Anda di halaman 1dari 17

SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan : Pembangunan Perkuatan Tebing Dusun Hilir Rambutan Masam


Kec. Muaro Tembesi Kab. Batanghari
Sumber Dana : APBD
Tahun Anggaran : 2022

1. KETENTUAN UMUM

a. Spesifikasi teknis ini berisi penjelasan dan ketentuan-ketentuan atas pekerjaan-


pekerjaan yang pelaksanaannya menggunakan tenaga manusia dan menggunakan
peralatan khusus.
b. Peralatan yang digunakan harus memenuhi kualitas dan kuantitas. Hasil pekerjaan
yang dilaksanakan harus baik serta memenuhi persyaratan yang ada dalam kontrak.
c. Kualitas dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan Rencana Mutu
Pekerjaan Konstruksi (RMPK) dan atau ketentuan dan persyaratan yang berlaku
yang tertera di dalam kontrak.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Kontrak ini adalah pekerjaan Pembangunan Perkuatan Tebing Dusun Hilir Rambutan
Masam Kec. Muaro Tembesi Kab. Batanghari dengan lingkup pekerjaan sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Pendahuluan;
2. Pekerjaan Tanah dan Geotekstile;
3. Pekerjaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah;
4. Pekerjaan Borepile Ø 30 cm L = 6 meter;
5. Pekerjaan Balok Pilecap Uk. 80x50 cm Diatas Sheetpile;
6. Pekerjaan Balok Pilecap Uk. 60x50 cm Diatas Borepile Ø 30 cm;
7. Pekerjaan Balok Skur Uk. 25x35 cm;
8. Pekerjaan Penutup Turap Kiri dan Kanan;
9. Pekerjaan Laboratorium Beton.

3. GAMBAR-GAMBAR
a. Gambar Kontrak (Gambar Rencana)
Gambar-gambar yang terdapat dalam kontrak seperti terlampir dalam dokumen
pengadaan. Penyedia jasa harus menggunakan gambar-gambar rencana sebagai
dasar untuk mempersiapkan gambar-gambar kerja
b. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Gambar-gambar kerja disiapkan oleh penyedia jasa dan disetujui serta
ditandatangani oleh pengawas lapangan dan atau direksi sebelum pekerjaan
dimulai, termasuk perubahannya. Gambar-gambar tersebut dibuat secara
menyeluruh dengan memperlihatkan denah, tampak, potongan dan detail dari
semua pekerjaan beserta dimensi-dimensi seperti ukuran dan jarak.
Gambar-gambar kerja harus disediakan 1 (satu) set lengkap pada kertas ukuran A3
di lapangan.

Halaman 1
c. Gambar Purna Bangun (As Built Drawing)
Setelah masa pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa harus membuat 1 (satu) set
lengkap dalam ukuran kertas A3 berupa gambar-gambar yang dibuat berdasarkan
hasil akhir dari tiap-tiap pekerjaan. As Built Drawing (ABD) harus memperlihatkan
semua perubahan dari tiap-tiap pekerjaan sesuai kontrak dan dibuat secara
menyeluruh. ABD harus diperiksa, disetujui dan ditandatangani oleh pengawas
lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen Bidang Sumber Daya Air, yang
kemudian diserahkan pada pengguna jasa dalam bentuk print out sebanyak 3 (tiga)
eksemplar dan soft copy dalam format .dwg.

4. RENCANA MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI (RMPK)


a. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) merupakan pengendalian suatu
kegiatan pekerjaan di lapangan dengan mengikuti suatu proses yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab guna mencapai produk
pekerjaan yang memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
b. Untuk mewujudkan kualitas/mutu pekerjaan yang baik, sesudah kontrak
ditandatangani, penyedia jasa harus membuat Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(RMPK) dalam bentuk buku dan disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Bidang
Sumber Daya Air.
c. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) digunakan sebagai buku pedoman
pelaksanaan pekerjaan yang berisi proses yang harus dilaksanakan di lapangan
sebelum memulai pekerjaan sampai pekerjaan diserahkan kepada pihak Pejabat
Pembuat Komitmen Bidang Sumber Daya Air.
d. Untuk menunjang pelaksanaan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
dilapangan, penyedia jasa harus menyediakan semua peralatan, tenaga kerja yang
cerdas, terampil dan jujur, serta semua prasarana pendukung lainnya yang memadai
sesuai kebutuhan pekerjaan tersebut.
e. Apabila penyedia jasa melaksanakan pekerjaan tanpa melalui prosedur yang telah
ditetapkan bersama dan jika produk dari pelaksanaan pekerjaan dimaksud tidak
sesuai spesifikasi, maka hasil pekerjaan tersebut harus dibongkar kembali.
f. Untuk pekerjaan yang ditetapkan harus memulai pengujian laboratorium terlebih
dahulu, dan pedoman pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti hasil rekomendasi
dari bahan pengujian laboratorium.
5. Nomenklatur / Nama Bangunan
Penyedia jasa harus memasang nomenklatur atau nama bangunan dengan ukuran dan
isi tulisan yang diterangkan dibagian tersebut, atau pada tempat yang ditentukan dalam
gambar atau yang ditentukan direksi.
6. Mobilisasi & Demobilisasi Serta Fasilitas Lapangan
Penyedia jasa diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
melaksanakan tiap tahap dari pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Kerusakan
pada alat-alat sebelum digunakan yang akan mengganggu pelaksanaan kerja harus
segera diperbaiki atau diganti. Penyedia jasa wajib mendatangkan alat-alat tersebut
tepat pada waktunya.

Hal yang perlu diperhatikan adalah:


a. Mobilisasi dan demobilisasi harus dipersiapkan dan dilaksanakan tepat waktu oleh
penyedia jasa seperti kebutuhan personil dan peralatan.
b. Penyedia jasa harus menyediakan barak kerja, bangunan dan fasilitas lainnya di
lapangan serta biaya operasi yang harus dikeluarkan secara insidentil atau untuk
pembayaran persiapan lainnya.

Halaman 2
c. Penyedia jasa harus menyiapkan surat jalan bagi personil yang akan bekerja serta
dilaporkan dan disetujui oleh pengawas lapangan atau direksi teknis.
d. Penyedia jasa bersama pengawas wajib melapor kepada camat dan lurah setempat.

Apabila pekerjaan-pekerjaan dalam kontrak sudah diselesaikan, penyedia jasa harus


memindahkan dari lapangan semua fasilitas, peralatan dan perlengkapan yang bukan
merupakan bagian dari pekerjaan permanen.
Lapangan harus bersih dari bahan-bahan yang tidak digunakan lagi dan bangunan-
bangunan sementara harus dibongkar seluruhnya sesuai dengan petunjuk pengawas
lapangan atau direksi teknis.

7. Pekerjaan Pengukuran
a. Lingkup Pekerjaan
1) Pemasangan Profile melintang tanah / bouwplank, yang dilakukan setelah
penyedia jasa bersama dengan pengawas lapangan dan direksi teknis
melakukan pengukuran detail terhadap pekerjaan sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan.
2) Pekerjaan Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Theodolith
(T-0). Dilaksanakan 2 kali yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaan
dengan ketentuan :
a. Pengukuran Letak Bangunan
Letak atau posisi bangunan baik yang ada maupun yang direncanakan
harus diukur dan ditampilkan pada gambar skala 1 : 200 atau 1 : 100
beserta detailnya.
b. Perhitungan / penggambaran
 Pengelolahan data awal dilakukan di lapangan untuk mengetahui,
menentukan ketelitian ukuran yang dicapai.
 Penghitungan difinitif harus dilakukan untuk perataan data lapangan yang
akan digunakan dalam proses penggambaran.
 Penggambaran profil melintang , memanjang dan situasi trace dibuat
pada kalkir dengan ukuran 80/85 atau pada kertas A3
 Profil memanjang digambar pada skala horizontal 1 : 2000 dan Vertikal 1 :
100
 Denah bangunan air yang ada dan rencana digambar dengan skala 1 :
200 atau 1 :100
 Gambar-gambar yang harus dipersiapkan merupakan gambar kerja :
 Gambar potongan memanjang
 Gambar potongan melintang
 Gambar Detail Bangunan
 Gambar Detail Pembesian
 Dll yang dianggap perlu

b. Perhitungan untuk Pembayaran


1) Perhitungan untuk pembayaran Profile melintang tanah / bouwplank dalam
satuan Meter (M’)
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung yang telah
disahkan oleh pengawas lapangan dan direksi teknis.
3) Perhitungan untuk pembayaran Pengukuran dalam satuan Lumpsum (Ls)

Halaman 3
8. Pekerjaan Timbunan Tanah

a. Lingkup Pekerjaan
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan timbunan tanah didatangkan, semua profil
harus dipasang dan diberi tanda guna kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan
penyesuaian dimensi seperti pada gambar kerja.
2) Tanah yang digunakan sebagai bahan timbunan digunakan tanah setempat
atau tempat yang telah disetujui pengawas lapangan dan direksi teknis.
3) Permukaan tanah yang akan ditimbun harus dikupas dan dibersihkan dari
bahan organis, lumpur, tanah humus serta plastik.
4) Pekerjaan ini dilakukan secara lapis demi lapis hingga mencapai ketebalan
maksimum sesuai dengan petunjuk pengawas lapangan dan direksi teknis.

b. Bahan timbunan harus dihamparkan secara merata ke seluruh permukaan yang


sudah disiapkan dan langsung dapat diikuti pemadatan, alat pemadat yang
digunakan dapat berupa alat pemadat jenis stamper.

Perhitungan untuk Pembayaran


1) Ukuran untuk perhitungan pembayaran pekerjaan timbunan tanah didatangkan
dan dipadatkan berdasarkan volume timbunan yang telah dilaksanakan dalam
satuan meter kubik (m³).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung yang telah
disahkan oleh pengawas lapangan dan direksi teknis.

9. Pekerjaan Konstruksi Beton K-225

A. Lingkup Pekerjaan

I. Bahan-bahan

a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen portlandyang sesuai dengan
persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia.
2) Pada tiap pengiriman semen ke lokasi, semen harus diletakkan pada
tempat yang terlindungi dari hujan dan panas matahari.
3) Direksi lapangan serta konsultan pengawas berhak
menolak/memerintahkan penyedia untuk mengganti semen yang
kualitasnya tidak layak pakai berdasarkan SKSNI.
b. Pasir (Agregat Halus)
1) Pasir haruslah pasir berasal dari sungai atau tambang pasir. Jika
menurut direksi lapangan serta konsultan pengawaspasir yang
digunakan tidak memenuhi gradasinya, maka pasir dapat ditambahkan
dengan bahan lainnya seperti pasir dari batu pecah.
2) Pasir haruslah bersih dari bahan organis, lumpur, kayu, plastik serta
bahan lainnya yang dapat mengurangi daya lengket pada saat
pengadukan dan pengecoran.

Halaman 4
c. Bahan Agregat Ukuran (1-2 & 2-3) cm
Bahan Bahan Agregat Ukuran (1-2 & 2-3) cmt tersebut harus bergradasi
baik, bersudut agar dapat saling mengunci, keras, padat dan tidak berpori,
serta bersih dari bahan-bahan organis.
d. Air
1) Air yang digunakan untuk membuat dan merawat beton serta membuat
adukan haruslah dari sumber yang baik.
2) Pada waktu pemakaian haruslah terhindar dari bahan-bahan yang
dapat mengotori air seperti minyak, asam, garam serta bahan organis
yang dapat merusak beton dan tulangan.

II. Campuran Beton, Pengangkutan, Pengecoran dan Perawatan beton.

a. Campuran Beton.
1) Penyedia harus menyiapkan semua bahan dan peralatan ditempat yang
dekat dengan lokasi pengecoran.
2) Cara penyampuran bahan beton berdasarkan perbandingan volume,
angka perbandingan dalam jenis beton menunjukan jumlah yang diukur
dengan kotak takaran, sesuai dengan rekomendasi dari laboraturium
pengujian.
3) Beton K-175 kg/cm2 adalah kebutuhan masing-masing bahan campuran
beton yang diperhitungkan berdasarkan analisa laboratorium. Penyedia
diharuskan membuat Design Mix Formula (DMF) sebelum membuat
beton cor K-175 kg/cm2 . DMF yang dimaksud adalah DMF yang
dikeluarkan UPTD Balai Pengujian Dinas Pekerjaan Umum atau
lembaga lain yang berkompeten.
Selanjutnya berdasarkan DMF tersebut, penyedia melakukan uji coba
campuran (trial mix) dengan disaksikan oleh direksi serta dituangkan
dalam berita acara. Hasil uji coba dilaporkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen untuk mendapatkan persetujuan untuk digunakan pada
pekerjaan Beton K-175 kg/cm2.
4) Bahan-bahan yang sudah ditakar dimasukan ke dalam tempat adukan,
sebelum diberi air terlebih dahulu harus dicampur secara merata dan
harus benar-benar homogen.
5) Beton yang tidak dicampur dengan air tidak boleh langsung
dipergunakan sebagai pengecoran.
b. Pengangkutan Beton
1) Semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengangkutan beton harus
selalu bersih dan siap di lokasi.
2) Untuk mencapai tingkat kemudahan kerja dan kecepatan waktu,
diupayakan agar jarak pengangkutan tidak terlalu jauh.
3) Selama pengangkutan dilaksanakan tidak boleh terjadi hal hilangnya
sebagian bahan-bahan dalam campuran beton.
c. Uji Kuat Tekan Beton
i. Penyedia harus melaksanakan pengambilan sampel berupa kubus 15 x
15 x 15 cm sebanyak 15 buah.

Halaman 5
ii. Penyedia harus melaksanakan uji kuat tekan beton pada laboratorium
yang disetujui oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.
iii. Hasil kuat tekan beton harus sesuai yang disyaratkan yaitu K-175
kg/cm2.
d. Pengecoran Beton
1) Sebelum pengecoran dilaksanakan, lokasi pengecoran termasuk
bekisting dan anyaman tulangan harus betul-betul sudah disiapkan dan
dibersihkan terlebih dahulu.
2) Jika lokasi pengecoran berair, maka harus dikeringkan terlebih dahulu
dengan cara pemompaan.
3) Penyedia harus melaksanakan slump test sebelum beton cor dituangkan
kedalam cetakan beton.
4) Beton harus memenuhi slump sebesar 7,5 cm sampai dengan 15 cm.
Apabila tidak memenuhi slump disyaratkan, maka harus dilakukan
pencampuran ulang dan selanjutnya dilakukan slump test kembali.
5) Cetakan untuk slump test berdasarkan SK SNI yaitu berbentuk kerucut
terpancung dengan diameter alas 20 cm diameter atas 10 cm dan tinggi
30 cm.
6) Setiap beton yang telah dicor, harus langsung diikuti dengan pemadatan
manual.
7) Pemadatan tidak boleh terlalu lama guna menghindarkan terjadinya
segregasi (munculnya air dipermukaan beton hasil pengecoran) akibat
dari pemadatan tersebut.
8) Apabila terjadi penyambungan pengecoran beton yang lama dengan
yang baru, maka seluruh bidang yang akan disambung harus
dikasarkan, dibersihkan dari kotoran, serta disiram dengan air semen.
9) Tenggang waktu antara adukan beton, yaitu mulai dicampur air sampai
dengan selesai pengecoran, tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam. Jika ada
adukan beton yang belum digunakan untuk mengecor dalam kurun
waktu tersebut, maka sisa beton tersebut tidak boleh dipergunakan lagi.
e. Perawatan Beton
1) Penyedia diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin dan hujan samapi beton sempat mengeras
secara wajar.
2) Penyedia diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat
dangan cara-cara sebagaimana di bawah ini:
a). Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus
dibasahi secara teratur sampai dibongkar.
b). Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting harus
ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari
sejak saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh pengawas
lapangan dan atau direksi.

Halaman 6
c). Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus
dilakukan setelah bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7
hari.
d). Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton
atau memakai bagian beton sebagai tumpuan selama menurut
direksi lapangan serta konsultan pengawas bahwa beton tersebut
belum cukup mengeras.
f. Pengawasan Pengecoran
1) Penyedia harus meminta persetujuan secara tertulis kepada direksi
lapangan serta konsultan pengawas sebelum pengecoran dimulai.
2) Penyedia dilarang melakukan pekerjaan pengecoran tanpa dihadiri oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas.

B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran beton K-225 berdasarkan volume pengukuran


yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (M3).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan oleh pengawas lapangan dan atau direksi.

10. Bekisting beton biasa


A. Lingkup Pekerjaan

1) Bekisting menggunakan multiplek dengan tebal 9 mm sehingga menghasilkan


permukaan beton yang rata.
2) Bekisting harus menghasilkan konstruksi beton akhir yang mempunyai bentuk,
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan gambar kerja.
3) Bekisting harus kokoh, diberi ikatan-ikatan agar terjamin kedudukan dan bentuk
yang tetap, mudah dibongkar, serta tidak merusak beton pada saat
pembongkaran.
4) Bekisting harus disokong dengan perancah atau scaffolding yang kuat dan
kokoh, baik dari kayu, bambu ataupun besi agar dihasilkan bentuk bangunan
sesuai dengan gambar rencana.
5) Bekisting harus rapat atau tidak terdapat celah, sehingga adukan beton tidak
keluar pada saat pelaksanaan pengecoran.
6) Dalam pemasangan bekisting, tidak boleh ada bidang yang bersentuhan
dengan tulangan, untuk itu harus dipasang betondecking (beton tahu) sebagai
pengganjal setebal selimut beton yang ditentukan dalam gambar.
7) Sebelum diisi dengan beton, bekisting harus dibersihkan dan dipoles dengan
minyak bekisting.

B. Perhitungan untuk Pembayaran


1) Perhitungan untuk pembayaran cetakan beton berdasarkan volume
pengukuran yang telah dilaksanakan dalam satuan meter persegi (m2).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan oleh direksi teknis dan pengawas lapangan.

11. Pembesian

Halaman 7
A. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan pembesian ini diperuntukkan untuk pekerjaan beton, kandungan besi
per m3 sesuai dengan petunjuk direksi teknis dan pengawas lapangan.
2) Baja tulangan polos yang digunakan adalah baja tulangan yang telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dibuktikan dengan sertifikat
mutu bahan.
3) Baja tulangan yang digunakan haruslah batang baja yang liat, bulat, serta tidak
mengalami korosi. Untuk menghindari korosi, maka penyedia harus
menyediakan tempat untuk menyimpan baja tulangan tersebut dengan baik.
4) Baja tulangan yang akan digunakan sampai saat akan dilakukan pengecoran
harus bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang
dapat mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan
itu sendiri.
5) Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat
(rush remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan
dan harus mendapat petunjuk yang jelas dari produsen dan mendapat
persetujuan dari pengawas lapangan dan atau direksi.
6) Batang-batang baja yang telah bengkok tidak boleh diluruskan untuk dipakai di
pekerjaan tanpa adanya persetujuan dari direksi lapangan serta konsultan
pengawas.
7) Seluruh besi tulangan yang digunakan harus dengan ukuran asli (bukan banci)
sesuai dengan gambar rencana
8) Untuk penyambungan tulangan lama dengan tulangan baru, beberapa hal
harus diperhatikan:
a). Tulangan lama harus dibersihkan dari segala kotoran sisa beton yang
menempel.
b). Panjang penyambungan tulangan harus sesuai dengan gambar rencana,
kecuali ditentukan oleh direksi teknis serta pengawas lapangan.
c). Apabila dilakukan pengelasan maka harus dengan las penuh.

B. Perhitungan untuk Pembayaran


1) Perhitungan untuk pembayaran besi tulangan polos berdasarkan volume
pengukuran yang telah dilaksanakan dalam satuan kg.
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan direksi teknis dan pengawas lapangan.

12. Bongkar bekisting

A. Lingkup Pekerjaan
1) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal 2 minggu dari selesainya
pengecoran beton atau setelah mendapat persetujuan tertulis dari direksi
lapangan serta konsultan pengawas.

B. Perhitungan untuk Pembayaran


Perhitungan untuk pembayaran cetakan beton berdasarkan volume
pengukuranyang telah dilaksanakan dalam satuan meter persegi (m2)

13. PONDASI TIANG PANCANG SHEET PILE BETON W 350 A 1000 K.700
Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang Sheet Pile Beton W
350 A 1000. Ukuran tiang pancang, dengan penempatan ditunjukkan dalam kerja.

Halaman 8
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari perencana/ Konsultan
MK/Pengawas dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.
2. Keahlian dan pertukangan
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pemancangan
beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, temasuk kekuatan,
toleransi dan penyelesaiannya.
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding
dengan standar yang umum berlaku.
Apabila Konsultan MK/Pengawas Konstruksi memandang perlu, kontraktor dapat
meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi atas beban kontraktor.
3. Kualitas tiang
Sheet Pile Beton W 350 A 1000 pracetak dengan mutu beton K-700.
4. Spesifikasi teknis pemancangan
a. Bahan
 Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus mempunyai
mutu beton minimal K-700 (beton Readymix).
b. Alat Pancang
 Hydraulic jack hammer 35-50 ton
 Peralatan pendukung hydraulic jack.
c. Daya Pikul Tiang
 Didapat dari penunjukan meter (gauge) yang terpasang pada alat hydraulic
jack yang digunakan.
 Pemancangan dihentikan bila daya dukung yang diingnkan sudah tercapai.
d. Toleransi Posisional danKemiringan Tiang
 Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari letak titik
pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah tiang pancang tidak
bertambah/berkurang lebih dari 15,00 cm dari yang seharusnya.
 Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal adalah tidak
lebih miring dari 1 : 75.
 Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang baru dibuat tidak
mengganggu atau merusak tiang-tiang yang dibuat sebelumnya.
 Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton cetak yang diluar
kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, maka kontraktor dapat
menambah satu atau lebih tiang beton cetak, dan sebelum pelaksanaan
harus minta persetujuan dari perencana/ Konsultan Pengawas.
 Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah semua tiang
terpasang baik dan setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
e. Pemancangan

Halaman 9
 Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus disanggah
dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi yang telah ditentukan
serta tidak terjadi kemungkinan tekuk. Penyanggahan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tiang
tekan.
 Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai kapasitas dan
efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas
sebelum digunakan. Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat
kalibrasi yang masih berlaku dari pihak yang berwenang.
 Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, sesuai dengan keadaan tanah
setempat.
 Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai penetrasi
atau kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali Konsultan Pengawas
menyetujui bahwa penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang
diluar kekuasaan pemborong.
 Penyedia Jasa harus membuat catatan pemancangan (tiap pemasukan
500 mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca tiap 250 mm ) atau
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan karakteristik
yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan tanah maupun
penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong harus segera
memberitahukan Konsultan Pengawas untuk meminta petunjuknya.
 Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga
pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping dapat
dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus dikonsultasikan
dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi “heave”, Pemborong harus melakukan penekanan ulang pada
semua tiang yang terjadi heave.
 Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak boleh
melebihi 75 mm dalam segala arah.
 Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi kemiringan 1:75
f. Pemotongan Kepala Tiang Tekan
 Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman yang
disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus dikupas sampai dengan
level yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.
 Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang yang
disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
 Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan tiang
tekan ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan tersebut.
 Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan diper-baiki
dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu beton yang
disyaratkan untuk tiang tekan.
g. Penolakan Tiang

Halaman 10
 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi
spesifikasi ini akan ditolak. Penyedia Jasa wajib membuat tiang pengganti
tanpa biaya tambahan.

14. PONDASI TIANG PANCANG SPUN PILE BETON Ø 40 cm K.700


Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang Spun Pile Beton Ø
40 cm K.700. Ukuran tiang pancang, dengan penempatan ditunjukkan dalam kerja.
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari perencana/ Konsultan
MK/Pengawas dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.
2. Keahlian dan pertukangan
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pemancangan
beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, temasuk kekuatan,
toleransi dan penyelesaiannya.
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding
dengan standar yang umum berlaku.
Apabila Konsultan MK/Pengawas Konstruksi memandang perlu, kontraktor dapat
meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi atas beban kontraktor.
3. Kualitas tiang
Spun Pile Beton Ø 40 cm K.700pracetak dengan mutu beton K-700.
4. Spesifikasi teknis pemancangan
a. Bahan
 Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus mempunyai
mutu beton minimal K-700 (beton Readymix).
b. Alat Pancang
 Hydraulic jack hammer 35-50 ton
 Peralatan pendukung hydraulic jack.
c. Daya Pikul Tiang
 Didapat dari penunjukan meter (gauge) yang terpasang pada alat hydraulic
jack yang digunakan.
 Pemancangan dihentikan bila daya dukung yang diingnkan sudah tercapai.
d. Toleransi Posisional danKemiringan Tiang
 Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari letak titik
pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah tiang pancang tidak
bertambah/berkurang lebih dari 15,00 cm dari yang seharusnya.
 Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal adalah tidak
lebih miring dari 1 : 75.
 Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang baru dibuat tidak
mengganggu atau merusak tiang-tiang yang dibuat sebelumnya.

Halaman 11
 Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton cetak yang diluar
kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, maka kontraktor dapat
menambah satu atau lebih tiang beton cetak, dan sebelum pelaksanaan
harus minta persetujuan dari perencana/ Konsultan Pengawas.
 Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah semua tiang
terpasang baik dan setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
e. Pemancangan
 Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus disanggah
dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi yang telah ditentukan
serta tidak terjadi kemungkinan tekuk. Penyanggahan ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tiang
tekan.
 Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai kapasitas dan
efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas
sebelum digunakan. Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat
kalibrasi yang masih berlaku dari pihak yang berwenang.
 Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, sesuai dengan keadaan tanah
setempat.
 Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai penetrasi
atau kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali Konsultan Pengawas
menyetujui bahwa penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang
diluar kekuasaan pemborong.
 Penyedia Jasa harus membuat catatan pemancangan (tiap pemasukan
500 mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca tiap 250 mm ) atau
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan karakteristik
yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan tanah maupun
penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong harus segera
memberitahukan Konsultan Pengawas untuk meminta petunjuknya.
 Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga
pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping dapat
dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus dikonsultasikan
dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi “heave”, Pemborong harus melakukan penekanan ulang pada
semua tiang yang terjadi heave.
 Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak boleh
melebihi 75 mm dalam segala arah.
 Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi kemiringan 1:75
f. Pemotongan Kepala Tiang Tekan
 Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman yang
disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus dikupas sampai dengan
level yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.

Halaman 12
 Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang yang
disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
 Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan tiang
tekan ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan tersebut.
 Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan diper-baiki
dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu beton yang
disyaratkan untuk tiang tekan.
g. Penolakan Tiang
 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi
spesifikasi ini akan ditolak. Penyedia Jasa wajib membuat tiang pengganti
tanpa biaya tambahan.

15. Pekerjaan Timbunan Pasir

a. Lingkup Pekerjaan
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan timbunan pasir didatangkan, semua profil
harus dipasang dan diberi tanda guna kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan
penyesuaian dimensi seperti pada gambar kerja.
2) Pasir yang digunakan sebagai bahan timbunan digunakan tanah setempat atau
tempat yang telah disetujui pengawas lapangan dan direksi teknis.
3) Permukaan tanah yang akan ditimbun harus dikupas dan dibersihkan dari
bahan organis, lumpur, tanah humus serta plastik.
4) Pekerjaan ini dilakukan secara lapis demi lapis hingga mencapai ketebalan
maksimum sesuai dengan petunjuk pengawas lapangan dan direksi teknis.

Perhitungan untuk Pembayaran


1) Ukuran untuk perhitungan pembayaran pekerjaan timbunan pasir didatangkan
dan dipadatkan berdasarkan volume timbunan yang telah dilaksanakan dalam
satuan meter kubik (m³).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung yang telah
disahkan oleh pengawas lapangan dan direksi teknis.

16. Galian Tanah Manual


a. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan galian tanah manual dilaksanakan dengan menggunakan tenaga
manusia untuk pondasi atau sesuai dengan gambar kerja dan atau sesuai
dengan petunjuk pengawas lapangan dan direksi teknis.
2) Galian dilakukan dengan manual, dalamnya galian dan lebar galian sesuai
dengan gambar rencana dan atau sesuai dengan petunjuk pengawas
lapangan, dan direksi teknis.
3) Hasil galian dengan manual dibuang ketempat yang telah disetujui oleh
pengawas lapangan dan direksi teknis
4) Elevasi galian harus sesuai dengan gambar kerja.
b. Perhitungan untuk Pembayaran
1) Pengukuran untuk pembayaran galian tanah biasa (manual) didasarkan atas
volume dalam satuan m³ (meter kubik), hasil galian yang telah dilaksanakan
sesuai dengan persetujuan pengawas lapangan dan direksi teknis.

Halaman 13
2) Pengukuran volume galian untuk pembayaran diperhitungkan dalam m³ sesuai
dengan gambar kerja yang telah disetujui pengawas lapangan dan direksi
teknis.

17. PENGADAAN DAN PEMASANGAN GEOTEKSTILE


a. Lingkup Pekerjaan :
1) Geotekstil harus dari jenis yang dianyam (woven) dan terbuat dari
seratmenerus dengan bahan polimer polyester  bermodulus-tarik tinggi pada
arahmemanjang (warp/machine direction) dan dari bahan polimer polyamide
pada arah melebar (weft/cross-machine direction). Kualitas
dari polimer yangdipakai harus bersertifikasi dari pabrik, tahan terhadap asam,
alkali dan zatkimia di dalam rentang pH 2 – 9 dan tidak mengalami hidrolisis
pada ondisiiklim tropis. 
2) Geotekstil yang terbuat dari potongan-potongan bahan fiber, limbah fiber,
hasildaur ulang dari fiber tidak dapat diterima.
3) Geotekstil harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh mikro biologi.
4) Setiap rol geotekstil yang dikirimkan ke lapangan, harus
mempunyaitingkat/kelas dan nomor produksi yang tertera jelas pada panjang
intervaltertentu untuk maksud pemeriksaan visual.
5) Geotekstil yang dikirim ke lapangan harus dengan suatu pelindung
yangmembungkus material tersebut terutama dari sinar matahari.
Penyimpanan dan pemasangan gulungan geotekstil tersebut tidak boleh
mengakibatkan kerusakanfisik. 
6) Pemasangan geotekstil harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan
oleh pabrik. Geotekstil harus dihamparkan secara memanjang dengan
tepat.Geotekstil harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada
Gambar Rencana atau atas petunjuk Konsultan Pengawas
7) Permukaan tanah tempat geotekstil akan digelar, haruslah bersih dari
benda- benda tajam/runcing seperti akar pohon dan batuan-batuan yang
dapatmenimbulkan kerusakan pada geotekstil.
8) Memiliki /mempunyai dukungan dari produsen geotekstile

b. Perhitungan untuk Pembayaran :


1) Pengukuran volume pekerjaan geotekstile untuk pembayaran berdasarkan
volume dalam meter persegi (m2).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung yang telah
disahkan oleh pengawas lapangan, konsultan pengawas dan atau direksi.

18. PEKERJAAN BORE PILE

a. Lingkup Pekerjaan
1) awalnya mengerjakan pengeboran untuk titik 1 ke titik 2 harus lurus supaya
sinestis antara as ke as dan ukuran sudah tercantum dalam gambar.

Halaman 14
2) Perencanaan akses masuk dan keluar lokasi proyek dan jalur mobil mixer, serta
perencanaan lokasi kolam sirkulasi air dan lumpur pembuangan sementara.
3) Menyiapkan mix desain beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan.
4) Buat denah titik tiang bor dan nomor urut tiang bor.
5) Menyiapkan form monitoring dan mencatat koordinat, kedalaman, diameter,
penggunaan casing/geogundle dan waktu pelaksanaan.
6) Menyiapkan form untuk monitoring dan pencatatan kebersihan lubang,
pemasangan besi dan pengecoran, serta elevasi pengecoran.
7) Menyiapkan form untuk monitoring pendatangan dan mutu beton sesuai
spesifikasi material yang telah ditentukan.
b. Pelaksanaan Pengeboran Wash Boring/Dry Boring System
1) Perakitan rig bor pada lokasi titik bor,
2) Pelaksanaan pengeboran dengan mata bor spiral yang ditekan secara hidrolis,
3) Selama pengeboran tanah dikeluarkan pada setiap interval 0,5 m dengan cara
mengangkat mata bornya,
4) Selama proses pengeboran harus diperhatikan kemungkinan longsor pada
dinding lubang bor; apabila ini terjadi maka perlu dipasang full casing atau
meninggikan permukaan air dengan mengisi air ke dalam lubang bor hingga
permukaan air lebih tinggi dari permukaan air tanah di luar lubang bor. Tekanan
hydrostatis air di dalam lubang ini akan menekan sisi lubang dan mencegah
kelongsoran,
5) Pengeboran dihentikan bila telah mencapai kedalaman rencana,
6) Lubang bor dibersihkan dengan menggunakan cleaning bucket yang berfungsi
mengangkat lumpur atau endapan-endapan di dasar lubang.

c. Pembesian dan Pengecoran


1) Pekerjaan pembesian dapat dilakukan sebelum/bersamaan atau setelah titik
pengeboran selesai dikerjakan.
2) Tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang secara perlahan-
lahan agar tidak merusak dinding lubang.
3) Pekerjaa pengecoran bored pile berdiameter 400 mm kedalaman 5 meter
dengan mutu beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam gambar rencana.
4) Pada tahap pengecoran tiang bor harus diperhatikan kelancaran supply beton
untuk mendapatkan beton yang homogen dan kontinuitas supply beton dalam
satu tiang.
5) Setiap pengecoran harus dilakukan kontrol slump beton dan workability beton
yang bagus agar beton homogen (self compaction).
6) Pengecoran tiang bor harus dilakukan dengan sistem tremie untuk mendesak
lumpur dan endapan dari dasar lubang.
7) Sebagai pemisah antara beton yang pertama dituangkan dan air di dalam
tremie maka digunakan kawat ayam dan plastik sheet yang dipasang pada
ujung atas pipa tremie.
8) Kemudian beton sudah dapat mulai dituangkan ke dalam corong dan pada saat
bersamaan pipa dinaikkan  25 cm secara kontinu beton dituangkan lagi ke
dalam corong.
9) Penuangan beton dilanjutkan hingga pipa tremie penuh, dan beton tidak dapat
mengalir lagi.
10) Selanjutnya pipa tremie mulai diturun-naikkan dengan crane agar beton turun
terus sampai menjadi padat. Harus diperhatikan bahwa pada saat
pengangkatan pipa tidak boleh melewati muka atas beton untuk menghindari
tercampurnya beton dengan lumpur yang ada diatasnya.

Halaman 15
11) Pengecoran dihentikan setelah melebihi  50 cm dari cut of level tiang untuk
mendapatkan beton yang baik (tidak bercampur dengan lumpur saat
pemotongan kepala tiang).
     
d.  Pekerjaan Pemotongan Kepala Tiang Bored Pile
1) Pemotongan kepala tiang bored pile 40 cm dari lantai kerja,
2) Stek pembesian bored pile Dia 40 (diluruskan),
3) Overlap pembesian bored pile sudah memenuhi persyaratan dan bersih
diperkenankan melanjutkan ke tahap pekerjaan selanjutnya
sebelumtahapan ini disetujui oleh pengawas

e. Perhitungan untuk Pembayaran


1) Perhitungan untuk pembayaran pengukuran dalam satuan meter lari/maju (M’)
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung yang telah
disahkan oleh Pengawas Lapangan, Konsultan Pengawas dan atau Direksi.

19. Pekerjaan Akhir


a. Penyelesaian (Finishing)
Semua pekerjaan yang belum sempurna atau masih terdapat kekurangan harus
disempurnakan serapi mungkin dan dinyatakan selesai apabila telah disetujui
pengawas lapangan/direksi teknis. Lokasi disekitar tempat kerja harus bersih dari
sisa bahan bangunan yang tidak digunakan.

b. Pengukuran/Gambar pelaksanaan (ABD).


Setelah seluruh pekerjaan selesai (disetujui pengawas lapangan/direksi teknis),
dilakukan pengukuran kembali untuk mengetahui pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Gambar ABD harus disahkan oleh pengawas lapangan/direksi teknis
serta Pejabat Pembuat Komitmen Bidang Sumber Daya Air dan gambar dalam
ukuran kertas A3 dengan skala tertentu, dibuat rangkap 3 (tiga) eksemplar.

c. Dokumentasi
Dokumentasi berisi foto pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan pra
pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Dokumentasi diserahkan dalam
bentuk soft copy dan print out sebanyak 3 (tiga) eksemplar kepada Pejabat
Pembuat Komitmen Bidang Sumber Daya Air.

20. PENUTUP

Spesifikasi teknis ini dipergunakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga.

Halaman 16
Halaman 17

Anda mungkin juga menyukai