2, OKTOBER 2008
ABSTRAK
Untuk menentukan daya dukung pondasi tiang pancang dapat menggunakan beberapa metoda,
yaitu metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA. Metoda dinamik yang terdiri dari metoda ENR,
Denmark, Eytelwein, Janbu dan Gates. Sedangkan metoda statik terdiri dari metoda Mayerhoff,
Terzaghi dan Bagemann.
Analisis daya dukung dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban yang dapat dipikul oleh
pondasi dan seberapa besar perbedaan nilai daya dukung yang didapatkan dengan menggunakan
ketiga metoda tersebut.
Dari perhitungan terhadap dua buah sampel tiang pancang dengan menggunakan ketiga metoda
tersebut, daya dukung terbesar didapatkan dengan menggunakan metoda dinamik, yaitu metoda
Denmark. Sedangkan nilai daya dukung terkecil didapatkan dari metoda statik, yaitu metoda
Mayerhoff.
Kata Kunci : daya dukung, analisis dinamik, analisis statik, tes PDA.
1.
PENDAHULUAN
________________________
1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, e-mail: hendrigp@ft.unand.ac.id
37
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam merencanakan konstruksi pondasi tiang pancang, penentuan daya dukung pondasi tiang
pancang merupakan suatu permasalahan pokok. Pada umumnya pada setiap pemancangan pondasi
tiang pancang dilakukan rekaman pemancangan berupa kalendering serta penyelidikan tanah
berupa boring log. Analisa daya dukung pun turut dilakukan dalam proyek-proyek pondasi tiang
pancang tersebut berupa loading test atau Pile Driving Analyzer (PDA). Dalam suatu proyek,
diperlukan sebuah metoda yang tepat dan cepat dalam menentukan daya dukung sebuah pondasi
tiang pancang. Beberapa metode yang sering digunakan dalam perhitungan tersebut, antara lain :
formula statik, formula dinamik, loading test dan PDA.
Rony Siregar (2002) menganalisis tentang pemancangan tiang pancang dan daya dukungnya
berdasarkan kalendering, pemboran dan Pile Driving Analyzer (PDA). Hal ini dilakukan dengan
cara mengkorelasikan daya dukung ujung dan selimut tiang pancang berdasarkan tes PDA dan
jumlah pukulan berdasarkan kalendering.
Kataresada Ketaren (2004) melakukan kajian komprehensif tentang daya dukung pondasi tiang
pancang berdasarkan uji pembebanan tekanan. Perhitungan dilakukan berdasarkan data-data SPT
(Standar Penetration Test), data sondir, data kalendering dan data hasiil uji pembebanan tiang di
lapangan (loading test).
2.1 Formula Dinamik
Formula dinamik telah banyak digunakan untuk meramalkan kapasitas tiang pancang. Diperlukan
suatu cara di lapangan untuk menentukan apakah sebuah tiang pancang telah mencapai dukung
yang cukup selain hanya dengan pemancangannya ke kedalaman yang telah ditentukan
sebelumnya. Pemancangan tiang pancang ke kedalaman yang telah ditentukan, terlebih dahulu
mungkin bisa atau tidak mendapatkan nilai dukung yang diperlukan, karena variasi tanah normal ke
arah lateral dan ke arah vertikal.
Formula kapasitas tiang pancang dinamik dasar yang disebut formula tiang pancang rasional
tergantung pada prinsip impuls-momentum. Untuk formula tiang pancang dinamik digunakan
simbol-simbol di bawah ini. Satuan-satuan untuk simbol berada dalam kurung, yakni (FTL) yang
merupakan perkalian variabel dengan satuan-satuan gaya, waktu dan panjang.
A
38 |
E
eh
Eh
H
L
n
Pu
s
wp
wr
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Tabel 1.
eh Eh L
(satuan dari s)
2 AE
= Cd 1 +
1+
Cd
W
Cd = 0,75 + 0,15 p
Wr
eh Eh L
A E s2
| 39
Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada kepala tiang, akan menimbulkan regangan
pada tiang dan pergerakan relatif (relative displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah di
sekitarnya dan menimbulkan gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah. Semakin besar
kekuatan tanah, semakin kuat gelombang perlawanan yang timbul. Gelombang aksi maupun reaksi
akibat perlawanan tanah akan direkam. Dari hasil rekaman, karakteristik gelombang-gelombang ini
dapat di analisa untuk menentukan daya dukung tiang yang di uji.
Peralatan penting PDA adalah strain tranducer dan cccelerometer, yang berfungsi merubah
regangan dan percepatan menjadi sinyal elektronik dan melalui kabel penghubung akan direkam
oleh alat PDA. Transducer dan accelerometer akan dilekatkan pada permukaan perimeter tiang,
sejauh minimum 1,5 kali diameter tiang dari kepala tiang.
Sampai saat ini pengujian dengan PDA sudah banyak dilakukan untuk pondasi tiang pancang,
seperti precast piles, steel piles dan spun piles, dengan menggunakan palu dari alat pancangnya
sendiri sehingga sangat praktis dan ekonomis.
2.3 Metoda Statik
2.3.1
Daya dukung ujung tiang pancang dapat dihitung dengan beberapa metoda, diantaranya yaitu :
1). Metoda Terzaghi
Ppu
(c N
'
c
+ D f N q' Ap
(1)
dimana :
Ap = luas ujung tiang pancang
c = kohesi (kekuatan geser tak-tersalurkan, su)
Nc = faktor kapasitas pendukung untuk kohesi yang disesuaikan dengan bentuk dan
kedalaman. Bila = 0 dan c = su, maka Nc seringkali diambil sebesar 9
= berat volume
Df = kedalaman pondasi
2). Metoda Mayerhof
Untuk tanah pasir (c = 0) :
Ppu
40 |
( D
N q' Ap
(2)
(c
N c' Ap
(3)
dimana : cu = c (kohesi)
2.3.2
= As fs
(4)
2.
= K v tan
(5)
= cu
(6)
atau untuk tanah lempung dapat juga memakai rumus dari Vijayvergiya dan Focht.
fs
= ( q + 2 c ) As
(7)
| 41
Tabel 2.
Kasus
Kondisi tanah
2.
3.
Faktor
Adesi ()
1.
1,25
0,40
0,40
Gambar 4. Koefisien-koefisien
2.3.3
2.3.3.1
Ap
As
qc
fs
=
=
=
=
(8)
Vesic (1967), menyarankan tahanan ujung tiang persatuan luas (fp) kurang lebih sama dengan
tahanan kerucut (qc).
(9)
fp = qc ; sehingga tahanan ultimate tiang Ppu = Ap qc
Mayerhoff (1976), menyarankan nilai qc rata-rata diambil dari 8d (d = diameter tiang) di atas dasar
tiang sampai 4d di bawah dasar tiang.
Menurut Vesic (1976),
fs = 2 qf ; untuk tiang beton
; untuk tiang baja profil H
fs = qf
dimana qf adalah tahanan gesek sondir
Menurut Mayerhoff besarnya tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah adalah :
1. Untuk tiang pancang beton dan kayu pada tanah pasir
qc
(kg/cm2)
fs
200
42 |
(10.a)
(10.b)
(11.a)
2.
3.
400
Di Belanda, untuk tiang-tiang beton dan kayu
qc
(kg/cm2)
fs
250
(11.b)
(11.c)
Untuk tiang pancang yang tidak berbentuk runcing, Mayerhoff membatasi nilai gesek dinding
ultimate per satuan luas harus tidak lebih dari fs = 1,08 kg/cm2 (107 kN/m2) dan untuk baja profil H,
fs = 0,54 kg/cm2 (54 kN/m2). Tahanan gesek pada tiang baja profil, dihitung pada seluruh
permukaan sayap dan badan.
2.3.3.2
a). Jika tanah kohesif, umumnya tahanan kerucut statis (qc) dihubungkan dengan kohesi tak
terdrainasi (cu), yaitu :
qc = cu Nc (kg/cm2)
(12)
Nilai Nc berkisar diantara 10 sampai 30 tergantung dari sensitivitas, kompresibilitas dan adhesi
antara tanah dan mata sondir. Dalam hitungan biasanya Nc diambil antara 15 sampai 18
(Bagemann, 1965).
Tahanan ujung tiang diambil pada nilai qc rata-rata yang dihitung dari 8d di atas dasar tiang
sampai 4d di bawah dasar tiang.
b). Tahanan gesek per satuan luas (fs) dari tiang pancang, secara aman dapat diambil sama dengan
tahanan gesek selimut sondirnya (qf) (Bagemann, 1965).
(13)
fs = 2 qf (kg/cm2)
sehingga, kapasitas ultimate tiang pancang dinyatakan dengan :
Pu = Ap qc + As qf
dimana :
2.3.4
Ap
As
qc
qf
=
=
=
=
(14)
1
N As (kg)
50
(15)
dimana :
Qu = daya dukung tiang ultimate (ton)
Nb = nilai N dari uji SPT pada tanah di sekitar ujung tiang
| 43
3.
METODOLOGI PENELITIAN
4.
4.1 Perhitungan
Prosedur perhitungan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Beban Rencana : 30.000 kg
Untuk Tiang Pancang I
Pu
L = 540 cm
d = 25 cm
44 |
Data-Data Alat :
Jenis Palu
Drop Hammer
Palu Kerja Tunggal
Kerja Rangkap atau Diferensial
Palu Diesel
= 4700
f c'
= 4700
45
= 31.528,55 MPa
= 315.285,5 kg/cm2
Data-Data Pemancangan :
| 45
1,20 m 1,40 m
= 1,601 gr/cm3
c = 0,272 kg/cm2
= 3,502
Lempung
2,00 m 2,40 m
= 1,580 gr/cm3
c = 0,204 kg/cm2
= 23,188
Lanau
8,00 m 8,40 m
= 1,659 gr/cm3
c = 0,558 kg/cm2
= 19,124
Lanau
46 |
qc
qt
qs
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0
0
0
0
0
0
19
20
1
33
35
2
35
40
5
35
40
5
37
42
5
44
47
3
46
50
4
50
55
5
52
55
3
50
55
5
45
50
5
51
58
7
75
80
5
43
50
7
43
47
4
35
45
10
53
60
7
58
65
7
Rf
(%)
0,00
0,00
0,53
0,61
1,43
1,43
1,35
0,68
0,87
1,00
0,58
1,00
1,11
1,37
0,67
1,63
0,93
2,86
1,32
1,21
Depth
(m)
4,00
4,20
4,40
4,60
4,80
5,00
5,20
5,40
5,60
5,80
6,00
6,20
6,40
6,60
6,80
7,00
7,20
7,40
7,60
qc
qt
qs
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
73
80
7
45
50
5
28
35
7
50
60
10
66
70
4
60
65
5
60
65
5
50
55
5
59
65
6
63
70
7
74
80
6
85
90
5
65
70
5
80
90
10
98
105
7
115
125
10
118
125
7
75
80
5
150
>> 150
Rf
(%)
0,96
1,11
2,50
2,00
0,61
0,83
0,83
1,00
1,02
1,11
0,81
0,59
0,77
1,25
0,71
0,87
0,59
0,67
N SPT
2m
4m
6m
8m
10 m
12 m
14 m
16 m
9
8
20
29
50
68
60
89
Tiang II
DINAMIK
ENR
Denmark
Eytelwein
Janbu
Gates
46.511,63
538.116,59
76.726,34
251.046,03
101.285,04
kg
kg
kg
kg
kg
46.332,05
370.370,37
51.369,86
162.052,67
97.776,90
kg
kg
kg
kg
kg
STATIK
a. Dengan Data Parameter Tanah
Terzaghi
Mayerhoff
b. Dengan Data Uji Kerucut Statis (Sondir)
Bagemann
c. Dengan Data Uji Penetrasi Standar (SPT)
TES PDA
5.
26.301,60 kg
15.636,60 kg
34.835,40 kg
19.825,40 kg
366.462,50 kg
63.316,40 kg
333.175,00 kg
97.580,00 kg
96.108,00 kg
104.108,00 kg
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan :
1 Pada perhitungan dengan menggunakan metoda dinamik daya dukung terkecil didapatkan
dengan menggunakan metoda ENR. Sedangkan daya dukung terbesar didapatkan dengan
menggunakan metoda Denmark. Pada perhitungan dengan metoda dinamik, metoda ENR
lebih aman digunakan dan resiko yang kecil.
| 47
Pada perhitungan dengan menggunakan metoda statik daya dukung terkecil didapatkan dengan
menggunakan metoda Mayerhoff. Sedangkan daya dukung terbesar didapatkan dengan
menggunakan metoda Bagemann. Pada perhitungan dengan metoda statik, metoda Mayerhoff
lebih aman digunakandengan resiko yang kecil.
Untuk perhitungan dengan metoda statik dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu lapangan dan
laboratorium. Laboratorium ada, Terzaghi dan Mayerhoff, sedangkan lapangan ada, sondir dan
SPT. Hasil labor dapat dipakai Mayerhoff dan lapangan dipakai SPT.
Daya dukung yang didapatkan dari tes PDA mempunyai hasil yang lebih konservatif dari
semua metoda sebagai hasil kontrol metoda ENR(dinamik), Mayerhof(labor/statik),
SPT(lapangan/statik)
Dari ketiga metoda ENR(dinamik), Mayerhof(labor/statik), SPT(lapangan/statik), merupakan
metoda-metoda yang aman untuk masing-masing kelompoknya.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan nilai daya dukung yang lebih ekonomis, maka tes lapangan SPT lebih tepat
untuk jenis pondasi tiang pancang.
DAFTAR PUSTAKA
Das, Braja M, (1995), Mekanika Tanah, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, Braja M, (1984), Principles of Foundation Engineering, PWS Publishing, California.
Joseph, E. Bowles, (1993), Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Joseph, E. Bowles, (1993), Analisis dan Desain Pondasi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ketaren, Kataresada, (2004), Kajian Komprehensif Daya Dukung Pondasi Tiang Berdasarkan Uji
Pembebanan Tekanan di Sungai Percut, Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Siregar, Rony, (2002), Kajian Pemancanangan Tiang dan Daya Dukungnya Berdasarkan
Pengukuran Kalendering, Hasil Pengeboran dan Pile Driving Analyzer, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Parahyangan, Bandung.
48 |