Anda di halaman 1dari 12

VOLUME 4 NO.

2, OKTOBER 2008

PERTIMBANGAN DALAM PEMILIHAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG


PANCANG DENGAN BEBERAPA METODA (STATIK, DINAMIK, TES PDA)
Hendri Gusti Putra 1

ABSTRAK
Untuk menentukan daya dukung pondasi tiang pancang dapat menggunakan beberapa metoda,
yaitu metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA. Metoda dinamik yang terdiri dari metoda ENR,
Denmark, Eytelwein, Janbu dan Gates. Sedangkan metoda statik terdiri dari metoda Mayerhoff,
Terzaghi dan Bagemann.
Analisis daya dukung dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban yang dapat dipikul oleh
pondasi dan seberapa besar perbedaan nilai daya dukung yang didapatkan dengan menggunakan
ketiga metoda tersebut.
Dari perhitungan terhadap dua buah sampel tiang pancang dengan menggunakan ketiga metoda
tersebut, daya dukung terbesar didapatkan dengan menggunakan metoda dinamik, yaitu metoda
Denmark. Sedangkan nilai daya dukung terkecil didapatkan dari metoda statik, yaitu metoda
Mayerhoff.
Kata Kunci : daya dukung, analisis dinamik, analisis statik, tes PDA.

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah
pondasi tersebut. Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila daya dukung pondasi tersebut
lebih besar daripada beban yang ada di atasnya. Apabila beban yang dipikul lebih besar maka akan
menyebabkan kerusakan konstruksi yang ada di atas pondasi.
Untuk konstruksi yang berat, yaitu bila kedalaman pondasi yang dibutuhkan untuk memikul beban
sangat besar, biasanya digunakan pondasi tiang. Pondasi tiang biasanya terbuat dari beton dan besi.
Bagaimana pondasi tiang meneruskan beban dari konstruksi atas ke lapisan-lapisan tanah di
bawahnya, biasanya dikelompokan menjadi tiga kategori: Pertama, tiang yang kekuatannya
didasarkan pada lekatan tanah dan tiang (friction pile); Kedua, tiang yang kekuatannya didasarkan
pada daya dukung ujung tiang (end bearing pile) dan yang Ketiga adalah gabungan dari friction
pile dan end bearing pile. Untuk mengetahui daya dukung pondasi tiang tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya yaitu metoda dinamik, metoda statik, loading test dan tes PDA.
Pada penelitian ini penulis akan mencoba membandingkan hasil daya dukung pondasi tiang
pancang yang didapatkan dengan cara tes PDA dan daya dukung pondasi tiang yang didapat
dengan perhitungan, yaitu dengan formula dinamik dan formula statik.

________________________
1

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, e-mail: hendrigp@ft.unand.ac.id

37

Pertimbangan dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


dengan Beberapa Metoda (Statik, Dinamik, Tes PDA)

1.2 Tujuan dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung pondasi tiang pancang dengan
menggunakan metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui besarnya perbedaan daya dukung pondasi
tiang pancang dengan menggunakan metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini :
1. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan daya dukung dari hasil tes PDA dengan daya
dukung yang didapat dari perhitungan dengan metoda dinamik dan metoda statik.
2. Studi kasus adalah Proyek Pembangunan Rumah Susun Sewa Mahasiswa Unand, Padang.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam merencanakan konstruksi pondasi tiang pancang, penentuan daya dukung pondasi tiang
pancang merupakan suatu permasalahan pokok. Pada umumnya pada setiap pemancangan pondasi
tiang pancang dilakukan rekaman pemancangan berupa kalendering serta penyelidikan tanah
berupa boring log. Analisa daya dukung pun turut dilakukan dalam proyek-proyek pondasi tiang
pancang tersebut berupa loading test atau Pile Driving Analyzer (PDA). Dalam suatu proyek,
diperlukan sebuah metoda yang tepat dan cepat dalam menentukan daya dukung sebuah pondasi
tiang pancang. Beberapa metode yang sering digunakan dalam perhitungan tersebut, antara lain :
formula statik, formula dinamik, loading test dan PDA.
Rony Siregar (2002) menganalisis tentang pemancangan tiang pancang dan daya dukungnya
berdasarkan kalendering, pemboran dan Pile Driving Analyzer (PDA). Hal ini dilakukan dengan
cara mengkorelasikan daya dukung ujung dan selimut tiang pancang berdasarkan tes PDA dan
jumlah pukulan berdasarkan kalendering.
Kataresada Ketaren (2004) melakukan kajian komprehensif tentang daya dukung pondasi tiang
pancang berdasarkan uji pembebanan tekanan. Perhitungan dilakukan berdasarkan data-data SPT
(Standar Penetration Test), data sondir, data kalendering dan data hasiil uji pembebanan tiang di
lapangan (loading test).
2.1 Formula Dinamik
Formula dinamik telah banyak digunakan untuk meramalkan kapasitas tiang pancang. Diperlukan
suatu cara di lapangan untuk menentukan apakah sebuah tiang pancang telah mencapai dukung
yang cukup selain hanya dengan pemancangannya ke kedalaman yang telah ditentukan
sebelumnya. Pemancangan tiang pancang ke kedalaman yang telah ditentukan, terlebih dahulu
mungkin bisa atau tidak mendapatkan nilai dukung yang diperlukan, karena variasi tanah normal ke
arah lateral dan ke arah vertikal.
Formula kapasitas tiang pancang dinamik dasar yang disebut formula tiang pancang rasional
tergantung pada prinsip impuls-momentum. Untuk formula tiang pancang dinamik digunakan
simbol-simbol di bawah ini. Satuan-satuan untuk simbol berada dalam kurung, yakni (FTL) yang
merupakan perkalian variabel dengan satuan-satuan gaya, waktu dan panjang.
A

38 |

= luas penampang (L2)

JURNAL REKAYASA SIPIL

Hendri Gusti Putra

E
eh
Eh
H
L
n
Pu
s
wp
wr

modulus elastisitas (FL-2)


efesiensi palu
tenaga palu pabrik yang dipakai per satuan waktu (FL)
tinggi jatuhnya balok besi panjang (L)
panjang tiang pancang (L)
koefisisen restitusi
kapasitas tiang pancang ultimat (F)
banyaknya penetrasi titik per pukulan (L)
berat tiang pancang, termasuk berat sungkup tiang pancang, sepatu pemancang dan
blok sungkup (juga termasuk landasan untuk palu kerja rangkap) (F)
= berat palu (untuk palu kerja rangkap, termasuk berat kosen kotak) (F)

=
=
=
=
=
=
=
=
=

Tabel 1.

Formula Tiang Pancang Dinamik

Rumus Denmark (Olson dan Flaate, 1976)


(gunakan SF = 3 sampai 6)
eh Eh
Pu =
s + C1
C1 =

eh Eh L
(satuan dari s)
2 AE

Rumus Gates (Gates, 1957)


(gunakan SF = 3)
Pu = a eh Eh ( b log s )
Pu = kips atau kN
Eh = kips.ft atau kN.m

Rumus Eytelwein (Chellis, 1941)


(gunakan SF = 6)
eh Eh
Pu =
s + 0,1 (W p Wr )
Rumus ENR (gunakan SF = 6)
e W h
Pu = h r
s+C
C = konstanta
= 0,10 (untuk steam hammer)
= 1,0 (untuk drop hammer)

Janbu (SF = 3 sampai 6)


e E
Pu = h h
ku s
ku

= Cd 1 +

1+

Cd

W
Cd = 0,75 + 0,15 p
Wr

eh Eh L
A E s2

2.2 Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang dengan Tes PDA


Sebagai alternatif dari uji beban statik, kini banyak digunakan uji beban dinamik, khususnya
dengan metoda Pile Driving Analyzer (PDA).

VOLUME 4 NO. 2, OKTOBER 2008

| 39

Pertimbangan dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


dengan Beberapa Metoda (Statik, Dinamik, Tes PDA)

Gambar 1. PDA Pack

Gambar 2. Transducers dan Accelerometer

Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada kepala tiang, akan menimbulkan regangan
pada tiang dan pergerakan relatif (relative displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah di
sekitarnya dan menimbulkan gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah. Semakin besar
kekuatan tanah, semakin kuat gelombang perlawanan yang timbul. Gelombang aksi maupun reaksi
akibat perlawanan tanah akan direkam. Dari hasil rekaman, karakteristik gelombang-gelombang ini
dapat di analisa untuk menentukan daya dukung tiang yang di uji.
Peralatan penting PDA adalah strain tranducer dan cccelerometer, yang berfungsi merubah
regangan dan percepatan menjadi sinyal elektronik dan melalui kabel penghubung akan direkam
oleh alat PDA. Transducer dan accelerometer akan dilekatkan pada permukaan perimeter tiang,
sejauh minimum 1,5 kali diameter tiang dari kepala tiang.
Sampai saat ini pengujian dengan PDA sudah banyak dilakukan untuk pondasi tiang pancang,
seperti precast piles, steel piles dan spun piles, dengan menggunakan palu dari alat pancangnya
sendiri sehingga sangat praktis dan ekonomis.
2.3 Metoda Statik
2.3.1

Daya Dukung Ujung Tiang Pancang

Daya dukung ujung tiang pancang dapat dihitung dengan beberapa metoda, diantaranya yaitu :
1). Metoda Terzaghi
Ppu

(c N

'
c

+ D f N q' Ap

(1)

dimana :
Ap = luas ujung tiang pancang
c = kohesi (kekuatan geser tak-tersalurkan, su)
Nc = faktor kapasitas pendukung untuk kohesi yang disesuaikan dengan bentuk dan
kedalaman. Bila = 0 dan c = su, maka Nc seringkali diambil sebesar 9

Nq = faktor kapasitas dukung untuk akibat-akibat kelebihan beban (overburden effects)

= berat volume
Df = kedalaman pondasi
2). Metoda Mayerhof
Untuk tanah pasir (c = 0) :
Ppu

40 |

( D

JURNAL REKAYASA SIPIL

N q' Ap

(2)

Hendri Gusti Putra

Untuk tanah lempung :


Ppu

(c

N c' Ap

(3)

dimana : cu = c (kohesi)
2.3.2

Daya Dukung Friksi

Daya dukung friksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


Ps
dimana :
As
fs

= As fs

(4)

= luas selimut tiang.


= tahanan kulit yang akan dihitung dengan menggunakan salah satu dari metode
berikutnya.

Sedangkan fs dihitung dengan cara Tomlinson, sebagai berikut :


1.

Untuk tanah pasir


fs

2.

= K v tan

(5)

Untuk tanah lempung


fs

= cu

(6)

atau untuk tanah lempung dapat juga memakai rumus dari Vijayvergiya dan Focht.
fs

= ( q + 2 c ) As

(7)

Nilai didapat dari tabel berikut :

Gambar 3. Faktor-Faktor Kapasitas Dukung untuk Podasi Dalam

VOLUME 4 NO. 2, OKTOBER 2008

| 41

Pertimbangan dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


dengan Beberapa Metoda (Statik, Dinamik, Tes PDA)

Tabel 2.

Nilai-Nilai Faktor Adhesi untuk


Tiang Pancang

Kasus

Kondisi tanah

2.
3.

Faktor
Adesi ()

Pasir/ kerikil berpasir


terletak di atas tanah
kohesif
Lempung lembek/ lumpur
yang terletak diatas tanah
kohesif
Tanah-tanah kohesif dari
yang keras sampai sangat
keras

1.

Sedangkan didapat dari grafik :

1,25
0,40
0,40

Gambar 4. Koefisien-koefisien
2.3.3

Daya Dukung Tiang Pancang dari Uji Kerucut Statis (Sondir)

2.3.3.1

Daya Dukung Tiang dalam Tanah Granular

Daya dukung tiang dalam tanah granular :


Pu = Ap qc + As fs
dimana :

Ap
As
qc
fs

=
=
=
=

(8)

luas penampang ujung bawah


luas selimut tiang
tahanan ujung sondir
tahanan gesek persatuan luas

Vesic (1967), menyarankan tahanan ujung tiang persatuan luas (fp) kurang lebih sama dengan
tahanan kerucut (qc).
(9)
fp = qc ; sehingga tahanan ultimate tiang Ppu = Ap qc
Mayerhoff (1976), menyarankan nilai qc rata-rata diambil dari 8d (d = diameter tiang) di atas dasar
tiang sampai 4d di bawah dasar tiang.
Menurut Vesic (1976),
fs = 2 qf ; untuk tiang beton
; untuk tiang baja profil H
fs = qf
dimana qf adalah tahanan gesek sondir
Menurut Mayerhoff besarnya tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah adalah :
1. Untuk tiang pancang beton dan kayu pada tanah pasir
qc
(kg/cm2)
fs

200

42 |

JURNAL REKAYASA SIPIL

(10.a)
(10.b)

(11.a)

Hendri Gusti Putra

2.

3.

Untuk tiang pancang baja profil H pada tanah pasir


qc
fs
(kg/cm2)

400
Di Belanda, untuk tiang-tiang beton dan kayu
qc
(kg/cm2)
fs

250

(11.b)

(11.c)

Untuk tiang pancang yang tidak berbentuk runcing, Mayerhoff membatasi nilai gesek dinding
ultimate per satuan luas harus tidak lebih dari fs = 1,08 kg/cm2 (107 kN/m2) dan untuk baja profil H,
fs = 0,54 kg/cm2 (54 kN/m2). Tahanan gesek pada tiang baja profil, dihitung pada seluruh
permukaan sayap dan badan.
2.3.3.2

Daya Dukung Tiang dalam Tanah Kohesif

a). Jika tanah kohesif, umumnya tahanan kerucut statis (qc) dihubungkan dengan kohesi tak
terdrainasi (cu), yaitu :
qc = cu Nc (kg/cm2)
(12)
Nilai Nc berkisar diantara 10 sampai 30 tergantung dari sensitivitas, kompresibilitas dan adhesi
antara tanah dan mata sondir. Dalam hitungan biasanya Nc diambil antara 15 sampai 18
(Bagemann, 1965).
Tahanan ujung tiang diambil pada nilai qc rata-rata yang dihitung dari 8d di atas dasar tiang
sampai 4d di bawah dasar tiang.
b). Tahanan gesek per satuan luas (fs) dari tiang pancang, secara aman dapat diambil sama dengan
tahanan gesek selimut sondirnya (qf) (Bagemann, 1965).
(13)
fs = 2 qf (kg/cm2)
sehingga, kapasitas ultimate tiang pancang dinyatakan dengan :
Pu = Ap qc + As qf
dimana :

2.3.4

Ap
As
qc
qf

=
=
=
=

(14)

luas penampang ujung bawah


luas selimut tiang
tahanan ujung sondir
tahanan gesek selimut sondir

Daya Dukung Tiang Pancang dari Uji Penetrasi Standar (SPT)

Menurut Mayerhoff (1965) :


Pu = Qu = 4 N b Ab +

1
N As (kg)
50

(15)

dimana :
Qu = daya dukung tiang ultimate (ton)
Nb = nilai N dari uji SPT pada tanah di sekitar ujung tiang

N = nilai N rata-rata uji SPT, di sepanjang tiang


As = luas selimut tiang (cm2)
Ab = luas dasar tiang (cm 2 )
Persamaan di atas juga aman digunakan untuk perancangan tiang pancang pada tanah lempung
kaku (Bromham dan Styles, 1971).

VOLUME 4 NO. 2, OKTOBER 2008

| 43

Pertimbangan dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


dengan Beberapa Metoda (Statik, Dinamik, Tes PDA)

3.

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Pengumpulan Data
Data Alat
Data-Data Pemancangan
Data-Data Parameter Tanah
Data Uji Kerucut Statis (Sondir)
Data Uji Penetrasi Standar (SPT)
2. Melakukan Perhitungan
Perhitungan dengan Metoda Dinamik
Perhitungan dengan Metoda Statik
3. Membandingkan hasil perhitungan dengan hasil tes PDA
4. Analisa dan Pembahasan
5. Kesimpulan

4.

ANALISA PERHITUNGAN DAN HASIL

4.1 Perhitungan
Prosedur perhitungan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Beban Rencana : 30.000 kg
Untuk Tiang Pancang I
Pu

L = 540 cm

d = 25 cm

44 |

JURNAL REKAYASA SIPIL

Hendri Gusti Putra

Data-Data Alat :

Berat palu (wr)


wr = 500 kg

Tinggi jatuh palu (h)


h = 100 cm

Tenaga palu pabrik (Eh)


Eh = Wr h
= 150.000 kg.cm

Efisiensi palu (eh)


eh = 0,80 (dari tabel efisiensi palu, dimana palu yang digunakan adalah jenis drop
hammer)
Tabel 3.

Efisiensi Formula Tiang Pancang Dinamik


Efisiensi eh
0,75 1,00
0,75 0,85
0,85
0,85 1,00

Jenis Palu
Drop Hammer
Palu Kerja Tunggal
Kerja Rangkap atau Diferensial
Palu Diesel

Panjang tiang pancang (Lp)


Lp = 600 cm

Luas penampang tiang pancang (A)


A = 25 cm 25 cm
= 625 cm2 (tiang pancang berbentuk persegi)

Modulus elastisitas tiang pancang (E)


E

= 4700

f c'

= 4700

45

(Mutu beton K-450, dimana fc = 45 MPa)

= 31.528,55 MPa
= 315.285,5 kg/cm2

Berat tiang pancang (wp)


wp = volume tiang pancang berat jenis beton
= (600 cm 625 cm2) 2400 kg/m3
= 900 kg

Data-Data Pemancangan :

Final set (s)


s
= 0,4 cm/10 pukulan
= 0,04 cm/pukulan

Kedalaman pemancangan (L)


L = 5,40 m
= 540 cm

Hasil tes PDA (Pu)


Pu = 96.108 kg

VOLUME 4 NO. 2, OKTOBER 2008

| 45

Pertimbangan dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


dengan Beberapa Metoda (Statik, Dinamik, Tes PDA)

Data Parameter Tanah dari Uji Laboratorium :


Pu

1,20 m 1,40 m

= 1,601 gr/cm3
c = 0,272 kg/cm2
= 3,502

Lempung

2,00 m 2,40 m

= 1,580 gr/cm3
c = 0,204 kg/cm2
= 23,188

Lanau

8,00 m 8,40 m

= 1,659 gr/cm3
c = 0,558 kg/cm2
= 19,124

Lanau

Data Uji Kerucut Statis (Sondir) :


Depth
(m)
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,20
2,40
2,60
2,80
3,00
3,20
3,40
3,60
3,80

46 |

qc
qt
qs
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0
0
0
0
0
0
19
20
1
33
35
2
35
40
5
35
40
5
37
42
5
44
47
3
46
50
4
50
55
5
52
55
3
50
55
5
45
50
5
51
58
7
75
80
5
43
50
7
43
47
4
35
45
10
53
60
7
58
65
7

JURNAL REKAYASA SIPIL

Rf
(%)
0,00
0,00
0,53
0,61
1,43
1,43
1,35
0,68
0,87
1,00
0,58
1,00
1,11
1,37
0,67
1,63
0,93
2,86
1,32
1,21

Depth
(m)
4,00
4,20
4,40
4,60
4,80
5,00
5,20
5,40
5,60
5,80
6,00
6,20
6,40
6,60
6,80
7,00
7,20
7,40
7,60

qc
qt
qs
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
73
80
7
45
50
5
28
35
7
50
60
10
66
70
4
60
65
5
60
65
5
50
55
5
59
65
6
63
70
7
74
80
6
85
90
5
65
70
5
80
90
10
98
105
7
115
125
10
118
125
7
75
80
5
150
>> 150

Rf
(%)
0,96
1,11
2,50
2,00
0,61
0,83
0,83
1,00
1,02
1,11
0,81
0,59
0,77
1,25
0,71
0,87
0,59
0,67

Hendri Gusti Putra

Data uji penetrasi standar (SPT) :


Kedalaman

N SPT

2m
4m
6m
8m
10 m
12 m
14 m
16 m

9
8
20
29
50
68
60
89

4.2 Resume Hasil Perhitungan


Dari perhitungan daya dukung pada 2 (dua) buah sampel tiang pancang dengan menggunakan
metoda dinamik, metoda statik dan tes PDA, didapatkan hasil sebagai berikut :
Metoda

Daya Dukung Tiang


Tiang I

Tiang II

DINAMIK

ENR
Denmark
Eytelwein
Janbu
Gates

46.511,63
538.116,59
76.726,34
251.046,03
101.285,04

kg
kg
kg
kg
kg

46.332,05
370.370,37
51.369,86
162.052,67
97.776,90

kg
kg
kg
kg
kg

STATIK
a. Dengan Data Parameter Tanah
Terzaghi
Mayerhoff
b. Dengan Data Uji Kerucut Statis (Sondir)
Bagemann
c. Dengan Data Uji Penetrasi Standar (SPT)
TES PDA

5.

26.301,60 kg
15.636,60 kg

34.835,40 kg
19.825,40 kg

366.462,50 kg
63.316,40 kg

333.175,00 kg
97.580,00 kg

96.108,00 kg

104.108,00 kg

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan :
1 Pada perhitungan dengan menggunakan metoda dinamik daya dukung terkecil didapatkan
dengan menggunakan metoda ENR. Sedangkan daya dukung terbesar didapatkan dengan
menggunakan metoda Denmark. Pada perhitungan dengan metoda dinamik, metoda ENR
lebih aman digunakan dan resiko yang kecil.

VOLUME 4 NO. 2, OKTOBER 2008

| 47

Pertimbangan dalam Pemilihan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang


dengan Beberapa Metoda (Statik, Dinamik, Tes PDA)

Pada perhitungan dengan menggunakan metoda statik daya dukung terkecil didapatkan dengan
menggunakan metoda Mayerhoff. Sedangkan daya dukung terbesar didapatkan dengan
menggunakan metoda Bagemann. Pada perhitungan dengan metoda statik, metoda Mayerhoff
lebih aman digunakandengan resiko yang kecil.
Untuk perhitungan dengan metoda statik dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu lapangan dan
laboratorium. Laboratorium ada, Terzaghi dan Mayerhoff, sedangkan lapangan ada, sondir dan
SPT. Hasil labor dapat dipakai Mayerhoff dan lapangan dipakai SPT.
Daya dukung yang didapatkan dari tes PDA mempunyai hasil yang lebih konservatif dari
semua metoda sebagai hasil kontrol metoda ENR(dinamik), Mayerhof(labor/statik),
SPT(lapangan/statik)
Dari ketiga metoda ENR(dinamik), Mayerhof(labor/statik), SPT(lapangan/statik), merupakan
metoda-metoda yang aman untuk masing-masing kelompoknya.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan nilai daya dukung yang lebih ekonomis, maka tes lapangan SPT lebih tepat
untuk jenis pondasi tiang pancang.

DAFTAR PUSTAKA
Das, Braja M, (1995), Mekanika Tanah, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Das, Braja M, (1984), Principles of Foundation Engineering, PWS Publishing, California.
Joseph, E. Bowles, (1993), Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Joseph, E. Bowles, (1993), Analisis dan Desain Pondasi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ketaren, Kataresada, (2004), Kajian Komprehensif Daya Dukung Pondasi Tiang Berdasarkan Uji
Pembebanan Tekanan di Sungai Percut, Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Siregar, Rony, (2002), Kajian Pemancanangan Tiang dan Daya Dukungnya Berdasarkan
Pengukuran Kalendering, Hasil Pengeboran dan Pile Driving Analyzer, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Parahyangan, Bandung.

48 |

JURNAL REKAYASA SIPIL

Anda mungkin juga menyukai