A. TAHAP STUDI
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai irigasi pertanian ini pada
prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor tanah, air dan penduduk, namun juga akan
dipelajari berdasarkan aspek-aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi
rencana nasional dan regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai studi dan penyelidikan akan
dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan mendalamnya penyelidikan yang
diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu dengan proyek yang lain.
SA : Studi awal
SI : Studi identifikasi
SP : Studi pengenalan
SK : Studi kelayakan
PP : Perencanaan pendahuluan
PD : Perencanaan detail
RI : Rencana induk
Klasifikasi sifat-sifat proyek dapat ditunjukkan dengan matriks sederhana (lihat Gambar
3.2).
'Ekonomis' berarti bahwa keuntungan dan biaya proyek merupakan data evaluasi yang
punya arti penting.
'Nonekonomis' berarti jelas bahwa proyek menguntungkan. Faktor-faktor sosio-politis
mungkin ikut memainkan peran; proyek yang bersangkutan memenuhi kebutuhan daerah
(regional).
Pada dasarnya semua proyek harus dianalisis dari segi ekonomi. Oleh sebab itu, kombinasi
4 tidak realistis.
Sebagaimana sudah dikatakan dalam pasal 3.1, kadang-kadang dapat dibuat kombinasi
antara beberapa taraf. Misalnya, kombinasi antara taraf Identifikasi dan taraf Pengenalan
dalam suatu proyek ekaguna adalah sangat mungkin dilakukan.
Berhubung studi berikutnya akan menggunakan data-data yang dikumpulkan selama taraf-
taraf sebelumnya, adalah penting bagi lembaga yang berwenang untuk mencek dan
meninjau kembali data-data tersebut agar keandalannya tetap terjamin. Demikian juga
lembaga yang berwenang hendaknya mencek dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang
lebih awal sebelum memasukkannya ke dalam studi mereka sendiri.
Bagan arus yang diberikan pada Gambar 3.3 menunjukkan hubungan antara berbagai taraf
dalam Tahap Studi dan Tahap Perencanaan.
1. Studi awal
Ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah irigasi datang dari lapangan atau
kantor. Konsep atau rencana membuat suatu proyek terbentuk melalui pengamatan
kesempatan fisik di lapangan atau melalui analisa data-data topografi dan hidrologi.
Data-data yang berhubungan dengan daerah tersebut dikumpulkan (peta, laporan, gambar
dsb) dan dianalisis; hubungannya dengan daerah irigasi di dekatnya kemudian dipelajari.
Selanjutnya dibuat rencana garis besar dan pola pengembangan beserta laporannya.
Ketelitian yang dicapai sepenuhnya bergantung kepada data dan keterangan/informasi
yang ada.
2. Studi identifikasi
Dalam Studi Identifikasi hasil-hasil Studi Awal diperiksa di lapangan untuk membuktikan
layak-tidaknya suatu rencana proyek.
Dalam taraf lapangan ini proyek akan dievaluasi sesuai dengan garis besar dan tujuan
pengembangan proyek yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Tujuan
tersebut meliputi aspek-aspek berikut:
§ Kesuburan tanah
§ Tersedianya air dan air yang dibutuhkan (kualitas dan kuantitas) populasi sawah, petani
(tersedia dan kemauan)
§ Pemasaran produksi
§ Jaringan jalan dan komunikasi
§ Status tanah
§ Banjir dan genangan
§ Lain-lain (potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan nonekonomis)
Studi Identifikasi harus menghasilkan suatu gambaran yang jelas mengenai kelayakan
(teknis) proyek yang bersangkutan. Akan tetapi studi ini akan didirikan pada data yang
terbatas dan survei lapangan ini akan bersifat penjajakan/eksploratif, termasuk penilaian
visual mengenai keadaan topografi daerah itu. Tim identifikasi harus terdiri dari orang-orang
profesional yang sudah berpengalaman. Tim ini paling tidak terdiri dari :
§ seorang ahli irigasi
§ seorang perencana pertanian
§ seorang ahli geoteknik, jika aspek-aspek geologi teknik dianggap penting dan jika
diperkirakan akan dibuat waduk.
Studi Identifikasi akan didasarkan pada usulan (proposal) proyek yang dibuat pada taraf
Studi Awal. Studi Identifikasi akan menilai kelayakan dari usulan tersebut serta menelaah
ketujuh persyaratan perencanaan yang disebutkan dalam pendahuluan pasal ini.
Selanjutnya hasil dari studi ini akan dituangkan dalam Pola Pengembangan Irigasi yang
merupakan bagian dari Pola Pengembangan Wilayah Sungai.
3. Studi Pengenalan
Tujuan utama studi ini ialah untuk memberikan garis besar pengembangan pembangunan
multisektor dari segi-segi teknis yang meliputi hal-hal berikut :
- Irigasi, hidrologi dan teknik sipil
Pembuatan rencana induk pengembangan irigasi sebagai bagian dari Rencana Induk
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang dipadu serasikan dengan RUTR
Wilayah.
- Agronomi
- Geologi
- Ekonomi
- Bidang-bidang yang berhubungan, seperti misalnya perikanan, tenaga air dan ekologi.
- Pengusulan ijin alokasi air irigasi.
Berbagai ahli dilibatkan di dalam studi multidisiplin ini. Data dikumpulkan dari lapangan dan
kantor. Studi ini terutama menekankan irigasi dan aspek-aspek yang berkaitan langsung
dengan irigasi. Beberapa disiplin ilmu hanya berfungsi sebagai pendukung saja; evaluasi
data dan rencana semua diarahkan ke pengembangan irigasi.
4. Studi kelayakan
Jika perlu, Studi Kelayakan bisa didahului dengan Studi Prakelayakan. Tujuan utama Studi
Prakelayakan adalah untuk menyaring berbagai proyek alternatif yang sudah dirumuskan
dalam Studi Pengenalan berdasarkan perkiraan biaya dan keuntungan yang dapat
diperoleh. Alternatif untuk studi lebih lanjut akan ditentukan. Pada taraf ini tidak diadakan
pengukuran lapangan, tetapi hanya akan dilakukan pemeriksaan lapangan saja.
Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk menilai kelayakan pelaksanaan untuk proyek
dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Studi kelayakan bertujuan untuk :
§ Memastikan bahwa penduduk setempat akan mendukung dilak sanakannya proyek yang
bersangkutan;
§ Memastikan bahwa masalah sosial dan lingkungan lainnya bisa diatasi tanpa kesulitan
tinggi
§ Mengumpulkan dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya;
§ Mengumpulkan serta menilai mutu data yang sudah tersedia;
· Para petani pemakai air sekarang dan di masa mendatang
· Topografi
· Curah hujan dan aliran sungai
· Pengukuran tanah
· Status tanah dan hak atas air
· Kebutuhan air tanaman dan kehilangan-kehilangan air
· Polatanam dan panenan
· Data-data geologi teknik untuk bangunan
· Biaya pelaksanaan
· Harga beli dan harga jual hasil-hasil pertanian
§ Menentukan data-data lain yang diperlukan;
§ Memperkirakan jumlah air rata-rata yang tersedia serta jumlah air di musim kering;
§ Menetapkan luas tanah yang cocok untuk irigasi;
§ Memperkirakan kebutuhan air yang dipakai untuk keperluankeperluan nonirigasi;
§ Menunjukkan satu atau lebih pola tanam dan intensitas (seringnya) tanam sesuai dengan
air dan tanah irigasi yang tersedia, mungkin harus juga dipertimbangkan potensi tadah
hujan dan penyiangan; mempertimbangkan pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai
tujuan;
§ Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi
§ Membuat perencanaan garis besar untuk pekerjaan yang diperlukan; memperkirakan
biaya pekerjaan, pembebasan tanah dan eksploitasi;
§ Memperkirakan keuntungan langsung maupun tak langsung serta dampak yang
ditimbulkannya terhadap lingkungan;
§ Melakukan analisis ekonomi dan keuangan;
§ Jika perlu, bandingkan ukuran-ukuran alternatif dari rencana yang sama, atau satu
dengan yang lain, bila perlu siapkan neraca air untuk rencana-rencana alternatif, termasuk
masing-masing sumber dan kebutuhan, jadi pilihlah pengembangan yang optimum.
B. Tahap Perencanaan
1. Peta topografi
Program pemetaan dimulai dengan peninjauan cakupan, ketelitian dan kecocokan peta-
peta dan foto udara yang sudah ada. Lebih Ianjut akan direncanakan pengukuran-
pengukuran, pemotretan udara dan pemetaan dengan ketentuan-ketentuan yang mendetail
Biasanya akan dibuat sebuah peta topografi baru yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi
untuk proyek-itu.
Peta topografi itu terutama akan digunakan dalam pembuatan tata letak pendahuluan
jaringan irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan skala 1: 25.000 untuk
tata letak umum, dan 1 : 5.000 untuk tata letak detail
Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto udara terbaru, dengan skala foto
sekitar 1 : 10.000. Hal ini akan mempermudah perubahan petapeta ortofoto atau mosaik
yang dilengkapi dengan garis-garis ketinggian yang memperlihatkan detail lengkap
topografi Seandainya tidak belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru akan
meminta terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat peta terestris yang
dilengkapi dengan garis-garis tinggi .
Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya adalah sekitar
1:10.000, digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan. Biasanya
pembuatan peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih, didasarkan pada hasil
pemotretan udara.
2. Perencanaan pendahuluan
Tujuan yang akan dicapai oleh tahap perencanaan pendahuluan adalah untuk menentukan
lokasi dan ketinggian bangunan-bangunan utama, saluran irigasi dan pembuang, dan luas
daerah layanan yang kesemuanya masih bersifat pendahuluan. Walaupun tahap ini masih
disebut perencanaan "pendahuluan", namun harus dimengerti bahwa hasilnya harus
diusahakan setepat mungkin.
Pekerjaan dan usaha yang teliti dalam tahap perencanaan pendahuluan akan
menghasilkan perencanaan detail yang bagus.
Hasil perencanaan pendahuluan yang jelek sering tidak diperbaiki lagi dalam taraf
perencanaan detail demi alasan-alasan praktis.
Pada taraf perencanaan pendahuluan akan diambil keputusan-keputusan mengenai:
§ Lokasi bangunan-bangunan utama dan bangunan-bangunan silang utama. Tata letak
jaringan
§ Perencanaan petak-petak tersier
§ Pemilihan tipe-tipe bangunan
§ Trase dan potongan memanjang saluran
§ Pengusulan garis sempadan saluran pendahuluan
Perekayasa juga diwajibkan untuk mencek hasil-hasil pengukuran topografi di lapangan.
Pemeriksaan ini harus mencakup hasil pengukuran trase dan elevasi saluran yang
direncana. Elevasi harus dicek setiap interval 400 m. Ketelitian peta garis-garis tinggi harus
dicek.
Selain cek trase dan elevasi saluran pencekan lapangan harus mencakup hasil-hasil
pengukuran ulang ketinggian-ketinggian penting yang dilakukan pada tarat perencanaan
pendahuluan, misalnya bangunan utama, bangunan-bangunan silang utama, beberapa
benchmark, dan alat pencatat otomatis tinggi muka air.
Perencanaan pendahuluan meliputi:
§ Tata letak dengan skala 1: 25.000 dan presentasi detail dengan skala 1 : 5.000
§ Potongan memanjang yang diukur di lapangan dengan perkiraan ukuran-ukuran
potongan melintang dari peta garis tinggi serta garis sempadan saluran.
§ Tipe-tipe bangunan
§ Perencanaan bangunan utama
§ Perencanaan bangunan-bangunan besar.
C. Taraf Perencanaan Akhir
a. Pengukuran dan penyelidikan
1. Pengukuran topografi
Pengukuran trase saluran dilakukan menyusul masuknya hasil-hasil tahap perencanaan
pendahuluan. Adalah penting bahwa untuk pengukuran sipat datar trase saluran hanya
dipakai satu basis (satu tinggi benchmark acuan). Tahap ini telah selesai dan menghasilkan
peta tata letak dengan skala 1 : 5.000 di mana trase saluran diplot.
Ahli irigasi harus sudah menyelidiki trase ini sampai lingkup tertentu dan sudah memahami
ketentuan-ketentuan khusus pengukuran (lihat pasal 3.3.1.b).
Pengukuran-pengukuran situasi juga dilaksanakan pada taraf ini yang meliputi:
§ Saluran-pembuang silang yang besar di mana topografi terlalu tidak teratur untuk
menentukan lokasi as saluran pada lokasi persilangan;
§ - Lokasi bangunan-bangunan khusus.
Di sini ahli irigasi harus memberikan ketentuan-ketentuan/spesifikasi dan bertanggung
jawab atas hasil-hasilnya.
BAB II
JARINGAN IRIGASI
A. Tingkat-tingkat Jaringan Irigasi
1. Unsur dan tingkatan Jaringan
Dalam konteks Standarisasi Irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang ditinjau. Bentuk irigasi
yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan di sebagian besar pembangunan irigasi di
Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu:
§ Bangunan-bangunan utama (headworks) di mana air diambil dari sumbernya, umumnya
sungai atau waduk,
§ Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier,
§ Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air
irigasi dibagi-bagi dan dialirkan kesawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier;
§ Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk membuang kelebihan
air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
2. lrigasi Sederhana
Di dalam irigasi sederhana, lihat gambar 1.1 pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih
akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung dalam satu
kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah
di dalam organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah
dengan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir
tidak diperlukan teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi tetapi memiliki kelemahan-
kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan, karena pada umumnya
jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai
daerah rendah yang lebih subur.
Dalam hal-hal khusus, dibuat sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang
digabung). Walaupun jaringan ini memiliki keuntungan tersendiri, dan kelemahan-
kelemahannya juga amat serius sehingga sistem ini pada umumnya tidak akan diterapkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah
pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena
saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit diatur
dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang
tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-
sifat seperti bendung dan relatif mahal.
BAB III
BANGUNAN IRIGASI
2. Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran di tempat-tempat di mana terletak
bangunan sadap dan bagi. Tabel 4.1 memberikan perbandingan bangunan-bangunan
pengatur muka air.
Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan tinggi energinya harus kecil (misal di
kebanyakan saluran garis tinggi), bangunan pengatur harus direncana sedemikian rupa
sehingga tidak banyak rintangan sewaktu terjadi debit rencana. Di saluran-saluran
sekunder dimana kehilangan tinggi energi tidak merupakan hambatan, bangunan pengatur
dapat direncana tanpa menggunakan pertimbangan-pertimbangan di atas. Satu aspek
penting dalam perencanaan bangunan adalah kepekaannya terhadap variasi muka air.
Kadang – kadang lebih menguntungkan dengan menggabung beberapa tipe bangunan
utama : mercu tetap dengan pintu aliran bawah atau skot balok dengan pintu. Kombinasi ini
terutama antara bangunan yang mudah dioperasikan dengan tipe yang tak mudah atau sulit
dioperasikan. Oleh sebab itu, mercu tetap kadang – kadang dikombinasi dengan salah satu
dari bangunan – bangunan pengatur lainnya, misalnya sebuah pintu dapat dipasang di
sebelah mercu tetap. Khususnya bangunan – bangunan yang dibuat di saluran yang tinggi
energinya harus dijaga agar tetap kecil, sebaiknya direncana tanpa mercu. Dengan
demikian, sedimen bisa lewat tanpa hambatan dan kehilangan tinggi energi minimal. Lebar
bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diizinkan serta biaya
pelaksanaan : bangunan yang lebar menyebabkan sedikit kehilangan tinggi energi
dibanding bangunan yang sempit, tetapi bangunan yang lebar lebih mahal (diperlukan lebih
Kriteria Perencanaan – Bangunan banyak pintu). Untuk saluran primer garis tinggi,
kehilangan tinggi energi harus tetap kecil : 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur
di saluran primer lebar. Saluran sekunder biasanya tegak lurus terhadap garis – garis
kontur dan oleh sebab itu, kehilangan tinggi energi lebih besar dan bangunan pengaturnya
lebih sempit. Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah
penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur sampai
kurang lebih 1,5 m/dt.
Dalam merencanakan bangunan pengatur, kita hendaknya selalu menyadari kemungkinan
terjadinya keadaan darurat seperti debit penuh sementara pintu – pintu tertutup.
3. Bangunan Sadap
a. Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan oleh sebab itu,
melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan – bangunan sadap ini secara
umum lebih besar daripada 0,250 m3/dt.
Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yakni :
§ Alat ukur Romijn
§ Alat ukur Crump-de Gruyter
§ Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
§ Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume
Tipe mana yang akan dipilih bergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan diberi air
serta besarnya kehilangan tinggi energi yang di-izinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit sebesar 2 m3/dt ;
dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang
lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni
alat ukur ambang lebar.
Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur Crump-de Gruyter
merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat direncana dengan pintu tunggal
atau banyak pintu dengan debit sampai sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.
b. Bahan
Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan yang digali di dekat atau sejajar dengan garis
tanggul. Apabila galian dibuat sejajar dengan lokasi tanggul, maka penyelidikan untuk
pondasi dan daerah galian dapat dilakukan sekaligus. Untuk tanggul – tanggul tertentu,
mungkin perlu membuka daerah sumber bahan timbunan khusus di luar lapangan dan
mengangkutnya ke lokasi. Jika kondisi tanah tidak stabil mungkin akan lebih ekonomis
untuk memindahkan lokasi tanggul daripada menerapkan metode pelaksanaan yang mahal.
The Unified Soil Classification System (Lihat KP – 06 Parameter Bangunan) memberikan
sistem yang sangat bermanfaat untuk menentukan klasifikasi tanah yang perlu diketahui
dalam pelaksanaan tanggul dan pondasi.
c. Debit Perencanaan
Elevasi tanggul hilir sungai dari bangunan utama didasarkan pada tinggi banjir dengan
periode ulang 5 sampai 25 tahun ( Q 5 tahunan untuk hutan tapi untuk melindungi
perkotaan Q 25 tahunan ).
Periode ulang tersebut (5 - 25 tahun) akan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang
terkena akibat banjir yang mungkin terjadi, serta pada nilai ekonomis tanah dan semua
prasarananya. Biasanya di sebelah hulu bangunan utama tidak akan dibuat tanggul sungai
untuk melindungi lahan dari genangan banjir.
d. Trase
Tanggul di sepanjang sungai sebaiknya direncana pada trase pada jarak yang tepat dari
dasar air rendah. Bila hal ini tidak mungkin, maka harus dibuat lindungan terhadap erosi di
sepanjang tanggul.
Adalah perlu untuk membuat penyelidikan pendahuluan mengenai lokasi tanggul guna
menentukan :
1. Perkiraan muka air banjir (tinggi dan lamanya)
2. Elevasi tanah yang akan dilindungi
3. Hak milik yang dilibatkan
4. Masalah – masalah fisik yang sangat mungkin dijumpai, terutama kondisi tanah karena
ini erat hubungannya dengan kebutuhan pondasi dan galian timbunan.
5. Tata guna tanah dan peningkatan tanah pertanian guna menilai arti penting daerah
yang akan dilindungi dari segi ekonomi
e. Tinggi Jagaan
Tinggi rencana tanggul (Hd) akan merupakan jumlah tinggi muka air rencana (H) dan tinggi
jagaan (Hf). Ketinggian yang dibuat itu termasuk longgaran untuk kemungkinan penurunan
(Hs), yang akan bergantung kepada pondasi serta bahan yang dipakai dalam pelaksanaan.
Tinggi muka air rencana yang sebenarnya didasarkan pada profil permukaan air.
Tinggi jagaan (Hf) merupakan longgaran yang ditambahkan untuk tinggi muka air yang
diambil, termasuk atau tidak termasuk tinggi gelombang.
f. Lebar Atas
Untuk tanggul tanah yang direncana guna mengontrol kedalaman air ≤ 1,50 m, lebar atas
minimum tanggul dapat diambil 1,50 m. Jika kedalaman air yang akan dikontrol lebih dari
1,50 m, maka lebar atas minimum sebaiknya diambil 3,0 m. Lebar atas diambil sekurang –
kurangnya 3,0 m jika tanggul dipakai untuk jalur pemeliharaan.
g. Kemiringan talut
Jika pondasi tanggul terdiri dari lapisan – lapisan lulus air atau lapisan yang rawan terhadap
bahaya erosi.
h. Stabilitas Tanggul
Tanggul yang tingginya lebih dari 5 m harus dicek stabilitasnya dengan metode
stabilitas tanggul yang dianggap sesuai. Bagian atas dasar yang diperlebar sebaiknya tidak
kurang dari 0,30 m di atas elevasi asli tanah serta kemiringannya harus cukup agar air
dapat melimpas dari tanggul. Kemiringan timbunan tambahan tidak boleh lebih curam dari
kemiringan asli tanggul.
Untuk tanggul dengan kedalaman air rencana (H pada Gambar 9.1) lebih dari 1,50 m, maka
tempat galian bahan harus cukup jauh dari tanggul agar stabilitasnya dapat dijamin. Garis
yang ditarik dari garis air rencana pada permukaan tanggul melalui pangkal asli tanggul
(kalau diperlebar) sebaiknya lewat dari bawah potongan melintang galian bahan. Lihat
Gambar 9.1.
Jika tanggul mempunyai lebar atas yang kecil/ sempit, maka bahu (berm) bagian tambahan
harus cukup lebar guna mengakomodasi jalur pemeliharaan selama muka air mencapai
ketinggian kritis. Fasilitas ini harus disediakan di semua potongan jika bagian atas tanggul
tidak dipakai sebagai jalur pemeliharaan. Galian bahan yang ada disepanjang tepi air harus
dibuat dengan interval tertentu guna memperlambat kecepatan air yang mengalir di
sepanjang pangkal timbunan. Galian semacam ini juga berfungsi sebagai tempat
menyeberangkan alat – alat pemeliharaan selama muka air rendah. Intervalnya tidak lebih
dari 400 m dan lebar minimum 10 m.
i. Pembuang
Fasilitas pembuang harus disediakan untuk tanggul yang harus menahan air untuk jangka
waktu yang lama (tanggul banjir biasanya tidak diberi pembuang).
Pembuang terdiri dari :
i) Parit dipangkal tanggul
ii) Saringan pemberat (reverse filter), baik yang direncanakan sebagai pembuang pangkal.
j. Lindungan
Lindungan lereng terhadap erosi oleh aliran air, baik yang berasal dari hujan maupun
sungai, bisa berupa tipe – tipe berikut :
- Rumput
- Pasangan batu kosong
- Pasangan (lining)
- Bronjong
Rumput pelindung yang memadai hendaknya diberikan pada permukaan – permukaan
tanggul untuk melindunginya dari bahaya erosi akibat limpasan air hujan pada tanggul.
Sedangkan jenis – jenis lindungan lainnya dipakai untuk lindungan terdapat aliran air di
sungai atau saluran. Karena ketiga jenis yang lain ini cukup mahal, mereka hanya
digunakan untuk bentang pendek.
2. Fasilitas Eksploitasi
a. Komunikasi
1. Jaringan jalan
Untuk keperluan – keperluan ekspoitasi dan pemeliharaan (E&P), jaringan jalan harus
dibangun di sepanjang urat nadi jaringan irigasi, yaitu saluran primer dan sekunder. Selain
itu untuk keperluan pengangkutan hasil panen serta untuk jalan masuk alat pertanian
seperti traktor, maka perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani
setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak atau tidak
ada sama sekali sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama
untuk petak sawah yang paling ujung. Jalan juga harus dibangun di sepanjang saluran –
saluran pembuang yang besar dan diatas tanggul – tanggul banjir. Konstruksi jalan – jalan
tersebut harus dibangun memadai agar dapat memenuhi kebutuhan keluar – masuknya staf
E&P di daerah proyek, khususnya selama musim hujan.
Bangunan – bangunan penting harus mudah dicapai sewaktu turun hujan lebat. Jika kurang
berfungsi maka bangunan – bangunan itu akan membahayakan keselamatan proyek dan
penduduk yang bermukim di daerah itu.
Kriteria bangunan untuk jalan telah dibahas dalam Bab 8. Dalam hubungan ini, perencana
jaringan jalan perlu memikirkan sarana angkutan yang dipakai oleh Staf E&P dan para
pengguna lain jaringan ini. Berdasarkan kategori sarana angkutan/transpor dan perkiraan
volume lalu lintas, perencana akan menentukan kelas jalan dan parameter – parameter
bangunannya.
c. Sanggar Tani
Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani dan petugas
irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian permasalahan yang terjadi di lapangan.
Pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta
letaknya di setiap bangunan sadap/offtake tersier dan bangunan bagi sekunder.
Disarankan pada offtake tersier berukuran 3 x 3 m2 sedangkan di bangunan bagi berukuran
3 x 4 m2, sedangkan konstruksinya bangunan beratap tanpa dinding.
d. Patok Hektometer
Untuk mempermudah identifikasi dan orientasi di lapangan, patok – patok hektometer harus
ditempatkan di sepanjang saluran primer dan sekunder dan disepanjang tanggul. Patok –
patok ini akan menunjukkan (singkatan) nama saluran irigasi dan pembuang dari awal
saluran atau tanggul dalam hektometer (100 m), dan singkatan nama saluran.
e. Patok Sempadan
Setelah proses pembebasan tanah selesai dilaksanakan, ditindaklanjuti pemasangan patok
tetap sepanjang garis sempadan dengan jarak maksimal 100 m pada saluran relatif lurus,
maksimal setiap 25 m pada tikungan saluran atau lebih rapat sesuai dengan garis lingkar
tikungan. Setiap patok ditetapkan koordinatnya, dipetakan, dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang.
Ukuran patok 20 x 20 cm, tinggi 1,6 m (1,60 m beton cor 1: 2 : 3 dan 1,10 m ditanam 0,50
m dicat kuning) sesuai Permen PU no 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan Perkuatan
Hak atas Tanah Departemen PU.
f. Pelat Nama
Pelat nama untuk saluran dan bangunan berfungsi untuk mempermudah identifikasi. Pelat
– pelat tersebut harus menunjukkan nama saluran dan daerah yang diairi dalam ha. Pelat–
pelat itu ditempatkan di awal saluran pada lereng dalam. Pelat nama untuk setiap
bangunan harus dipasang di tempat yang benar pada bangunan tersebut. Untuk setiap
pintu yang merupakan bagian dari bangunan bagi, namanya harus ditunjukkan dengan baja
atau pada skala liter (untuk alat ukur Romijn).
g. Papan Pasten
Papan pasten dipasang di setiap bangunan sadap atau bagi. Ukuran dan tulisan pada
papan pasten distandarisasi (lihat Standar Bangunan Irigasi BI – 02). Juru pintu akan
mengisi papan–papan ini secara teratur dengan data–data sebenarnya mengenai setelah
pintu dan besar debit. Pentani dapat membaca dan mencek apakah pembagian air
ditangani sebagaimana mestinya.
Papan pasten juga menunjukkan berbagai daerah dengan tanamannya serta tahap
pertumbuhan tanaman – tanaman tersebut.
i. Pintu
Pintu bangunan di saluran biasanya dibuat dari baja. Dalam Standar Bangunan Irigasi (BI –
02) diberikan detail–detail lengkap mengenai ukuran dan tipe standar pintu. Ketiga tipe
pintu standar adalah :
- Pintu gerak Romijn
- Pintu Crump – de Gruyter
- Pintu Sorong
Pintu–pintu lain diberikan seperti pada Tipe Bangunan Irigasi, BI – 01.
Pintu–pintu sorong dengan bukaan lebar biasanya dibuat dari kayu yang lebih murah untuk
ukuran ini. Untuk pintu–pintu yang besar atau kompleks pintu biasanya dibuat rumah pintu
untuk tenaga eksploitasi agar terlindung dari keadaan cuaca. Pintu–pintu radial bisa
mempunyai keuntungan–keuntungan ekonomis bila bangunan di mana pintu ini dipasang
dibuat dari beton. Pada bangunan – bangunan dari pasangan batu, gaya–gaya harisontal
pada as menimbulkan masalah–masalah konstruksi. Pintu keluar (outlet) pembuang adalah
tipe pintu khusus karena harus dapat menghalangi air yang telah dibuang agar tidak
mengalir kembali ke daerah semula jika muka air di luar lebih tinggi dari muka air di dalam
pembuang. Keadaan ini dapat terjadi pada pembuang ke sungai, pada waktu sungai banjir
atau pada pembuang ke laut yang dipengaruhi oleh pasang–surutnya air laut.
j. AWLR
Mengingat semakin meningkatnya pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan
serta kecenderungan menurunnya kontinuitas ketersediaan air. Maka perlu dilakukan
penghematan atau efisiensi pemanfaatan air untuk irigasi yang merupakan pemanfaatan air
yang paling besar.
Dengan mempertimbangkan pemikiran diatas maka pada setiap daerah irigasi perlu
dipasang alat pengukur debit air secara kontinyu. Untuk itu pada awal saluran induk perlu
dipasang Automatic Water Level Recorder (AWLR). AWLR adalah alat perekam tinggi
muka air secara kontinyu, dengan menggunakan rating curve yang sesuai akan dengan
mudah diketahui debit serta volume dari air yang melewati alat ini.
AWLR hanya dipasang pada daerah irigasi yang mempunya areal lebih besar atau sama
dengan 1000 ha, dan dipasang di saluran induk setelah air masuk pintu intake dan
melewati kantong lumpur (jika direncanakan dengan kantong lumpur).
Type AWLR terdiri dari 2 type, yaitu type pencatatan grafik dan type pencatatan digital.
Type pencatatan digital lebih praktis karena pencatatan sudah langsung berupa besaran
numerik, namun harganya lebih mahal dari AWLR type pencatatan grafis.
b. Tempat Cuci
Tempat cuci yang berupa tangga pada tanggul saluran akan memungkinkan penduduk
yang tinggal di daerah dekat saluran untuk mencapai air saluran. Dengan menyediakan
tempat–tempat cuci berarti mencegah penduduk agar mereka tidak membuat fasilitas –
fasilitas itu sendiri dengan cara merusak atau menghalangi saluran.
Standar Perencanaan tangga cuci diberikan dalam Standar Bangunan Irigasi, BI – 02.
5. Pencegahan Rembesan
a. Dinding Halang
Dinding–dinding (cut-off wall) yang dibuat tegak lurus terhadap bangunan merupakan
lindungan yang efektif terhadap rembesan. Dalam teori angka rembesan Lane, dinding
vertikal diambil/ dihitung penuh, sedangkan bidang horisontal hanya diambil 1/3 dari
panjangnya.
Dinding halang ditempatkan di bawah dan di kedua sisi bangunan yang mungkin harus
menanggulangi beda tinggi energi yang besar, seperti : bangunan terjun, bangunan
pengatur dan pintu. Bangunan seperti pipa gorong–gorong dan pipa sipon sangat
memerlukan dinding halang di sekitar pipa untuk mencegah terjadinya rembesan di
sepanjang pipa bagian luar. Dinding halang bisa dibuat tipis karena dinding ini tidak terkena
gaya apa pun kecuali menahan beratnya sendiri.
Pada bangunan pengatur, tepat terbaik untuk dinding halang adalah di lokasi yang sama
dengan lokasi pintu.
b. Koperan
Koperan dibuat di ujung lapis (lining) keras saluran atau bangunan. Koperan mempunyai
dua fungsi :
- Lindungan terhadap erosi
- Lindungan terhadap aliran rembesan yang terkonsentrasi
Koperan dibuat pada kedalaman minimum 0,60 m
c. Filter
Filter diperlukan untuk mencegah kehilangan bahan akibat aliran air. Filter dapat dibuat
dengan
(1) campuran pasir dan kerikil yang bergradasi baik,
(2) dengan kain sintetis atau filter alamiah (ijuk) atau
(3) kombinasi keduanya.
d. Lubang Pembuang
Lubang–lubang pembuang dapat dibuat untuk membebaskan tekanan air di belakang
dindidng (penahan) dan di bawah lantai. Gambar 9.11 menunjukkan sebuah tipe lubang
pembuang. Lubang pembuang sebaiknya dipertimbangkan dalam perhitungan
perencanaan, karena kapasitasnya untuk membebaskan tekanan bergantung kepada
banyak parameter yang belum diketahui dan sangat lokal sifatnya.
e. Alur Pembuang
Alur pembuang berfungsi seperti lubang pembuang. Kalau lubang pembuang ini berupa titik
lubang pembebas tekanan, maka alur pembuang lebih panjang lagi. Kebanyakan alur
pembuang dibuat di ujung lantai kolam olak atau dipangkal dinding panahan. Kadang–
kadang dibuat alur–alur pembuang pangkal khusus pada sisi kering suatu tanggul (lihat
pasal 9.18).
BAB IV
SALURAN IRIGASI
A. SALURAN TANAH TANPA PASANGAN
1. Perencanaan Saluran yang Stabil
Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa pasangan adalah
bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Perencanaan saluran harus
memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi
dan sedimentasi di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang
tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap. Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran
dapat terjadi apabila kapasitas angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya
kapasitas debit di bagian hilir dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar
kapasitas angkutan sedimen per satuan debit (kapasitas angakutan sedimen relatif) tetap
sama atau sedikit lebih besar.
Sedimen yang memasuki jaringan saluran biasanya hanya mengandung partikel . partikel
lempung dan lanau melayang saja (lempung dan lanau dengan d < 0,088 mm). Partikel-
partikel yang lebih besar, kalau terdapat di dalam air irigasi, akan tertangkap di kantong
lumpur di bangunan utama. Kantong lumpur harus dibuat jika jumlah sedimen yang masuk
ke dalam jaringan saluran dalam setahun yang tidak terangkut ke sawah Kriteria
Perencanaan - Saluran (partikel yang lebih besar dari 0,088 mm), lebih dari 5 % dari
kedalaman air di seluruh jaringan saluran. Jadi, volume sedimen adalah 5 % dari
kedalaman air kali lebar dasar saluran kali panjang total saluran. Gaya erosi diukur dengan
gaya geser yang ditimbulkan oleh air di dasar dan lereng saluran. Untuk mencegah
terjadinya erosi pada potongan melintang gaya geser ini harus tetap di bawah batas kritis.
a. Rumus Aliran
Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu
diterapkan rumus Strickler.
V = K R 2/3 I
=A
A=(b+mh)h
P = ( b + 2 h 1 + m2 )
Q=VxA
b=nxh
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari . jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)
b. Koefisien Kekasaran Strickler
Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor . faktor berikut :
- Kekasaran permukaan saluran
- Ketidakteraturan permukaan saluran
- Trase
- Vegetasi (tetumbuhan), dan
- Sedimen
Bentuk dan besar/ kecilnya partikel di permukaan saluran merupakan ukuran kekasaran.
Akan tetapi, untuk saluran tanah ini hanya merupakan bagian kecil saja dari kekasaran
total.
Pada saluran irigasi, ketidak teraturan permukaan yang menyebabkan perubahan dalam
keliling basah dan potongan melintang mempunyai pengaruh yang lebih penting pada
koefisien kekasaran saluran daripada kekasaran permukaan. Perubahan-perubahan
mendadak pada permukaan saluran akan memperbesar koefisien kekasaran. Perubahan-
perubaban ini dapat disebabkan oleh penyelesaian konstruksi saluran yang jelek atau
karena erosi pada talut saluran. Terjadinya riak-riak di dasar saluran akibat interaksi aliran
di perbatasannya juga berpengaruh terhadap kekasaran saluran. Pengaruh vegetasi
terhadap resistensi sudah jelas panjang dan kerapatan vegetasi adalah faktor-faktor yang
menentukan. Akan tetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat membatasi pertumbuhan
vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk harga-harga k yang dipilih dan dipakai dalam
perencanaan saluran. Pengaruh trase saluran terhadap koefisien kekasaran dapat
diabaikan, karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan akan dipakai tikungan
berjari-jari besar. Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap koefisien kekasaran saluran akan
bervariasi menurut ukuran saluran. Ketidak teraturan pada permukaan akan menyebabkan
perubahan kecil di daerah potongan Kriteria Perencanaan – Saluran melintang di saluran
yang besar daripada di saluran kecil.
b. Sedimentasi
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan
menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter maksimum yang diizinkan (0.088
mm).Tetapi secara kuantitas baru sedikit yang diketahui mengenai hubungan antara
karakteristik aliran dan sedimen yang ada. Untuk perencanaan saluran irigasi yang
mengangkut sedimen, aturan perencanaan yang terbaik adalah menjaga agar kapasitas
angkutan sedimen per satuan debit masing ruas saluran di sebelah hilir setidak-tidaknya
konstan.Dengan berdasarkan rumus angkutan sedimen Einstein-Brown dan Englund
Hansen, maka Karena rumus-rumus ini dihubungkan dengan saluran yang relatif lebar,
dianjurkan agar harga I¡îh bertambah besar ke arah hilir guna mengkompensasi pengaruh
yang ditimbulkan oleh kemiringan talut saluran. Ini menghasilkan kriteria bahwa I¡îR adalah
konstan atau makin besar ke arah hilir. Kecuali pada penggal saluran sebelah hulu
bangunan pengeluar sedimen (sediment excluder). Jika diikuti kriteria I¡îR konstan,
sedimentasi terutama akan terjadi pada ruas hulu jaringan saluran. Biasanya jaringan
saluran akan direncana dilengkapi dengan kantong lumpur atau excluder (bangunan
penangkap sedimen kasar yang mengalir didasar saluran ) yang dibangun dekat dengan
bangunan pengambilan di sungai. Jika semua persyaratan telah dipenuhi, bangunan ini
akan memberikan harga I¡îR untuk jaringan saluran hilir.
c. Erosi
Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan aliran (rata-rata) maksimum yang
tidak akan menyebabkan erosi di permukaan saluran. Konsep itu didasarkan pada hasil
riset yang diadakan oleh US Soil Conservation Service (USDA - SCS, Design of Open
Channels, 1977) dan hanya memerlukan sedikit saja data lapangan seperti klasifikasi tanah
(Unified System), indeks plastisitas dan angka pori.
4. Geometri
Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin, potongan melintang
yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang terbaik.
Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan saluran tanah
berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan potongan melintang yang terlalu
dalam atau sempit. Hanya pada saluran dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt
saja yang potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran
dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan perbandingan
b/h (n) sampai 10 atau lebih.
Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab jika tidak,
kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum yang diizinkan. Lebih-lebih
lagi, saluran yang lebih lebar mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang
berubah-ubah, dan ini mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, efek erosi
atau pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas debit. Dan
karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut dapat diperoleh tanpa memerlukan
bahu (berm) tambahan. Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah
persyaratan pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan demikian biaya
pelaksanaannya secara umum lebih mahal. Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m
lebar bahu (berm) tanggul harus dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul
harus dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk kemirinan luar, bahu tanggul (jika
perlu) harus terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.
5. Lengkung Saluran
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:
- Ukuran dan kapasitas saluran
- Jenis tanah
- Kecepatan aliran.
Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil sekurang-kurangnya
8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.
Panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali kedalaman air pada tikungan saluran.
Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti berikut
- 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (< 0,6 m3/dt), dan sampai dengan
- 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (> 10 m3/dt).
6. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan bergunan untuk :
- Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum
- Mencegah kerusakan tanggu saluran
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah direncana bisa disebabkan oleh
penutupan pintu secara tiba-tiba disebelah hilir, variasi ini akan bertambah dengan
membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air
buangan ke dalam saluran.
7. Lebar Tanggul
Jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap dapat dicapai
secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi
dengan perkerasan adalah 5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya
3,0 meter.
Pada kasus dimana bahan timbunan untuk tanggul saluran diambil dari galian tanah
disekitar saluran, maka galian tanah harus terletak diluar garis sempadan saluran.
b. Kemiringan Memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan saluran
akan sebanyak-mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih. Kemiringan
memanjang saluran mempunyai harga maksimum dan minimum. Usaha pencegahan
terjadinya sedimentasi memerlukan kemiringan memanjang yang minimum. Untuk
mencegah terjadinya erosi, kecepatan maksimum aliran harus dibatasi.
- Kemiringan Minimum
- Kemiringan maksimum
- Perencanaan Kemiringan Saluran
B. SALURAN PASANGAN
1. Kegunaan Saluran Pasangan
Saluran pasangan (lining) dimaksudkan untuk :
- Mencegah kehilangan air akibat rembesan
- Mencegah gerusan dan erosi
- Mencegah merajalelanya tumbuhan air
- Mengurangi biaya pemeliharaan
- Memberi-kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
- Tanah yang dibebaskan lebih kecil
Tanda-tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah besar dapat dilihat
dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan cara pemboran dan penggalian sumuran uji di
alur saluran akan lebih banyak memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya
rembesan. Pasangan mungkin hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya
terbatas.
2. Jenis – jenis Pasangan
Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran (lihat FAO Kraatz, 1977). Tetapi
pada prakteknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang dianjurkan pemakaiannya :
- Pasangan batu
- Beton,
- Tanah
- Dapat juga menggunakan Beton Ferro cement
Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan, dengan alasan sulitnya
memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-
kelemahan bahan itu sendiri. Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua
keperluan, kecuali untuk perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk
pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul. Tersedianya bahan di dekat
tempat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang penting dalam pemilihan jenis
pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada umumnya dianjurkan pemakaian
pasangan batu. Pasangan dari bata merah mungkin bisa juga dipakai. Aliran yang masuk
ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat mengeluarkan bahan-bahan
pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan berat pasangan harus memadai
untuk mengimbangi gaya tekan ke atas. Sebagai alternatif jenis-jenis lining, dewasa ini
sudah mulai banyak diaplikasikan penggunaan material ferrocemen untuk saluran irigasi
dan bangunan air. Struktur ferosemen yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan
sangat cocok untuk diterapkan diberbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang
tersebar merata hampir diseluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat struktur tipis
dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencananya.
b. Tanah
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk talut saluran.
Pasangan campuran (kombinasi) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dapat dipakai
juga. Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada kondisi dan bahan yang tersedia.
Detail konstruksi pasangan diperlihatkan dalam Gambar Perencanaan Standar.
c. Lining Ferrocemen
Ferrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar semen
hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus dan
lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman ini bisa berasal dari logam
atau material lain yang tersedia. Kehalusan dan komposisi matriks mortar seharusnya
sesuai dengan sistem anyaman dan selimut (pembungkusnya). Mortar yang digunakan
dapat juga diberi serat / fiber.
Perbedaan ferosemen dengan beton bertulang antara lain :
1. Sifat Fisik
• Lebih tipis
• Memiliki tulangan yang terdistribusi pada setiap ketebalannya
• Penulangan 2 arah
• Matriksnya hanya terdiri dari agregat halus dan semen
2. Sifat Mekanik
• Sifat-sifat seragam dalam 2 arah
• Umumnya memiliki kuat tarik dan kuat lentur yang tinggi
• Memiliki ratio tulangan yang tinggi
• Proses retak dan perluasan retak yang berbeda pada beban tarik
• Duktilitas meningkat sejalan dengan peningkatan rasio tulangan anyam
• Kedap air tinggi
• Lemah terhadap temperatur tinggi
• Ketahanan terhadap beban kejut lebih tinggi
BAB V
PETAK IRIGASI
A. Petak tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang
menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke
saluran tersier. Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah. Ini juga
menentukan ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan
pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani
dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas
petak tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai
seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan
tujuan agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus
mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas
perubahan bentuk medan (terrain fault). Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter,
masing- masing seluas kurang lebih 8 - 15 ha.
Apabila keadaan topografi. memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar
atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan
pembagian air secara efisien. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan
saluran sekunder atau saluran primer. Perkecualian: kalau petak-petak tersier tidak secara
langsung terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian,
memerlukan saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus
dihindari.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-
kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik di bawah
500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
B. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak
di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa
tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder
bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak di
punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang
membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang
mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.
C. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua
saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer. Daerah di sepanjang saluran primer
sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder.