Anda di halaman 1dari 25

DIREKTORAT JENDERAL SUMBERDAYA AIR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT

PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)


MODUL 8.1
SISTEM IRIGASI POMPA AIR TANAH

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
penyusunan Modul Pelatihan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A). Modul disusun untuk memenuhi kebutuhan pelatihan Perkumpulan Petani
Pemakai Air pada Program Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi Partisipatif
Terpadu.

Susunan Modul Pemberdayaan Petani Pemakai Air terdiri dari : Tujuan; Kelompok
Sasaran; Waktu Pembelajaran; Metode Pembelajaran; Proses Pembelajaran; dan
Materi Pembelajaran. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu
mempermudah peserta pelatihan dalam memahami proses Pemberdayaan P3A
yang dilaksanakan di beberapa Daerah Irigasi di Kabupaten. Penekanan orientasi
pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, ………………… 2019


Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

…………………………..
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3

A. TUJUAN ........................................................................................................................................ 1

B. KELOMPOK SASARAN ............................................................................................................ 1

C. WAKTU PEMBELAJARAN ...................................................................................................... 1

D. METODE PEMBELAJARAN ................................................................................................... 1

E. PROSES PEMBELAJARAN ........................................................................................................ 1

F. MATERI PEMBELAJARAN ...................................................................................................... 2

1. Pengertian Sistem Irigasi Pompa Air Tanah ............................................................ 2

2. Bagian-Bagian Irigasi Pompa Air Tanah .................................................................... 3

3. Jaringan Irigasi Pompa Air Tanah ............................................................................... 4

4. Pembangunan Irigasi Pompa Air Tanah .................................................................... 5

5. Operasi Irigasi Pompa Air Tanah.................................................................................. 6

6. Pemeliharaan Irigasi Pompa Air Tanah ...................................................................... 7

6.1 Pemeliharaan sumur bor (pipa) .......................................................................... 7

6.2 Pemeliharaan mesin/pompa .................................................................................. 8

6.3 Pemeliharaan saluran pembawa dan bangunan pelengkap ................... 11

7. Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Pompa Air Tanah ....................... 11

7.1 Kegiatan harian/mingguan: ................................................................................. 11

7.2 Kegiatan Musiman................................................................................................... 12

7.3 Kegiatan Khusus:..................................................................................................... 12

8. Penjadualan Pemberian Air irigasi............................................................................. 12

8.1 Karakteristik Jaringan ........................................................................................... 13

8.2 Kapasitas Pompa...................................................................................................... 14

8.3 Kebutuhan air di lahan.......................................................................................... 15


8.4 Lamanya pengaliran air ......................................................................................... 16

8.5 Kehilangan air di saluran...................................................................................... 16

9. Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Pompa Air Tanah .................. 16

9.1 Biaya operasi dan pemeliharaan ........................................................................ 16

9.2 Biaya penggantian pompa dan mesin ............................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

ii
MODUL TENTANG
SISTEM IRIGASI POMPA AIR TANAH

A. TUJUAN
1. Peserta mampu menjelaskan, mengerti dan memahami sistem irigasi
pompa, sehingga dapat membangun, mengoperasikan, dan memelihara
sistem irigasi pompa air tanah; dan
2. Sebagai bahan acuan untuk menyusun bahan serahan Sistem Irigasi
Pompa Air Tanah.

B. KELOMPOK SASARAN
1. Kelompok sasaran pembelajaran ini adalah para p e n g u r u s P 3 A dalam
pelatihan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air ; dan
2. Petugas yang membidangi pengelolaan jaringan irigasi.

C. WAKTU PEMBELAJARAN
Waktu penyampaian pembelajaran yaitu:
1. Pembelajaran di kelas dapat menggunakan waktu 1 (satu) jam pelajaran
@ 45 menit; dan
2. Pembelajaran di luar kelas/ di lapangan menggunakan waktu 3 (tiga)
jam pelajaran @ 45 menit.

D. METODE PEMBELAJARAN
Dalam proses ini fasilitator menyampaikan seluruh informasi kepada
peserta tentang sistem irigasi pompa air tanah untuk keperluan irigasi dan
peserta dapat duduk di kursi atau lesehan dengan posisi duduk melingkar
atau membentuk hurup “U” agar supaya peserta dapat menerima informasi
dengan jelas.

E. PROSES PEMBELAJARAN
Penyampaian informasi dapat diberikan secara tatap muka secara
langsung di kelas atau juga praktek pelaksanaan kegiatan secara nyata di

1
lapangan.
1. Di dalam kelas
a. fasilitator menjelaskan tentang sistem irigasi pompa air tanah
secara keseluruhan;
b. fasilitator menjelaskan tentang jaringan irigasi dan
pembangunan irigasi pompa air tanah;
c. fasilitator menjelaskan tentang teknis operasi dan pemeliharaan
sistem irigasi pompa air tanah; dan
d. fasilitator menjelaskan tentang perhitungan biaya operasi dan
pemeliharaan.

2. Di luar kelas/di lapangan


Peserta dilibatkan untuk melihat secara langsung pengoperasian sistem
irigasi pompa air tanah untuk menunjang kebutuhan pertanaman,
mulai dari system pengambilan, pendistribusian, pembagian,
pemeliharaan dan lain sebagainya.

F. MATERI PEMBELAJARAN
Materi Pembelajaran meliputi:
1. Pengertian Sistem Irigasi Pompa Air Tanah
Sesuai ketentuan umum dalam Peraturan Pemerintah tentang Irigasi
No.20 Tahun 2006, irigasi pompa adalah salah satu jenis irigasi,
setingkat/sama dengan irigasi permukaan, irigasi rawa, dan irigasi
tambak. Dengan demikian pengertian irigasi pompa adalah penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian dengan menggunakan pompa air tanah.
Selanjutnya Irigasi pompa air tanah dapat diartikan sebagai usaha
pengambilan air dari bawah permukaan tanah (atau
mengangkat/memindahkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang
lebih tinggi) dengan menggunakan bantuan pompa air, sehingga dapat
didistribusikan dan digunakan untuk keperluan irigasi. Irigasi pompa
air tanah ini mempunyai kelebihan dan kelemahan yaitu :
1.1 Kelebihan irigasi pompa air tanah:

2
a. adanya kepastian perolehan air dibandingkan dengan
irigasi permukaan sehingga dapat diharapkan tersedia sepanjang
tahun;
b. rencana tata tanam dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
dengan mempertimbangkan jenis tanaman, waktu tanam serta
ketersediaan tenaga kerja; dan
c. petani dapat mengatur sendiri penyediaan air untuk irigasinya.

1.2 Kelemahan irigasi pompa air tanah:


a. Diperlukan investasi/modal yang relatif besar untuk
pembangunannya;
b. Perlu perawatan yang intensif dan terus-menerus,
sehingga membutuhkan dukungan tenaga operator yang trampil;
dan
c. Diperlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang memadai,
agar keberlanjutannya dapat terjaga.

2. Bagian-Bagian Irigasi Pompa Air Tanah


Bagian-bagian irigasi pompa air tanah terdiri:
2.1 Dalam instalasi irigasi pompa air tanah, biasanya terdiri dari:
a. sumur air tanah, dapat jenis sumur gali, bor (pipa), yang
berfungsi untuk mengumpulnya air dari akuifer;
b. pompa air dan mesin penggeraknya (mesin disel, generator set,
listrik dari PLN.);
c. bangunan stasiun pompa (rumah pompa), yang berfungsi
sebagai tempat pompa, mesin, dan alat-alat pendukung lainnya
dan juga untuk menyimpan buku catatan kegiatan O & P pompa
dan fasilitanya yang terkait;
d. bak penampung, yang berfungsi sebagai bak penenang yang
biasanya dilengkapi dengan alat ukur debit;
e. saluran pembawa, yang dapat menggunakan pipa air atau
saluran terbuka; dan

3
f. bangunan pembagi ke masing-masing box.

2.2 Jenis-jenis pompa yang biasa digunakan untuk keperluan irigasi,


adalah :
a. pompa sentrifugal dengan kedalaman muka air maksimum 8
(delapan) meter. Pompa ini paling banyak digunakan untuk
keperluan irigasi;
b. pompa submersibel, yang merupakan pompa berdiameter
kecil dan dimasukkan kedalam pipa lindung; dan
c. pompa turbin, adalah pompa putar (rotasi) yang dipasang di
dalam sumur dan mempunyai kapasitas yang besar.

3. Jaringan Irigasi Pompa Air Tanah


Sesuai dengan Rencana Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Tahun
2004, jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya
berasal dari air tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai
dengan saluran irigasi air tanah termasuk bangunan di dalamnya.
Selanjutnya Peraturan Pemerintah tersebut juga mengisyaratkan bahwa
jaringan irigasi air tanah seperti irigasi air permukaan yang terdiri dari
jaringan utama (sumur, pompa air dan mesin penggeraknya, bangunan
stasiun pompa, dan bak penampung air) dan jaringan tersier (saluran
sesudah bak penampung yang berfungsi sebagai saluran distribusi
dan pembagian air irigasi).

4
Gambar 1. Sistem irigasi dengan menggunakan pompa pompa air

4. Pembangunan Irigasi Pompa Air Tanah


Sesuai dengan Undang-undang No. 11 Tahun 1 9 7 4 tentang Pengairan
maka pembangunan jaringan utama irigasi, termasuk irigasi pompa air
tanah (sumur, pompa, rumah pompa, bak penampung) baik
pembangunan, operasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab
pemerintah, sedangkan saluran tersier sesudah bak penampung menjadi
tanggung jawab petani (P3A).
Mengingat mahalnya investasi yang dibutuhkan dalam pembangunan
instalasi sistem irigasi pompa air tanah, maka keberadaannya masih
merupakan proyek- proyek yang masih dikerjakan oleh Pemerintah
pusat, dan petani sesuai dengan ketentuan undang-undang tersebut
diharapkan untuk membangun jaringan tersier sesudah bak
penampung, serta melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan
tersier tersebut. Sistem irigasi air tanah memerlukan biaya O & P
yang relatif tinggi, dengan demikian maka petani harus dapat
memperhitungkan dengan baik tingkat pengembalian kegiatan
pertanian yang diusahakannya. Untuk itu petani harus benar-benar
intensif dalam pengelolaan tanaman pertaniannya sehingga dapat
menanggung biaya yang dibebankan untuk pengelolaan sistem irigasi

5
pompa air tanah. Biasanya petani akan menanam jenis tanaman
yang mempunyai peluang produktivitas tinggi dan bernilai ekonomis
tinggi serta membutuhkan air relatif sedikit Tanaman jenis
hortikultura dan buah-buahan biasanya menjadi pilihan para petani,
misalnya tomat, lombok, semangka, melon, dan lain-lain. Untuk
melaksanakan pengelolaan yang baik dibutuhkan suatu institusi atau
lembaga pengelolaan yang baik pula. Lembaga ini biasanya disebut
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Himpunan Petani Pemakai Air
(HIPPA), Mitra Cai, atau apa saja namanya sesuai daerahnya.

5. Operasi Irigasi Pompa Air Tanah


Berlainan dengan cara yang lazim digunakan dalam jaringan
irigasi air permukaan, pada sistem irigasi pompa air tanah petani
dapat menentukan sendiri berapa banyak air yang ia perlukan di lahan
mereka. Meskipun jumlah air yang diberikan dapat sesuai dengan
permintaan petani yang bersangkutan, tetapi juga harus dipertimbangkan
aspek keadilan dan pemerataan pada petani- petani yang lain. Disamping
itu juga dituntut kesadaran petani agar dapat menggunakan air sehemat
mungkin, maka air harus dibagi secara efektif dan efisien. Hal yang perlu
mendapat perhatian dalam pembinaan adalah cara dan teknik
pembagian air termasuk pemberian air di lahan. Hal ini tentunya
menuntut kemampuan operasi yang lebih tinggi dibandingkan irigasi
permukaan agar dapat memenuhi kriteria tepat tempat, tepat jumlah dan
tepat waktu agar tuntutan kebutuhan di kalangan petani dapat
terpenuhi.
Agar sistem irigasi pompa air tanah dapat dipertahankan
keberlanjutannya, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Mengoperasikan peralatan sesuai dengan spesifikasi yang diberikan
oleh pabrik pembuat peralatan (pompa dan mesin);
b. Menyediakan air irigasi sesuai dengan permintaan petani melalui ulu-
ulu/P3A sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, dan hanya
pada waktu tanaman benar-benar membutuhkan;
c. Mengurusi bahan bakar dan suku cadang. Operator harus memesan
barang-barang yang dibutuhkan sebelum waktu digunakan,
6
sehingga tidak terjadi keterlambatan penyediaan bahan; dan
d. Melakukan pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan
stasiun pompa, misalnya mencatat jam operasi, kegiatan operasi
pemeliharaan, mencatat debit, mencatat penggunaan air, dan
pemakaian / konsumsi bahan bakar.

6. Pemeliharaan Irigasi Pompa Air Tanah


Pemeliharaan irigasi pompa meliputi :
6.1 Pemeliharaan sumur bor (pipa)
Sumur jenis ini di bor jauh ke dalam lapisan tanah yang
mengandung banyak air, sehingga diperlukan peralatan berat
untuk membuatnya. Sumur jenis ini dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan, karena mampu menghasilkan jumlah
pemompaan air yang banyak. Demikian juga untuk keperluan
irigasi yang cenderung mernerlukan jumlah air yang besar dan
kepastian ketersediaan, maka pilihan jenis sumur ini paling
banyak dilakukan.
Seperti peralatan yang lain, sumur juga mengalami keausan akibat
pemompaan yang terus-menerus. Tanda-tanda sumur telah
mengalami keausan adalah:
a. kapasitas sumur berkurang secara berangsur-angsur atau
penyusutan kemampuan sumur; dan
b. air yang dipompa bercampur pasir dan lumpur atau
material lain.
Keausan ini disebabkan oleh karat dan kotoran-kotoran lain
yang melekat, sehingga korosi ini mampu menghancurkan
bahan pipa dan saringan. Pemeriksaan berkala sumur bor
biasanya dilakukan 10-15 tahun setelah operasi pertama. Jika
dari hasil pemeriksaan sumur menunjukkan perlu diganti atau
direhabilitasi, maka perlu perencanaan dan persiapan yang
matang. Biasanya jika sumur telah menunjukkan penurunan
kemampuan yang berarti, pilihan melakukan pengeboran lagi
lebih prioritas dari pada memperbaiki sumur yang ada.
7
Gambar 2. Bagan teknis sumur pipa (bor).

6.2 Pemeliharaan mesin/pompa


Pemeliharaan yang baik sesuai dengan petunjuk teknis yang
ditentukan
akan memperpanjang umur pakai suatu peralatan. Pada umumnya
perawatan rutin yang dilaksanakan teratur akan mengurangi resiko
kerusakan, sehingga menghemat biaya perawatan dalam jangka
panjang.
Untuk melaksanakan pemeliharaan yang baik, diperlukan:
a. operator dan staf yang terlatih dan seperangkat peralatan
yang memadai. Operator ini harus mampu memberikan
informasi dan tanggap masalah yang mungkin timbul
serta mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul;
b. montir lapangan yang mampu untuk melakukan perbaikan-
perbaikan di sumur pompa dan montir yang bekerja di bengkel;
c. seperangkat peralatan yang dapat digunakan untuk
melakukan perbaikan perbaikan rutin.

8
Secara umum ada tiga jenis pemeliharaan, yaitu :
a. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan ini termasuk perbaikan-perbaikan kecil yang harus
dilakukan oleh operator, antara lain: mengecek oli,
sistem pelumasan, pengencangan baut/mGur, dan lain
sebagainya.

Pemeliharaan rutin:
 Mengecek oli/ system
pelumasan;
 Mengecangkanbaut/m
ur yang kendor;
 Mengecek Sistem
pendinginan; dan
• Mengecek belt.

Gambar 3. Kegiatan pemeliharaan rutin irigasi pompa.

b. Pemeliharaan berkala
Merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara
berkala yang harus dilakukan oleh operator. Pemeliharaan ini
biasanya ditentukan berdasarkan jam operasi peralatan.
Kegiatan ini juga meliputi perbaikan-perbaikan besar yang
dilakukan pada waktu pompa tidak digunakan, karena
tanaman sedang tidak membutuhkan air. Jadwal pemeliharaan
berkala dapat dilihat seperti pada table 1.

9
Tabel 1. Bagan umum kegiatan operasi dan pemeliharaan pompa air irigasi
OPERASI JAM PEMAKAIAN POMPA
KET
PEMELIHARAAN 8 50 150 600 500 1000 2500

Komponen
PEMBERSIHAN

Saringan udara terendam oli


Saringan pompa BBM
Tangki BBM
Injektor/bosch pump
Silinder, kipas, radiator

Permukaan oli (tabung pembersih)


PEMERIKSAAN

Permukaan oli mesin


Permukaan air accu/baterai
Tegangan tali kipas
Kerenggangan klep
Permukaan oli roda gigi
Kerenggangan impeler

Oli mesin
Oli saringan udara
PENGGANTIAN

Saringan BBM
Saringan oli
Tali kipas
Oli roda gigi
Minyak gemuk/grease
Sikat stater

Keterangan:
Setiap kegiatan pemeliharaan akan berulang kembali sesuai
dengan waktu operasi yang telah ditetapkan pada tabel tersebut
di atas.

c. Pemeliharaan darurat
Pemeliharaan ini dilakukan karena terjadi kerusakan
mesin/pompa secara mendadak, misalnya piston (torak) mesin
pecah, impeler pompa patah. Kejadian ini biasanya terjadi
karena perawatan rutin dan berkala tidak dilaksanakan sesuai
prosedur yang seharusnya, sehingga akan berakibat fatal.
Kejadian ini biasanya memerlukan waktu perbaikan yang relatif

10
lama dengan membutuhkan biaya yang mahal. Karena kejadian
ini tidak direncanakan, maka tentu akan berakibat pada
ketersediaan dana cadangan untuk penanganannya.

6.3 Pemeliharaan saluran pembawa dan bangunan pelengkap


Jika saluran pembawa merupakan saluran terbuka, maka
pemeliharaan yang dilakukan adalah layaknya pada irigasi
permukaan. Misalnya melakukan kegiatan rutin membersihkan
kotoran, rumput, menutup bocoran disepanjang saluran, dan
kegiatan semacamnya. Jika saluran yang digunakan adalah
saluran tertutup berupa pipa, maka kebersihan pada bak-bak
pembagi yang terbuka harus lebih diperhatikan, karenanya harus
senantiasa dihindari agar jangan sampai ada kotoran/sampah
masuk yang berakibat pada tersumbatnya saluran pembawa
tersebut.

7. Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Pompa Air Tanah


Seperti telah diketahui, para petani bertanggung jawab sepenuhnya
atas operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pompa air tanah. Operasi
dan Pemeliharaan (O & P) sistem irigasi pompa air tanah ini
mempunyai tingkat kesulitan dan resiko yang lebih tinggi. Untuk itu
petani harus tergabung dalam lembaga pengelola (P3A, HIPPA, Mitra
Cai, dan sebaginya) yang tangguh, mandiri dan mempunyai sumber
daya yang memadai. P3A akan menjadi tangguh apabila semua
anggotanya berdisiplin yang tinggi dan kesadaran penuh mematuhi
semua aturan yang telah disepakati oleh seluruh anggota. Peraturan-
peraturan tertulis ini biasanya dituangkan dalam bentuk Anggaran
Dasar/Rumah Tangga (AD/ART).
Tanggung jawab P3A dalam pengelola sistem irigasi ini adalah :
7.1 Kegiatan harian/mingguan:
a. melakukan pembinaan kepada anggota untuk
mempergunakan air sehemat mungkin, serta memenuhi faktor
tepat tempat, jumlah mutu dan waktu;

11
b. melaksanakan cara dan teknik pembagian air yang baik,
sehingga pelayanan penyediaan air dapat memuaskan anggota;
dan
c. selalu melakukan kontrol atau kendali administratif dan teknis
terhadap pekerjaan operator dan staf yang dipekerjakan.

7.2 Kegiatan Musiman


a. melakukan pembinaan terhadap operator pompa, tenaga
administrasi, ketua blok, ulu-ulu untuk meningkatkan
kemampuannya;
b. melakukan pengaturan rencana tata tanam, penentuan jenis
tanaman, membuat jadwal rencana pembagian air, dan
sebagainya. Setiap pola tanam harus direncanakan berdasarkan
perbandingan antara jumlah air yang dibutuhkan dengan
kapasitas pompa;
c. merencanakan kegiatan pemeliharaan instalasi pompa air tanah
sesuai dengan spesifikasinya;
d. Melakukan pembahasan dengan anggota P3A untuk menentukan
jumlah iuran yang disepakati; dan
e. melakukan penarikan iuran pelayanan air irigasi kepada
anggota yang membutuhkan air irigasi.

7.3 Kegiatan Khusus:


Melakukan koordinasi dengan lembaga /organisasi di desa,
kecamatan, dan lain-lain untuk melaksanakan kerjasama yang
saling menguntungkan. Misalnya untuk kegiatan penyediaan
sarana produksi pertanian, pemasaran pertanian dan penyediaan
kredit pertanian.

8. Penjadualan Pemberian Air irigasi


Salah satu masalah yang dijumpai dala sistem irigasi pompa air tanah
adalah keterbatasan kemampuan pompa air, namun harus
dapat memenuhi permintaan petani yang-terdiri dari beberapa blok.

12
Untuk itu maka dibuat jadwal rotasi (giliran) pemberian air.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk membuat jadwal rotasi ini
diantaranya adalah :
8.1 Karakteristik Jaringan
Langkah pertama adalah membagi petak tersier ke dalam
kelompok rotasi yang hampir sama besar luasnya dan
karakteristiknya. Kelompok ini dianggap sebagai unit rotasi,
kadang-kadang beberapa kelompok rotasi dapat digabung menjadi
satu unit rotasi.

Gambar 4 Skema Daerah irigasi air tanah wadas.

13
Contoh:
Daerah irigasi air tanah Wadas mempunyai kapasitas pompa 54,5
L/det, sedangkan kapasitas saluran kuarter 25 L/det. Daerah irigasi air
tanah wadas dibagi menjadi dua kelompok rotasi yaitu kelompok
rotas A dan kelompok rotasi B. Masing-masing kelompok rotasi terdiri
dari tujuh blok.
Cara pembagian airnya diatur sebagai berikut :
1. pada hari ke I yang mendapat air adalah blok A1 dan blok B1;
2. pada hari ke II yang mendapat air adalah blok A2 dan blok B2;
3. pada hari ke III yang mendapat air adalah blok A3 dan blok B3,
tetapi blok A1 dan blok B1 ditutup;
4. pada hari ke IV yang mendapat air adalah blok A4 dan blok B4,
tetapi blok A2 dan blok B2 ditutup;
5. pada hari ke V yang mendapat air adalah blok A5 dan blok B5,
tetapi blok A3 dan blok B3 ditutup;
6. pada hari ke VI yang mendapat air adalah blok A6 dan blok B6,
tetapi blok A4 dan blok B4 ditutup;
7. pada hari ke VII yang mendapat air adalah blok A7 dan blok B7,
tetapi blok A5 dan blok B5 ditutup;
8. pada hari ke VIII pembagian air berulang kembali seperti pada
butir 1 yaitu yang mendapat air adalah blok A1 dan blok B1 dan
seterusnya.

Cara pembagian air dengan sistem rotasi dapat dilihat pada Tabel 2.

8.2 Kapasitas Pompa


Besar debit yang dialirkan tergantung pada kapasitas pompa dan
saluran. Selain itu dalam mengoperasikan juga dipertimbangkan
spesiflkasi mesin dan pompa air agar diperoleh kapasitas yang paling
optimal. Dalam kaitan ini, yang dimaksud optimal adalah kapasitas
dimana pompa air bekerja pada debit air yang paling banyak untuk
setiap liter bahan bakar yang dikonsumsi

14
Kecepatan Pemakaian M 3 air/liter
Debit Air
Mesin (RPM) Bahan Bahan Bakar
1,500 40.51/detik 2.8 liter/jam 60 x 60 x 40.51 : 2.8 = 52
1,700 54.51/detik 2.9. liter/jam 60 x 60 x 54.51 : 2.9 = 68

Dari contoh tabel diatas menunjukkan bahwa mengoperasikan


pompa pada kecepatan mesin 1.700 RPM lebih ekonomis, sebab
kita dapat memperoleh debit air lebih banyak untuk tiap liter
konsumsi bahan bakar.
Sebenarnya pompa dapat dapat dioperasikan pada kecepatan
yang berbeda-beda, jadi debit yang dihasilkan juga bervariasi. Tetapi
hal ini dalam pelaksanaan mengalami kesulitan, karena jadwal
pemberian air yang bervariasi ini memerlukan operator yang baik
dan sulit dalam dalam pencatataanya. Oleh sebab itu dianjurkan
untuk mengoperasikan pada kecepatan yang sama, yang dianggap
paling optimal.

8.3 Kebutuhan air di lahan


Kebutuhan air ini akan tergantung jenis tanaman yang
dibudidayakan di lahan pertanian. Tanaman padi akan berbeda
kebutuhan airnya dengan tanaman palawija, buah-buahan, sayur-
sayuran. Demikian juga jenis tanah juga akan berpengaruh
terhadap kebutuhan airnya. Misalnya tanah lempung mempunyai
kemampuan menyimpan air yang relatif lebih lama dibandingkan
tanah berpasir, sehingga jarak waktu pemberian airnya juga lebih
lama dibanding tanah berpasir. Jarak waktu pemberian air ini
jangan sampai terjadi kondisi titik layu permanen, karena
tanaman akan menguning dan mati. Biasanya para petani sudah
mengetahui kapan waktunya dan berapa banyak melakukan
pengairan, karena mereka telah mempunyai pengalaman
membudidayakan di lahannya. Meskipun mereka sering tidak
memperdulikan debit yang mereka alirkan.

15
8.4 Lamanya pengaliran air
Air memerlukan waktu untuk mengalir dari pompa ke sawah.
Waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari pompa ke lahan
tergantung pada kemiringan, dimensi, tipe, panjang saluran,
kebersihan saluran, debit air dan kelembaban saluran. Sebelum
membuat jadwal pembagian air, P3A harus mempunyai data
kecepatan air disaluran. Hal ini bisa dilakukan pengukuran dengan
alat yang sederhana oleh P3A dibantu juru pengairan setempat.
Saluran yang terawat, bersih dari rumput/sampah, tidak banyak
bocor, akan mengalirkan air yang lebih cepat dari saluran yang
tidak terawat.

8.5 Kehilangan air di saluran


Air biasanya semakin ke hilir mengalami penurunan debit akibat
rembesan, penguapan dan kehilangan lainnya. Oleh karena
itu untuk menutup kehilangan air di saluran biasanya
diberikan air tambahan sebesar 20%. Kehilangan air disepanjang
saluran ini akan terkait erat dengan pemeliharaan saluran itu
sendiri. Jika saluran dirawat dengan baik, maka kehilangan air
akibat rembesan di sepanjang saluran semakin kecil.

9. Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Pompa Air Tanah


Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem irigasi air
tanah terdiri dari biaya penggantian suku cadang dan biaya operasi dan
pemeliharaan (O & P). Pengeluarah ini menjadi dasar perhitungan
menentukan besarnya sumbangan/iuran yang harus ditanggung oleh
anggota. Adapun biaya yang harus dihitung meliputi :
9.1 Biaya operasi dan pemeliharaan
Biaya O & P terdiri biaya tetap dan tidak tetap. Biaya tetap
mencakup pengeluaran untuk honor operator, pegawai P3A (staf
yang dipekerjakan ), dan semacamnya. Sedangkan biaya tidak tetap
tergantung dari jam operasi pompa air tanah, misalnya bahan
bakar, pelumas dan suku cadang. Besarnya iuran yang harus

16
dibayar petani ditentukan berdasarkan kesepakatan yang dihasilkan
dari pertemuan P3A. Ada beberapa cara menentukan besarnya
iuran, yaitu :
a. menentukan besarnya iuran berdasarkan luas kepemilikan
lahan. Cara ini mudah dilaksanakan, tetapi kelemahannya
adalah tidak ada hubungan antara besarnya iuran air dengan
luas lahan. Hal ini karena belum tentu tanah yang luas
menggunakan air yang lebih banyak;
b. iuran yang ditarik berdasarkan jumlah volume air yang dipakai
anggota.
Cara ini akan mendorong petani untuk mempergunakan air
seefisien mungkin, karena semakin boros dia menggunakan air,
iuran yang harus dibayar juga semakin besar. Kelemahan cara
ini adalah penanganan administrasi sulit sehingga menuntut
operator dan tenaga administrasi yang terampil dan teliti; dan
c. gabungan antara kedua cara tersebut diatas, biaya tetap ditutup
dengan iuran yang ditarik berdasarkan luas pemilikan lahan,
sedangkan biaya tidak tetap diperoleh dengan iuran yang
berdasarkan jumlah air yang dipakai.
Ilustrasi contoh Perhitungan Biaya Iuran Anggota P3A Irigasi Pompa
Air Tanah, apabila jaringan irigasi air tanah dikelola oleh petani.
Data dasar:
Luas daerah layanan = 40 ha
Jumlah jam pemompaan = 2.475 jam/th
Pemakaian bahan bakar = 8,71 Liter/jam
Harga bahan bakar (solar) = Rp 600/Liter
Gaji operator = Rp
200.000/bln
Gaji tenaga adiminstrasi = Rp
150.000/bln
Biaya pemeliharaan = Rp 50.000/ha
Operator dan tenaga administrasi waktu kerja dianggap 1 (satu)
tahun penuh

17
Perhitungan biaya:
a. Biaya tetap/tahun
 Gaji operator (Rp.200.000 x 12 bulan) = Rp. 2.400.000
 Gaji tenaga administrasi
(Rp. 150.000 x 12 Bulan) = Rp. 1.800.000
 Biaya pemeliharaan (Rp.50.000 x 40 ha) = Rp. 2.000.000
Jumlah = Rp. 6.200.000

b. Biaya tidak tetap


 Biaya operasi:
 Kebutuhan bahan bakar
8,71liter/jam x Rp.600/liter = Rp. 5.226 /jam
 Lain-lain sebesar 15%
dari kebutuhan bahan bakar = Rp. 784 /jam
= Rp. 6.010 /jam
 Biaya tambahan untuk P3A (10 % dari operasi)
Besar biaya ini ditentukan dari kesepakatan
Anggota = Rp. 601 /jam
Jumlah = Rp. 6.611 /jam

Perhitungan besar iuran:


Cara I ( persatuan pemilikan lahan)
Biaya tetap = Rp. 6.200.000
Biaya tidak tetap 2475 jam x Rp. 6611,-/jam = Rp. 16.362.225
= Rp. 22.562.225
Besar iuran pemakai air ditetapkan sebesar:
Rp.22.562.225 / 40 ha = Rp.564.055/ha

Cara II ( iuran perjam pemakaian)


Biaya tetap (Rp.6.200.000,-/2475 jam) = Rp. 2.505 /jam
Biaya tidak tetap = Rp. 6.611 /jam
= Rp. 9.116/jam

18
Besar iuran pemakai air ditetapkan sebesar = Rp. 9.116 /jam

Cara III ( Gabungan cara I dan II)


Biaya tetap
(perluas pemilikan lahan) Rp.6.200.000/th/40 ha = Rp. 155.000
Biaya tidak tetap (perjam pemakaian) = Rp. 6.611
Besar iuran air Rp. 155.000/ha/th dan biaya operasi perjam
Rp. 6.611.

9.2 Biaya penggantian pompa dan mesin


Pompa, mesin dan peralatan lainnya akan mengalami keausan
setelah lama digunakan. Misalnya, mesin diesel diperkirakan umur
ekonomisnya hanya sampai 7 (tujuh) tahun dan umur pompa 10
(sepuluh) tahun. Awet tidaknya suatu peralatan ditentukan oleh
baik tidaknya rancangan, waktu operasinya, kualitas pemeliharaan,
kualitas pemakaian, dan ketrampilan operator. Jika peralatan telah
habis umur ekonomisnya dan tidak dapat dipakai lagi, maka
peralatan perlu diganti. Untuk penggantian tersebut tentu
membutuhkan dana yang relatif besar. Cara untuk mendapatkan
dana adalah dengan menyisihkan sebagian dari kekayaan organisasi
secara teratur tiap tahun. Misalnya untuk membeli pompa air yang
umurnya 10 tahun, uang yang perlu disisihkan setiap tahun
sekurang-kurangnya 1/10 dari harga pompa air tersebut
Demikian juga untuk membeli sebuah mesin diesel yang umurnya 6
(enam) tahun, perlu disisihkan danasekurang-kurangnya 1/6
dari harga mesin diesel tersebut Sengaja menggunakan kata
"sekurang-kurangnya" karena harga akan cenderung mengalami
kenaikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang No.11 Tahun 1974, tentang Pengairan


2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982, tentang Irigasi
3. Proyek Penyuluhan Tata Guna Air, Direktorat Jenderal Pengairan dan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada, 1986. Seri modul pelatihan
tata guna air secara partisipatif.
4. Direktorat Irigasi II, 1987, Pedoman Pengembangan Irigasi Air Tanah.
5. Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bekerja sama dengan Japan International
Cooperation Agency (JICA). 2006, Seri Modul Pelatihan Instruktur Tata Guna
Air Dalam Rangka Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

20

Anda mungkin juga menyukai