d
adalah kemiringan kritik untuk aliran debris;
h
adalah kemiringan kritik untuk aliran hiperkonsentrasi;
C* adalah konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar
sungai sebelum bergerak (unconsolidated material deposit);
s
adalah rapat jenis sedimen (ton/m
3
);;
w
adalah rapat jenis air (ton/m
3
);
k
e
adalah konstanta eksperimen (0,85 ~ 1,00);
d adalah diameter butiran yang mewakili (m);
h
0
adalah kedalaman aliran pada saat material dasar telah jenuh (m).
+ +
= tan
) 1 ( ) ( C
) ( C
tan
e
k
1
w w s
*
w s
*
d
+ +
= tan
) 1 ( ) ( C
) ( C
tan
d
h
w w s
*
w s
*
h
0
Pd T-16-2004-A
6 dari 26
- Menentukan kecepatan aliran lahar (U)
Untuk aliran debris digunakan rumus kecepatan berikut.
...........................(3)
dimana:
..............................................................(4)
Untuk aliran hiperkonsentrasi digunakan rumus kecepatan berikut.
............................................................................(5)
............................................................................(6)
dengan:
adalah sudut geser dinamis aliran debris;
adalah kemiringan permukaan aliran;
adalah kemiringan dasar sungai (I
o
);
adalah sudut geser dalam;
s
adalah rapat jenis sedimen (ton/m
3
);;
w
adalah rapat jenis air (ton/m
3
);
a adalah nilai konstanta numerik (0,35 ~ 0,50);
C* adalah konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar
sungai sebelum bergerak (unconsolidated material deposit);
C
d
adalah konsentrasi sedimen;
d
50
adalah diameter butiran lolos 50%;
g adalah percepatan gravitasi (m/dt
2
);
h
s
adalah tinggi aliran lahar (m);
U adalah kecepatan aliran lahar(m/dt);
U* adalah
- Menghitung debit aliran
...................................................................................(7)
dengan:
Q adalah debit aliran (m
3
/dt);
U adalah kecepatan aliran lahar (m/dt);
B
r
adalah lebar rata-rata aliran (m);
h
s
adalah tinggi aliran lahar (m).
Dalam perhitungan tinggi aliran terlebih dahulu diambil suatu nilai h
a
sebagai asumsi
awal dan dengan metode trial and error dilakukan perhitungan di atas hingga diperoleh
nilai debit aliran (Q) yang sama dengan nilai debit rencana (Q
p
).
( )
2 / 3
s
3 / 1
d
*
2 / 1
s
w
d d
h 1
C
C
C 1 C
sin a
sin g
d 5
2
U
+
(
=
*
50
s
U
d
h
4 , 0 U =
0 s
*
I h g U =
2 / 5
s r
h B U Q =
) tan )(tan (
tan
C
w s
w
d
=
Pd T-16-2004-A
7 dari 26
3) Tinggi loncat aliran (h
u
)
Tinggi loncatan aliran lahar dihitung dengan rumus :
............................. (8)
dengan pengertian :
Fr adalah bilangan Froude;
....................................................................... (9)
h
s
adalah tinggi aliran (m);
U adalah kecepatan aliran lahar (m/dt);
g adalah percepatan gravitasi (m/dt
2
);
adalah kemiringan dasar sungai ();
adalah sudut antara sb. bangunan dengan arah aliran lahar ();
Gambar 3 Arah aliran lahar terhadap sumbu tanggul
6.1.2 Sudut datang ()
Sudut datang adalah besarnya sudut yang dihitung dari as tanggul terhadap as aliran lahar
menurut arah jarum jam.
( )
s
2
s 2
1
u
h 1 sin Fr 8 1 h h + =
s
h g U Fr =
H
Vs
B
r
tanggul
lahar
Pd T-16-2004-A
8 dari 26
6.1.3 Tinggi jagaan (h
f
)
Tinggi jagaan ditentukan seperti pada Tabel B.1.
6.2 Abrasi dan bentur
6.2.1 Koefisien abrasi ( C
A
)
Koefisien abrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
......................................................................................... (10)
dengan:
C
A
adalah koefisien abrasi (mm
3
/cm
2
);
V adalah volume beton yang mengalami abrasi (mm
3
);
A
b
adalah luas bidang permukaan yang mengalami abrasi (cm
2
).
Besarnya koefisien abrasi disyaratkan sebagai berikut :
a) Untuk kuat bentur beton, E = 27,54 kg.m
2
/dt
2
: C
A
= 0,43
b) Untuk kuat bentur beton, E = 32,44 kg.m
2
/dt
2
: C
A
= 0,33
c) Untuk kuat bentur beton, E = 29,99 kg.m
2
/dt
2
: C
A
= 0,18
6.2.1 Kuat bentur (E)
Kekuatan beton terhadap benturan dihitung sebagai berikut.
.................................................................................. (11)
dengan:
E adalah kuat bentur (kg.m
2
/dt
2
atau N.m);
m adalah massa hammer (kg);
g adalah percepatan gravitasi (m/dt
2
);
h
j
adalah tinggi jatuh (m).
6.3 Stabilitas
6.3.1 Stabilitas fondasi
Tegangan yang terjadi akibat berat sendiri, tekanan air, tekanan sedimen, pukulan akibat
aliran, dan gaya seret yang bekerja pada tanggul tidak boleh melebihi daya dukung tanah
pondasi yang diizinkan, yaitu 2 kPa.
6.3.2 Rembesan tanggul
Rembesan yang terjadi harus lebih kecil dari rembesan yang diizinkan yaitu 0.0003 cm/dt
seperti pada tabel B.6.
b
A
A
V
C =
j
h g m E =
Pd T-16-2004-A
9 dari 26
6.3.3 Stabilitas terhadap geser
Stabilitas tanggul dihitung dengan persamaan :
................................................................................... (12)
....................................................................... (13)
....................................................... (14)
Gambar 4 Gaya-gaya yang bekerja pada penampang melintang tanggul
dengan:
N
s
adalah faktor aman yang diizinkan;
F
d
adalah gaya penahan;
F
s
adalah gaya tekan lahar;
s
adalah sudut geser dalam bahan tanggul (
o
);
adalah konstanta (= 1,00);
d
adalah berat volome butiran aliran lahar (ton/m
3
);
g adalah percepatan gravitasi (m/dt
2
);
h
s
adalah tinggi aliran lahar (m);
U adalah kecepatan aliran lahar (m/dt);
W adalah berat tubuh tanggul yang ditinjau (ton).
6.3.4 Longsoran permukaan
Longsoran permukaan lereng tanggul dapat dihitung dengan persamaan :
.......................................... (15)
s s d
N F F >
s d
tg W F =
2
s g
1
d s
U h F =
( )
+
=
T
L C tg u N
SF
Pd T-16-2004-A
10 dari 26
Gambar 5 Longsoran permukaan tanggul
dengan:
SF adalah angka keamanan longsoran permukaan lereng tanggul;
N adalah gaya normal dari potongan (ton/m);
T adalah gaya tangensial potongan (ton/m);
u adalah tekanan air pori yang bekerja pada potongan (ton/m
2
);
L adalah panjang bidang gelincir potongan (m);
adalah sudut geser dalam bahan tanggul (
o
);
C adalah kohesi (ton/m
2
);
W adalah berat per satuan meter panjang (ton/m).
Pd T-16-2004-A
11 dari 26
Lampiran A
Gambar
Gambar Penampang dengan tinggi maksimum 3 m
Penampang beton bertulang 1 PC : 2 Psr : 3 kr
= Permukaan ditanami rumput (diberi lapisan lempung 30 cm)
= Timbunan tanah non kohesif
= Pasangan batu kali 1 PC : 3 Psr
Keterangan :
Gambar A.1 Penampang melintang tanggul dengan tinggi maximum 3 m
Keterangan :
Gambar A.2 Tampak dalam tanggul dengan tinggi maximum 3m
Pd T-16-2004-A
12 dari 26
Gambar Penampang Tanggul dengan tinggi > 3 m
1 : 1,5
1 : 1,5
1 : 1,5
1 : 1,5
Gambar A.3 Penampang lintang tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m
Gambar A.4 Tampak dalam tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m
Pd T-16-2004-A
13 dari 26
Gambar Penampang dengan tinggi maksimum 3 m
Beton bertulang 1 PC : 2 Psr : 3 kr
Gambar A.5 Penampang melintang tanggul dengan tinggi maximum 3 m
Keterangan :
Gambar A.6 Tampak luar tanggul dengan tinggi maximum 3 m
Pd T-16-2004-A
14 dari 26
Gambar Penampang Tanggul dengan tinggi > 3 m
1 : 1,5
1 : 1,5
1 : 1,5
1 : 1,5
Gambar A.7 Penampang lintang tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m
Gambar A.8 Tampak luar tanggul dengan tinggi lebih dari ( >) 3 m
Pd T-16-2004-A
15 dari 26
Lampiran B
Tabel
Tabel B.1 Tinggi jagaan
Debit desain ( Qp )
( m
3
/ dt )
Tinggi jagaan
( h
f
)
Q
p
- 200
201 < Q
p
500
500 < Q
p
2000
2000 < Q
p
5000
0,60 m
0,80 m
1,00 m
1,20 m
Tabel B.2 Bahan bangunan
Parameter Teknik
Bahan Tanggul
C n G d
Badan tanggul :
- Tanah nonkohesif
- Batu kosong.
- Pasangan batu kali
- Beton bertulang.
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Tanah fondasi
sungai lahar :
- Batu padat.
- Batu lepas
- Pasir padat
- Pasir lepas
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Pd T-16-2004-A
16 dari 26
Tabel B.3 Luas daerah aliran sungai dan koefisien lebar sungai
Luas Daerah Aliran Sungai (A)
km
2
Koefisien Lebar Sungai
(k
w
)
A 1
1 < A 10
10 < A 100
A > 100
2 3
2 4
3 5
3 6
Tabel B.4 Kondisi sungai dan koefisien Manning untuk sungai lahar
Kondisi sungai
Koefisien Manning (n)
Material Dasar
- Sungai curam
- Sungai lebar dan dangkal
- Sungai dengan perkuatan
tebing dari beton pada
kedua sisinya dan dasarnya
dari tanah atau beton
0,030 0,050
0,035 0,045
0,020 0,025
Berbatu
Berkerikil
Berpasir
Tabel B.5 Angka permeabilitas perkiraan
Klasifikasi
Tanah
Kerikil
bersih
Campuran
kerikil dan
pasir
Pasir sangat
halus lanau
dsb
Tanah
kedap air,
tanah liat
dsb
k (cm / dt) 10
2
- 10
3
10
-1
- 10
-2
10
-4
- 10
-6
10
-8
- 10
-9
Pd T-16-2004-A
17 dari 26
Lampiran C
Contoh penghitungan
C.1 Perhitungan tinggi tanggul (h)
Diketahui :
Debit banjir Q
50
= 158 m
3
/dt
Catchment area A = 40 km
2
Void ratio = 0.4
Kemiringan dasar sungai lahar Io = 0.125 = tan
Kemiringan rencana endapan sedimen Ip = 0.087
Tinggi main dam H
d
= 10 m
Konsentrasi sedimen C = 20%
Gravitasi g = 9.8 m/dt
2
Sudut datang aliran lahar = 60 derajat
Konsentrasi sedimen di dasar sungai C* = 0.6
Rapat masa sedimen
s
= 2.6 ton/m
3
)
Rapat masa air,
w
= 1 ton/m
3
)
Konstanta experiment, k = 0.85
Sudut geser statis, = 35 derajat
Diameter butiran rata-rata, d = 0.04 m
Penghitungan :
1) Tinggi endapan (h
d
)
h
f
h
u
Id h
s
Is
Titik tinjauan dari BPS, x = 260 m.
Pada titik tersebut tinggi endapan :
h
d
= (I
o
- Ip) . (L-x)
= (0,125 - 0,087) (263,16 - 260) = 0.12 m
2) Tinggi aliran lahar (h
s
) dan Tinggi air loncat (hu)
( ) ( )
m 16 , 263
087 , 0 125 , 0
10
Ip I
H
L
0
d
=
=
hd
Io
Ip
L
x
Gambar C.1 Parameter penghitungan tinggi endapan
Pd T-16-2004-A
18 dari 26
2 / 5
s r
h B U Q =
p
3 2 / 5
Q dt / m 65 , 189 75 , 0 55 15 , 7 Q = =
Q
p
= (1+C) x Q
50
= 1,20 x 158 m
3
/dt = 189,60 m
3
/dt.
k
w
= 4 (Tabel B.4. Koefisien lebar sungai)
B
r
= k
w
x Q
p
1/2
= 4 x 189,60
1/2
= 55,08 diambil 55,00 m (lebar rata-rata dari B
1
dan B
2
)
Menentukan jenis aliran :
Aliran termasuk hiperkonsentrasi, maka dalam perhitungan digunakan rumus
untuk aliran hiperkonsentrasi.
Berikut ini perhitungan hs dengan trial and error :
Misal nilai asumsi awal, hs = 0.75 m.
Kontrol : Q
p
= 189,60 m3/dt
Kecepatan aliran lahar, U :
Debit aliran lahar, Q :
Jadi h
s
= 0,75 m.
B
1
m
B
2
hs
Gambar C.2. Penampang sungai lahar
hd
+ +
= tan
) 1 ( ) ( C
) ( C
tan
k
1
w w s
w s
d
*
*
> =
+ +
= tan 214 , 0 35 tan
) 1 ( 1 ) 1 6 , 2 ( 60 , 0
) 1 6 , 2 ( 60 , 0
tan
85 , 0
1
d
d
) I h g ( h 4 , 0
U
0 s s
=
dt / m 15 , 7
04 , 0
) 125 , 0 75 , 0 8 , 9 ( 75 , 0 4 , 0
U =
=
Pd T-16-2004-A
19 dari 26
Penghitungan tinggi air loncat, h
u
:
3) Tinggi jagaan (h
f
)
4) Tinggi tanggul (h)
Untuk memudahkan pekerjaan diambil tinggi tanggul 3,00 m.
s
2
s u
h ) 1 sin Fr 8 1 ( h 5 , 0 h + =
m 50 , 1 75 , 0 ) 1 60 sin 64 , 2 8 1 ( 75 , 0 5 , 0 h
2
u
= + =
64 , 2
75 , 0 8 , 9
15 , 7
h g
U
F
s
r
=
=
f u s d
h h h h h + + + =
m 97 , 2 60 , 0 50 , 1 75 , 0 12 , 0 h = + + + =
) Jagaan Tinggi . 1 B Tabel ( 60 , 0 h
f
=
Pd T-16-2004-A
20 dari 26
C.2 Perhitungan stabilitas terhadap geser
Diketahui :
Tinggi tanggul, h = 3,00 m
Lebar puncak tanggul,B = 4,00 m
Kemiringan lereng tanggul = 1 : 1,5
s
= 35
o
N
s
= 1,2
Penghitungan :
Gambar C.2 Penampang melintang tanggul
aman) tanggul (OK, 1,2 N 998 , 2
125 , 10
345 , 30
F
F
s
s
d
= > = =
s s d
N F F >
s d
tg W F =
2
s g
1
d s
U h F =
( ) ton 345 , 30 35 tan 7 , 1 ) 13 4 ( 3 35 tan W F
2
1
d
= + = =
ton 125 , 10 15 , 7 75 , 0
8 , 9
1
6 , 2 1 F
2
s
= =
Pd T-16-2004-A
21 dari 26
C.3 Perhitungan stabilitas lereng
Diketahui : Dibuat 8 - 9 pias ( sudah cukup teliti )
Sudut geser dalam bahan timbunan ( ) = 35
o
Kohesi (c) = 0,00 ton/m
2
Berat isi kering (
d
) = 1,70 ton/m
3
.
Berat isi air (
w
) = 1,00 ton/m
3
.
Tekanan air tanah (H
u
) = 0; 0,1; 0,13; 0,30; 0,25; 0,12; 0,06; 0,02 m
Penghitungan :
Untuk menghitung stabilitas lereng dapat juga digunakan beberapa metode antara
lain : pias, elemen hingga, Janbu, dan Felenius.
Sebagai contoh penghitungan digunakan metode pias.
Berikut ini tabel penghitungan stabilitas lereng untuk bidang gelincir paling kritis:
Wd= Ww= Wtot= N= T= U=
Pias d h b
d.h.b
w
Hu
w.Hu.b Wd+Ww
Cos Sin
W cos W sin w .Hu
1 1,7 0,7 0,625 0,744 1 0,00 0,000 0,744 0,670 0,740 0,498 0,550 0,00
2 1,7 1,0 0,625 1,063 1 0,10 0,063 1,125 0,770 0,640 0,866 0,720 0,10
3 1,7 1,5 0,625 1,594 1 0,13 0,081 1,675 0,850 0,530 1,424 0,888 0,13
4 1,7 1,6 0,625 1,700 1 0,30 0,188 1,888 0,910 0,400 1,718 0,755 0,30
5 1,7 1,3 0,625 1,381 1 0,25 0,156 1,538 0,960 0,280 1,476 0,431 0,25
6 1,7 1,2 0,625 1,275 1 0,12 0,075 1,350 0,980 0,170 1,323 0,230 0,12
7 1,7 1,1 0,625 1,169 1 0,06 0,038 1,206 1,000 0,030 1,206 0,036 0,06
8 1,7 0,8 0,625 0,850 1 0,02 0,013 0,863 -0,990 -0,100 -0,854 -0,086 0,02
7,657 3,523 0,98
Bidang gelincir paling kritis diperoleh dengan cara trial and error pada beberapa titik
O yang berbeda sehingga diperoleh nilai SF paling kritis.
Pd T-16-2004-A
22 dari 26
Dari beberapa penghitungan untuk berbagai bidang gelincir yang berbeda diperoleh
suatu nilai SF paling kritis untuk tanggul dengan kondisi di atas, yaitu 1,32 yang
lebih besar dari angka keamanan minimum 1,2 berarti tanggul aman terhadap
longsor.
( )
523 , 3
6 0 7 , 0 98 , 0 657 , 7
SF
+
=
) keamanan syarat memenuhi ( 2 , 1 32 , 1 SF > =
( )
+
=
T
L C tg u N
SF
Pd T-16-2004-A
23 dari 26
Lampiran D
Daftar notasi
= Konstanta numerik;
= Sudut antara sumbu bangunan tanggul dan arah aliran lahar ();
s
= Sudut geser dalam bahan tanggul ();
= Sudut geser dalam ();
d
= Berat volume butiran aliran lahar (ton/m
3
);
= Sudut kemiringan dasar sungai ();
d
= Kemiringan kritik untuk aliran debris;
h
= Kemiringan kritik untuk aliran hiperkonsentrasi;
s
= Rapat jenis sedimen (ton/m3);;
w
= Rapat jenis air (ton/m3);
= Tegangan tanah pondasi yang terjadi (kPa);
A = Luas Daerah Aliran Sungai (km
2
);
A
b
= Luas bidang permukaan yang mengalami abrasi (cm
2
);
B = Lebar sungai (m);
B
r
= Lebar aliran lahar (m);
c = Kohesi (ton/m
2
);
C = Konsentrasi sedimen;
C* = Konsentrasi butiran dalam volume material debris pada dasar sungai sebelum
bergerak (unconsolidated material deposit);
C
A
= Koefisien abrasi (mm
3
/cm
2
);
d = Diameter butiran yang mewakili (m);
d
50
= Diameter butiran lolos 50%;
E = Energi potensial (kg.m
2
/dt
2
atau N.m);
Fr = Bilangan Froude;
F
d
= Gaya penahan;
F
s
= Gaya tekan lahar;
g = Percepatan gravitasi (m/dt
2
);
H
u
= Tekanan air tanah (m);
h = Tinggi tanggul (m);
h
0
= Kedalaman aliran pada saat material dasar telah jenuh (m);
Pd T-16-2004-A
24 dari 26
h
d
= Tinggi endapan sedimen/deposit (m);
h
f
= Tinggi jagaan (m);
h
j
= Tinggi jatuh (m);
h
s
= Tinggi aliran lahar (m);
h
u
= Tinggi loncat aliran lahar (m);
I
o
= Kemiringan dasar sungai sebelum ada BPS;
I
s
= Kemiringan sedimen yang ditampung;
I
d
= Kemiringan sedimen yang mengalir;
k = Permeabilitas (cm/dt);
k
e
= konstanta eksperimen (0,85 ~ 1,00);
k
w
= Koefisien lebar sungai;
L = Panjang bidang gelincir potongan (m);
M = Massa batuan yang membentur (kg);
N = Gaya normal dari potongan (ton/m);
Ns = Faktor aman yang diizinkan;
n = Koefisien Manning;
Q
o
= Debit banjir (m
3
/dt);
Q
p
= Debit rencana (m
3
/dt);
SF = Angka keamanan longsoran permukaan lereng tanggul;
T = Gaya tangensial potongan (ton/m);
U = Kecepatan aliran lahar (m/dt);
u = Tekanan air pori yang bekerja pada potongan (ton/m
2
);
V = Volume beton yang mengalami abrasi (mm);
W = Berat tubuh tanggul yang ditinjau (ton).
Pd T-16-2004-A
25 dari 26
Lampiran E
Daftar nama dan lembaga
1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
2) Penyusun
N a m a L e m b a g a
Ir. Agus Sumaryono, Dipl.HE.
Suprijatin, BE.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Pd T-16-2004-A
26 dari 26
Bibliografi
1 Consulting Services for Mt. Merapi and Semeru Volcanic Disaster
Countermeasures Project (Phase II). Design of Dike, 4 - 14 s/d 4 - 15.
2 Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan (Proyek Gn. Merapi).
5. Timbunan tanah (5.1 - 5.10).
6. Urugan kembali (6.1 - 6.3).
3 Pedoman (Manual) Pembuatan Bendungan Pengendali Sedimen. Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan.
4 Mekanika Tanah (Wesley, L. D.), Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum,
Jl. Patimura No. 20 Kebayoran Baru - Jakarta.