Anda di halaman 1dari 56

DIKLAT FUNGSIONAL PENGANGKATAN

PERTAMATEKNIK PENGAIRAN TINGKAT


AHLI

PERENCANAAN IRIGASI

oleh
IR. SOEKRASNO S. DIPL. HE
WIDYAISWARA UTAMA, PUSDIKLAT PU

Jakarta, Desember 2008


TUJUAN
9 Tujuan Kurikuler Umum
• Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta
akan mampu menjelaskan mengenai
Perencanaan Irigasi
9 Tujuan Kurikuler Khusus
• Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta
akan mampu:
• Menjelaskan mengenai pengertian istilah/definisi
irigasi
• Menjelaskan mengenai studi kelayakan
pengembangan irigasi
• Menjelaskan mengenai survey dan investigasi
serta evaluasi hasilnya
• Menjelaskan mengenai perencanaan teknis
PENGERTIAN ISTILAH/DEFINISI IRIGASI
Menurut R. Gandakoesoemah.

9 Irigasi:
• Usaha mendatangkan air dengan membuat
bangunan dan saluran-saluran untuk
mengalirkan air guna keperluan pertanian,
membagi-bagikan air ke sawah-sawah atau
ladang-ladang dengan cara yang teratur dan
membuang air yang tidak diperlukan lagi,
setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-
baiknya
TITIK TOLAK PERENCANAAN IRIGASI

• Pemberian air dari sumber air ke lahan


pertanian dan juga pembuangan kelebihan
air dari lahan pertanian agar tanaman di
lahan pertanian itu dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik, itulah
merupakan titik tolak pemikiran
perencanaan irigasi.
TAHAPAN PERENCANAAN IRIGASI
• 1970 Ditjen Pengairan telah menggunakan pedoman
yang dikenal dengan ‘SIDCOM’, singkatan dari
Study/Survey, Investigation, Design, Construction
dan Operation & Maintenance.
• Akan tetapi secara detail, suatu kegiatan yang
termasuk dalam salah satu kelompok pekerjaan
(misalnya pekerjaan pengukuran sebagai kelompok
survey) kadang-kadang dilakukan di tengah-
tengahnya kelompok pekerjaan yang lain, sehingga
terdapat adanya saling-seling (intermittent)
• Belakangan disadari bahwa pembebasan tanah /
lahan selalu menjadi kendala. Karena itu sekitar akhir
tahun 1970, dalam pedoman tersebut ditambahkan
satu langkah lagi yakni ‘Land Acquisition
(Pembebasan tanah / lahan), sehingga menjadi
‘SIDLaCOM’.
8.1. Studi Identifikasi

Ke-delapan syarat tesebut adalah :


• a. Tanahnya cukup subur dan sesuai dengan
tanaman yang akan di-airi.
• b. Airnya cukup tersedia dan memenuhi syarat baik
kwalitas maupun kwantitas.
• c. Petani penggarap tersedia, atau akan segera
tersedia (misalnya transmigrasi).
• d. Tidak ada hambatan yang menyangkut status
tanah (lahan).
• e. Ada daerah-daerah konsumsi sebagai daerah
pemasaran produksi pertanian.
• f. Prasarana perhubungan dan transportasi ke dan
dari daerah tersebut tidak sulit.
• g. Daerah tersebut tidak selalu mengalami banjir
atau genangan yang sulit diatur.
• h. Lain-lain hal, baik yang diperkirakan mendukung
maupun yang menghambat.
8.2. Pengukuran Situasi.

• Pengukuran situasi ini meliputi juga


daerah rencana bangunan utama,
misalnya bendungan atau bendung.
Skala peta situasi umumnya adalah 1 :
5.000 dengan interval garis tinggi yang
berbeda bagi daerah pedataran (0,50
meter) dan perbukitan (1 meter). Peta
situasi untuk bangunan dengan skala 1
: 1.000 atau 1 : 2.000. Spesifikasi yang
lebih lengkap tertuang di dalam buku
’Kriteria Perencanaan’ yang diterbitkan
oleh Direktorat Irigasi I tahun 1986.
8.3. Studi Pengenalan ( Reconnaisance )

• Tujuan pokok studi ini adalah untuk


memberikan gambaran secara garis besar
tentang pengembangan proyek, terutama
ditinjau dari segi teknis yang menyangkut
aspek dari berbagai bidang atau
disiplin,seperti : irigasi, planologi, tata
ruang, pertanian, land use, perikanan,
energi, ekonomi dll.
8.3. Studi Pengenalan ( Reconnaisance )

Dibahas pada tiap-tiap bidang dalam studi ini


adalah seperti berikut :
• a. Hidrologi : Iklim, ketersediaan air,
kebutuhan air, banjir, erosi dan
pengendapan.
• b. Irigasi : Penggunaan air, cara
mengairi, areal yang diairi, hubungan
irigasi lama dan yang baru, alternatif lokasi
dan jenis bangunan utama,sistim drainage,
perkiraan biaya, tahap pembangunan,
perkiraan tahap pembeayaan.
• c. Planologi: Sosial,kebiasaan
d d k t i t t
8.3. Studi Pengenalan ( Reconnaisance )

• d. Pertanian: Macam dan jumlah produksi,


bahan makan utama, jenis tanah, pemupukan,
hama, pola tata tanam, analisa usaha tani.
• e. Geologi : Sifat fisik tanah, sifat teknis tanah,
lipatan, patahan, rembesan, gempa, daya
dukung, bahan bangunan.
• f. Ekonomi: beaya proyek secara kasar,
keuntungan proyek secara kasar, perkiraan
BCR dan IRR.
• g. Gambar : dilengkapi gambar Perencanaan
Dasar, yang memberi informasi lay out, posisi
bangunan utama dan silang, arah saluran, tipe
penampang melintang, daerah yang dilayani,
dan gambar dasar bangunan utama, dan gambar
tipe bangunan silang
8.4. Studi Kelayakan (Feasibility).

• Studi kelayakan disini lebih ditekankan pada


segi ekonomi dengan membandingkan antara
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
membangun termasuk untuk mengelola
dengan keuntungan yang akan diperoleh.
Untuk membandingkan ini salah satu cara
yang mudah adalah dengan menggunakan
patokan ’Benefit Cost Ratio’ (BCR) yakni
ratio (perbandingan) antara benefit
(keuntungan) dengan cost (biaya). Jika BCR
lebih dari 1 (satu) maka dianggap
menguntungkan, dan kegiatan dapat
dilanjutkan dengan Design (perencanaan
teknis).
8.4. Studi Kelayakan (Feasibility).

• Untuk perhitungan beaya agar tidak terlalu jauh


dari pelaksanaan, diperlukan gambar
Perencanaan Awal ( Preliminary Design ), yang
memuat :
• Gambar Peta Petak Irigasi.
• Gambar potongan memanjang dan melintang
saluran.
• Gambar perencanaan awal bangunan utama.
• Gambar perencanaan awal bangunan silang
besar.
• Gambar perencanaan type bangunan.
8.5. Design peta petak irigási

Kegiatan perencanaan peta-petak ini meliputi:


• i) Membagi daerah menjadi petak-petak
tertier, skunder dan primer deserta batas-
batasnya.
• ii) Penentuan letak/lokasi bangunan utama.
• iii) Menarik garis trace saluran primer (induk),
sekunder, tertier dan saluran drainase.
• iv) Menentukan luas neto daerah yang akan
dapat di-airi.
8.6. Investigasi ( Penyelidikan )

• Tujuan dari penyelidikan geoteknik adalah untuk


mengetahui daya dukung tanah, kelulusan air
(parmeability), kemungkinan adanya gejala
patahan dan mencari bahan timbunan serta
bahan bangunan lainnya. Macam, kadar dan
kedalaman penyelidikan ini tergantung dari
tingkat pentingnya bangunan. Bagi bangunan
yang penting, misalnya bangunan utama,
penyelidikan lebih intensif, sementara untuk
jaringan tertier tidak harus dilakukan
penyelidikan.
8.7. Design jaringan dan bangunan utama

Untuk melakukan desain harus tersedia data


pengukuran situasi detail sepanjang trace
saluran.
• a. Saluran primer skala 1:2000, sekunder
dan tersier skala 1:1000.
• b. Dilengkapi profil memanjang dan
melintang.
• c. Bangunan dengan skala 1: 1000 atau
1:2000 tergantung kondisi topografinya.
• Kriteria lebih rinci dapat dilihat pada ” Kriteria
Perencanaan Irigasi ”, berlaku khusus untuk
kondisi Indonesia yang disusun oleh
8.7. Design jaringan dan bangunan utama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam desain
jaringan :
• a. Perencana ( designer) tidak boleh hanya
mengandalkan pada hasil pengukuran saja tetapi
harus kelapangan dan menyusuri sepanjang trace
saluran.
• b. Sama seperti filosofi manajemen yang baik,
perencanaan harus dimulai dari ’permintaan’ yakni
dari hilir. Dalam hal ini dimulai dari sawah yang
elevasinya tertinggi dan terjauh.
• c. Perencanaan harus tahu kemungkinan kesulitan
dalam pelaksanaan konstruksinya.
• d. Perencanaan harus tahu bagaimana bangunan
yang direncanakan itu nantinya dioperasikan.
• Karena itu seorang perencana (designer) yang baik
adalah tenaga yang mempunyai pengalaman atau
pengetahuan tentang konstruksi dan O&P.
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN
IRIGASI
• Sebelum melakukan perencanaan teknis secara
detail pada suatu proyek pengembangan irigasi
maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu studi
yang disebut “Studi Kelayakan Pengembangan
Irigasi (Feasibility Study of Irrigation
Development)
• Apakah suatu proyek pengembangan irigasi
dinyatakan layak (feasible), perlu ditinjau
terutama dari segi ekonomis, teknis, sosial dan
lingkungan
Kelayakan Proyek Pengembangan Irigasi
Secara Ekonomis
• Pertama-tama perlu dihitung mengenai perbandingan
antara Cost (biaya) dan Benefit (keuntungan) dari proyek
pengembangan irigasi itu (benefit cost ratio atau B/C
Ratio).
• Benefit haruslah lebih besar dari Cost atau dengan
perkataan lain benefit dibagi cost harus lebih besar dari
1 (satu).
• Yang dimaksudkan sebagai unsur Benefit itu ada 2
macam yaitu:
• Tangible benefit/direct benefit (keuntungan secara
konkrit )
• intangible/indirect benefit (keuntungan secara abstrak)
Kelayakan Proyek
9 Kelayakan Proyek Pengembangan Irigasi Secara
Teknis
• Kelayakan proyek pengembangan irigasi secara teknis
antara lain mencakup kesesuaian geologi, topografi,
hidrologi,kecocokan lahan dan lain lain.

9 Kelayakan Proyek Pengembangan Irigasi Secara


Lingkungan
• Kelayakan proyek pengembangan irigasi secara
lingkungan antara lain mencakup kecukupan persediaan
air di sumber air yang akan digunakan misalnya sungai,
danau, waduk, telaga, rawa, embung, mata air, dan lain-
lain
Delapan Persyaratan Untuk Proyek Irigasi Baru
9 Delapan macam persyaratan minimal yaitu:

• Apakah tersedia sumber air dan juga apakah airnya memenuhi


syarat sebagai air irigasi, baik kualitas maupun kuantitasnya
• Tanahnya apakah cocok untuk pertanian padi
• Apakah tidak ada permasalahan atau sengketa tanah yang dapat
menghambat pelaksanaan jaringan irigasi ataupun pencetakan
sawah
• Apakah sudah ada/cukup petani karena bercocok tanam padi
dengan irigasi itu memerlukan jumlah tenaga yang relatif banyak.
• Apakah hasil produksinya kelak mudah pemasarannya
• Lokasi calon proyek itu hendaknya tidak terlalu sulit dicapai
(mudah aksesnya) atau tidak terlalu jauh dari jalan umum
• Calon daerah irigasi itu keadaannya tidak mengalami gangguan
banjir atau genangan air yang sulit ditanggulangi
• Memenuhi urutan prioritas yang tinggi dalam rangka skala prioritas
yang berlaku di daerah yang bersangkutan
SURVEI DAN INVESTIGASI SERTA EVALUASI
HASILNYA

Untuk mendukung perencanaan irigasi antara lain


diperlukan terlebih dahulu suatu Survei dan Investigasi
di lapangan serta evaluasi hasilnya.

Survei dan investigasi itu meliputi antara lain:


• Survei dan Investigasi Topografi
• Survei dan Investigasi Hidrologi/Hidrometri
• Survei dan Investigasi Geoteknik/Soil Mechanics
• Survei dan Investigasi Pertanian
• Survei dan Investigasi Geologi bila dipandang perlu
• Survei dan Investigasi Sosial Ekonomi
• Survei dan Investigasi
budaya/adat/kepercayaan/kebiasaan/custom
PERENCANAAN TEKNIS
• Tiga hal penting dalam irigasi adalah
tanah, air dan tanaman, yang saling ada
hubungannya satu sama lain. Kelembaban
tanah perlu cukup basah sehingga
memungkinkan bagi tanaman dapat
tumbuh dengan baik, bahkan untuk
tanaman padi memerlukan genangan air
dengan kedalaman tertentu
Kriteria Perencanaan
Terdiri dari:
• KP-01: Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan
Jaringan Irigasi
• KP-02 : Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
Utama
• KP-03 : Kriteria Perencanaan Bagian Saluran
• KP-04 : Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
• KP-05 : Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier
• KP-06 : Kriteria Perencanaan Bagian Parameter
Bangunan
• KP-07 : Kriteria Perencanaan Bagian Standar
Penggambaran
Sistem Saluran Irigasi
• Air irigasi diambil dari sumber air (sungai)
dengan menggunakan bendung yang dialirkan
lewat pintu air main intake (pintu pengambilan
utama) melalui saluran induk atau saluran
primer. Dengan menggunakan bangunan bagi
atau bangunan bagi sadap yang ada di saluran
primer maka air irigasi dan saluran primer
dialirkan ke saluran sekunder. Selanjutnya
dengan menggunakan bangunan bagi atau
bangunan bagi sadap ataupun Pintu Sadap
yang ada di saluran sekunder maka air dari
saluran sekunder dialirkan ke saluran tersier.
Akhirnya air dari saluran tersier dialirkan ke
sawah.
Letak Saluran Irigasi Rencana
9Ada dua macam cara meletakkan
saluran irigasi rencana atau saluran
pembawa/pemberi (supply canal) yaitu:

• Saluran tranches atau saluran garis


ketinggian (contour line canals)
• Saluran punggung (ridge canals)
Letak Saluran Pembuang Rencana

• Kelebihan air ataupun air irigasi yang tidak diperlukan


lagi harus dibuang keluar dari petak-petak sawah,
dibuang ke saluran pembuang.
• Agar air itu dapat terbuang secara mengalir sendiri
berdasarkan asas gaya gravitasi atau gaya tarik bumi
maka letak saluran pembuang kuarter haruslah lebih
rendah dari elevasi sawah, kemudian elevasi saluran
pembuang tersier harus lebih rendah dari elevasi saluran
kuater, elevasi saluran pembuang sekunder haruslah
lebih rendah dari elevasi saluran pembuang tersier, dan
akhirnya elevasi saluran pembuang primer haruslah
lebih rendah dari elevasi saluran pembuang sekunder.
Langkah-langkah Perencanaan Teknis, dan
Beberapa Hal Penting yang Perlu Diperhatikan
• Dibuat pra lay out peta petak, jaringan irigasi dan drainase antara
lain berdasarkan peta topografi yang sudah disiapkan
sebelumnya
• Lay out definitif dibuat/ditetapkan sesudah dilakukan pengecekan
lapangan itu
• Dilakukan pengukuran trase saluran
• Dicari elevasi/peil atau ketinggian sawah tertinggi dan atau
terjauh dari rencana lokasi bangunan sadapnya

• Peil atau elevasi rencana muka air di sepanjang saluran dan


bangunan dihitung dari hilir ke hulu sampai akhirnya ketemulah
elevasi/peil mercu bendung, berdasarkan prinsip bahwa air
mengalir secara gravitasi (tanpa menggunakan pompa air) dari
hulu ke hilir
• Dimensi saluran irigasi di tiap ruasnya dihitung berdasarkan luas
sawah yang akan diairi dan kebutuhan arirnya serta kehilangan
air di perjalanan (conveyance losses) dengan memperhitungkan
juga golongan system
Langkah-langkah Perencanaan Teknis, dan
Beberapa Hal Penting yang Perlu Diperhatikan
• Kemiringan memanjang saluran irigasi diusahakan mengikuti
kemiringan permukaan tanah. Kecepatan aliran irigasi
dipengaruhi terutama oleh kemiringan memanjang saluran irigasi
ini.
• Kecepatan rata-rata aliran air di saluran kira-kira adalah sekitar
0.50-0.80 m/det sehingga diharapkan tidak terjadi pengendapan
dan juga tidak terjadi erosi/gerusan di saluran
• Tebing/tanggul saluran yang relatif tinggi perlu ditinjau
stabilitasnya terhadap potensi longsor
• 10. Tebing/tanggul saluran yang lebih tinggi dari 3.00 meter, perlu
dibuat berm selebar minimal 1.00 meter
• Lebar minimum dari sisi atas (puncak) tanggul saluran tergantung
dari debit normal aliran dan air di saluran itu, diambil minimal
selebar 1.00 meter sampai 3.50 meter bila tanpa jalan inspeksi,
tetapi diambil minimal selebar 3.00 meter sampai 6.00 meter bila
diberi jalan inspeksi
• Pada bagian saluran yang membelok maka jari-jari minimum dari
garis lengkung lingkaran as saluran pada belokan itu diambil
minimal sebesar 8 kali lebar permukaan air rencana
Langkah-langkah Perencanaan Teknis, dan
Beberapa Hal Penting yang Perlu Diperhatikan
• Free board atau tinggi jagaan (waking) diambil
sebesar 0.40 meter sampai 1.00 meter tergantung dari
besarnya debit aliran air di saluran itu
• Saluran drainase direncanakan atas dasar bahwa
kelebihan air dari petak sawah dibuang/dialirkan ke
tempat lain yang lebih rendah misalnya ke sungai atau
ke lembah (daerah cekungan), rawa
• Bangunan air, ditinjau stabilitasnya terhadap geser,
guling, turun/ambles
• Bila sesudah dibangun bendung, tinggi muka air banjir
di hulu bendung menjadi lebih tinggi dari daerah
permukiman di kanan atau kiri sungai.
• Bila sesudah dibangun bendung, air sungai jangan
disadap 100%, harus ada aliran minimum yang
dialirkan ke down stream untuk menjaga lingkungan
dan kesehatan.
Langkah-langkah Perencanaan Teknis, dan
Beberapa Hal Penting yang Perlu Diperhatikan

• Khusus bangunan bagi sebaiknya dibuat sistem


kombinasi, yaitu dapat melayani pembagian air
dengan sistem diatur dan sistem proportional.
• Wujud fisik di lapangannya adalah: bangunan
bagi tetap dilengkapi pintu pengatur, pintu bagi,
dan bangunan ukur;
• tetapi pada canal cabang harus memenuhi
syarat proporsional: elevasi ambang sama,
bentuk ambang sama, dan bukaan ambang
proportional dengan luas sawah.
Saluran pembawa Saluran pembuang

• Pada jaringan irigasi • Pada jaringan tersier


utama
- Saluran
- Saluran primer pembuang kuarter
- Saluran sekunder - Saluran
pembuang tersier
- Saluran suplesi
- Saluran muka
tersier • Pada jaringan
pembuang utama
• Pada jaringan tersier - Saluran pembuang
utama
- Saluran tersier
- Saluran
- Saluran kuarter
alamiah/sungai
Saluran pembawa
• Data perencanaan irigasi

Dalam membuat rencana / desain saluran irigasi memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
- Topografi : trase saluran ditentukan berdasar petak-petak
tersier dengan memperhatikan kondisi medan. Berbagai
peta dengan berbagai skala dipakai untuk menentukan
lokasi bangunan-bangunan irigasi
- Kapasitas rencana : ditentukan oleh debit rencana, dengan
memperhatikan kebutuhan air disawah, efisiensi dan rotasi
pemberian air.
- Data geoteknik : untuk menentukan kemiringan talut,
rembesan, dan sifat-sifat tanah lainnya.
- Data sedimen : untuk merencanakan bangunan
pengambilan, kantong lumpur dan penanggulangannya.
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (1)
Perencanaan saluran yang stabil
- saluran berpenampang trapesium tanpa pasangan adalah
yang paling umum dipakai dan ekonomis.
- rencana saluran dibuat dengan biaya pelaksanaan dan
pemeliharaan yang paling rendah
- ruas-ruas saluran harus mantap.
- erosi dan sedimentasi disepanjang saluran harus imbang di
sepanjang tahun
- sedimentasi terjadi kalau kecepatan aliran terlalu lambat,
sedangkan erosi/gerusan terjadi kalau aliran melebihi
kecepatan yang diijinkan sesuai kondisi tanah
- dengan rumus dan criteria tertentu, maka dapat ditentukan
atau dihitung kondisi yang paling aman.
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (2)

Tampang melintang saluran

M.A.N = muka air normal


b = lebar dasar
h = tinggi air
w = tinggi jagaan
P = keliling basah
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (3)

Geometri
- saluran akan rendah biayanya bila penampang basahnya kecil
- penampang basah kecil apabila potongan saluran berbentuk
½ lingkaran
- hanya saluran dengan debit 0,5 m3/dt saja yang potongan
melintangnya mendekati ½ lingkaran
- saluran dengan debit rencana yang tinggi umumnya lebar (b)
dan dangkal/tinggi (h) berbanding 10 atau lebih (n = b/h ≥ 10)
- harga n yang tinggi diperlukan, jika tidak kecepatan rencana
akan melebihi batas maksimum yang diijinkan.
- perubahan debit air tidak telalu berpengaruh terhadap h.
- kestabilan talut dapat diperoleh tanpa memerlukan bahu
(berm) tambahan.
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (4)

Kemiringan talut
- Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian,
talut saluran direncanakan securam mungkin.
- Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan
akan menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang
stabil
- Talut lebih landai diperlukan apabila ada rembesan masuk
kedalam saluran.
- Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m, setiap naik 3 m
perlu dibuat bahu (berm) tanggul sekurang-kurangnya selebar
1 m.
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (5)

Kemiringan talut untuk berbagai bahan tanah

bahan tanah simbol kisaran kemiringan


batu <0,25
gambut kenyal Pt 1–2
lempung CH, 1–2
kenyal, tanah CL, MH
lus
lempung SC, 1,5 – 2,5
pasiran, tanah SM
pasiran kohesif
pasir lanauan SM 2–3
gambut lunak Pt 3–4
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (5)

Kemiringan talut minimum untuk saluran timbunan yang


dipadatkan dengan baik

kedalaman air + tinggi kemiringan minimum


jagaan D (m) talut
D ≤ 1,0 1:1
10 < D ≤ 2,0 1 : 1,5
D > 2,0 1:2
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (6)
Lengkung saluran (1)
- pada belokan saluran, lengkung yang diijinkan untuk saluran
tanah tergantung dari : ukuran dan kapasitas saluran, jenis
tanah dan kecepatan aliran.
- jari-jari minimum yang diukur pada as harus diambil ≥ 8 kali
lebar atas pada permukaan air rencana.
- jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari-jari
minimumnya dapat dikurangi.
- pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila
jari-jari lengkung saluran tanpa pasangan terlalu besar untuk
keadaan topografi setempat.
- panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali
kedalaman air pada tikungan saluran.
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (6)
Lengkung saluran (2)
- jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi
pasangan harus seperti berikut :
3 X lebar permukaan air untuk saluran kecil (< 0,6 m3/dt),
dan sampai dengan
7 X lebar permukaan air untuk saluran besar (> 10 m3/dt)
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (7)

Tinggi jagaan
- Untuk menaikkan muka air diatas tinggi m. a. maksimum dan
mencegah kerusakan tanggul
- Muka air dapat naik sampai melampaui rencana karena
penutupan pintu air secara tiba-tiba pada bagian hilirnya.
- Membesarnya debit melampaui rencana
- Masuknya air buangan kedalam saluran

Q (m3/dt) tinggi jagaan (m)


Tinggi jagaan
minimum untuk < 0,5 0,40
saluran tanah 0,5 – 1,5 0,50
1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 – 15,0 0,85
> 15,0 1,00
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (8)

Lebar tanggul
- untuk keperluan operasi/eksploitasi, pemeliharaan dan
inspeksi/pemeriksaan, diperlukan tanggul di sepanjang
saluran dengan lebar tertentu, sebanding dengan besarnya
debit air yang dialirkan di saluran.
- jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang diairi agar
bangunan sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha
penyadapan liar semakin sulit dilakukan.
- lebar tanggul pada jalan inspeksi dengan pekerasan adalah
5,0 m, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya 3,0 m.
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (8)

Lebar tanggul (2)

Lebar minimum tanggul

debit rencana tanpa jalan dengan jalan


(m3/dt) inspeksi (m) inspeksi (m)
Q ≤ 1,0 1,00 3,00
1,0 < Q < 5,0 1,50 5,00
5,0 < Q ≤ 10,0 2,00 5,00
10,0 < Q ≤ 3,50 5,00
15,0
Q > 15,0 3,50 ≈ 5,00
Tipe-tipe potongan
melintang saluran
irigasi
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (9)

Potongan melintang saluran


- Tinggi muka air yang diinginkan didasarkan tinggi muka air
yang diperluksn di sawah-sawah yang diairi.
- Prosedurnya adalah menentukan tinggi muka air pada sadap
tersier berdasar tinggi muka air yang diperlukan disawah.
- Tinggi muka air pada bangunan bagi pada saluran sekunder
ditentukan berdasar tinggi muka air di sadap tersier ditambah
penurunan muka air sepanjang saluran sekunder.
- Dan demikian seterusnya sampai keperluan tinggi muka air
di bangunan utama dapat ditentukan.
Tinggi bangunan sadap
tersier yang diperlukan
Saluran pembawa
• Saluran tanah tanpa pasangan (10)

Kemiringan memanjang saluran.


- kemiringan memanjang saluran terutama ditentukan oleh
keadaan topografi,
- kemiringan saluran akan sebanyak mungkin mengikuti garis
muka tanah pada trase yang dipilih.
- kemiringan ini mempengaruhi kecepatan aliran dalam
saluran, mempunyai harga maksimum dan minimum, untuk
mencegah terjadinya sedimentasi maupun erosi.
Saluran pembawa
• Saluran pasangan

Saluran pasangan (lining) untuk :


- mencegah kehilangan air karena rembesan
- mencegah gerusan dan erosi bila kecepatan aliran tinggi
- mencegah tumbuhan air
- mengurangi biaya pemeliharaan
- memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
- mengurangi pembebasan tanah

Jenis-jenis pasangan :
- pasangan batu pasangan batu dan beton lebih cocok untuk
- beton keperluan diatas,
- tanah pasangan tanah hanya cocok untuk mengatasi
rembesan dan perbaikan kualitas tanggul.
Perkiraan
jenis pasangan tebal (m)
tebal
pasangan pasangan batu 0.30
beton tumbuh 0.08 untuk debit < 6 m3/dt
0.10 untuk debit > 6 m3/dt
beton berlulang 0.07
campuran semen 0.10 untuk saluran kecil
tanah 0.15 untuk saluran lebih
besar
pasangan tanah 0.60 untuk dasar dan
0.75 untuk talut
Tipe-tipe pasangan
saluran
PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI
DALAM PERENCANAAN SISTEM
IRIGASI
Rencana Pembangunan dan atau Peningkatan
• Pemerintah menyelenggarakan sosialisasi dan
konsultasi publik sebelum pelaksanakan
• Sosialisasi sebagaimana dimaksud berisi
penjelasan mengenai rencana termasuk di
dalamnya penjelasan mengenai latar
belakang, maksud dan tujuan, manfaat, serta
tahapan dari pembangunan dan atau
peningkatan sistem irigasi tersebut;
Rencana Pembangunan & Peningkatan
• Konsultasi publik: forum terbuka dimana
masyarakat P3A dapat menyampaikan
usulan, saran, persetujuan maupun penolakan
terhadap rencana yang disampaikan oleh
Pemerintah
• Usulan, saran, persetujuan maupun penolakan
dari masyarakat petani pemakai air
disampaikan secara tertulis dan dituangkan
dalam bentuk berita acara yang ditandatangani
oleh wakil Pemerintah dan wakil P3A
• Dalam hal masyarakat petani pemakai air
menolak rencana yang disampaikan oleh
pemerintah, pemerintah provinsi, maupun
pemerintah kabupaten/kota, maka rencana
tersebut ditangguhkan sementara, sambil
menunggu perkembangan lebih lanjut;
Survei, Investigasi, dan Desain
• melaksanakan penelusuran lapangan untuk
mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi di
lapangan;
• bekerja sama dengan masyarakat petani pemakai air,
melaksanakan pembuatan desain jaringan irigasi
• pembinaan dan pemberdayaan kepada masyarakat
petani pemakai air mengenai desain partisipatif;
• disosialisasikan kepada masyarakat petani pemakai air
• P3A dapat menyampaikan informasi, saran, dan
masukan secara lisan maupun tertulis
• dituangkan dalam bentuk berita acara yang
ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan
wakil P3A, wajib menjadi pertimbangan dalam upaya
penyempurnaan desain sistem irigasi;
• Hasil penyempurnaan desain dituangkan dalam bentuk
berita acara dan ditandatangani oleh penanggung jawab
kegiatan dan wakil masyarakat petani pemakai air;
Penyediaan Lahan
• Penanggung jawab kegiatan bertanggung
jawab dalam menyediakan lahan
• Penyediaan lahan dapat ditempuh melalui
pembebasan lahan milik masyarakat petani
pemakai air, masyarakat adat maupun milik
desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
• Masyarakat petani pemakai air, masyarakat
adat, maupun desa dapat berpartisipasi
dengan cara memberikan informasi mengenai
status, hak, maupun sejarah kepemilikan
tanah;
AMBIL CUCIAN
CUKUP SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai