Anda di halaman 1dari 26

APLIKASI GEOLOGI TEKNIK

Geologi Teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan,


yang menjamin pengaruh faktor-faktor geologi terhadap lokasi, desain,
konstruksi, pelaksanaan pembangunan (operation) dan pemeliharaan hasil kerja
keteknikanatau engineering works (American Geological Institute dalam Attewell
& Farmer, 1976).
Didalamnya mempelajari antara lain:
 Mekanika Tanah dan Batuan
 Teknik Pondasi
 Struktur Bawah Tanah
Aplikasi geologi Teknik kebanyakan merupakan suatu hal yang
mnengangkut tentang kegiatan ketekniksipilan seperti konstruksi. Beberapa
Aplikasi Geologi Teknik akan dibahas dibawah ini.

1. Irigasi
a. Definisi Irigasi
 Daerah Studi adalah Daerah Proyek ditambah dengan seluruh daerah
aliran sungai (DAS) dan tempat-tempat pengambilan air ditambah
dengan daerah-daerah lain yang ada hubungannya dengan daerah studi
 Daerah Proyek adalah daerah di mana pelaksanaan pekerjaan
dipertimbangkan dan/atau diusulkan dan daerah tersebut akan mengambil
manfaat langsung dari proyek tersebut.
 Daerah Irigasi Total/brutto adalah, daerah proyek dikurangi dengan
perkampungan dan tanah-tanah yang dipakai untuk mendirikan bangunan
daerah yang tidak diairi, jalan utama, rawa-rawa dan daerah-daerah yang
tidak akan dikembangkan untuk irigasi di bawah proyek yang
bersangkutan.
 Daerah Irigasi Netto/Bersih adalah tanah yang ditanami (padi) dan ini
adalah daerah total yang bisa diairi dikurangi dengan saluran-saluran
irigasi dan pembuang primer, sekunder, tersier dan kuarter, jalan
inspeksi, jalan setapak dan tanggul sawah. Daerah ini dijadikan dasar
perhitungan kebutuhan air, panenan dan manfaat/ keuntungan yang dapat
diperoleh dari proyek yang bersangkutan. Sebagai angka standar luas
netto daerah yang dapat diairi diambil 0,9 kali luas total daerah-daerah
yang dapat diairi.
 Daerah Potensial adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik
untuk dikembangkan. Luas daerah ini sama dengan Daerah lrigasi Netto
tetapi biasanya belum sepenuhnya dikembangkan akibat terdapatnya
hambatan-hambatan nonteknis.
 Daerah Fungsional adalah bagian dari Daerah Potensial yang telah
memiliki jaringan irigasi yang telah dikembangkan. Daerah fungsional
luasnya sama atau lebih kecil dari Daerah Potensial.

Saluran + pembuang
Primer dan Sekunder + Tanggul , jalan
Daerah tak bisa diairi Desa Jalan primer Jalan petani Saluran tersier dan kuarter setapak

Luas bersih yang bisa diairi

Daerah proyek Luas total yang bisa diairi

Gambar 1. Definisi daerah-daerah irigasi

b. Penahapan Perencanaan Irigasi


Proses pembangunan irigasi dilakukan secara berurutan
berdasarkan akronim SIDLACOM untuk mengidentifikasi berbagai
tahapan proyek. Akronim tersebut merupakan kependekan dari :
 S – Survey (Pengukuran/Survei)
 I – Investigation (Penyelidikan)
 D – Design (Perencanaan Teknis)
 La – Land acquisition (Pembebasan Tanah)
 C – Construction (Pelaksanaan)
 O – Operation (Operasii)
 M – Maintenance (Pemeliharaan)
Akronim tersebut menunjukkan urut-urutan tahap yang masing-
masing terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berlainan. Tahap yang berbeda-
beda tersebut tidak perlu merupakan rangkaian kegiatan yang terus
menerus mungkin saja ada jarak waktu di antara tahap-tahap tersebut.

Tabel 1 Penahapan Proyek


TAHAP/TARAF CIRI – CIRI UTAMA
TAHAP STUDI Pemikiran untuk pengembangan irigasi pertanian dan perkiraan
(Studi Awal) luas daerah irigasi dirumuskan di kantor berdasarkan potensi
pengembangan sungai, usulan daerah dan masyarakat.
STUDI - Identifikasi proyek dengan menentukan nama dan luas; garis
IDENTIFIKASI besar skema irigasi alternatif; pemberitahuan kepada
(Pola) instansi-instansi pemerintah yang berwenang serta pihak--
pihak lain yang akan dilibatkan dalam proyek tersebut serta
konsultasi publik masyarakat.
- Pekerjaan-pekerjaan teknik, dan perencanaan pertanian,
dilakukan di kantor dan di lapangan.
STUDI - Kelayakan teknis dari proyek yang sedang dipelajari.
PENGENALAN - Komponen dan aspek multisektor dirumuskan, dengan
/STUDI menyesuaikan terhadap rencana umum tata ruang wilayah.
PRAKELAYAKA - Neraca Air (Supply-demand) yang didasarkan pada
N (Masterplan) Masterplan Wilayah Sungai.
- Perijinan alokasi pemakaian air (sesuai PP 20 tahun 2006
tentang irigasi pasal 32)
- Penjelasan mengenai aspek-aspek yang belum dapat
dipecahkan selama identifikasi.
- Penentuan ruang lingkup studi yang akan dilakukan lebih
lanjut.
- Pekerjaan lapangan dan kantor oleh tim yang terdiri atas
orang-orang dari berbagai disiplin ilmu.
- Perbandingan proyek-proyek alternatif dilihat dari segi
perkiraan biaya dan keuntungan yang dapat diperoleh.
- Pemilihan alternatif untuk dipelajari lebih lanjut.
- Penentuan pengukuran dan penyelidikan yang diperlukan.
- Diusulkan perijinan alokasi air irigasi.
STUDI - Analisa dari segi teknis dan ekonomis untuk proyek yang
KELAYAKAN sedang dirumuskan
- Menentukan batasan/definisi proyek dan sekaligus me-
netapkan prasarana yang diperlukan
- Mengajukan program pelaksanaan
- Ketepatan yang disyaratkan untuk aspek-aspek teknik serupa
dengan tingkat ketepatan yang disyaratkan untuk
perencanaan pendahuluan.
- Studi Kelayakan membutuhkan pengukuran topografi,
geoteknik dan kualitas tanah secara ekstensif, sebagaimana
untuk perencanaan pendahuluan

TAHAP PERENCANAAN
PERENCANAAN - Foto udara (kalau ada), pengukuran pada topografi,
PENDAHULUAN penelitian kecocokan tanah.
- Tata letak dan perencanaan pendahuluan bangunan utama,
saluran dan bangunan, perhitungan neraca air (water
balance). Kegiatan kantor dengan pengecekan lapangan
secara ekstensif
- Pemutakhiran perijinan alokasi air irigasi
- Pengusulan garis sempadan saluran
PERENCANAAN - Pengukuran trase saluran dan penyelidikan detail geologi
DETAIL AKHIR teknik
- Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi
- Pemutakhiran garis sempadan saluran
Strategi
nasional dan propinsi Pemilihan
Pusat atau Pola
kriteria dan pertimbangan
pertimbangan khusus Daerah

Pemilihan
Investarisasi study lebih
tanah dan air Lanjut

Pemantauan
dan
evaluasi

Studi Pengenalan Study


Pelaksanaan exploitasi kelayakan dan
dan dan Irigasi penyaringan
exploitasi pemeliharaan Masalah Alokasi proyek
Air Irigasi
untuk study

Alokasi Pemilihan
daya study lebih
Lanjut

Pengukuran
dan
Anggaran penyelidikan Anggaran
dan dan
perencanaan perencanaan
program program

Keputusan
bahwa proyek study
bisa diteruskan kelayakan
Alokasi perencanaan dan
daya pelaksanaan proyek

perencanaan Pemilihan
dan proyek sederhana
pembiayaan
proyek pasti
bagi perlengkapan
dan pelaksanaan

Rencana wilayah Keputusan


atau induk

Kegiatan perencanaan Hasil kegiatan dan keputusan


atau induk ( garis yang lebih tebal menunjukan -
urutan persiapan pokok )

Gambar 2. Hubungan timbal balik antara berbagai taraf termasuk pembuatan


Rencana Induk
c. Instansi-instansi yang terkait dimana data-data dapat diperoleh
Data-data dapat diperoleh dari instansi-instansi berikut
 BAKOSURTANAL: untuk peta-peta topografi umum dan foto-foto
udara.
 Direktorat Geologi: untuk peta-peta topografi dan peta-peta geologi.
 Badan Meteorologi dan Geofisika: untuk data-data meteorologi dan
peta-peta topografi.
 Puslitbang Sumber Daya Air, Seksi Hidrometri: untuk catatan-catatan
aliran sungai dan sedimen, data meteorologi dan peta-peta topografi.
 DPUP: untuk peta-peta topografi, catatan mengenai aliran sungai,
pengelolaan air dan catatan-catatan meteorologi, data-data jalan dan
jembatan, jalan air.
 Dinas Tata Ruang Daerah : informasi mengenai tata ruang.
 PLN, Bagian Tenaga Air: untuk peta daerah aliran dan data-data aliran
air.
 Puslit Tanah : Peta Tata Guna Lahan
 Departemen Pertanian: untuk catatan-catatan mengenai
agrometeorologi serta produksi pertanian.
 Balai Konservasi lahan dan hutan : informasi lahan kritis
 Biro Pusat Statistik (BPS): untuk keterangan-keterangan statistik,
kementerian dalam negeri, agraria, untuk memperoleh data-data
administratif dan tata guna tanah.
 Balai Wilayah Sungai : informasi kebutuhan air multisektor.
 Bappeda: untuk data perencanaan dan pembangunan wilayah.
 Kantor proyek (kalau ada).

d. Tahap Studi
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai
irigasi pertanian ini pada prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor
tanah, air dan penduduk, namun juga akan dipelajari berdasarkan aspek-
aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi rencana nasional
dan regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai studi dan penyelidikan akan
dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan mendalamnya
penyelidikan yang diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu
dengan proyek yang lain. Pada Gambar 3.2 ditunjukkan urut-urutan
kegiatan suatu proyek.

a PP

SA SI SP SK PT
Non
Ekaguna 1
ekonomis
RI
b
4 2

Serbaguna 3 Ekonomis

Gambar 3.. Urut-urutan Kegiatan proyek

Dalam Gambar 3.2. Urut-urutan kegiatan proyek


SA : Studi awal
SI : Studi identifikasi
SP : Studi pengenalan
SK : Studi kelayakan
PP : Perencanaan pendahuluan
PD : Perencanaan detail
RI : Rencana induk
Klasifikasi sifat-sifat proyek dapat ditunjukkan dengan matriks
sederhana (lihat Gambar 3).
'Ekonomis' berarti bahwa keuntungan dan biaya proyek
merupakan data evaluasi yang punya arti penting.
'Nonekonomis' berarti jelas bahwa proyek menguntungkan.
Faktor-faktor sosio-politis mungkin ikut memainkan peran; proyek yang
bersangkutan memenuhi kebutuhan daerah (regional).
Pada dasarnya semua proyek harus dianalisis dari segi ekonomi.
Oleh sebab itu, kombinasi 4 tidak realistis.

2. Pemukiman
a. Persiapan tanah (Perataan dan Pengolahan)
Tanah yang akan didirikan pemukiman di olah terlebih dahulu
dengan mendirikan alat. Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih
merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut
mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka
pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk
pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper.
Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozerdapat
digunakan juga motor grader.Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan
maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga
dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan
perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat
pemadat adalah tamping roller, pneumatictiredroller, compactor, dan lain-
lain.
Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul
sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin.
Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat
dilakukan dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust
dengan sendirinya, namun cara ini perlu waktu
lama dan hasilnya kurang sempurna; agar tanah benar-benar
mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan
tanah.

b. Penguatan lereng dengan Grouting


Grouting merupakan suatu metode atau teknik yang dilakukan
untuk memperbaiki keadaan bawah tanah dengan cara memasukkan bahan
yang masih dalam keadaan cair, dengan cara tekanan, sehingga bahan
tersebut akan mengisi semua retakan-retakan dan lubang-lubang yang ada
di bawah permukaan tanah, kemudian setelah beberapa saat bahan tersebut
akan mengeras, dan menjadi satu kesatuan dengan tanah yang ada
sehingga kestabilan suatu permukaan tanah akan tetap terjaga.

