis hujan kawasan dan intensitas hujan sesuai dengan kala ulang yang
diperlukan.
d. Hitung debit rencana masing-masing saluran dan/atau segmen saluran dengan
metode yang sesuai, untuk sistem pompa dan/atau sistem polder perlu dihitung
hidrograf banjir.
e. Analisis perbedaan antara kebutuhan (point 2d) dan kondisi yang ada (point 1).
Apabila kapasitas saluran existing lebih besar atau sama dengan debit rencana,
maka saluran yang ada dapat digunakan. Apabila saluran existing lebih kecil
dari rencana, maka saluran tersebut perlu ada tindakan.
f. Tindakan yang dilakukan diarahkan untuk penurunan debit, dengan
mengimplementasikan fasilitas pemanenan air hujan. Jika dengan tindakan ini
kapasitas saluran masih lebih kecil dari debit yang akan terjadi, baru dilakukan
peningkatan kapasitas.
C. Analisis

3. Analisa Solusi

Dari peta genangan, kemudian dibuat beberapa alternatif pemecahan atau


solusi dan dipilih satu alternatif yang paling efisien dan efektif. Alternatif itu
yang dijadikan dasar untuk perencanaan detail dan penyusunan program
tahunan.
D. Penyusunan Usulan Sistem Drainase Perkotaan

1. Susun pola aliran dan sistem drainase kota dan dipilih alternatif yang
paling efisien dan efektif. Jaringan drainase alternatif yang dipilih
sehingga tak ada genangan untuk kala ulang tertentu disebut pola aliran
sistem drainase kota.
2. Buat urutan prioritas sub sistem drainase. Dari pola aliran sistem
drainase seperti butir 1 di atas, kemudian disusun prioritas sub-
sistemnya berdasarkan kebutuhan daerah masing-masing.
3. Tentukan debit rencana (m3/detik) dari masing-masing saluran. Debit
masing-masing saluran telah dihitung pada saat menganalisis
kebutuhan.
4. Rencanakan bentuk-bentuk penampang dan bangunan pelengkapnya
pada masing-masing saluran. Sebaiknya dalam perencanaan baru atau
normalisasi digunakan penampang ekonomis, sedangkan untuk
pekerjaan rehabilitasi digunakan bentuk profil lama dengan dimensi yang
berbeda.
5. Tentukan luas lahan yang akan dibebaskan.
6. Perkirakan besar biaya ganti rugi lahan.
E. Menyusunan Usulan Prioritas

1) Susun tabel skala prioritas berdasarkan parameter yang ada.


Jumlahkan nilai semua parameter untuk masing-masing sub sistem
drainase atau komponen drainase yang dinilai.
2) Urutkan jumlah nilai pada masing-masing sub sistem drainase atau
komponen drainase dari nilai tertinggi ke nilai terendah. Nilai tertinggi
menempati prioritas pertama dan nilai terendah menempati prioritas
terakhir.
3) Susun kegiatan berdasarkan hasil penilaian pada point 2) menjadi
tahapan mendesak (5 tahun), menengah (10tahun), dan panjang (25
tahun), kemudian disusun jangka waktu pelaksanaannya: jadwal
tahunan, jangka pendek 5 tahun, menengah 10 tahun dan jangka
panjang 25 tahun.
F. Menyusunan Usulan BIAYA
1. Hitung besaran biaya pembangunan yang dibutuhkan untuk seluruh
pembangunan atau perbaikan sistem drainase yang diusulkan sesuai tahapan.
Harga satuan yang digunakan untuk biaya pembangunan atau perbaikan sistem
drainase harus sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Daerah setempat pada
tahun yang berjalan.
2. Susun rencana sumber-sumber pembiayaan yang diharapkan. Dalam item
pekerjaan pembangunan atau perbaikan harus dicantumkan sumber dana yang
akan diinvestasikan, misalnya sumber dana dari : APBN, APBD, Pembiayaan
Luar Negeri, Pinjaman Luar Negri/Loan dan Hibah.
3. Hitung besaran biaya operasi dan pemeliharaan seluruh sistem drainase
pertahun. Biasanya biaya operasi dan pemeliharaan diambil 10% dari biaya
pembangunannya.
4. Identifikasi besaran biaya yang dapat ditanggung oleh masyarakat, swasta atau
instansi lain. Fasilitas mana yang akan ditanggung pemeliharaannya oleh
masyarakat. Koordinasi ini sebaiknya dilaksanakan pada tahap perencanaan
dan dilanjutkan pada tahap pelaksanaan, selanjutnya masyarakat menerima
O&M fasilitas tersebut.
5. Usulkan kegiatan untuk meningkatkan sumber pembiayaan. Untuk meningkatkan
sumber pembiayaan fasilitas drainase sebaiknya melibatkan pengembang atau
real estate atau instansi lain baik swasta maupun pemerintah yang mempunyai
masalah dengan fasilitas drainase.
G. Membuat Jadwal Kegiatan Pembangunan Sistem Drainase

1. Tentukan jadwal prioritas zona yang akan ditangani.


2. Tentukan zona sistem drainase yang akan dikerjakan.
3. Tentukan waktu pembuatan studi kelayakan.
4. Tentukan waktu pembuatan rencana teknik.
5. Tentukan waktu pelaksanaan pembangunan fisik.
6. Tentukan waktu kegiatan operasional dan pemeliharaan
dimulai.
H. Institusi Pengelola
1. Usulkan bentuk kelembagaan:
a. Usulkan instansi yang berwenang menangani sistem drainase.
b. Usulkan peningkatan fungsi organisasi pengelola.
c. Usulkan jumlah personil dan uraian tugas dari masing-masing satuan organisasi.
d. Usulkan koordinasi kegiatan pembangunan prasarana dan sarana kota lainnya.
Koordinasi dipimpin oleh Tim yang dibentuk oleh Pemda atau Bappeda setempat.
e. Usulkan koordinasi dengan dinas atau balai yang menangani sungai-sungai yang
melalui kota.

2. Usulkan kebutuhan aspek hukum dan peraturan.


a. Peraturan Daerah yang melarang warga membuang sampah ke dalam saluran
drainase (apabila belum ada) beserta sanksinya.
b. Peraturan Daerah yang mewajibkan warga membangun rumah berhadapan dengan
saluran drainase serta sanksinya.
c. Peraturan Bupati atau Walikota mengenai garis sempadan saluran drainase.
d. Peraturan Bupati atau Walikota mengenai sumur resapan pada pembangunan rumah.
e. Peraturan Bupati atau Walikota mengenai sumur resapan pada pembangunan
saluran primer.
f. Peraturan Bupati atau Walikota mengenai penyedian bak sampah pada jalan-jalan
tertentu, fasilitas umum, taman kota dan lainnya.
H. Institusi Pengelola
3. Usulkan mekanisme dan peningkatan partisipasi masyarakat dan swasta.
a. Pada penyusunan Laporan Pendahuluan tokoh masyarakat diikutsertakan
dalam diskusi dan survei, agar masyarakat tahu sejak awal rencana
pembangunan sistem drainase.
b. Pada diskusi Laporan Pendahuluan diikutsertakan dinas yang terkait
masalah drainase dan tokoh masyarakat setempat untuk memperoleh
masukan untuk suksesnya perencanaan drainase.
c. Pada diskusi Laporan Akhir diikutsertakan dinas yang terkait masalah
drainase dan tokoh masyarakat setempat serta Badan Pertanahan
Nasional setempat, Bappeda dan Dinas Tata Kota mengenai lahan yang
terkena pembebasan untuk jalur drainase dan masalah lainnya sebagai
masukan untuk suksesnya perencanaan drainase.
d. Pada pelaksanaan fisik di lapangan masyarakat telah mengetahui rencana
jaringan drainase ini, sehingga pelaksanaan fisiknya tidak mengalami
kesulitan dalam pembebasan tanahnya.
4. Usul Tim pembebasan tanah dapat dibentuk setahun sebelum pelaksanaan fisik
dimulai. Tim dibentuk oleh Pemda setempat berdasarkan ketentuan yang
berlaku dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat setempat mengenai
penetapan harga ganti rugi tanah dan bangunan berdasarkan hak kepemilikan
tanah dan bangunan. Kesepatan Tim mengenai harga ganti rugi tanah dan
bangunan sebagai dasar untuk pelaksanaan fisik pembebasan di lapangan.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai