1. Irigasi
a. Definisi Irigasi
Daerah Studi adalah Daerah Proyek ditambah dengan seluruh daerah
aliran sungai (DAS) dan tempat-tempat pengambilan air ditambah
dengan daerah-daerah lain yang ada hubungannya dengan daerah studi
Daerah Proyek adalah daerah di mana pelaksanaan pekerjaan
dipertimbangkan dan/atau diusulkan dan daerah tersebut akan mengambil
manfaat langsung dari proyek tersebut.
Daerah Irigasi Total/brutto adalah, daerah proyek dikurangi dengan
perkampungan dan tanah-tanah yang dipakai untuk mendirikan bangunan
daerah yang tidak diairi, jalan utama, rawa-rawa dan daerah-daerah yang
tidak akan dikembangkan untuk irigasi di bawah proyek yang
bersangkutan.
Daerah Irigasi Netto/Bersih adalah tanah yang ditanami (padi) dan ini
adalah daerah total yang bisa diairi dikurangi dengan saluran-saluran
irigasi dan pembuang primer, sekunder, tersier dan kuarter, jalan
inspeksi, jalan setapak dan tanggul sawah. Daerah ini dijadikan dasar
perhitungan kebutuhan air, panenan dan manfaat/ keuntungan yang dapat
diperoleh dari proyek yang bersangkutan. Sebagai angka standar luas
netto daerah yang dapat diairi diambil 0,9 kali luas total daerah-daerah
yang dapat diairi.
Daerah Potensial adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik
untuk dikembangkan. Luas daerah ini sama dengan Daerah lrigasi Netto
tetapi biasanya belum sepenuhnya dikembangkan akibat terdapatnya
hambatan-hambatan nonteknis.
Daerah Fungsional adalah bagian dari Daerah Potensial yang telah
memiliki jaringan irigasi yang telah dikembangkan. Daerah fungsional
luasnya sama atau lebih kecil dari Daerah Potensial.
Saluran + pembuang
Primer dan Sekunder + Tanggul , jalan
Daerah tak bisa diairi Desa Jalan primer Jalan petani Saluran tersier dan kuarter setapak
TAHAP PERENCANAAN
PERENCANAAN - Foto udara (kalau ada), pengukuran pada topografi,
PENDAHULUAN penelitian kecocokan tanah.
- Tata letak dan perencanaan pendahuluan bangunan utama,
saluran dan bangunan, perhitungan neraca air (water
balance). Kegiatan kantor dengan pengecekan lapangan
secara ekstensif
- Pemutakhiran perijinan alokasi air irigasi
- Pengusulan garis sempadan saluran
PERENCANAAN - Pengukuran trase saluran dan penyelidikan detail geologi
DETAIL AKHIR teknik
- Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi
- Pemutakhiran garis sempadan saluran
Strategi
nasional dan propinsi Pemilihan
Pusat atau Pola
kriteria dan pertimbangan
pertimbangan khusus Daerah
Pemilihan
Investarisasi study lebih
tanah dan air Lanjut
Pemantauan
dan
evaluasi
Alokasi Pemilihan
daya study lebih
Lanjut
Pengukuran
dan
Anggaran penyelidikan Anggaran
dan dan
perencanaan perencanaan
program program
Keputusan
bahwa proyek study
bisa diteruskan kelayakan
Alokasi perencanaan dan
daya pelaksanaan proyek
perencanaan Pemilihan
dan proyek sederhana
pembiayaan
proyek pasti
bagi perlengkapan
dan pelaksanaan
d. Tahap Studi
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai
irigasi pertanian ini pada prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor
tanah, air dan penduduk, namun juga akan dipelajari berdasarkan aspek-
aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi rencana nasional
dan regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai studi dan penyelidikan akan
dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan mendalamnya
penyelidikan yang diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu
dengan proyek yang lain. Pada Gambar 3.2 ditunjukkan urut-urutan
kegiatan suatu proyek.
a PP
SA SI SP SK PT
Non
Ekaguna 1
ekonomis
RI
b
4 2
Serbaguna 3 Ekonomis
2. Pemukiman
a. Persiapan tanah (Perataan dan Pengolahan)
Tanah yang akan didirikan pemukiman di olah terlebih dahulu
dengan mendirikan alat. Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih
merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut
mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka
pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk
pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper.
Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozerdapat
digunakan juga motor grader.Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan
maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga
dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan
perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat
pemadat adalah tamping roller, pneumatictiredroller, compactor, dan lain-
lain.
Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul
sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin.
Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat
dilakukan dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust
dengan sendirinya, namun cara ini perlu waktu
lama dan hasilnya kurang sempurna; agar tanah benar-benar
mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan
tanah.
Gambar 4. Grouting
Grouting juga dapat diartikan sebagai metode penyuntikan bahan
semi kental (slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang
bor, dengan tujuan menutup diskontruksi terbuka, rongga-rongga dan
lubang-lubang pada lapisan yang dituju untuk meningkatkan kekuatan
tanah (Dwiyanto, 2005). Sedangkan bahan-bahan yang biasanya dijadikan
sebagai material pengisi pada grouting diantaranya campuran semen dan
air; campuran semen, abu batu dan air; campuran semen, clay dan air;
campuran semen, clay, pasir dan air; asphalt; campuran clay dan air dan
campuran bahan kimia.
Menurut Pangesti (2005), fungsi grouting di dalam tanah atau
batuan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Penetrasi atau Penembusan (permeation/penetration)
Grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan lapisan tipis batuan
dengan pengaruh minimum terhadap struktur asli.
b. Kompaksi atau Pemadatan (compaction/controlled displacement)
Material grouting dengan konsistensi sangat kental dipompakan ke
dalam tanah sehingga mendorong dan memadatkan.
c. Rekah Hidrolik (hydraulic fracturing)
Apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat tarik batuan atau
tanah yang di grouting, akhirnya material pecah dan grouting dengan cepat
menembus zona rekahan. Pelaksanaan grouting meliputi penentuan
titik grouting, uji permebilitas, pemboran dan grouting (Dwiyanto, 2005).
Berikut ini adalah uraian secara singkat mengenai tahap pelaksanaang
routing:
a. Penentuan titik grouting
Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang
ditentukan di lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak tiap-
tiap titik grouting disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor.
Dalam grouting ada 2 macam pemboran, yaitu pemboran dengan
pengambilan core dan pemboran tanpa core. Diameter lubang bor adalah
76 cm untuk pemboran coring dan 46 mm untuk pemboran non coring.
Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan mesin dengan
penggerak hidrolik agar kualitas core yang dihasilkan lebih bagus.
c. Uji Permeabilitas atau Test Lugeon
Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada
tahun 1933, yang bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari
deformasi batuan. Nilai lugeon adalah suatu angka yang menunjukkan
berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi batuan sepanjang
satu meter selama periode satu menit, dengan menggunakan tekanan
standar 10 Bars atau sekitar 10 kg/cm2. Angka ini hampir sama dengan
koefisien kelulusan air sebesar 1 x 10-5 cm/detik. Nilai lugeon dapat
memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam batuan dan sifat batuan
itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air
bertekanan ke dalam lubang bor, menggunakan peralatan yang
disebut rubber packer, yang digunakan untuk menyumbat lubang bor.
Peralatan lain yang digunakan dalam uji permeabilitas antara lain:
Waterflow Meter untuk mengetahui debit air
Stop Watch untuk menentukan waktu rembesan
Pressure Gauge untuk mengetahui tekanan air
Water Pump untuk memompa air
Untuk pengujian dengan tekanan kurang dari 10 kg/cm2, dibuat
ekstrapolasi sehingga bentuk persamaannya menjadi:
Lu= 10Q/PL
Keterangan:
Lu = Lugeon unit (l/mnt/m)
Q = debit aliran yang masuk (l/mnt)
P = tekanan total (Po+Pi) (kg/cm2)
L = panjang lubang yang di uji (m)
d. Grouting
Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan
bahan semi kental (slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui
lubang bor. Komponen utama peralatan grouting adalah grout
mixer dan grout pump.
1.Grout Mixer
Grout mixer adalah mesin pencampur material yang akan
disuntikkan ke dalam tanah atau batuan. Umumnya grout
mixer mempunyai kapasitas mencampur (batching) sebesar 200
liter/batch.
2. Grouting Pump
Grouting pump berperan untuk memompa air maupun
campuran grouting. Kapasitas pemompaan minimum 100 liter/menit pada
tekanan pompa 6 kg/cm2 dan mampu mencapai tekanan hingga 20 kg/cm2.
3.2 Jembatan
a. Pengertian Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang
berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya
rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran
irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan
lain-lain. Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe
struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Jembatan jalan raya (highway bridge),
2) Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
3) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Jembatan di atas sungai atau danau,
2) Jembatan di atas lembah,
3) Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
4) Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
5) Jembatan di dermaga (jetty).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, antara lain :
1) Jembatan kayu (log bridge),
2) Jembatan beton (concrete bridge),
3) Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
4) Jembatan baja (steel bridge),
5) Jembatan komposit (compossite bridge).
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain :
1) Jembatan plat (slab bridge),
2) Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
3) Jembatan gelagar (girder bridge),
4) Jembatan rangka (truss bridge),
5) Jembatan pelengkung (arch bridge),
6) Jembatan gantung (suspension bridge),
7) Jembatan kabel (cable stayed bridge),
8) Jembatan cantilever (cantilever bridge).
Pembangunan jembatan sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi
daerah konstruksi.Suatu jembatan perlu bertumpu pada batuan yang rigid
dari berbagai aspek agar stabilitas dan keberlangsungan jembatan dapat
terpenuhi sesuai yang direncanakan. Aktivitas tektonik/struktur geologi
dan kondisi geologi lainnya dapat menyebabkan batuan yang sebelumnya
terbentuk cukup masif akan dapat menjadi retak atau pecah dan
membentuk zona zona lemah. Keberadaan zona lemah pada batuan
pondasi menyebabkan penurunan kualitas batuan.Karena itu keberadaan
zona lemah ini perlu mendapat perhatian lebih dalam perencanaan
kontruksi jembatan.
b. Aspek - Aspek Yang Harus Diperhatikan Sebelum Membangun Jembatan
1.Survei dan Investigasi
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan
investigasi yang meliputi :
1) Survei tata guna lahan,
2) Survei lalu-lintas,
3) Survei topografi,
4) Survei hidrologi,
5) Penyelidikan tanah,
6) Penyelidikan geologi,
7) Survei bahan dan tenaga kerja setempat.
Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat
rancangan teknis yang menyangkut beberapa hal antara lain :
1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun
lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2) Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
3) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu
lintas.
4) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi
topografi, struktur tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan
perilakunya.
2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis
data hasil survei dan investigasi yang meliputi, antara lain :
1) Analisis data lalu-lintas.
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas
jembatan yang erat hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan
beban lalu-lintas yang direncanakan.
2) Analisis data hidrologi.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir
rancangan, kecepatan aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai dimana
jembatan akan dibangun.
3) Analisis data tanah.
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan
yang berupa pengujian sondir, SPT, boring, dsb.digunakan untuk
mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan pemilihan jenis
konstruksi fondasi jembatan.
4) Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang
erat hubungannya dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat
(oprit).
4. Pembangunan Bendungan
Kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang
sangat besar.Besaran debit yang lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan
sering sekali menjadi masalah baik di sepanjang alur sungai itu sendiri
maupun daerah-daerah disekitarnya.Sedangkan di saat-saat musim kemarau
alur sungai mempunyai debit yang sangat minim.Daerah-daerah disekitarnya
kering, pertanian dan perkebunan kekurangan air.
Kesenjangan kondisi akibat perubahan musim tersebut perlu dilakukan
pengkajian, supaya besaran debit yang terjadi bisa dimanfaatkan dan tidak
menjadi masalah lagi. Sehingga ketersediaan air pada saat musim hujan tidak
berkelebihan dan pada saat musim kemarau tidak terlalu kekurangan.Salah
satu pendekatan dalam pemecahan masalah ini perlu dibuat sebuah bangunan
penampung air di alur sungai tersebut, yaitu bendungan atau
waduk.Bendungan atau waduk tidak saja sebagai tampungan air pada saat
musim hujan tetapi dapat dimanfaatkan untuk tujuan lainnya.Tetapi dalam
tahap perencanaannya perlu dilakukan studi-studi yang seksama supaya
didapat tujuan yang optimal.
Kelayakan pembangunan bendungan selalu ditinjau dari berbagai
aspek, baik kelayakan teknik, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial bahkan
secara politik.
Sebelum seluruh kegiatan survey dimulai, aspek-aspek terpenting yang
mendorong timbulnya gagasan pembangunan sebuah bendungan terlebih
dahulu diketahui yang biasanya adalah:
Pentingnya existensi bendungan tersebut ditinjau dari segi-segi ekonomis
maupun social
Tempat pengendapan lumpur dan pasir (sedimen) yang terbawa air sebagai
berikut:
Peta-petatopografi
Peta-petageologi
Fotoudara
Dataklimatologi
Datahidrologi
bangunan lama).
a. Penelitian Topografi
Kegiatan penelitian topografi dilaksanakan dalam areal rencana
genangan waduk, axis bendungan, tanggul dan lokasi fasilitas bangunan
daerah genangannya
genangannya.
parameter hidrologi yaitu besaran hujan dan debit air sebagai data
masukan dalam perhitungan saluran pengelak, bendungan utama,
3. Perencanaan Teknis
Evapotranspirasi
Infiltrasi
Curah hujan
Ketersediaan air
Kebutuhan air
Debit banjir
Patokan rancangan
Volume genangan
Sedimentasi
Cofferdam
Mein Bandungan
lebar mercu, panjang, kemiringan bagian hulu dan hilir, tinggi jagaan,
bendungan perlu dilakukan analisis gaya- gaya yang akan bekerja pada
bendungan. Gaya-gaya yang bekerja pada bendungan adalah akibat berat
sendiri tubuh bendungan, beban hidrostatis, tekanan air pori, dan beban
seismis. Analisis stabilitas bendungan biasanya dilakukan terhadap lereng
pelaksanaan proyek.