Gambar 4. Grouting
Grouting juga dapat diartikan sebagai metode penyuntikan bahan
semi kental (slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui lubang
bor, dengan tujuan menutup diskontruksi terbuka, rongga-rongga dan
lubang-lubang pada lapisan yang dituju untuk meningkatkan kekuatan
tanah (Dwiyanto, 2005). Sedangkan bahan-bahan yang biasanya dijadikan
sebagai material pengisi pada grouting diantaranya campuran semen dan
air; campuran semen, abu batu dan air; campuran semen, clay dan air;
campuran semen, clay, pasir dan air; asphalt; campuran clay dan air dan
campuran bahan kimia.
Menurut Pangesti (2005), fungsi grouting di dalam tanah atau
batuan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Penetrasi atau Penembusan (permeation/penetration)
Grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan lapisan tipis batuan
dengan pengaruh minimum terhadap struktur asli.
b. Kompaksi atau Pemadatan (compaction/controlled displacement)
Material grouting dengan konsistensi sangat kental dipompakan ke
dalam tanah sehingga mendorong dan memadatkan.
c. Rekah Hidrolik (hydraulic fracturing)
Apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat tarik batuan atau
tanah yang di grouting, akhirnya material pecah dan grouting dengan cepat
menembus zona rekahan. Pelaksanaan grouting meliputi penentuan
titik grouting, uji permebilitas, pemboran dan grouting (Dwiyanto, 2005).
Berikut ini adalah uraian secara singkat mengenai tahap pelaksanaang
routing:
a. Penentuan titik grouting
Penentuan titik grouting berpatokan pada stasiun-stasiun yang
ditentukan di lapangan melalui penyelidikan oleh tenaga ahli. Jarak tiap-
tiap titik grouting disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Pemboran
Pelubangan titik grouting dilakukan dengan cara di bor.
Dalam grouting ada 2 macam pemboran, yaitu pemboran dengan
pengambilan core dan pemboran tanpa core. Diameter lubang bor adalah
76 cm untuk pemboran coring dan 46 mm untuk pemboran non coring.
Khusus untuk permboran dengan coring diperlukan mesin dengan
penggerak hidrolik agar kualitas core yang dihasilkan lebih bagus.
c. Uji Permeabilitas atau Test Lugeon
Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon pada
tahun 1933, yang bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari
deformasi batuan. Nilai lugeon adalah suatu angka yang menunjukkan
berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi batuan sepanjang
satu meter selama periode satu menit, dengan menggunakan tekanan
standar 10 Bars atau sekitar 10 kg/cm2. Angka ini hampir sama dengan
koefisien kelulusan air sebesar 1 x 10-5 cm/detik. Nilai lugeon dapat
memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam batuan dan sifat batuan
itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.
Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air
bertekanan ke dalam lubang bor, menggunakan peralatan yang
disebut rubber packer, yang digunakan untuk menyumbat lubang bor.
Peralatan lain yang digunakan dalam uji permeabilitas antara lain:
 Waterflow Meter untuk mengetahui debit air
 Stop Watch untuk menentukan waktu rembesan
 Pressure Gauge untuk mengetahui tekanan air
 Water Pump untuk memompa air
Untuk pengujian dengan tekanan kurang dari 10 kg/cm2, dibuat
ekstrapolasi sehingga bentuk persamaannya menjadi:
Lu= 10Q/PL
Keterangan:
Lu = Lugeon unit (l/mnt/m)
Q = debit aliran yang masuk (l/mnt)
P = tekanan total (Po+Pi) (kg/cm2)
L = panjang lubang yang di uji (m)
d. Grouting
Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara menyuntikkan
bahan semi kental (slurry material) ke dalam tanah atau batuan melalui
lubang bor. Komponen utama peralatan grouting adalah grout
mixer dan grout pump.
1.Grout Mixer
Grout mixer adalah mesin pencampur material yang akan
disuntikkan ke dalam tanah atau batuan. Umumnya grout
mixer mempunyai kapasitas mencampur (batching) sebesar 200
liter/batch.
2. Grouting Pump
Grouting pump berperan untuk memompa air maupun
campuran grouting. Kapasitas pemompaan minimum 100 liter/menit pada
tekanan pompa 6 kg/cm2 dan mampu mencapai tekanan hingga 20 kg/cm2.

3. Jalan dan Jembatan


3.1 Jalan
a. Pengertian Jalan Raya
Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat
oleh manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat
dipakai sebagai jalur lalu lintas orang, hewan dan kendaraan.
Pada akhir abad 18, Thomas Telford dari Skotlandia (1757-1834) ahli
jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang
prinsipnya sama seperti jembatan lengkung seperti berikut ini ;
“ Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang
berdiri dengan tangan “.Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut
“Sistem Telford”.
Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 – 1836), memperkenalkan
kontruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang-tindih” dengan menggunakan
batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3“).Perkerasan sistem ini sangat
berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal/mekanis
(dengan mesin).Selanjutnya sistem ini disebut “Sistem Mc. Adam”.
Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih sering
dipergunakan di daerah - daerah di Indonesia dengan menggabungkannya
menjadi sistem Telford-Mc Adam.Dengan pembagian, untuk bagian bawah
sistem Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.
Perkerasan jalan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat
ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan
jenis ini tidak berkembang sampai ditemukan kendaraan bermotor oleh
Gofflieb Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880.Mulai tahun 1920 sampai
sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat maju pesat.Di Indonesia perkembangan perkerasan aspal
dimulai pada tahap awal berupa konstruksi Telford dan Macadam yang
kemudian diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat
dan ditaburi pasir kasar yang kemudian berkembang menjadi lapisan penetrasi
(Lapisan Burtu, Burda Buras). Tahun 1980 diperkenalkan perkerasan jalan
dengan aspal: emulsi dan Butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian
aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang
kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastic,
perkembangan konstruksi perkerasan jalan. menggunakan aspal panas (hot
mix) mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul
dengan jenis yang lain seperti: aspal beton (AC) dan lain-lain.
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat
telah ditemukan pada tahun 1928 di London tetapi konstruksi perkerasan ini
mulai berkembang pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya
pembangunan perkerasan jalan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan
perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal sekitar
pertengahan tahun 1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup
pesat sejak tahun 1980.
b. Macam - Macam Jalan Raya Menurut Konstruksinya
 Jalan tanah yaitu jalur yang belum memiliki lapisan perkerasan, lapisan
pondasi dan lapisan bidang permukaan. Dalam pembuatan jalan di
Indonesia perlu mempertimbangkan penyusutan
 Jalan kerikil/jalan batu pecah yaitu jalur jalan yang telah memiliki lapisan
perkerasan, yang terdiri dari :
 Jalan yang diaspal yaitu jalur jalan batu pecah/kerikil yang dilapisi aspal
c. Perencanaan Geometrik Jalan Raya
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan
jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan sehingga
dapat memenuhi, fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan
optimum (keamanan dan kenyamanan) pada arus lalu-lintas dan sebagai
akses kerumah-rumah.Dalam lingkup perencanaan geometrik jalan tidak
termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan walaupun dimensi dari
perkerasan merupakan bagian dari perencanaan jalan seutuhnya, demikian
pula dengan drainase jalan.
Tujuan dari perencanaan Geometrik jalan adalah “menghasilkan
infrastruktur yang aman, effisiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan”.Ruang,
bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberi rasa aman
dan nyaman kepada pemakai jalan.
Dasar dari perencanaan geometrik adalah
1) Sifat gerakan, dan
2) Ukuran kendaraan,
3) Sifat pengemudi Dalam Mengendalikan Gerak Kendaraannya,
4) Karakteristik arus lalu-lintas.
Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana
sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan
yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
d. Survei Geologi
Meliputi pemetaan jenis batuan dilakukan secara visual, dengan
bantuan loupe dan alat lainnya untuk menentukan penyebaran tanah/batuan
dasar dan kisaran tebal tanah pelapukan. Beberapa hal yang dilakukan pada
saat survey geologi sebagai berikut:
a) Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail pada peta dasar
topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:25.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 – 1000 m.
b) Pekerjaan penyelidikan lapangan dilakukan dengan menggunakan
peralatan:
1) Palu geologi untuk mengambil contoh batuan.
2) Kompas geologi untuk menentukan jurus dan kemiringan lapisan batuan.
3) Loupe (kaca pembesar) untuk mengidentifikasi jenis mineral yang ada.
kemudian hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk di
dalamnya pengamatan tentang:
 Gerakan tanah.
 Tebal pelapukan tanah dasar.
 Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka
airtanah.
 Tata guna lahan.
 Kedalaman.
 Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi
yang ada, jenis dan karakteristik batuan, kondisi lereng serta kekerasan
batuan.

3.2 Jembatan
a. Pengertian Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang
berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya
rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran
irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan
lain-lain. Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe
struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Jembatan jalan raya (highway bridge),
2) Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
3) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Jembatan di atas sungai atau danau,
2) Jembatan di atas lembah,
3) Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
4) Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
5) Jembatan di dermaga (jetty).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, antara lain :
1) Jembatan kayu (log bridge),
2) Jembatan beton (concrete bridge),
3) Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
4) Jembatan baja (steel bridge),
5) Jembatan komposit (compossite bridge).
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain :
1) Jembatan plat (slab bridge),
2) Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
3) Jembatan gelagar (girder bridge),
4) Jembatan rangka (truss bridge),
5) Jembatan pelengkung (arch bridge),
6) Jembatan gantung (suspension bridge),
7) Jembatan kabel (cable stayed bridge),
8) Jembatan cantilever (cantilever bridge).
Pembangunan jembatan sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi
daerah konstruksi.Suatu jembatan perlu bertumpu pada batuan yang rigid
dari berbagai aspek agar stabilitas dan keberlangsungan jembatan dapat
terpenuhi sesuai yang direncanakan. Aktivitas tektonik/struktur geologi
dan kondisi geologi lainnya dapat menyebabkan batuan yang sebelumnya
terbentuk cukup masif akan dapat menjadi retak atau pecah dan
membentuk zona zona lemah. Keberadaan zona lemah pada batuan
pondasi menyebabkan penurunan kualitas batuan.Karena itu keberadaan
zona lemah ini perlu mendapat perhatian lebih dalam perencanaan
kontruksi jembatan.
b. Aspek - Aspek Yang Harus Diperhatikan Sebelum Membangun Jembatan
1.Survei dan Investigasi
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan
investigasi yang meliputi :
1) Survei tata guna lahan,
2) Survei lalu-lintas,
3) Survei topografi,
4) Survei hidrologi,
5) Penyelidikan tanah,
6) Penyelidikan geologi,
7) Survei bahan dan tenaga kerja setempat.
Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat
rancangan teknis yang menyangkut beberapa hal antara lain :
1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun
lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2) Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
3) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu
lintas.
4) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi
topografi, struktur tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan
perilakunya.
2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis
data hasil survei dan investigasi yang meliputi, antara lain :
1) Analisis data lalu-lintas.
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas
jembatan yang erat hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan
beban lalu-lintas yang direncanakan.
2) Analisis data hidrologi.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir
rancangan, kecepatan aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai dimana
jembatan akan dibangun.
3) Analisis data tanah.
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan
yang berupa pengujian sondir, SPT, boring, dsb.digunakan untuk
mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan pemilihan jenis
konstruksi fondasi jembatan.
4) Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang
erat hubungannya dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat
(oprit).

4. Pembangunan Bendungan
Kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang
sangat besar.Besaran debit yang lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan
sering sekali menjadi masalah baik di sepanjang alur sungai itu sendiri
maupun daerah-daerah disekitarnya.Sedangkan di saat-saat musim kemarau
alur sungai mempunyai debit yang sangat minim.Daerah-daerah disekitarnya
kering, pertanian dan perkebunan kekurangan air.
Kesenjangan kondisi akibat perubahan musim tersebut perlu dilakukan
pengkajian, supaya besaran debit yang terjadi bisa dimanfaatkan dan tidak
menjadi masalah lagi. Sehingga ketersediaan air pada saat musim hujan tidak
berkelebihan dan pada saat musim kemarau tidak terlalu kekurangan.Salah
satu pendekatan dalam pemecahan masalah ini perlu dibuat sebuah bangunan
penampung air di alur sungai tersebut, yaitu bendungan atau
waduk.Bendungan atau waduk tidak saja sebagai tampungan air pada saat
musim hujan tetapi dapat dimanfaatkan untuk tujuan lainnya.Tetapi dalam
tahap perencanaannya perlu dilakukan studi-studi yang seksama supaya
didapat tujuan yang optimal.
Kelayakan pembangunan bendungan selalu ditinjau dari berbagai
aspek, baik kelayakan teknik, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial bahkan
secara politik.
Sebelum seluruh kegiatan survey dimulai, aspek-aspek terpenting yang
mendorong timbulnya gagasan pembangunan sebuah bendungan terlebih
dahulu diketahui yang biasanya adalah:
 Pentingnya existensi bendungan tersebut ditinjau dari segi-segi ekonomis
maupun social

 Tujuan-tujuan pokok pembangunan dari bendungan 


 Fungsi pokok yang akan dibebankan pada calon bendungan 


 Perkiraan kemampuan teknis dari calon bendungan 


a. Tujuan dan Manfaat Pembangunan Bendungan 


Sesuai dengan tujuan pembuatan bendungan ini yaitu sebagai sarana


untuk mengendalikan banjir, melestarikan tanah dan sumber-sumber air serta

pengendalian erosi, maka manfaat yang bisa diharapkan adalah: 


 Tempat penampung air untuk persediaan dimusim kemarau, dan pada

waktu musim 
 hujan dapat mengurangi debit banjir di hilir bendungan

 Tempat pengendapan lumpur dan pasir (sedimen) yang terbawa air sebagai

hasil 
 erosi di daerah pengaliran sungai di hulu bendungan

 Sebagian air di waduk ini akan meresap ke dalam tanah di sekitarnya

sehingga 
 memperbesar cadangan air tanah dan memperbesar

ketersediaan air pada musim 
 kemarau 


 Air waduk bisa dimanfaatkan untuk perikanan dan tempat rekreasi. 


b. Tahapan dalam perencanaan


1. Studi kelayakan pendahuluan (Pre Feasibility Study)
2. Studi kelayakan (Feasibility Study)
3. Perencanaan teknis (Detailed Design)

4. Pelaksanaan pembangunan (Contruction) 



1. Studi Kelayakan Pendahuluan
Pencarian informasi data perencanaan diperlukan kegiatan penyelidikan
pada data-data yang akan dijadikan bahan analisis selanjutnya. Pada dasarnya
kegiatan studi kelayakan pendahuluan terdiri dari : pengumpulan data, dan
pengujian data yang sudah terkumpul, selanjutnya diadakan perencanaan
pemetaan topografi yang lebih lengkap dan penelitian geologi di beberapa
tempat. Kemudian diadakan perhitungan-perhitungan teknis dan ekonomis
yang masih bersifat sederhana, penentuan lokasi proyek dan desain yang
sederhana pula.

 Pengumpulan data-data
 Data-data yang diperlukan adalah sebagai

berikut:

 Peta-petatopografi 


 Peta-petageologi 


 Fotoudara 


 Dataklimatologi 


 Datahidrologi 


 Data jaringan irigasi (pengairan) 


 Lain-lain (Land use, kehutanan, perkebunan, data tenaga listrik, bangunan-


 bangunan lama). 


 Pengujian
 Pengujian yang dimaksudkan adalah melakukan kalibrasi

data-data yang sudah terkumpul. Pada hakekatnya data-data yang


terkumpul tidaklah semuanya dapat dipercaya dan langsung digunakan,
sehingga perlu dilakukan pengujian tingkat keandalannya.Pengujian
dilakukan dengan membandingkan, pemeriksaaan dan mencari kesamaan
dari data-data yang terkumpul dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga
pada tahap ini perlu dilakukan peninjauan ke beberapa lokasi di lapangan.
2. Studi Kelayakan
Di dalam tahap studi kelayakan ini diteliti kembali semua perhitungan dan
desain yang telah dibuat terdahulu.Lalu melakukan pemetaan topografi dengan
skala yang lebih kecil, memasang alat-alat pengukur parameter hidrologi dan
klimatologi, serta penyelidikan geologi.
Dari data yang diperoleh dapat dibuat perhitungan teknis beberapa
bangunan terutama yang diperlukan dan dalam perhitungan ekonomis proyek.
Pada tahap ini sudah dapat ditentukan lokasi proyeknya, hanya saja untuk tipe

dan letak as bendungan masih terdapat beberapa alternatif.


a. Penelitian Topografi
Kegiatan penelitian topografi dilaksanakan dalam areal rencana
genangan waduk, axis bendungan, tanggul dan lokasi fasilitas bangunan

serta rencana saluran pensuplai air ke areal daerah irigasi.
 Lingkup

kegiatan penelitian topografi akan dilakukan meliputi :

 Pemasangan Bench Mark (BM) baru 


 Pengukuran poligon dan waterpass pada areal rencana waduk dan

daerah 
 genangannya 


 Pengukuran situasi detail areal rencana waduk dan daerah

genangannya. 


 Pengukuran profil memanjang dan melintang sungai di sekitar axis

Dam hingga 
 batas daerah genangan 


 Pengolahan dan analisa data hasil pengukuran di lapangan 


 Penggambaran hasil pengukuran situasi detail, dalam daerah


genangan, yang disajikan dalam bentuk peta situasi bendungan dan
daerah genangan dengan beda kontur 1 m.

b. Penelitian meteorologi dan klimatologi
 Data yang diperoleh adalah

temperatur, kelembaban, curah hujan, angin, tekanan udara, radiasi


matahari dan penguapan di suatu daerah selama periode tertentu. 


c. Penelitian hidrologi
 Tujuan penelitian adalah untuk mencari

parameter hidrologi yaitu besaran hujan dan debit air sebagai data
masukan dalam perhitungan saluran pengelak, bendungan utama,

bangunan pelimpah, sedimentasi dan volume waduk 


d. Penelitian Geoteknik
 Penelitian Geoteknik dan Mekanika Tanah

adalah untuk meneliti, mempelajari, menyelidiki keseimbangan dan


perubahan dari tanah, jenis dan sifat tanah, pelapukan, zone gempa baik
di lapangan maupun di laboratorium. Data-data yang didapat dari hasil
penelitian geoteknik dan mekanika tanah tersebut akan dapat
menentukan axis bendungan, tipe dan bahan bendungan serta
parameter-parameter lain yang akan digunakan dalam perhitungan

pondasi dan stabiltas. 


e. Penelitian Sosial Ekonomi
 Kegiatan penelitian sosial ekonomi

meliputi pengumpulan data sekunder sosial ekonomi, untuk memberi


gambaran kondisi yang ada dalam wilayah studi. Pengumpulan data
dilakukan dengan pola pendekatan langsung pada instansi yang terkait
sesuai kebutuhan data yang diperlukan. Sehingga akan didapatkan data
pada kondisi sebelum adanya pembangunan, sebagai bahan

pengembangan pada saat pelaksanaan dan pasca proyek. 


3. Perencanaan Teknis

a. Analisis Hidrologi
 Perencanaan bangunan-bangunan air sama halnya

dengan bendungan, hasil analisis hidrologi merupakan informasi yang


sangat penting untuk pekerjaan perhitungan pendimensian dan
karakteristik bangunannya. Tanpa diketahui secara jelas sifat dan 10
besaran hidrologinya, maka tidak akan dapat menentukan sifat dan besaran
hidrauliknya.
 Perancangan hidraulik bangunan diperlukan patokan

rancangan yang benar, sehingga akan mendapatkan bangunan yang


berfungsi secara optimal baik secara struktural maupun fungsionalnya.
Patokan rancangan didapatkan setelah dilakukan pemahaman konsep-
konsep dasar hidrologi dan menganalisisnya dengan pemahaman kondisi
lapangan atau daerah lokasi rencana proyek.
Analisis hidrologi yang dihasilkan dan sebagai informasi (data)
perencanaan hidraulik dari bangunan yang akan dibuat adalah :

 Evapotranspirasi 


 Infiltrasi 


 Curah hujan 


 Ketersediaan air 


 Kebutuhan air 


 Debit banjir 


 Patokan rancangan 


 Volume genangan 


 Sedimentasi 


Langkah dan metode-metode perhitungan pada butir-butir (a)


sampai (g) telah dijelaskan oleh makalah-makalah sebelumnya.Sehingga
penjelasannya dapat dilihat pada isi makalah tersebut.

b. Analisis Hidroulik
 Analisis disini dimaksudkan sebagai kegiatan untuk

mendapatkan dimensi bangunan secara hidrolis dengan mendapatkan


parameter-parameter bangunan baik ukuran maupun parameter hidraulik
lainnya. Adapun bangunan-bangunan yang perlu direncanakan dalam
rangka perencanaan bendungan yaitu :
 Saluran pengelak 


 Cofferdam 


 Mein Bandungan 


-Dimensi
 Dimensi bendungan merupakan ukuran ketinggian,

lebar mercu, panjang, kemiringan bagian hulu dan hilir, tinggi jagaan,

volume, dari bendungan serta parameter-parameter hidroulis lainnya. 


- Pondasi
 Pondasi sebagai penahan gaya berat dari tubuh

bendungan dan gaya-gaya hidrostatik harus memenuhi persyaratan.


Persyaratan tersebut adalah mempunyai daya dukung, penghambat aliran

filtrasi dan tahan terhadap terjadinya sufosi (piping). 


c. Perhitungan Stabilitas
 Untuk mendapatkan tingkat stabilitas dari

bendungan perlu dilakukan analisis gaya- gaya yang akan bekerja pada
bendungan. Gaya-gaya yang bekerja pada bendungan adalah akibat berat
sendiri tubuh bendungan, beban hidrostatis, tekanan air pori, dan beban
seismis. Analisis stabilitas bendungan biasanya dilakukan terhadap lereng

bendungan (tipe urugan) dan akibat filtrasi. 


d. Bangunan pelengkap
 Operasional bendungan perlu ditunjang oleh

bangunan pelengkap agar fungsi dari bendungan dapat dicapai dengan


baik. Tanpa adanya bangunan pelengkap memungkinkan akan
membahayakan konstruksi atau bendungan tidak dapat berfungsi dengan
baik. Adapaun bangunan pelengkap yang diperlukan adalah :

 Bangunan pelimpah 
 Tujuannya adalah untuk mengalirkan air banjir

agar tidak membahayakan keamanan bendungan. Dimensi dari


bangunan pelimpah perlu diperhitungkan secara matang sehingga
diharapkan dapat mengantisipasi debit banjir yang besar. Jenis dan
model bangunan pelimpah biasanya disesuaikan dengan kondisi geologi

dan tipe bandungan. 


 Bangunan penyadapan
 Tujuan bangunan penyadapan adalah untuk

mengeluarkan air dari bendungan dan memasukkannya ke dalam


saluran dan mengatur debit airnya agar dapat dipakai untuk memenuhi

salah satu atau lebih keperluan yang direncanakan 
 (Soedibyo, 1993).

Pendimensian bangunan penyadapan didasarkan pada kebutuhan air


yang direncanakan.

e. Penggambaran 
 Hasil perhitungan dari perencanaan bendungan di atas

ditranformasikan kedalam bentuk gambar dengan skala tertentu.


Penggambaran dilakukan mulai dari topografi genangan, lokasi, denah,
potongan memanjang dan melintang bendungan, dan detail- detail. Hasil
penggambaran tersebut merupakan informasi mengenai jenis bangunan,
ukuran dan bahan yang akan digunakan pada pembangunannya. Sehingga
akan dijadikan dasar untuk perhitungan anggaran biaya dan bestek dalam

pelaksanaan proyek. 


f. Analisa Ekonomi
 Hasil perhitungan anggaran biaya dari informasi

gambar bestek didapatkan besaran tertentu. Hitungan ini juga dapat


dijadikan informasi pembuatan jadwal kerja (time schedule), kebutuhan
bahan dan material (material schedule) dan kebutuhan tenaga kerja (man

power schedule).
 Analisa ekonomi ini bertujuan untuk memperoleh

perbandingan antara investasi dan keuntungan setelah pembangunan


bendungan selesai dan dioperasikan. Nilai investasi merupakan harga fisik
dari bendungan dan biaya operasional untuk tiap tahunnya.Sedangkan
keuntungan didapatkan dari perkiraan nilai jual air yang digunakan baik

untuk PLTA, irigasi, kebutuhan domestik maupun penggunaan lainnya. 



4. Pelaksanaan Pembangunan
Rencana pelaksanaan konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga
urutan-urutan pelaksanaannya yang efektif dan efisien dan tidak tumpang
tindih.Jadwal kerja yang telah dibuat dapat dijadikan pegangan dalam
pelaksanaan konstruksi di lapangan. Walaupun demikian kondisi alam
terkadang akan merubah jadwal dan sistem kerja. Sehingga diperlukan
pengawasan dan tata kerja yang disiplin.
Secara umum urutan pekerjaan dilakukan mulai dari pembuatan jalan
akses (acces road), pembuatan base camp dan mobilisasi, pembuatan saluran
pengelak, pembuatan cofferdam, penggalian pondasi, penimbunan, penutupan
alur sungai danpenutupan saluran pengelak. Urutan pekerjaan tersebut berbeda
untuk setiap tipe bendungan.
Program dan skedul pelaksanaan serta jenis dan kapasitas pekerjaan
supaya disusun secara teliti yang didasarkan pada karakteristik masing-masing
pekerjaan dari setiap komponen bendungan. Juga perlu dipertimbangan
terhadap kondisi medan pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai