Anda di halaman 1dari 53

Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

KATA PENGANTAR

Modul Pelaksanaan Bangunan Pantai ini disusun untuk memenuhi kebutuhan


peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
Pantai dalam rangka meningkatkan keahlian dan kemampuan peserta dalam
bidang operasi dan pemeliharaan bangunan pantai. Dengan mengikuti
pembahasan modul ini maka peserta diklat diharapkan mengetahui dan
memahami aspek pelaksanaan bangunan pantai, sehingga bisa memperkuat
keahlian setiap peserta dalam melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan
bangunan pengamanan pantai.

Modul ini merupakan modul yang membahas tentang pedoman untuk


melaksanakan kegiatan pelaksanaan mulai dari uraian tentang pedoman dasar,
persyaratan dan kriteria teknis pelaksananaan bangunan pengamanan pantai.
Dengan adanya modul ini maka diharapkan peserta dapat juga memahami aspek
dasar terkait dengan pelaksanaan sistem pengamanan pantai yang baik dan
benar.

Demikian modul yang kami sampaikan, besar harapan kami agar modul ini dapat
memberikan gambaran awal yang jelas dan rinci untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan dan menghimpun berbagai masukan dari berbagai pihak. Selanjutnya
atas semua bantuan dan dorongan dari semua pihak terkait, kami ucapkan
terimakasih.

Bandung, November 2016


(Kapusdiklat SDA dan Konstruksi)

Dr.Ir. Suprapto, M.Eng

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai i


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang I-1


1.2 Deskripsi Singkat I-1
1.3 Kompetensi Dasar I-2
1.4 Indikator Keberhasilan I-2
1.5 Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan I-2
1.6 Petunjuk Penggunaan Modul I-3
1.7 Bahan Belajar I-3
1.8 Metode Pembelajaran I-3

Bab 2 Uraian Materi Pokok

2.2 Uraian Materi Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pantai II-1


2.2.1 Ketentuan dan persyaratan II-1
2.2.2 Proses pelaksanaan II-4
2.2.3 Metode pelaksanaan II-9

Bab 3 Penutup

3.1 Rangkuman III-1


3.2 Daftar Pustaka III-1

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai ii


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan alir pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai.II-6


Gambar 2 Contoh tampang melintang tanggul laut. II-11
Gambar 3 Pemasangan profil. II-11
Gambar 4 Pekerjaan pembersihan tanah dan striping. II-12
Gambar 5 Pemasangan geotekstil. II-12
Gambar 6 Penimbunan dan pemadatan tanah. II-12
Gambar 7 Pemasangan armor. II-13
Gambar 8 Perkerasan jalan inspeksi. II-13
Gambar 9 Tampang melintang tembok laut menggunakan buis beton. II-15
Gambar 10 Pemasangan profil. II-15
Gambar 11 Penumpukan material batu dan penggalian pondasi. II-16
Gambar 12 Pemasangan geotekstil. II-16
Gambar 13 Penyusunan batu kosong menggunakan ekskavator. II-17
Gambar 14 Penyusunan buis beton dan pengisian beton cyclop. II-17
Gambar 15 Penggalian untuk pasangan batu secara manual. II-18
Gambar 16 Pemasangan paving block dan balok beton kepala. II-18
Gambar 17 Contoh tampang melintang revetmen. II-19
Gambar 18 Pemasangan profil. II-19
Gambar 19 penggalian tanah pondasi (kaki bangunan) saat air surut. II-20
Gambar 20 Pemasangan geotekstil. II-20
Gambar 21 Pemasangan lapis antara dan armor pada kaki bangunan (toe). II-21
Gambar 22 Pasangan armor. II-21
Gambar 23 Pemasangan armor level +2,50 m ke atas dan material
pengunci. II-22
Gambar 24 Pekerjaan pasangan batu kali dan pekerjaan jalan setapak. II-22
Gambar 25 Pekerjaan timbunan, dilaksanakan lapis demi lapis, dipadatkan. II-23
Gambar 26 Peta situasi. II-25
Gambar 27 Contoh tampang melintang konstruksi krib. II-25
Gambar 28 Penentuan rute kapal. II-26
Gambar 29 Transportasi material lapis inti. II-26
Gambar 30 Penyusunan material inti. II-27
Gambar 31 Transportasi material lapis antara. II-27
Gambar 32 Penyusunan material lapis antara. II-28
Gambar 33 Transporasi material armor. II-28
Gambar 34 Penyusunan armor. II-29
Gambar 35 Potongan memanjang ponton. II-29

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai iii


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Gambar 36 Denah ponton. II-30


Gambar 37 Peletakan material cara pertama (material di bawah
permukaan laut). II-30
Gambar 38 Peletakan material cara pertama
(material di atas permukaan laut). II-31
Gambar 39 Peletakan material cara kedua. II-31
Gambar 40 Contoh denah dan potongan melintang konstruksi pemecah
gelombang. II-32
Gambar 41 Jalan kerja di laut. II-33
Gambar 42 Tahapan konstruksi. II-34
Gambar 43 Transportasi material. II-34
Gambar 44 Pembongkaran muatan material pada saat gelombang kecil. II-35
Gambar 45 Tahapan penyusunan material pemecah gelombang. II-35
Gambar 46 Detail tahapan penyusunan material pemecah gelombang. II-36
Gambar 47 Peta situasi pekerjaan. II-37
Gambar 48 Potongan memanjang. II-38
Gambar 49 Potongan A-A. II-38
Gambar 50 Potongan F-F. II-38
Gambar 51 Tahapan pelaksanaan dengan material inti geobag. II-39
Gambar 52 Tahapan pelaksanaan konstruksi dengan material inti batu. II-39
Gambar 79 Penimbunan lapis inti. II-39
Gambar 54 Peletakan armor. II-40
Gambar 55 Denah konstruksi pengisian pasir. II-41
Gambar 56 Potongan melintang. II-41
Gambar 57 Proses eksploitasi pasir. II-42
Gambar 58 Penempatan pipa. II-42
Gambar 59 Pemasangan pintu silt protector. II-43
Gambar 60 Potongan melintang pemasangan silt protector. II-43
Gambar 61 Pengisian pasir. II-44
Gambar 62 Perataan pasir (peta situasi). II-44
Gambar 63 Perataan pasir (potongan melintang). II-45

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai iv


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bangunan pantai maka,


perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas dan profesional.
Tuntutan untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan memiliki aparatur sipil negara
yang memiliki integritas dan profesional tentunya membutuhkan kesungguhan dan
kesiapan sumber daya manusia yang baik melalui penyaringan penerimaan
aparatur sipil negara yang baik dan selektif. Juga tidak bisa diabaikan adalah
pentingnya pembinaan, pendidikan dan pelatihan sumber daya aparatur sipil
negara untuk membentuk dan mengkader aparatur yang berintegritas dan
profesional.

Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan
memudahkan berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan.
Sehubungan dengan hal tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk merubah
pola pikir, sikap dan perilaku sebagai pegawa negeri sipil yang berintegritas dan
profesional menjadi pondasi dan esensi strategis yang ikut menentukan
keberhasilan pelaksanaan OP bangunan pantai.

Salah satu upaya untuk menciptakan aparatur pelaksana OP bangunan pantai


yang profesional adalah dengan mengikuti diklat OP bangunan pantai khususnya
dengan mengikuti materi pembelajaran tentang modul sikap dan perilaku kerja
PNS. Dari keikutsertaan pada diklat tersebut maka diharapkan seorang PNS akan
mampu untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya
khususnya PNS yang akan menjalankan kegiatan OP bangunan pantai

1.2 Deskripsi Singkat

Modul pelaksanaan bangunan pengamanan pantai ini disusun dengan harapan


bahwa pelaksana operasi dan pemeliharaan bangunan pantai juga dapat
mengetahui aspek-aspek dasar yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Uraian pelaksanaan bangunan pengamanan pantai ini meliputi
penjelasan tentang ketentuan persyaratan, perijinan, keselamatan kerja, penilaian
tahap pekerjaan dan waktu pelaksanaan

Pengetahuan tentang aspek pelaksanaan ini akan sangat penting bagi setiap
pelaksana atau operator operasi dan pemeliharaan bangunan pengamanan

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai I-1


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

pantai. Hal ini disebabkan karena setiap aspek operasi dan pemeliharaan akan
selalu diakhiri dengan tahapan pelaksanaan sehingga setiap pelaksana akan
dengan mudah bisa menentukan metoda pelaksanaan pemeliharaan yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.

1.3 Kompetensi Dasar

Setelah peserta diklat mengikuti materi ini maka diharapkan peserta mempunyai
kemampuan untuk mengetahui dan memahami aspek pelaksanaan bangunan
pantai, sehingga bisa memperkuat keahlian setiap peserta dalam melaksanakan
kegiatan operasi dan pemeliharaan bangunan pengamanan pantai.

1.4 Indikator Keberhasilan

1. Mengetahui dan memahami aspek-aspek teknis dan non teknis terkait dengan
konstruksi bangunan pantai

1.5 Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

1. Uraian tentang pedoman konstruksi bangunan pantai

a. Penjelasan tentang ketentuan dan persyaratan

b. Penjelasan tentang proses pelaksanaan

c. Penjelasan tentang tahapan dan metoda pelaksanaan

1.6 Petunjuk Penggunaan Modul

1. Petunjuk bagi peserta diklat

a. Mempelajari modul mulai dari awal hingga akhir secara berurutan dan
kerjakan tugas yang telah disediakan.

b. Menyiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan pada masing-masing


kegiatan berlatih.

c. Gunakan selalu baju lapangan (lengan panjang dan topi) ketika melakukan
kegiatan berlatih di lapangan (praktik).

d. Siswa berhak bertanya kepada pelatih jika menghadapi hal-hal yang tidak
dimengerti dari modul ini.

2. Petunjuk bagi pelatih

a. Memahami secara baik isi modul yang akan diajarkan, dapat dilakukan
melalui kaji widya.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai I-2


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

b. Sebagai fasilitator peserta dalam proses berlatih, tidak mendominasi proses


berlatih.

1.7 Bahan Belajar

Sebagai bahan belajar maka setiap pemberi materi akan memberikan bahan
belajar melalui bahan tayang (slide ppt), LCD, komputer/ laptop dan modul.

1.8 Metode Pembelajaran

Ceramah, tanya jawab dan diskusi

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai I-3


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

BAB 2
URAIAN MATERI POKOK

2.1 Uraian Materi Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pantai

Pedoman pelaksanaan konstruksi bangunan pantai akan diuraikan berdasarkan


Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 Tentang
Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai.
Berikut ini akan dijelaskan isi dari surat edaran menteri tersebut.

Pedoman pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai ini menetapkan


pelaksanaan konstruksi berdasarkan detil desain dan spesifikasi teknis mengenai
pekerjaan tanggul laut, tembok laut, revetmen, pemecah gelombang, krib, jeti, dan
pengisian pasir.

Pedoman ini meliputi ketentuan dan persyaratan umum, kegiatan pra-persiapan,


persiapan, metode pelaksanaan, penyerahan pertama pekerjaan, masa
pemeliharaan, dan penyerahan akhir pekerjaan.

2.1.1 Ketentuan dan persyaratan

Beberapa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi pada pelaksanaan


konstruksi bangunan pengaman pantai meliputi ketentuan umum dan persyaratan
pelaksanaan mulai dari perijinan sampai dengan penyerahan akhir pekerjaan,
adalah sebagai berikut:

1) Umum

a. Pelaksanaan kegiatan harus mengacu pada dokumen kontrak, yang


meliputi:

a) naskah kontrak

b) gambar detail desain dan spesifikasi teknis

c) syarat-syarat umum kontrak (hak dan kewajiban, sanksi, dan lain-lain)

d) syarat-syarat khusus kontrak (asuransi, keselamatan kerja K3,


pembayaran, jaminan pelaksanaan, jadwal pelaksanaan, kegagalan
bangunan)

e) penyusunan rencana mutu kontrak (RMK)

b. Pelaksanaan pekerjaan harus mempergunakan metode kerja yang


mengacu pada administrasi pelaksanaan meliputi pengendalian mutu,
Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-1
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

pengendalian pelaksanaan, pengendalian volume, tatacara pelaporan, dan


serah terima pekerjaan. Metode kerja yang dimaksud adalah yang akan
diterapkan pada beberapa jenis konstruksi bangunan pantai meliputi
tanggul laut, tembok laut, revetmen, krib, pemecah gelombang, jeti dan
pengisian pasir.

c. Setelah selesai melaksanakan pembangunan ditindaklanjuti dengan


penyerahan pertama pekerjaan, jika memenuhi persyaratan maka
dilanjutkan dengan masa pemeliharaan, dan jika tidak maka penyedia jasa
wajib menyelesaikan pekerjaan. Setelah berakhirnya masa pemeliharaan
dan telah memenuhi persyaratan maka dilanjutkan dengan penyerahan
kedua

2) Perijinan

Setiap penyedia jasa (kontraktor) dan sub penyedia jasa (sub kontraktor)
ataupun pemasok (supplier) yang ditunjuk untuk melaksanaan pekerjaan harus
memiliki ijin terkait dengan pelaksanaan pekerjaan

3) Keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lapangan menjadi tanggung jawab


penyedia jasa sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam dokumen kontrak
dan harus menerapkan manajemen K3 sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja nomor 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan kesehatan kerja dan UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Permen PU No.09 /PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

4) Asuransi

Asuransi/jaminan kerugian dari saat dimulainya pelaksanaan pekerjaaan


sampai dengan akhir masa pemeliharaan harus disediakan oleh penyedia jasa,
atas nama pengguna jasa dan penyedia jasa.

5) Penilaian tahap pelaksanaan

a. Pelaksanaan dikatakan kritis apabila dalam periode I (rencana fisik 0% --


70% dari kontrak) terlambat lebih dari 15% dari rencana, dan dalam periode
II (70% --100% dari kontrak) realisasi fisik terlambat lebih dari 10% dari
rencana. Apabila pelaksanaan telah dinyatakan kritis, harus segera
diselenggarakan show cause meeting (SCM). Apabila uji coba dalam SCM
telah dilaksanakan 3 (tiga) kali hasilnya gagal, pengguna jasa dapat
Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-2
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

menetapkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas


usulan penyedia jasa.

b. Waktu pelaksanaan dapat diperpanjang secara layak dan wajar, diberikan


kepada penyedia jasa berdasar penilaian. Perpanjangan waktu
pelaksanaan dapat dilakukan apabila sebagai berikut:

a) pekerjaan tambah

b) perubahan desain

c) keterlambatan yang disebabkan oleh pengguna jasa

d) masalah yang timbul di luar kendali penyedia jasa

e) keadaan kahar (force majure)

6) Perubahan kegiatan pekerjaan

Perubahan kegiatan pekerjaan harus dilakukan apabila ditemukan perbedaan


antara kondisi lapangan dengan desain. Perubahan kegiatan pekerjaan yang
meliputi:

a. menambah/mengurangi volume pekerjaan

b. menambah/mengurangi jenis pekerjaan

c. mengubah spesifikasi teknis sesuai kondisi lapangan

7) Gambar purna-laksana (as built drawing)

Gambar purna-laksana merupakan gambar terbangun lengkap dengan


persetujuan direksi teknis, harus diserahkan oleh penyedia jasa paling lambat
14 hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan.

8) Pemeriksaan bersama

Pemeriksaan bersama dilakukan sebagai berikut:

a. pemeriksaan awal bersama (mutual check awal) dilakukan dan disetujui


antara penyedia jasa dengan direksi pekerjaan serta dituangkan dalam
gambar kerja (soft drawing) yang disetujui direksi teknis, sebagai pedoman
pelaksanaan sementara maupun permanen;

b. pemeriksaan bulanan bersama (mutual check bulanan) dilaksanakan untuk


memantau/memonitor kemajuan/prestasi pekerjaan bulanan yang telah
dilaksanakan dengan sempurna, berhak mendapatkan pembayaran;

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-3


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

c. pemeriksaan akhir bersama (mutual check akhir) dilakukan untuk


mengetahui volume pekerjaan yang dilaksanakan sampai dengan akhir
pekerjaan, termasuk perhitungan prestasi pekerjaan untuk pekerjaan
tambah kurang serta jenis-jenis pekerjaan sebagai acuan untuk
menentukan jumlah keseluruhan pembayaran;

d. hasil pemeriksaan akhir bersama yang dilakukan dan disetujui antara


penyedia jasa dengan pengguna jasa selanjutnya dibuatkan gambar purna-
laksana.

9) Serah terima pekerjaan

2.1.2 Proses pelaksanaan

Proses pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai meliputi kegiatan


prapersiapan, persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, penyerahan I, masa
pemeliharaan, dan penyerahan II, sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah Nomor: 349/KPTS/M/2004 tentang Pedoman
penyelenggaraan kontrak jasa pelaksanaan konstruksi (pemborongan). Bagan alir
pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai seperti disajikan pada
Gambar 1.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-4


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Gambar 1 Bagan alir pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai.

1) Prapersiapan

Kegiatan prapersiapan meliputi kegiatan serah terima/penyerahan lapangan


dan diterbitkannya surat perintah mulai kerja (SPMK).

a. Penyerahan lapangan

Penyerahan lapangan wajib dilaksanakan oleh pengguna jasa kepada


penyedia jasa sebagai daerah kerja secara keseluruhan atau sebagian
lapangan. Penyerahan lapangan dilaksanakan setelah pengguna jasa
bersama-sama dengan penyedia jasa melakukan pemeriksaan lapangan,
dan seluruh aset milik pengguna jasa yang akan dimanfaatkan dalam
pelaksanaan pekerjaan merupakan tanggung jawab penyedia jasa. Hasil
pemeriksaan bersama dituangkan dalam berita acara serah terima
lapangan dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-5


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

b. Surat perintah mulai kerja

SPMK diterbitkan oleh pengguna jasa paling lambat 14 hari setelah kontrak
ditandatangani. Dalam SPMK harus dicantumkan pernyataan kepada
penyedia jasa tentang tanggal paling lambat dimulainya pelaksanaan
pekerjaan. Mobilisasi peralatan, bahan dan personil harus dilaksanakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SPMK.

c. Pre-construction meeting

Pelaksanaan pre-construction meeting (PCM) harus diselenggarakan


segera setelah kontrak ditandatangani atau selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari setelah diterbitkannya SPMK yang dimaksudkan untuk:

a) Menyamakan dan menyatukan pengertian terhadap seluruh dokumen


kontrak, dan membuat kesepakatan terhadap hal-hal penting yang
belum terdapat dalam dokumen kontrak maupun kemungkinan-
kemungkinan kendala yang akan terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan.

b) Petunjuk dalam rangka penyusunan kerangka kerja yang sebaik-


baiknya, Kasatker/ pejabat pembuat komitmen (PPK) diharapkan
mampu untuk menggalang kekompakan semua unsur yang terkait di
dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang terdiri dari pihak Satuan
Kerja (Satker)/PPK sebagai unsur pengendali, direksi pekerjaan sebagai
pengawas dan kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan.

c) Uraian ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk mendapatkan


kesepakatan bersama di dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
diperkirakan akan timbul di lapangan saat pelaksanaan, sebagai
tahapan awal dari tindakan pengendalian oleh PPK terhadap
pelaksanaan pekerjaan konstruksi

2) Persiapan pelaksanaan

Pekerjaan persiapan pelaksanaan meliputi kegiatan penyiapan lahan kerja,


pengukuran dan pengumpulan data, pembuatan base camp dan
perlengkapannya, material, peralatan, sumber daya manusia (SDM), dan
perlengkapan K3.

a. Penyiapan lahan kerja

Pekerjaan pengukuran batas-batas untuk lahan kerja yang akan dipakai


dalam pelaksanaan pekerjaan harus sudah selesai sebelum dimulainya

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-6


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

pelaksanaan konstruksi. Tambahan lahan kerja yang diperlukan dilakukan


dengan sistem sewa.

b. Mobilisasi

Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dilakukan sesuai dengan


kebutuhan di lapangan yang meliputi:

a) peralatan berat dan kendaraan;

b) fasilitas lapangan untuk penyedia jasa meliputi kantor, rumah, gedung


laboratorium, bengkel, gudang, dan lain-lain yang tercantum dalam
dokumen kontrak;

c) peralatan laboratorium, alat pengukuran dan peralatan lainnya; dan

d) personil pelaksana.

c. Tinjauan desain

Tinjauan desain dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang meliputi:

a) Cakupan semua spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan;

b) Volume kegiatan pekerjaan yang dilaksanaan masih dalam batas


kemampuan biaya yang wajar serta ketersediaan waktu yang memadai;

c) Persyaratan kelayakan fungsi dan operasional konstruksi; dan

d) Jika terjadi perubahan desain atau volume pekerjaan, diusulkan dan


disetujui oleh pengguna jasa.

d. Pengukuran

a) Pengukuran topografi

Pengukuran topografi dilakukan untuk mendapatkan kondisi lapangan


dan untuk perhitungan pemeriksaan bersama awal (mutual check nol)
dan melengkapi peta kerja.

b) Pengukuran bathimetri

Pengukuran bathimetri (terutama untuk bangunan pemecah gelombang,


jeti dan pengisian pasir) dilaksanakan sebelum dimulai pekerjaan untuk
mengetahui data kondisi kedalaman laut di lokasi pekerjaan sejauh 50
m dari as rencana bangunan ke arah laut. Pengukuran bathimetri
diperlukan untuk perhitungan MC nol, kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan melengkapi peta kerja.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-7


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

c) Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut

Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut dilaksanakan untuk


mengetahui waktu pasang dan waktu surut, yang akan digunakan dalam
pengaturan jadwal kerja harian

e. Pembuatan base camp dan perlengkapannya

Pembuatan base camp dan perlengkapannya harus didirikan pada lokasi


tanah yang telah tersedia

f. Material

a) Pengambilan bahan bangunan

b) Pengambilan air tanah untuk air kerja

c) Tangki/instalasi penyediaan bahan bakar minyak (BBM)

g. Pengaturan lalu lintas alat berat

Pengaturan lalu lintas alat berat di wilayah kerja untuk pelaksanaan


pekerjaan baik dari arah darat maupun arah laut harus dilakukan
pengamanan terhadap keselamatan kerja bagi keseluruhan tenaga kerja.

3) Administrasi pelaksanaan

a. Pengendalian mutu pekerjaan

Pengendalian mutu pekerjaan harus dilaksanakan oleh penyedia jasa, yang


diawasi oleh direksi teknis, yang meliputi pengendalian mutu bahan (batu,
pasir, tanah, semen, aspal dan lain-lain), bahan olahan (campuran beton,
pekerjaan pasangan dan lain-lain) dan hasil akhir konstruksi agar
memenuhi ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak.

b. Pengendalian pelaksanaan

Pengendalian pelaksanaan pekerjaan terhadap kuantitas maupun kualitas


harus dilaksanakan berdasarkan kontrak dan program mutu pada RMK
yang telah disepakati dan Permen PU No.603 Tahun 2005.

c. Pemasangan profil

Pemasangan profil dilakukan sebagai berikut:

a) pemasangan profil (uitzet dan pemasangan bouwplank) pada struktur


yang akan dibuat harus diikatkan dengan titik-titik kontrol CP baik
koordinat maupun elevasinya;

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-8


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

b) pemasangan profil tersebut harus ditanam dengan kuat, tidak mudah


berubah kedudukannya oleh gelombang maupun getaran dari aktivitas
pekerjaan di sekitarnya dan harus dibuat dari bahan yang tahan air laut.

d. Laporan

Laporan kemajuan pekerjaan pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman


pantai harus dibuat oleh penyedia jasa dan diperiksa direksi teknis dan
disetujui oleh direksi pekerjaan yaitu:

a) Laporan harian

b) Laporan mingguan

c) Laporan bulanan

d) Laporan khusus

e) Laporan direksi teknis

2.1.3 Metode pelaksanaan

1. Metode pelaksanaan konstruksi tanggul laut

Metode pelaksanaan konstruksi tangggul laut (sea dike) dari timbunan tanah
sebagai berikut:

a. pemasangan profil;

b. pembersihan tanah (land clearing) dasar dan diratakan secukupnya dengan


grader/bulldozer;

c. geotekstil dibentangkan pada dasar tanah untuk stabilisasi tanah dan filter
bagi aliran air ke bawah (vertical drain) dari timbunan tanggul;

d. penimbunan tanah di atas hamparan geotekstil dengan bantuan dump


truck, diratakan dengan bulldozer, dan dipadatkan dengan alat pemadat
tanah (hand stamper atau sheepfoot roller). Pemadatan timbunan tanggul
dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal lapis timbunan maksimum 30
cm dan kepadatannya diperiksa sesuai dengan SNI 1976:2008 melalui SNI
1742:2008 dan SNI 1743:2008;

e. dilanjutkan dengan pemasangan lapisan revetmen dari batu kosong pada


lereng luar tanggul laut (pekerjaan pilihan, sesuai dengan desain);

f. pekerjaan perkerasan untuk jalan inspeksi.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-9


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 2 Contoh tampang melintang tanggul laut.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 3 Pemasangan profil.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-10


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 4 Pekerjaan pembersihan tanah dan striping.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 5 Pemasangan geotekstil.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 6 Penimbunan dan pemadatan tanah.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-11


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 7 Pemasangan armor.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 8 Perkerasan jalan inspeksi.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-12


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

2. Metode pelaksanaan konstruksi tembok laut

Pelaksanaan konstruksi tembok laut terdiri dari 2 macam: tembok laut pejal
dan lulus air.

a. Tembok laut pejal

Pelaksanaan pembuatan struktur tembok laut sangat terpengaruh oleh


tinggi gelombang dan tinggi air pasang, serta durasinya. Metode
pelaksanaan tembok laut menggunakan buis beton, sebagai berikut:

o pemasangan profil;

o penggalian pondasi dilakukan dengan ekskavator/backhoe;

o pemasangan lapis penyaring filter pada lantai pondasi dari geotekstil di


permukaan lubang galian sampai dengan lereng di belakang tembok
yang akan dibangun;

o pemasangan pelindung kaki dilanjutkan pekerjaan lapis inti (core), lapis


penyaring (filter layer), dan batu armor;

o pemasangan buis beton sesuai bentuk yang ditentukan dalam desain,


dilanjutkan dengan pengisian beton cyclop, pelaksanaan dilakukan alat
ekskavator dan tenaga manusia;

o penggalian pondasi pasangan batu dengan tenaga manusia; dan

o pemasangan conblock

b. Tembok laut lulus air

Metode pelaksanaan konstruksi tembok laut lulus air, sebagai berikut:

o penempatan batu kosong dilaksanakan dengan dumping dan dirapikan


dengan tenaga manusia atau alat berat (ekskavator/backhoe). Lapis
armor disusun secara individual dengan bantuan ekskavator dibantu
tenaga manusia; dan

o penempatan batu kosong dilaksanakan pada pondasi tidak terganggu


air pasang. Contoh metode pelaksanaan pembuatan tembok laut
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9 – Gambar 16.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-13


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 9 Tampang melintang tembok laut menggunakan buis beton.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 10 Pemasangan profil.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-14


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 11 Penumpukan material batu dan penggalian pondasi.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 12 Pemasangan geotekstil.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-15


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 13 Penyusunan batu kosong menggunakan ekskavator.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 14 Penyusunan buis beton dan pengisian beton cyclop.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-16


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 15 Penggalian untuk pasangan batu secara manual.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 16 Pemasangan paving block dan balok beton kepala.

3. Metode pelaksanaan konstruksi revetmen

Penempatan revetmen dari rip rap (batu atau beton pracetak dengan berbagai
bentuk) dapat dilakukan dari arah darat atau dari arah laut. Penempatan
material dapat dilakukan dari arah laut jika kedalaman draft mencukupi.
Metode pelaksanaan konstruksi revetmen, sebagai berikut:

a. pemasangan profil;

b. penggalian pondasi dengan menggunakan ekskavator;

c. pemasangan geotekstil dari atas ke dasar pondasi. Geotekstil pada kaki


lereng harus diikat dengan patok/penjepit besi agar tidak melipat;

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-17


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

d. material inti diletakkan di atas geotekstil dilanjutkan penempatan armor


sampai ketinggian 2,5 m dengan menggunakan ekskavator yang berada di
sisi luar pantai; dan

e. pemasangan lapisan inti dan armor bagian atas menggunakan ekskavator,


yang berada di sisi dalam pantai.

Contoh metode pelaksanaan pembuatan revetmen dari rip rap sebagaimana


ditampilkan pada Gambar 17 – Gambar 25.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 17 Contoh tampang melintang revetmen.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 18 Pemasangan profil.


Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-18
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 19 penggalian tanah pondasi (kaki bangunan) saat air surut.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 20 Pemasangan geotekstil.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-19


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 21 Pemasangan lapis antara dan armor pada kaki bangunan (toe).

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 22 Pasangan armor.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-20


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 23 Pemasangan armor level +2,50 m ke atas dan material pengunci.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 24 Pekerjaan pasangan batu kali dan pekerjaan jalan setapak.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-21


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 25 Pekerjaan timbunan, dilaksanakan lapis demi lapis, dipadatkan.

4. Metode pelaksanaan konstruksi krib

Metode pelaksanaan pembuatan krib dapat dilakukan dari arah darat maupun
dari laut.

a. Konstruksi krib dari arah laut

Metode pelaksanaan konstruksi krib dari rubble mound dengan cara


penimbunan dari arah laut, sebagai berikut:

o penyusunan material inti dan lapis antara untuk krib menjorok ke luar
pantai dilakukan dari laut menggunakan ponton yang dapat menuang ke
samping. Pemanfaatan ponton memerlukan kedalaman draft yang
cukup;

o perapian dan pembentukan profil timbunan dilakukan di atas timbunan


dengan ekskavator; dan

o penyusunan armor dilakukan satu persatu dengan crane yang dipasang


di atas ponton. Presisi penyusunan armor dengan crane dapat dibantu
dengan tenaga manusia sebelum material dilepaskan dari crane.

Contoh metode pelaksanaan pembuatan krib sebagaimana disajikan pada


Gambar 25 – Gambar 39.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-22


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

b. Metode pelaksanaan krib dari arah darat

Metode pelaksanaan krib dari arah darat, sebagai berikut:

o pemasangan geotekstil,

o penyusunan lapis inti (core) dan lapis antara. Material dituang langsung
dengan dump truck atau dengan front end loader. Selama pelaksanaan
permukaan timbunan dilapisi kerikil untuk jalan dump truck agar ban alat
berat lebih awet. Sebelum ditambah dengan lapis berikut, lapis jalan ini
dibersihkan terlebih dulu,

o perataan puncak timbunan dengan bulldozer, untuk membantu


membentuk lereng rockfill yang baik digunakan ekskavator setelah
selesai dilakukan dumping. Lebar jalan akses untuk dump truck
minimum 4,00 m. Bagi jalan akses untuk dua arah diperlukan lebar
minimum 7,00 m agar dapat terjadi papasan dump truck dari dua arah,

o penyusunan armor harus dilaksanakan secepatnya, sebelum puncak


krib mencapai ketinggian desain dan panjang krib diselesaikan
seluruhnya untuk mencegah kerusakan oleh gelombang.

Cara penyusunan armor dibedakan menjadi

o penyusunan armor secara seragam (uniform placement) dipakai hanya


pada batuan yang seragam, dipasang dengan susunan rapi.

o penyusunan secara acak (random placement), armor disusun satu


persatu dengan pola yang acak menggunakan alat crane atau
ekskavator. Armor lapis bawah disusun, dilanjutkan dengan lapisan
berikutnya dari arah tumit struktur ke arah lereng (downslope to
upslope),

o penyusunan selektif (selective placement) dilaksanakan agar didapat


penguncian antara batuan armor yang lebih baik. Pemasangan secara
selektif hampir sama dengan pemasangan secara acak tetapi dengan
tingkat ketelitan yang lebih tinggi.

o penyusunan secara spesial (special placement) merupakan pelengkap


penyusunan armor dengan cara acak (random).

Metode dimaksud hanya untuk penyusunan armor secara paralel pada sisi
terpanjangnya tegak lurus terhadap sumbu lereng struktur batuan dengan
tujuan untuk meningkatkan kestabilan struktur.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-23


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Lapisan terbawah dari armor harus terpasang kuat (terkunci) terhadap


dasar laut. Konstruksi dipasang dari bawah ke atas dengan menggunakan
crane. Material terberat disusun paling bawah secara paralel. Lapisan
armor pada sisi yang berhadapan langsung dengan laut mempunyai
permukaan elevasi sedikit lebih tinggi dari permukaan batuan sebelah
dalam untuk melindungi dari gempuran ombak laut.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 26 Peta situasi.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 27 Contoh tampang melintang konstruksi krib.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-24


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 28 Penentuan rute kapal.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 29 Transportasi material lapis inti.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-25


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 30 Penyusunan material inti.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 31 Transportasi material lapis antara.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-26


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 32 Penyusunan material lapis antara.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 33 Transporasi material armor.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-27


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 34 Penyusunan armor.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 35 Potongan memanjang ponton.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-28


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 36 Denah ponton.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 37 Peletakan material cara pertama (material di bawah permukaan laut).

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-29


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 38 Peletakan material cara pertama (material di atas permukaan laut).

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 39 Peletakan material cara kedua.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-30


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

5. Metode pelaksanaan konstruksi pemecah gelombang

Metode pelaksanaan konstruksi pemecah gelombang, sebagai berikut:

a. Pemasangan profil. Penentuan arah sumbu dengan menggunakan


pelampung (buoy) diangkur di lokasi kedua ujung konstruksi;

b. Pembuatan jalan kerja untuk jalan alat berat menuju ke laut dan kembali ke
darat waktu pasang;

c. Pengangkutan material timbunan dengan menggunakan alat ponton hopper


dengan lunas terbelah (split hopper) baik yang ditarik kapal lain atau
bergerak sendiri (self propelling), atau ponton yang menuang batu ke
samping (side stone dumping barges) atau ponton dengan dek datar. Bila
kedalaman draft tidak memenuhi, maka muatan/rockfill didorong ke laut
melalui lambung bagian samping dengan menggunakan bulldozer; dan

d. Penyusunan armor dilakukan secara individual dengan crane yang


ditempatkan di atas konstruksi..

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 40 Contoh denah dan potongan melintang konstruksi pemecah


gelombang.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-31


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 41 Jalan kerja di laut.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-32


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 42 Tahapan konstruksi.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 43 Transportasi material.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-33


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 44 Pembongkaran muatan material pada saat gelombang kecil.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 45 Tahapan penyusunan material pemecah gelombang.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-34


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 46 Detail tahapan penyusunan material pemecah gelombang.

6. Metode pelaksanaan konstruksi jeti

a. Jeti dari rubble mound

Metode pelaksanaan konstruksi jeti sebagai berikut:

o pemasangan profil;

o pengangkutan material inti dengan menggunakan dumptruck. Material


inti ditempatkan di lokasi pekerjaan dan diratakan dengan bulldozer.
Untuk material inti dari geobag isi pasir ditempatkan dengan
menggunakan ekskavator;

o penempatan material antara dan armor dilakukan secara bertahap, agar


material yang sudah ditempatkan tidak hanyut oleh gelombang; dan

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-35


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

o penempatan lapis armor secara individual dilaksanakan dengan crane


atau derek terapung di atas ponton atau bergerak sendiri (self
propelled).

b. Jeti dari tiang-tiang pancang

Metode pelaksanaan jeti dari tiang-tiang pancang (arah laut) sebagai


berikut:

o pemancangan dilakukan dari tepi pantai ke tengah dengan alat


pemancang terapung yang dimuatkan pada ponton dengan draft kecil,

o pemasangan guide wall dilakukan untuk mendapatkan hasil pancangan


yang lurus; dan

o material ditimbun dan dipadatkan sesuai spesifikasi yang disyaratkan

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 47 Peta situasi pekerjaan.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-36


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 48 Potongan memanjang.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 49 Potongan A-A.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 50 Potongan F-F.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-37


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 51 Tahapan pelaksanaan dengan material inti geobag.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 52 Tahapan pelaksanaan konstruksi dengan material inti batu.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 53 Penimbunan lapis inti.


Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-38
Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 54 Peletakan armor.

7. Metode pelaksanaan konstruksi pengisian pasir

Metode palaksanaan konstruksi pengisian pasir sebagai berikut:

a. Penempatan pipa pengangkut untuk menyalurkan pasir laut yang dibawa


oleh kapal keruk/ponton (dredger) yang bersandar di lepas pantai,

b. Pemasangan silt protector sejajar pantai, yang terbuat dari kain penyaring
dengan tinggi kira-kira 3 m. Krib apung dibentangkan dari dasar pantai
dengan pelampung agar tinggi elevasi dari krib apung dapat menyesuaikan
dengan air pasang. Tiap 10 meter panjang krib apung diberi angkur
(anchor) ke dasar pantai, setiap angkur mempunyai panjang yang cukup
agar tertanam kuat. Silt protector dipasang pada pantai sebelah depan
yang langsung berbatasan dengan air laut;

c. Pengisian pasir dengan cara menyemprotkan pasir dari kapal keruk melalui
pipa penyalur pasir;

d. Perataan pasir dengan menggunakan bulldozer dan ekskavator; dan

e. Melakukan monitoring untuk mengetahui hasil pelaksanaan pengisian pasir.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-39


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 55 Denah konstruksi pengisian pasir.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 56 Potongan melintang.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-40


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 57 Proses eksploitasi pasir.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 58 Penempatan pipa.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-41


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 59 Pemasangan pintu silt protector.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 60 Potongan melintang pemasangan silt protector.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-42


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 61 Pengisian pasir.

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 62 Perataan pasir (peta situasi).

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-43


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010

Gambar 63 Perataan pasir (potongan melintang).

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai II-44


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

BAB 3
PENUTUP

3.1 Rangkuman

Modul Pelaksanaan Bangunan Pengamanan Pantai ini pada dasarnya merupakan


penjabaran dari Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010
Tentang Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman
Pantai. Pedoman pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai ini
menetapkan pelaksanaan konstruksi berdasarkan detil desain dan spesifikasi
teknis mengenai pekerjaan tanggul laut, tembok laut, revetmen, pemecah
gelombang, krib, jeti, dan pengisian pasir.

Pedoman ini meliputi ketentuan dan persyaratan umum, kegiatan pra-persiapan,


persiapan, metode pelaksanaan, penyerahan pertama pekerjaan, masa
pemeliharaan, dan penyerahan akhir pekerjaan.

Selain itu yang paling penting dalam modul ini adalah setiap peserta diklat akan
diberikan wawasan dan pengetahuan tentang tahapan dari aspek persiapan,
pelaksanaan dan metoda pelaksanaan untuk setiap bangunan pengamanan
pantai yang akan berguna sebagai bekal tambahan dalam melaksanakan kegiatan
operasi dan pemeliharaan.

3.2 Daftar Pustaka

1. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 Tentang


Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman
Pantai

2. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2010 tanggal 17 Maret


2010 tentang Pemberlakuan Pedoman Penilaian Kerusakan Pantai dan
Prioritas Penanganannya.

3. Buku Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai (Surat


Edaran Menteri PU No. 01/SE/M/2011)

4. Coastal Engineering Research Center, Waterways Experiment Station, Corps


of Engineer, Department of The Army (1984), Shore Protection Manual.

5. Coastal Engineering Research Center, Waterways Experiment Station, Corps


of Engineer, Department of The Army (2006), Coastal Engineering Manual.

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai III-1


Modul Diklat Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pantai

6. Bambang Triatmodjo (1999), Teknik Pantai, edisi kedua, Beta Offset,


Yogyakarta,.

7. Bambang Triatmodjo (1996), Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.

8. Modul Arus Laut Oleh Sandro Wellyanto Lubis Tahun 2009

9. Manual Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai Oleh PT Suwanda Karya


Mandiri Tahun 2007.

10. Perencanaan Jetty di Muara Sungai Ranoyapo Amurang (Kern Youla Pokaton,
H.J. Tawas, M. I. Jasin).

Modul MS 6 Pelaksanaan Bangunan Pengamanan pantai III-2

Anda mungkin juga menyukai