Anda di halaman 1dari 112

PERENCANAAN TEKNIS

SALURAN & BANGUNAN IRIGASI


(PEMBAWA & PEMBUANG)
TEORI : 4, PRAKTEK : 6

MARET 2012

POKOK BAHASAN
I. Pendahuluan
II. Data perencanaan sal & bang irigasi
III. Perencanaan saluran irigasi:
3.1 Saluran pembawa
3.2 Saluran pembuang
3.3 Saluran fungsi ganda ( gabungan
pembawa dan pembuang)
IV.Perencanaan bangunan irigasi :
4.1 Bangunan ukur
4.2 Bangunan pengatur
4.3 Bangunan bagi dan sadap
4.4 Bangunan pembawa (gorong2, sipon, terjun,
Talang &flum, got miring

I. PENDAHULUAN

Air adalah karunia Tuhan YME yang merupakan


sumber kehidupan dan penghidupan.

Sumber daya air merupakan bagian dari ekosistem


yang mempunyai hubungan timbal balik antara
teknik, sosial ekonomi, budaya dan lingkungan
sehingga perlu dijaga kelestariannya.

Air berfungsi, sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi


(selaras)

Penggunaan air sebagian besar untuk air baku irigasi

Penggunaan air irigasi umumnya masih boros

Pengembangan dan pengelolaan sistem


irigasi dilaksanakan dengan pendayagunaan
sumber daya air yang didasarkan pada
keterkaitan antara :
air hujan,
air permukaan, dan
air tanah
secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.

Pengembangan dan pengelolaan sistem


irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan prinsip :
satu sistem irigasi
satu kesatuan pengembangan dan
pengelolaan, dengan memperhatikan
kepentingan pemakai air irigasi dan
pengguna jaringan irigasi di bagian hulu,
tengah, dan hilir secara selaras.
( jaringan primer, sekunder, tersier terpadu )

Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani


guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan
melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
diselenggarakan secara :
partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan
hidup, transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
Keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi.

PP 20/2006 Pasal 3
(1) Keberlanjutan sistem irigasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) ditentukan oleh:
a. keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan
membangun waduk, waduk lapangan, bendungan,
bendung, pompa, dan jaringan drainase yang memadai,
mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air
drainase;
b. keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui
kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi
yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi
jaringan irigasi di daerah irigasi;
c. meningkatnya pendapatan masyarakat petani dari usaha
tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong
keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan
modernisasi usaha tani.

MODERNISASI BUDI DAYA PERTANIAN

SRI (System of Rice Intensification)


Budidaya padi intensif dan efisien dengan
mengutamakan management perakaran yang berbasis
pada pengelolaan air, tanah dan tanaman.
Sebuah upaya perbaikan kualitas pengelolaan
agro-ekosistem padi sawah, terutama pengelolaan air
untuk mempertahankan produktivitas dan ekologis.

PERBANDINGAN KEBUTUHAN AIR


Antara Cara Biasa dan Cara SRI
Penggunaan Air di Petakan Sawah
Cara Biasa

Cara SRI

Keterangan

1,2
L/detik/Ha
1,2
L/detik/Ha

0,52 L/detik/Ha

UNWIM
( Tahun. 2003)

0,6 L/detik/ Ha

UNPAD ( Th. 2006 )

Pengujian di rumah kaca Oleh IPB :

Cara SRI :
setiap 1M3 air menghasilkan 1,42 Kg GKG
Cara Biasa : 1 Kg GKG

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


dilaksanakan dengan pendayagunaan sumber daya air
yang didasarkan pada keterkaitan antara :
air hujan, air permukaan, dan air tanah secara
terpadu dengan mengutamakan pendayagunaan
air permukaan.
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan prinsip :
satu sistem irigasi
satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan,
dengan memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi
dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan
hilir secara selaras.

PP 20/2006 Pasal 33
Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan kepada
masyarakat petani melalui P3A dan bagi pertanian
rakyat yang berada di dalam sistem irigasi yang sudah
ada diperoleh tanpa izin.
Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan pada setiap
daerah irigasi di pintu pengambilan pada bangunan
utama.
Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan dalam
bentuk keputusan dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya yang
dilengkapi dengan rincian daftar petak primer, petak
sekunder, dan petak tersier yang mendapatkan air.

Hak guna pakai air untuk irigasi bagi pertanian rakyat


pada sistem irigasi baru dan sistem irigasi yang
ditingkatkan diberikan kepada masyarakat petani
melalui P3A berdasarkan permohonan izin pemakaian
air untuk irigasi.
Hak guna pakai air untuk irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diberikan pada setiap daerah
irigasi di pintu pengambilan pada bangunan utama.
Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan dalam
bentuk keputusan dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya yang
dilengkapi dengan rincian daftar petak primer, petak
sekunder, dan petak tersier yang mendapatkan air.

Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan pada suatu


sistem irigasi sesuai dengan luas daerah irigasi yang
dimanfaatkan.
Hak guna pakai air untuk irigasi dievaluasi setiap 5
(lima) tahun oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
mengkaji ulang kesesuaian antara hak guna pakai air
untuk irigasi dengan penggunaan air dan ketersediaan
air pada sumbernya.
Hasil evaluasi digunakan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sebagai dasar untuk melanjutkan,
menyesuaikan, atau mencabut hak guna pakai air
untuk irigasi.

KINERJA DAN UMUR LAYANAN

UU 24/2007 Penanggulangan Bencana Ps 6,7


Tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi al:
pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan
risiko bencana dengan program pembangunan;
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi antara lain :
penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras
dengan kebijakan pembangunan nasional;
pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan
unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana

REKAYASA

NILAI :

ALAT/ METODE SISTEMATIK UNTUK


MENINGKATKAN FUNGSI KINERJA/
MUTU/ PRODUKSI/ MANFAAT &/
PENGURANGAN RESIKO KERUGIAN/
MENGHEMAT BIAYA
( EKONOMI, LINGKUNGAN, SOSIAL,
BUDAYA )

NILAI = KINERJA : SATUAN BIAYA

IMPLEMENTASI TATA KELOLA


PEMERINTAHAN YANG BAIK / GOOD
GOVERNANCE MERUPAKAN AMANAT
REFORMASI DENGAN CIRI-CIRI AL :
1. AKUNTABILITAS
2. EFEKTIF & EFISIEN
3. KESETARAAN
4. BERKEADILAN
5. PENEGAKAN HULUM
6. PARTISIPASI

NILAI : KINERJA( MANFAAT,


PRODUKSI, MUTU) /
SATUAN BIAYA

II. DATA PERENCANAAN


2.1
2.2
2.3
2.4
2.5

Topografi
Hidrologi
Geoteknik
Sedimen
Daerah irigasi (peta DI, skema irigasi, skema
jaringan, skema bangunan
2.6 Hasil inspeksi lapangan terinci
2.7 Daftar pekerjaan (hasil perencanaan jaringan)
2.8 Hasil inspeksi lapangan terinci (sket sal & bang ,
foto)
2.9 Data lain : as built drawing DI ybs (kalau ada) dsb

Data Topografi :
Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan
tata letak jaringan irigasi dengan skala I :
25.000 dan I : 5.000;
Hasil pengukuran
a. peta situasi trase saluran berskala I : 2.000
dengan garis garis ketinggian pada interval 0,5 m
untuk daerah datar dan 1.0 m untuk daerah
berbukit-bukit:
b. Profil memanjang pada skala horisontal I : 2.000
dan skala vertikal 1 : 200(atau skala 1;100 untuk
saluran berkapasitas kecil, bilamana diperlukan)

c. Potongan melintang pada skala horizontal dan vertikal


1;200(atau 1:100untuk saluran-saluran berkapasitas
kecil) dcngan interval 50 m untuk bagian lurus dan
interval 25 m pada bagian tikungan;
d. Peta lokasi titik tetap/benchmark. termasuk deskripsi
benchmark.
Google Map
Peta foto udara
Orto foto

Hidrologi :
Debit rencana : a. sungai
b. saluran
pembawa
c. Saluran
pembuang
Kebutuhan air disawah
Kualitas air (sedimen)

Geoteknik :

Peta geologi

Peta kerentanan gerakan tanah

Lokasi-lokasi yang rawan longsor di


sepanjang
rute saluran dan lokasi bangunan

Hasil penyelidikan geoteknik (sifat-sifat


tanah) dilokasi bangunan & saluran

2.4 Sedimen

2.5 Daerah irigasi (peta DI, skema


irigasi, skema jaringan,
skema bangunan

2.6 Hasil inspeksi lapangan terinci

2.7 Daftar pekerjaan (hasil perencanaan


jaringan)

2.8 Hasil inspeksi lapangan terinci


(sket sal & bang , foto)

2.9 Data lain : as built drawing DI ybs


(kalau ada) dsb

III. PERENCANAAN
SALURAN IRIGASI
SALURAN PEMBAWA
Bagan alir kegiatan
1. Data survai saluran yang ada.
2. Tentukan kemiringan memanjang dan lebar
salpran yang ada.
3. Hitung elevasi air yang diperlukan pada
bangunan pengatur di tiap-tiap akhir ruas
saluran (pand).
4. Hitung debit rencana, Qp

5. Tentukan apakah saluran perlu pasangan


/tidak.
6. Tentukan koefisien kekasaranStrickler, K.
7. Tentukan kecepatan maksimum yang
diijinkan,
V maksimum.
8. Tentukan kemiringan saluran bagian dalam.
9. Tentukan rasio B/h = n
10. Pilih lebar saluran yang akan dicoba, B.

11. Hitung (A. R2/3) dari persamaan Strikler, menggunakan


Qp dan slope memanjang yang ada, I.
12. Dengan m dan B tertentu, kemiringan (slope)dicoba
ulang
(trial & error), cari tinggi aliran h,
A = h (B + mh)
R = A/(B + 2h(m2 + 1)05).
13. Hitung kecepatan yang terjadi:
V = Qp/A
Kecepatan V yang dipakai sedapat mungkin sedikit
dibawah (mendekati) V maks-ijin.
14. Bila V terlalu besar, cari I desain yang lebih kecil, ulangi
langkah 11 sid 13, tambahkan bangunan terjun bila
perlu
untuk mengurangi I.

15. Kontrol kemiringan rencana dengan teori


tractive
force.
16. Cek B/h = n terhadap (9).
17. Plot profil dasar saluran dan muka air padapotongan memanjang, dimulai dari m.a. di
bangunan pengontrol bagian bawah.
18. Bila diperlukan sesuaikan B, h dan I untuk
penyelesaikan bentuk desain. 19. Pilih tinggi j agaan saluran yang diperlukan.
20. Hitung tinggi tanggul rencana, plot pada
potongan
memanjang.

Pengumpu1an Data Survai


a) Lebar saluran dan tanggul yang ada.
b) Pasangan yang ada, seperti tipe, bentuk,
elevasi
c) Batas lebar saluran yang tersedia.
d) Pagar, ternbok dan rumah yang terdapat
didalam hasil pengukuran potongan lint'ang.
e) Tinggi muka air pada saat pengukuran
Catatan : semua bangunan dan drain masuk
saluran yang ada harus di plot pada
gambarpengukuran.

Debit Rencana
Qp = C (NFR). A/e, dimana :
c. = koefisien golongan (tanpa golongan resmi, C
= 1.0)
NFR = kebutuhan netto air di sawah (l/dt/ha)
A = luas daerah yang diairi (ha)
e = efisiensi irigasi secara keseluruhan.
Jika tak diperoleh data terinci, dapat digunakan
nilai e sebagai berikut :
Pada level tersier
e = 0.80
Pada level saluran sekunder
e = 0.72
Pada level saluran primer,
e = 0.65

Rumus Strickler
Qp = K. A. R2/3. I1/2
atau
V = K. R2/3. 11/2,
di mana :
Qp= debit rencana (m3/dt)
K = koefisien kekasaran Strickler
A= luas basah penampang lintang
p= panjang basah (m)
R= jari-jari hidraulik = A/p
I= kemiringan muka air
V= kecepatan rencana ,

Koefisien Kekasaran Strickler (Tanpa pasangan )


Drain
Saluran tersier
Saluran primer & sekunder ..
Qp < 1 m3/dt
1 m3/dt < Qp < 5 m3 ~dt
5 m3/dt < Qp < 10 m /dt
Qp > 10m3/dt

33
35
35
40
42.5
45

Koefisien kekasaran Strickler saluran (dengan


pasangan)

Pasangan batu, hanya satu sisi


Pasangan batu 2 sisi, dasar tanah
Pasangan batu seluruhnya
Pasangan "batu slab beton, satu sisi
Pasangan batu slab beton 2 sisi,
dengan dasar tanah
Pasangan batu slab beton seluruhnya
Saluran segiempat diplester,
dan pipa-pipa

42
45
50
45
50
70
75

Kecepatan rencana untuk saluran tanpa pasangan.


Kecepatan minimum saluran primer dan
sekunder pada debit rencana adalah 0.30m/dt.
Metode menetapkan kecepatan ijin maksimum
untuk saluran tanpa pasangan dibahas dalam
KP-03 Bag ian 3-2-4. Bila sifat-sifat tanahnya tak
diketahui (indeks plastisitas PI dan nilai angka
pori e),
kecepatan maksirnum yang dijinkan untuk
saluran yang
ada dapat juga diperoleh dari Tabel di bawah
ini.

Metode "Tractive Force satuan" T diberikan oleh :


T = c. W. R. I (kg/m2)
di mana ..
Ckoefisien

Wberat jenis air (1000 kg/m3 )

Rjari-jarihidraulik (m)

Ikemiringan muka air.

Koefisien C bisa diambil 1.0 untuk bag ian dasar dan 0.76 untuk sisi-sisinya.
Tractive
Force ij in dengan berbagai jenis bahan,
diperlihatkan oleh Tabel di bawah.

Tractive Force
Tractiv2 Force
(kg/m )
Bahan Air Air yang
bersih membawa,
lanau
koloidal
Pasir halus (non-kOloidal) 0.13
Geluh pasiran (non-koloidal}0,18
Geluh haus (non-koloidal) 0.23
Lanau alluvial (n.k.) 0.23
Geluh padat biasa 0.37
Abu vulkanik 0.37
Kerikil halus 0.37
Lempung kaku (sangat koldl) 1.27
Lanau alluvial (koloidal) 1.27
Geluh bergradasi sampai
berangkal(bila non-koloidal)1.86
Lanau bergradasi sampai
berangkal (bila koloidal)
Kerikil kasar (n.k.)
Berangkal
Serpih dan hardpan
2.10
1.47
4.45
3.28
3.5 Kemiringan sisi sa1uran
DPU
0.37
0.37
0.54
0.73
0.73
0.73
0.73
2.25
2.25
3.23
3.91
3.28
5.39
3.28
PEGANGAN
PESERTA
Keterangan:
Hal : 8/17
Propinsi

Kemiringan sisi saluran


(1.0 tegak : m datar)
Jenis tanah
Batuan
Batuan 1unak
Lempung berat
Ge1uh, D < 1.0 m
Ge1uh, D > 1.0 m
Ge1uh pasiran
Pasir 1epas
Kemiringan sisi m
0.25
0.5 - 0.7
0.5 - 1.1
1
1.5
1.5
2.0
dimana D = h + f (m)
h = keda1aman air reneana (m)
f = tinggi jagaan (m)
Sa1uran-sa1uran yang me1ewati daerah deng@n
jenis tanah berpasir umumnya per1u diberi
pasangan, dan pasangannya dapat dibuat 1:1.

MUKA AIR YANG DIPERLUKAN


P =A + a + b + c + d + e + f + g +
h + Z,
dimana :
P = muka air disaluran sekunder
A = Elevasi tertinggi disawah
a = lapisan air di sawah : 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di sal kuarter
kesawah: 5 cm

= kehilangan tinggi energi dibox bagi kuarter:


5 cm
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran
di sal irigasi = i* l
e = kehilangan energi dibox bagi tersier : 10 cm
f
= kehilangan energi digorong-gorong: 5 cm
g = kehilangan energi dibangunan sadap tersier
:
h = variasi tinggi muka air = 0,18 h 100
Z = kehilangan energi dibangunan tersier yang
lain

SALURAN FUNGSI GANDA


saluran ganda terjadi karena :
1. Saluran melewati daerah bukit dimana
mendapatkan air buangan langsung dari areal
atasnya atau saluran di bagian hilir pada sawah
yang cukup datar dimana air buangan sawah
masuk ke saluran.
2. Saluran berhubungan dengan alur pembuang dan
lokasi untuk bangunan pengeluaran agak jauh
letaknya.
3. Karena kondisi topografi yang tak memungkinkan
untuk membangun parit gendang, saluran
pembuang tersier dan sekunder maka air buangan
langsung masuk ke saluran irigasi.

MENGAPA SALURAN BERFUNGSI GANDA


KURANG BAIK ?
a. Endapan yang dibawa oleh aliran buangan
menyebabkan terjadinya pendangkalan saluran
irigasi sehingga perlu biaya untuk pemeliharaan.
b. Bila banjir yang terjadi melebihi perkiraan karena
terbatasnya data, akan terjadi peluapan sehingga
tanggul saluran akan rusak.
c. Banjir yang besar menyebabkan saluran irigasi
akan tererosi sehingga bentuk saluran tak teratur.

d. Bangunan pengatur yang berupa balok


sekat / stoplog sulit untuk dioperasikan
e. Kelebihan air akan masuk ke
saluransaluran tersier bila pintu tidak
berfungsi dengan baik.
f. Bagian hilir saluran di daerah datar
(misalnya dekat laut), muka airnya sangat
dipengaruhi oleh pasang surut muka air
dan kadar garam yang masuk ke saluran.

KEBIJAKSANAAN UNTUK DESAIN


a. Balok sekat (stoplog) di bangunan
pengatur diganti dengan pintu dan
mercu pelimpah tetap.
b. Untuk rnengurangi kecepatan aliran
sesuai dengan kecepatan yang
diijinkan, dibangun terjunan-terjunan.

c. Bila lokasi memungkinkan harus dibuat


bangunan pelindung misalnya bangunan
pelimpah, pintu penguras, bangunan
drainase silang, sipon
d. Di tiap sadap tersier perlu dipasang pintu
agar air yang rnasuk terbatas sesuai dengan
rencana dan juga dikombinasikan dengan
tembok penahan untuk mencegah kelebihan
air masuk ke sadap melalui atas pintu.
e. Menaikkan tinggi tanggul sebelah hulu, di
bangunan-bangunan pengatur dan terjunan.

METODE UNTUK DESAIN


Mempelajari sistem yang ada
Pertama-tama yang penting adalah mempelajari sistem yang
ada dengan bantuan peta yang tersedia (peta topographi
skala 1:50000 atau 1:25000 dan foto udara bila ada) untuk
memahami bagaimana sistem kerjanya. Rute alternatif untuk
jalan keluar saluran pembuang harus dipertimbangkan, dan
jika ada kemungkinan air buangan dialirkan ke saluran alam.
Setiap inlet pembuang yang cukup besar masuk ke saluran
pembawa harus diperiksa di lapangan dan digambar pada
peta Dr skala 1:5000 atau 1:10000, bersama-sama dengan
luas tangkapannya, kemudian diukur dengan planimeter. .

Menghitung debit saluran pembuang


Kapas i tas sal ur an pembuang ditentukan
sebagai berikut :
i) Un t uk air buangan dari areal sawah tanaman
padi metode yang dipakai sesuai
KP-03, dipilih curah hujan 3 hari dengan periode
ulang 5 tahun dan menganggap bahwa tanaman
padi tergenang air sedalam 20 cm maksimum,
selama jangka waktu 3 hari.
ii) Untuk air buangan dari areal sawah nonpadi,
debit yang perlu dipertimbangkan adalah :
debit puncak maksimum dengan periode ulang 5
tahun

Membuat diagram skema saluran


Setelah debit pembuang selesai
dihitung,dibuat diagram skerna saluran
yang harus memperlihatkan 2 (dua)
keadaan, yaitu :

debit irigasi pada waktu

musim kemarau: Qp

debit irigasi musim hujan :


debitkumulatif pembuang :
QT = 0.7 Qp + Qd

Desain Hidraulik
Saluran didesain dengan menggunakan rumus
"Manning - Strickler" :
Q = K. A. R 2/3. I 1/2
Qp=Debit desain irigasi (m3/dt)
Qd = Kumulatif pembuang masuk (m3/dt)
QT = Jumlah debit irigasi dan pembuang pada
mus im huj an I diambil QT = 0.70 Qp + Qd
v =Kecepatan rata-rata untuk Qp (m/dt)

VT =Kecepatan rata-rata llntllk QT


(m/dt)
h =Kedalaman aliran untuk 0.70 Qp (m)
hT =Kedalaman aliran untuk QT (m)
hI =Kedalaman air yang dibutuhkan di
sadap untuk irigasi (m)
EPT=Desain elevasi puncak tanggul
f =Tinggi jagaan

III. PERENCANAAN
SALURAN IRIGASI
Saluran pembuang

PERENCANAAN SALURAN
IRIGASI
Saluran fungsi ganda

IV. PERENCANAAN
BANGUNAN IRIGASI
Bangunan ukur

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
Bangunan pengatur

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
Bangunan bagi dan sadap

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
BANGUNAN PEMBAWA
Gorong-gorong

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
sipon

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
terjun

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
Talang &flum

PERENCANAAN BANGUNAN
IRIGASI
got miring

Anda mungkin juga menyukai