Anda di halaman 1dari 26

SPESIFIKASI TEKNIK

( SPEKTEK )

PAKET PEKERJAAN :
PEMELIHARAAN BERKALA
SUNGAI DI KAB. KUPANG

KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA I


SATKER OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA
NUSA TENGGARA II

Tahun Anggaran 2023


SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1
URAIAN UMUM
1. Nama Pekerjaan ini adalah :
2. ACUAN NORMATIF
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi
Los Angeles.
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil
Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam
Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
b. American Standard Test Method :
- ASTM C 91 :Masonry cement
- ASTM C 207 :Hydrated Lime
- ASTM C 270 :Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 :Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Sebelum kegiatan fisik dimulai Penyedia Jasa harus :

a. Melaksanakan uitzet dan pengukuran dengan pesawat ukur


b. Memasang patok-patok tetap, patok-patok bantu, bouwplank profil yang peil-peilnya
diambil dari titik acuan (bench mark) yang ditetapkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan.
2. Patok titik tiap bangunan harus ditempatkan di lokasi yang aman dari gangguan sehingga
tidak berubah posisinya.
3. Patok as profil bouwplank yang dipasang harus kokoh tidak goyah/ berubah.

4. Ketepatan dan ketelitian uitzet yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa harus mendapat
pengesahan dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Untuk itu sesudah pekerjaan uitzet
selesai, Penyedia Jasa harus meminta Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan untuk melakukan
pengecekan dan mengesahkannya.

PASAL 3
DAERAH KERJA, DIREKSI KEET/ BARAK KERJA,GUDANG
1. Penyedia Jasa wajib mempersiapkan tempat kerja dan daerah kerja agar lahan kerja siap
digunakan.
2. Penyedia Jasa sebelum mulai kegiatan fisik harus membuat atau menyewa tempat untuk
barak dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Keet dengan ukuran sesuai dengan BQ dengan
ketentuan :
a. Ruang kerja berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksi Keet.
b. Gudang berukuran secukupnya dengan ketentuan :
- Konstruksi dan dinding kayu yang baik
- Lantai beton tak bertulang / Mutu Bo tebal 5 cm
- Memenuhi syarat untuk menyimpan PC dan bahan-bahan pabrikan lainnya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga kerja yang diperlukan
dan cukup sehat untuk dihuni.
3. Penyedia Jasa harus menjamin Direksi Keet dan Kelengkapannya dipersiapkan dan
diadakan sedemikian rupa dapat berfungsi dengan baik

PASAL 4
JALAN KERJA
1. Jalan yang dipergunakan untuk kegiatan pelaksanaan harus disiapkan oleh Penyedia Jasa
sendiri, dengan lebar dan kondisi jalan kerja harus memenuhi syarat untuk lalu lintas
kendaraan roda 4 atau lalu lintas kerja dengan aman.
2. Pihak Penyedia Jasa wajib memelihara dan memperbaiki jalan masuk atau jalan desa,
gorong-gorong jembatan desa yang rusak akibat lalu lintas kegiatan pekerjaan.

PASAL 5
PAPAN NAMA PEKERJAAN
1. Penyedia Jasa harus membuat papan nama pekerjaan ukuran 0.90 m x 1.80 m, sebanyak 1
(satu) buah, dengan bentuk standar yang dipasang di tepi jalan masuk pekerjaan atau
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
2. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.

PASAL 6
UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK
1. Uitzet :
a. Uitzet harus dilakukan dengan menggunakan pesawat ukur.
b. Duga ketinggian (peil) diambil dari titik ikat yang telah ditetapkan Proyek.
c. Profil bangunan dibuat sesuai dengan rencana bentuk konstruksi dan terpasang kokoh.
d. Bouwplank dipasang dengan peil yang diambil dari titik ikat pada bouwplank harus
ditegaskan posisi as dan angka peilnya.
2. Profil dan Bouwplank :
a. Bouwplank bila diperlukan dibuat dengan konstruksi kayu dan papan jenis Kayu
Meranti
b. Tiang bouwplank untuk tinggi maksimal 2 m harus terbuat dari balok Kayu Meranti
sekurang-kurangnya dengan ukuran 5/7 cm, terpasang kokoh dan tidak berubah
selama masa konstruksi.
c. Papan bouwplank sekurang-kurangnya memiliki ukuran 2/20 cm, bahan Kayu
Meranti, diserut pada sisi yang digunakan dan dilengkapi dengan notasi as serta angka
duga tinggi peil yang ditulis dengan cat warna merah.

PASAL 7
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Penyedia Jasa wajib menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja dan
lingkungan sekitarnya dengan melakukan langkah-langkah antisipatif.
2. Di Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Keet Penyedia Jasa harus menyediakan obat-obatan
untuk memberi pertolongan pertama/darurat bila ada pekerja yang sakit.
3. Penginapan untuk pekerja harus layak dan memenuhi syarat kesehatan.

PASAL 8
MENINGGALKAN TEMPAT / DAERAH KERJA
1. Direksi keet selama masa pemeliharaan menjadi tanggungan Penyedia Jasa untuk
menjaganya.
2. Sebelum meninggalkan lokasi dimaksud, Penyedia Jasa harus mengembalikan kondisi lahan
seperti semula yaitu jalan kerja harus sudah dibenahi, bekas-bekas bongkaran diangkut
keluar lokasi kegiatan dan lain sebagainya.

PASAL 9
PASANGAN BRONJONG

Bronjong Pabrikasi.
a. Bronjong Bergalvanis Tebal Dengan No.SNI.03-0090-1999.
b. Karakteristik Bronjong Pabrikasi sebagai berikut :
Gambar.

Kawat Anyaman
Diameter Toleransi Berat Lapisan Seng Jumlah
Puntiran
2,7 mm ± 4,0 % Minimum260 28 Kali
gr/m²
Kawat Sisi
Diameter Toleransi Berat Lapisan Seng Jumlah
Puntiran
3,4 mm ± 4,0 % Minimum275 26 Kali
gr/m²
Kawat Ikat
Diameter Toleransi Berat Lapisan Seng Jumlah
Puntiran
2,0 mm ± 4,0 % Minimum240 38 Kali
gr/m²
Kuat Tarik Minimum :41 kgf/mm
Ukuran Anyaman ǿ 2,7mm : 80 x 100 mm dengan lilitan ganda.
Diaphragma Setiap 1 (satu) meter panjang.
Ukuran Kotak (Panjang, Lebar, Tinggi) Toleransi ± 5,0 %
c. Anyaman: Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam
dengan tiga lilitan yang dibuat sedemikian rupa hingga tidak lepas-lepas
dan dirancang untuk diperoleh kelenturan dan kekuatan yang diperlukan.
Keliling tepi dari anyaman kawat harus diikat pada kerangka bronjong
sehingga sambungan-sambungan yang diikatkan pada kerangka harus
sama kuatnya seperti pada badan anyaman.
d. Kotak bronjong haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan
dimensi yang disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga
dapat dikirim ke lapangan sebelum diisi dengan batu.

PASAL 10
RENCANA KERJA

1. Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran hasilpengujian
sepertiyang disyaratkan di atas.
b. Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kuncipada
tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong.Landasanharus
dipasang sesuai dengan ketentuan.Seluruh permukaan yang disiapkanharus disetujui
oleh Direksi Pekerjaansebelum penempatan pasangan batu kosongatau bronjong.
2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh
bentukserta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir
penarikkecil sebelumpengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan
antarakeranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri.Setiap segi enam
harusmenerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka
bronjongantara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan.Paling sedikit 15 cm
kawatpengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan dibengkokkan
kedalam keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatanmaksimumdan
rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisisetengah dari
tingginya, duakawat berlebihan agar terjadi penurunan(settlement).Sisi luar batu
yang berhadapan dengan kawat harus mempunyaipermukaan yang rata dan
bertumpu pada anyaman.
c) Batu-batu untuk bronjong harus sesuai dengan ukuran tidak kurang dari 15
cm dan tidak lebih dari 30 cm. Batu yang dipakai dipilih berbentuk bulat.
d). Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarikatau
ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan verticalharus
dibuat berselang seling.

3) Pengendalian Mutu
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
denganmengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telahditerimaharus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas

4) Pengukuran
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari
bronjongatau pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi
yangdigunakan untukmenghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari masing –
masingkeranjang bronjong ataupasangan batu kosong seperti yang diuraikandalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
PASAL 11
PEKERJAAN GALIAN TANAH

1. Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuranketinggian
yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain,yang mungkin
akandiperintahkan oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atauberhubungan dengan
ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepadaDireksi lebih dahulu, sebelum
memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat.Yangdimaksud dengan “ketinggian tanah”
dalam spesifikasi adalah tinggi “permukaan tanah”sesudah pembersihan lapangan dan
sebelum pekerjaan tanah dimulai.Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas
hanyalah material yang akan digaliyang berimplikasi terhadap jenis peralatan dan
produktifitas hasil galian.

2. Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian berupatanahpada
umumnya, yang dengan mudah dapat dilakukan dengan Excavator.Seluruh galian
dikerjakansesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yangditunjukkan dalam gambar atau
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambarkerja atau sesuai dengan yang diarahkan /
ditunjukkan oleh Direksi.

3. Galian tanahbiasa dimaksudkan untuk daerah yang bahan hasil galiannya terdiri dari
tanah,pasir dan kerikil.Bila ada galian yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan
ke Direksiuntukditinjau.Tidak ada galian yang langsung / ditutupi dengan tanah / beton
tanpa diperiksaterlebih dahulu oleh Direksi.seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-
jawabPenyedia Jasa. Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahanpelaksanaan
harus diperbaiki oleh dan atas biaya Penyedia Jasa.Apabila pada saat pelaksanaan penggalian
terdapat batu-batu besar dengandiameter lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat
disingkirkan dengan alatExcavator, maka pembayaran volume ini akan termasuk kedalam
pembayaranitem Galian Batu atas sepengetahuan Direksi pekerjaan.

4. Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa akan dibuat dalam meterkubik
dimana tanah galian dari permukaan kupasan sampai yang sesuaiditunjukan dalam garis-
garis bidang yang sesuai dalam gambar. Pembayaranuntuk galian tanah biasa dibuat dalam
meter kubik untuk item dalam BoQ.Selama proses penggalian tanah agar secara langsung
dipisahkan dan ditumpukpada suatu tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa
dipakai untuktimbunan dan material yang tidak layak.

5. Material yang layak selanjutnya akandipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan
kembali, sedangkan materialyang tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar daerah irigasi
atau kesuatutempat yang tidak akan mengganggu areal pertanian dan fungsi
jaringan.Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan materialyang
bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnyadengan lokasi
yang memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebarpada bagian yang akan
ditimbun.Harga satuan termasuk upah buruh, bahan dan peralatan yang diperlukan
untukpenggalian, perapihan dan kemiringan talud temasuk usaha pencegahan
bahayalongsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu galian dan timbunan kecil
apabiladianggap perlu oleh Direksi. Peralatan pengangkutan diperhitungkan
terhadappemindahan material hasil galian ke suatu tempat penimbunan sementara
yangdisetujui Direksi sejauh ± 1 km.

6. Khusus untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan berada didaerahpersawahan,
agar diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian ataualternatif lain berupa galian
secara manual.Semua pekerjaan galian tanah yang tidak akan ditimbun kembali akan
dilaksanakansesuai pasal ini, harus dilaksanakan hingga mencapai elevasi dengan tingkatan
dandimensi yang ditunjukan dalam gambar-gambar atau ditentukan oleh Direksi.
Selamadalam pekerjaan ini mungkin akan dijumpai dan diperlukan untuk merubah
kemiringan(slope) atau dimensi dari penggalian dari yang ditentukan. Setiap penambahan
ataupengurangan dari volume pekerjaan galian tanah sebagai akibat dari
perubahanperubahantersebut akan diperhitungkan sesuai petunjuk dan persetujuan
Direksi.Semua tindakan pencegahan yang perlu dilakukan guna melindungi material yang
adadibawah galian dalam keadaan yang memungkinkan, kerusakan pada pekerjaan
yangdisebabkan oleh Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk
hancurnyamaterial dibawah batas penggalian yang diperlukan, harus diperbaiki atas
biayaPenyedia Jasa.

7. Galian yang melebihi dari ketentuan baik yang dilakukan sengaja maupun akibatkelalaian
Penyedia Jasa tidak akan diperhitungkan dalam pembayaran. Penyedia Jasaharus mengisi
kembali dengan material yang sesuai dan dilaksanakan atas biayaPenyedia Jasa.

PASAL 12
PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

1. Penyedia Jasa akan mengerjakan beberapa macam material timbunan dan penutupankembali
di lokasi yang ditunjukkan oleh gambar atau ditempat lain seperti arahanDireksi. Kualitas
dari material harus mendapatkan ijin dari Direksi dan tidak termasukbahan organik atau
bahan lain yang tidak diijinkan.

2. Penyedia Jasa harus semaksimal mungkin menggunakan material hasil galian sebagaibahan
untuk timbunan sejauh secara kualitas memenuhi syarat.Tidak diizinkan adanya semak, akar,
rumput atau material tidak memenuhi syarat lainyang akan dipakai sebagai bahan timbunan.
Kelayakan dari setiap bagian pondasiuntuk penempatan material timbunan dan semua
material yang digunakan dalamkonstruksi timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik.

3. Penyedia Jasa harus melaksanakan test uji timbunan (trial embankment) untukmenentukan
efektifitas dari beberapa metode pemadatan dari material yang tersediauntuk pekerjaan
timbunan. Sasaran hasil dari uji test timbunan adalah untukmengkonfirmasi efektifitas dari
metode pemadatan yang berkaitan dengan jenis danukuran dari alat pemadat, jumlah
lintasan untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan,efek getaran terhadap kadar air dan aspek
lain dari pemadatan. Pekerjaan ini termasukpenempatan/penghamparan dari material dari
borrow area, galian dan stockpiledengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah untuk
pemadatan denganperalatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah lintasan yang
berbeda. Hasilpercobaan ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dalam segala hal
kewajibannyauntuk mendapatkan batas pemadatan sebagai yang ditentukan dalam
kontrakApabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu pelaksanaan
dikemudianhari, maka percobaan-percobaan lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih
dahulu. Bilahasil percobaan pemadatan tanah dilaksanakan untuk tanggul pada bangunan
yangpermanen,percobaan tersebut akan dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan
dalampenyelesaian pekerjaan tersebut, dan apabila pekerjaan tersebut gagal dan
tidakmemenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan Direksi, maka Penyedia Jasaharus
membongkar kembali pekerjaan permanen yang didasarkan pada percobaanyang gagal
tersebut atas biaya Penyedia Jasa tidak ada pembayaran terpisah ataspercobaan tanah yang
dilaksanakan di tempat lain.Penyedia Jasa akan memberikan informasi kepada Direksi paling
tidak 30 (tigapuluh)hari sebelum pelaksanaan test uji timbunan (trial embankment).
4. Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment)
adalahsebagaiberikut :
• Kepadatan Lapangan (field density)
• Permeability lapangan (field permeability)
• Berat Jenis (specific gravity)
• Kadar Air (water content)
• Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)
• Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
• Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)

5. Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test uji timbunan
(trialembankment).Semua biaya untuk pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk
ujipemadatan, penghamparan, dan berikut pembongkaran material serta berkaitandengan
pengujian, pengambilan contoh uji (sample) adalah sudah termasuk dalamharga satuan yang
dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan dalam BoQ.
6. Timbunan tanah kembali dari hasil galian.
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah kembali dari hasil galianadalah kegiatan
penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakangbangunan dengan
mempergunakan bahan timbunan dari hasil galian yang secaraspesifikasi teknis bahan
tersebut dapat dipertangung jawabkan.Penimbunan dan pemadatan tanah isian di bangunan
boleh dilakukan setelahumur bangunan sudah dinilai cukup oleh Direksi.Pelaksanaan harus
dilakukansecara hati-hati dengan menggunakan alat yang diijinkan oleh
Direksi.Penimbunan dilaksanakan secara lapis perlapis dengan ketebalan hamper
sesuaidengan spesifikasi alat yang digunakan. Bila tidak ada instruksi lain dari Direksimaka
Penyedia Jasa wajib menggunakan tanah hasil galian untuk penimbunantanah isian. Bila
material tanah hasil galian bangunan tidak cukup maka Kotraktordibolehkan menggunakan
material timbunan dari luar (borrow area) atas ijinDireksi.

PASAL 13
BETON
UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan


seluruh struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit,
sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan elevasi, kelandaian dan dimensi
yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh
Direksi Pekerjaan.

b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pekerjaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar lokasi pekerjaan beton tetap kering.

c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar kerja dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d) Syarat dari SNI diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang
dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesifikasi ini
yang harus dipakai.

2) Penerbitan Detail Pelaksanaan

Detail pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan serta sesuai dengan
Spesifikasi ini.

3) Jaminan Mutu

Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta
hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan sesuai yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini.

4) Standar Rujukan

Standar Industri Indonesia (SII) :


SII-13-1977 : Semen Portland.
(AASHTO M85 -
75)

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SK SNI M-02-1994- : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat


03 Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
(AASHTO T11 - 90)
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
(AASHTO T21 - 87) untuk Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
(AASHTO T22 - 90)
Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
(AASHTO T23 - 90) di Lapangan.

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat


(AASHTO T27 - 88) Halus dan Kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
(AASHTO T96 - 87) Los Angeles.
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
(AASHTO T104 - Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium
86) Sulfat.
SK SNI M-01-1994- : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
03 butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
(AASHTO T112 -
87)
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
(AASHTO T126 - di Laboratorium.
90)
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran
(AASHTO T141 - Beton Segar.
84)

AASHTO :

AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini.

b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-


masing mutu beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai.

c) Penyedia Jasa harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh
pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan sehingga data tersebut
tersedia.

d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi


peng-ujian kuat tekan beton yang berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
setelah tanggal pencampuran.
e) Penyedia Jasa harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah dan
pembesian yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dan pembesian dimulai.

f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling


sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau
pengecoran setiap jenis beton, seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.

6) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan

Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang tahan
cuaca dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dan
ditutup dengan lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu, tumpukan
kantung semen harus ditutup dengan lembar plastik.

7) Kondisi Tempat Kerja

Penyedia Jasa harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar,
dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin. Kontraktor tidak boleh
melakukan pengecoran tanpa persetujuan direksi pekerjaan

8) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi


yang disyaratkan dalam Pasal sebelumnya atau yang tidak memiliki
permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi
sifat-sifat campuran yang disyaratkan harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

BAHAN

1) Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif)
yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh
digunakan.

2) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air
yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau
minum.

3) Ketentuan Gradasi Agregat


a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel 3.2.1 tetapi bahan yang tidak memenuhi
ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila Penyedia Jasa dapat
menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan
memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan.

Tabel 3.2.1 Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 – 100 100 -
3/4” 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
1/2” 12,7 - - 25 – 60 - 90 - 100
3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 - 100 0–5 0 -10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 - 80 - - - -
No.50 0,300 10 - 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -

b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel


terbesar dapat masuk diantara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.

4) Sifat-sifat Agregat

a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau
berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
dari kerikil dan pasir sungai.

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
yang diberikan dalam Tabel 3.2.2 bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang berhubungan.

Tabel 3.2.2 Sifat-sifat Agregat


Batas Maksimum yang
Sifat-sifat Metode Pengujian diijinkan untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan Mesin SNI 03-2417-1991 - 40 %
Los Angeles pada 500 putaran
Kekekalan Bentuk Batu terhadap SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
Larutan Natrium Sulfat atau
Magne-sium Sulfat setelah 5
siklus
Gumpalan Lempung dan SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-1994-03 3% 1%
No.200
5) Batu Untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus terdiri dari batu yang disetujui mutunya, keras
dan awet serta bebas dari retak dan rongga serta tidak rusak oleh pengaruh
cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-
bahan lain yang mempengaruhi ikatannya dengan beton.

PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan
metode yang disyaratkan dalam SNI dan sesuai dengan batas-batas yang
diberikan dalam spesifikasi ini.

2) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan
peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan
sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam tabel 3.3.1 di bawah.

Tabel 3.3.1 Batasan Proporsi Takaran Campuran


Mutu Ukuran Rasio Air / Semen Kadar Semen Min.
Beton Agregat Maks. (kg/m3 dari
Maks.(mm) (terhadap berat) campuran)
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K250 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 354
K125 - 0,60 250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran

a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat


tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel
3.3.2 atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-
1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel 3.3.2 Ketentuan Sifat Campuran


Kuat Tekan Karakteritik Min. (kg/cm2) “SLUMP” (mm)
Mutu Benda Uji Kubus Benda Uji Digetarkan Tidak
Beton 15 x 15 x 15 cm3 Silinder Digetarkan
15cm x 30 cm
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
K600 390 600 325 500 20 - 50 -
K500 325 500 260 400 20 - 50 -
K400 285 400 240 330 20 - 50 -
K350 250 350 210 290 20 - 50 50 - 100
K300 215 300 180 250 20 - 50 50 - 100
K250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100
K225 150 225 125 190 20 - 50 50 - 100
K175 115 175 95 145 30 - 60 50 - 100
K125 80 125 70 105 20 - 50 50 - 100

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh


digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk
bagian tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan (workability)
dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat
dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga
pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus
dan padat.
c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 3.3.1, maka Penyedia
Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab
dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa
produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan tidak dapat diterima dan harus diperbaiki
sebagaimana mestinya.

d) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat


mencakup pembongkaran dan penggantian beton. Perbaikan harus
disetujui oleh direksi pekerjaan.

4) Penyesuaian Campuran

a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)


Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang
semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa akan
melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan,
asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan.

b) Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau
disetujui, maka harus dilakukan job mix formula (JMF) sesuai dengan
hasil dari pengujian (Laboratorium) sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru

Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh


dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan
bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima
bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru
berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat

a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila


digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.

b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan


dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala.
6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
distribusi yang merata dari seluruh bahan.

b) Pencampuran harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan


alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air
yang digunakan dalam setiap penakaran.

PELAKSANAAN PENGECORAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau


formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan harus membersihkan dan menggaruk tempat di
sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus
disediakan jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut
pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan aman.

b) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton


harus dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air.

c) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda


lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.

d) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk


pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan
atau pengecoran.

e) Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi


ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi
atau ke dalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan
di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagai-mana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

2) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus


dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang
lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.

b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.

c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk


permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang
diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan
beton yang terekspos.

d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa


merusak beton.

3) Pengecoran

a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis


paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi
pekerjaan.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.

b) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak
dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu yang telah
ditentukan sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan,kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh
Direksi.

c) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan


sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

d) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi


partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam
cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir
beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu
meter dari tempat awal pengecoran.
e) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk
yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam
lapisan-lapisan horisontal dengan tebal sesuai dengan persetujuan
direksi pekerjaan.

f) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat
dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton
harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini
harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi
harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop Bottom Buckret harus mengalirkan campuran
beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
g) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.

h) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang


akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-
bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga
jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang
kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya

i) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan


pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

Tabel 3.3.3 Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 /


jam) Ju jumlah Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

PENGERJAAN AKHIR

1) Pembongkaran Acuan

a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis sebelum 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton telah dicapai.
b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam dan tergantung pada keadaan cuaca.

2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan


segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau
logam yang telah digunakan untuk memegang cetakan, dan cetakan
yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembal.
Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh
sambungan cetakan harus dibersihkan.

b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah


pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kerusakan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi
lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.

c) Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat


keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound),
membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskanpada permukaan lubang. Lubang harus
selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri
dari satu bagian semen dan dua bagian pasir.

3) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut


ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :

a) Bagian atas pelat, permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang


diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran
beton dan harus diselesaikan secara manual sampai halus dan rata
dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang,
atau oleh cara lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras.

b) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, harus sedikit


kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai
mengeras.

c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau


yang masih belum rata harus digosok agar permukaan agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan
akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi,
serta diperoleh permukaan yang rata.
4) Perawatan Dengan Pembasahan

a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan


dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang
ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.

b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,


dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh. Semua
bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau
diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran
udara.

c) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah
bahan tambah (aditif), harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)

Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh


Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan terkecuali
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

2) Pengujian Kuat Tekan


a) Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian kuat tekan untuk beton
yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu pengujian
untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur
yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap pengujian harus
minimum harus mencakup tiga benda uji, yang pertama harus diuji
pembebanan kuat tekan sesudah 7 hari, yang kedua sesudah 14 hari
dan yang ketiga sesudah 28 hari.

b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40


meter kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di
atas hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu
beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan mengambil
contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak
(random).

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran

a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh
pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya
yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa
(conduit) atau lubang sulingan (weephole).

b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan


dilakukan untuk penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan
beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk
dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.

c) Kuantitas bahan untuk landasan, bahan drainase porous, baja tulangan


dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur
yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti
disyaratkan dalam pada Seksi lain dalam Spesifikasi ini.

d) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton struktur atau beton tidak bertulang. Bilamana beton dengan mutu
(kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi
untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya
harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki

a) Bilamana pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk


pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila mana
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.

b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap


peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (aditif), juga tidak
untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap
lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk
pekerjaan beton.

3) Dasar Pembayaran

a) Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan


sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.

b) Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk


seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar
dalam Mata Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang
sebagaimana mestinya.

PASAL 14
PASANGAN BATU
Umum

1) Uraian
a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam
Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari
Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian,
penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis,
ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

b) Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti


dinding penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong
besar dari pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang
cukup besar. Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan
gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang
penangkap, lantai gorong-gorong (spillway apron) atau pekerjaan
pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar ujung gorong-gorong, maka
kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone Masonty) dapat digunakan
seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework) atau pasangan
batu kosong yang diisi (grouted rip rap)
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan

Detil pelaksanaan untuk pasangan batu yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkankan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan kembali rancangan awal atau revisi desain telah selesai dikerjakan
sesuai dengan Spesifikasi ini.

Bahan
1) Batu

a) Batu yang digunakan harus bersih, keras, tahan lama, bersih dari
campuran besi dan pasir serta mendapat persetujuan Direksi. Batu
tersebut harus diambil dari sumber yang disetujui Direksi

b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.

c) Batu yang digunakan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan, batu


harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 20 cm, lebar tidak kurang
dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu
setengah kali lebarnya atau dipakai ukuran batu yang mudah diangkat oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaan pasangan batu.

d) Dipakai pada pekerjaan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar seperti


pasangan batu atau lapisan lindung batu, haruslah batu yang bersih dan
keras, tahan lama, bersih dari campuran besi, pasir

2) Pasir

Kualitas pasir yang dipakai untuk pasangan batu harus sama dengan yang
disyaratkan. Pasir haruslah mempunyai gradasi yang baik dan kekerasan yang
memungkinkan untuk menghasilkan mortar yang baik.

3) Semen
Semen yang dipakai dalam pekerjaan ini harus semen Porltland Cemet dari
perusahaan yang disetujui Direksi dan secara umum memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar lain yang diakui oleh Pemerintah Indonesia. Tipe
semen yang lain dapat digunakan untuk keperluan khusus jika diperintahkan
oleh Direksi.

4) Air
Air yang dipakai harus dari sumber yang disetujui oleh Direksi. Air yang dipakai
untuk membuat adukan haruslah memenuhi bersih dan tidak mengandung
bahan organic yang akan mempengaruhi kualitas beton atau mortar. Dari
spesifikasi ini, air harus diberikan dalam jumlah cukup/sesuai untuk
menghasilkan adukan yang baik. Pada waktu pemakaian, air harus terhindar
dari bahan-bahan yang bisa mengotori air dalam jumlah berapa saja yang dapat :

a. Menghasilkan perubahan warna atau pemekaran permukaan mortar yang


sedang mengeras.
b. Menunjukkan reaksi agregat alkali.

5) Drainase Porous

Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring


untuk pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari Spesifikasi
ini.
Pelaksanaan Pasangan Batu
1) Persiapan Pondasi

a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan


gambar dari spesifikasi ini

b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi


untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang
juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar
pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.

c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan bilaman disyaratkan

d) Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi
Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan.

2) Pemasangan Batu

a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang


pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-
masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan
untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diberikan
untuk menghindarkan pengelompokkan batu yang berukuran sama.

b) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan


muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari
batu yang terpasang.

c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau


memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus
disediakan untuk mema-sang batu yang lebih besar dari ukuran yang
dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau
menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang tidak
diperkenankan.

3) Penempatan Adukan

a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai


merata dan dalam waktu yang cukup sehingga untuk memungkinkan
penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima
setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan
harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan
dipasang.

b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5


cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa
seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.

c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu


waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan
baru yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas
setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus
dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi
dengan adukan yang baru.

4) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi

a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan.


Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara
tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan berdiameter
50 mm.

b) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous


berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga
tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan
Drainase Porous tidak hanyut melewati sambungan.

5) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata


dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu,
sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.

b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh


pasangan batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca
setebal 2 cm, dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata,
mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin pengaliran air
hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus
dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.

c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru,


seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan
untuk Pekerjaan Beton dalam Pasal 3 dari Spesifikasi ini.

e) Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan


dalam waktu yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan
pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan
seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan Pasal Timbunan.

Pengukuran Dan Pembayaran

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik


sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai
volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang
disyaratkan dan disetujui.

b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur atau dibayar.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga


Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di
bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua bahan, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan
konstruksi, untuk pemompaan air dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya
lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya
dari pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.
PASAL 15
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Penyedia Jasa wajib minta kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan untuk memeriksa
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan sebelum melaksanakan pelaksanaan selanjutnya.
2. Bila Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan pekerjaan menganggap perlu untuk memeriksa
pekerjaan, atau bila Penyedia Jasa memintanya secara tertulis untuk penyerahan seluruh
pekerjaan, sebagian pekerjaan atau guna permintaan pembayaran, maka Penyedia Jasa,
Wakil Penyedia Jasa atau Pelaksana harus hadir di tempat pekerjaan selama waktu
pemeriksaan.
3. Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pekerjaan yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak yang memeriksa.

PASAL 16
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
1. Penyedia Jasa wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk :
a. Mencatat semua instruksi / catatan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang diberikan
oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Direksi Teknis Lapangan kegiatan pelaksanaan
pekerjaan yang selanjutnya disebut “Buku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan”.
b. Buku untuk mencatat tamu/ Owner /wakil owner yang datang ke lokasi pekerjaan
selama masa pelaksanaan yang selanjutnya disebut “Buku Tamu”.
c. Kedua buku tersebut harus ditandatangani bersama-sama oleh Penyedia Jasa dan
Direksi Teknis Lapangan Lapangan. Pada serah terima pekerjaan selesai/penyerahan
pertama kalinya. Buku-buku tersebut harus diserahkan kepada Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan.
2. Penyedia Jasa harus membuat Laporan Harian. Laporan Harian dibuat/diisi setiap hari
untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja bekerja pada hari itu serta tenaga personalia dari
Penyedia Jasa sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan perkerjaan, baik jenis maupun jumlahnya.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut dan besarnya
kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Jumlah alat baik yang dioperasikan dan lamanya operasi alat yang bersangkutan.
f. Keadaan cuaca (hujan, banjir, ramalan pasang surut dan lain-lain).
g. Hambatan/kendala yang ada
3. Pencatatan Buku Harian dilakukan oleh Penyedia Jasa dan diperiksa/diketahui
kebenarannya oleh Direksi Teknis Lapangan Pekerjaan/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
4. Disamping membuat Laporan Harian, Penyedia Jasa wajib membuat laporan mingguan dan
laporan bulanan dalam rangkap 4 (empat) yaitu untuk :
- 1 (satu) berkas untuk Pejabat Pembuat Komitmen
- 1 (satu) berkas untuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang bersangkutan.
- 1 (satu) berkas untuk arsip Penyedia Jasa.
- 1 (satu) berkas untuk Direksi Teknis Lapangan.
Laporan dimaksud didasarkan pada Buku Harian Pelaksana. Laporan Mingguan dan
Laporan Bulanan harus ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan. Laporan Bulanan yang dilampiri Laporan Mingguan diserahkan selambat-
lambatnya pada tanggal 5 bulan berikutnya.
5. Kemajuan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus didokumentasikan dengan foto, slide
dan video kaset sekurang-kurangnya :
- Kemajuan fisik 0%.
- Kemajuan fisik 50%.
- Kemajuan fisik 100%.
- Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto dibidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang tetap. Foto
tersebut dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata dalam satu album.
6. Disamping foto-foto kemajuan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib mengambil foto pada
keadaan tertentu misalnya gelombang besar yang mengakibatkan kerusakan bangunan,
perubahan galian yang sudah peil, dan lain sebagainya.
7. Setiap pengambilan foto dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan ini,
harus dipasang papan nama pekerjaan dengan format yang telah ditetapkan, data
lapangan, tanggal dan prestasi fisik yang saat itu telah dicapai.
8. Pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan foto ukuran 20R
sebanyak 8 (delapan) rangkap.
PASAL 17
PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR
1. Apabila pekerjaan yang tidak lancar yaitu tidak sesuai dengan rencana kerja, terlalu lambat
atau terhenti sama sekali, maka Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pekerjaan akan
memberikan peringatan-peringatan/teguran-teguran secara tertulis kepada Penyedia Jasa.
2. Apabila Penyedia Jasa ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan peringatan-peringatan
21.1. di atas dan telah cukup diberi peringatan dan teguran-teguran tertulis 3 kali
berturut-turut, maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak melakukan pemutusan kontrak
secara sepihak.

PASAL 18
PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG
1. Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Penyedia Jasa atas perintah
tertulis Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Pekerjaan tambah yang dilakukan oleh Penyedia Jasa diluar ketentuan ayat 22.1. ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Volume perkerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan dalam hal terdiri atas :
a. Atas instruksi tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen, mengingat pertimbangan
teknis/konstruksi, bagian pekerjaan/jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan/diperlukan penyesuaian/ perubahan
konstruksi sehingga menimbulkan pengurangan volume pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai penambahan dalam hal :
a. Atas instruksi Pejabat Pembuat Komitmen secara tertulis, mengingat pertimbangan
teknis/kontruksi dipandang perlu dilaksanakan suatu tambahan pekerjaan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang memerlukan penyesuaian/perubahan konstruksi dan
jika dilaksanakan akan menimbulkan penambahan biaya.
5. Terhadap hal tersebut diatas akan diperhitungkan sebagai biaya kurang/tambah setelah
ada persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen dan perhitungan biayanya
didasarkan pada harga satuan yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya Negosiasi
yang ada.
6. Dalam hal di dalam Rencana Anggaran Biaya tidak tercantum harga satuannya, akan
dihitung berdasarkan harga bahan dan upah yang terlampir pada surat penawaran dan
dihitung dengan analisa pekerjaan sesuai yang berlaku (analisa BOW)

PASAL 19
ALAT DAN PERALATAN KERJA PENYEDIA JASA
1. Penyedia Jasa wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan maupun perlengkapan
kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
2. Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap pakai, kerusakan yang terjadi selama
pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan gantinya.
3. Untuk pekerjaan ini Penyedia Jasa wajib menyediakan peralatan antara lain :
- Alat angkat dan alat angkut secukupnya.
- Peralatan langsir bahan.
- Genset untuk lampu penerangan.
- Alat pemadat tanah/pasir (Stamper).
- Pompa air.
- Alat pemadat beton (Vibrator).
Biaya angkutan, pengadaan maupun biaya operasional semua peralatan menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.
4. Penyedia Jasa wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada dinilai tidak
mencukupi.
Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sendiri.

PASAL 20
PENUTUP
1. Seluruh pekerjaan harus diselesaikan dengan baik serta sesuai dengan Rencana Kerja dan
syarat-syarat. Pekerjaan yang tidak rapi dan tidak baik harus diperbaiki sampai diperoleh
hasil yang memenuhi syarat.
2. Segala jenis pekerjaan yang belum tercantum secara jelas di dalam Rencana Kerja dan
syarat-syarat, akan dijelaskan lebih lanjut oleh Konsultan/Direksi Teknik Lapangan.
3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengurus izin-izin sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan ini.
4. Penyedia Jasa Konstruksi wajib membersihkan seluruh halaman atau lokasi pekerjaan dari
sisa-sisa bahan dan kotoran lain sekitar bangunan agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
5. Pekerjaan yang belum tercantum dalam bestek gambar akan dituangkan dalam Berita Acara
Penjelasan (Aanwijzing).

QUALITY ASSURANCE KONTRAK

Pelaksanaan pekerjaan harus merujuk pada standar keteknikan sesuai Kepmen


Pekerjaan Umum No. 04/KPTS/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu.

. TANDA DUGA MUKA AIR SALURAN


Kupang, Desember 2022

Pejabat Pembuat Komitmen


Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air I

RINO PRASETYO, S.T.,M.T


NIP. 197709302009011001

Anda mungkin juga menyukai