Anda di halaman 1dari 9

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th.

2013

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA SEI BERAS SEKATA


DAERAH IRIGASI SEI KRIO KECAMATAN SUNGGAL
KABUPATEN DELI SERDANG

(Study of Tertiary Irrigation Canals In The Sei Beras Sekata Village Sei Krio Sunggal,
Deli Serdang District)

Sri Amelia Susan Ginting1, Sumono1, Ainun Rohanah1


1) Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155

Diterima 15 Mei 2013 / Disetujui 12 Juni 2013

ABSTRACT
In the distribution of irrigation water through a soil tertiary canal, there can be a great loss of water, sedimentation and
canal scoured if not well designed. This research was aimed to review, to calculate the waterloss and efficiency as well
as to designing a good canal dimensions of tertiary canals to prevent scour and sedimentation at 2 tertiary canals in the
Sei Beras Sekata village Sei Krio Sunggal, Deli Serdang district. The results showed that sedimentation occurred in both
tertiary canals, so that redesign of the dimensions on the both canals was needed. Efficiency at the same distance (30m)
in the canal 1 was 79,42 % and canal 2 was 91,72 %. The best tertiary canal dimensions for canal 1 was the combination
0,02% slope, the channel width (B) was 0,62 m and the depth of water (D) was 0,31 m and for canal 2 was the
combination 0,02% slope, the canal width (B) was 0,58 m and the depth of water (D) was 0,29 m.

Key Word: Tertiary Canal, Waterloss, Conveyance Efficiency and Canal Dimensions

PENDAHULUAN mengingat kepentingan areal lahan pertanaman


lainnya maka dalam pelaksanaannya perlu
Air memiliki peran penting dalam setiap dilakukan pengukuran debit air. Dengan distribusi
bidang di kehidupan manusia. Air bergerak air yang terkendali, maka masalah kebutuhan air
mengikuti daur hidrologi dan terbagi secara tidak pengairan selalu dapat diatasi tanpa
merata menurut geografi maupun musim, menimbulkan gejolak di masyarakat petani
sehingga air yang tersedia pada suatu tempat di pemakai air pengairan (Kartasapoetra dan
atas bumi dari waktu ke waktu besarnya tidak Sutedjo, 1990).
tetap. Dalam rangka peningkatan produksi
Dalam bidang pertanian, air yang dimaksud tanaman pangan, pembangunan sektor pertanian
adalah dalam bentuk pengairan. Pengairan mengutamakan program intensifikasi,
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air ekstensifikasi dan diversifikasi. Seiring dengan
tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah air yang perkembangan teknologi pertanian serta
disediakan untuk mengimbangi air yang hilang kenyataan bahwa varietas tanaman modern
akibat evaporasi dan transpirasi. Kebutuhan air di menuntut pengelolaan air secara tepat guna,
lapangan merupakan jumlah air yang harus maka seluruh prasarana di daerah-daerah
disediakan untuk keperluan pengolahan lahan pertanian harus dikembangkan.
ditambah kebutuhan air tanaman (Doorenbos Untuk mengatur aliran air dan sumbernya
dan Pruit, 1984). ke petak-petak sawah, diperlukan
Untuk memenuhi kebutuhan air pengairan pengembangan sistem irigasi di dalam petak
(irigasi bagi lahan pertanian), debit air di daerah tersier. Mengingat peraturan pemerintah tentang
bendung harus lebih dari cukup untuk disalurkan irigasi yang telah memutuskan bahwa tanggung
ke saluran-saluran (induk-sekunder-tersier) yang jawab atas pengembangan dan pengelolaan
telah disiapkan di lahan-lahan pertanaman. Agar jaringan utama berada di pihak pemerintah,
penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan sedangkan para pemakai jaringan bertanggung
pertanaman dapat diatur dengan sebaik-baiknya jawab atas pengembangan dan pengelolaan
dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat saluran, pembuang serta bangunan-
dimanfaatkan seefisien mungkin, dengan bangunannya di petak tersier.

89
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

Kebutuhan air di petak tersier di salurkan sekat ukur secara bebas. dan tingginya airnya
melalui saluran tersier. Untuk mengembangkan telah konstan. Diukur debit di kedua saluran pada
saluran tersier yang dapat mengalirkan dengan bagian hulu dan hilir untuk memperoleh nilai
cukup tanpa terjadinya pengendapan dan pengurangan debit. Nilai efisiensi penyaluran air
penggerusan pada saluran perlu dirancang pada kedua saluran dihitung dengan
saluran yang tepat, baik ukuran maupun membandingkan debit pada bagian hilir saluran
kecepatan air yang mengalir. dengan debit pada bagian hulu saluran.
Desa Sei Beras Sekata merupakan salah Total air yang hilang melalui
satu desa yang memanfaatkan air irigasi Sei evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan di
Krio. Saluran tersier dibangun sendiri oleh Petani hitung dengan mengurangkan debit di hulu
Pemakai Air dan merupakan saluran tanah. Pada dengan debit di hilir. Besarnya nilai
saluran tanah dapat terjadi kehilangan air yang evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan
besar, pengendapan dan penggerusan saluran data-data suhu rata-rata bulanan, persentase
apabila tidak dirancang dengan baik. Kehilangan bulanan jam hari terang, koefisien tanaman dan
air disebabkan oleh evapotranspirasi, rembesan koefisien suhu. Besarnya perkolasi diukur
dan perkolasi. Kehilangan air ini berakibat pada dengan membenamkan silinder besi ke dasar
debit saluran yang kecil sehingga tidak mampu saluran sedalam 30-40m, dicatat penurunan air
memenuhi kebutuhan air tanaman padi. selama 24 jam, dilakuan perulangan sebanyak 3
Hal di atas tentunya terkait dengan kali, kemudian di hitung dengan menggunakan
rancangan saluran tersier yang ada. Apabila persamaan laju perkolasi. Untuk besarnya nilai
sudah memenuhi persyaratan-persyaratan teknis rembesan dapat dihitung dengan mengurangkan
maka efisiensi penyaluran air akan tinggi dan total kehilangan air terhadap perkolasi dan
tidak terjadi pengendapan atau penggerusan. rembesan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Ukuran lebar, dalam dan panjang saluran
saluran tersier di Desa Sei Beras Sekata Daerah diukur dengan menggunakan tape. Luas
Irigasi Sei Krio Kabupaten Deli Serdang. penampang kedua saluran dihitung dengan
mengalikan panjang saluran dengan lebar
saluran. Kemiringan saluran dihitung dengan
METODOLOGI menggunakan waterpass (metode breaking
taping).
Bahan-bahan yang digunakan adalah Kecepatan aliran rata-rata dapat dihitung
deskripsi jaringan irigasi diperoleh dari dinas dengan membandingkan debit rata-rata saluran
PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air), peta dengan luas penampang saluran. Kecepatan
jaringan irigasi diperoleh dari dinas PSDA, data aliran kritis dihitung dengan menggunakan rumus
rata-rata suhu bulanan dan data persentase jam kecepatan aliran kritis. Perbandingan antara
siang hari bulanan yang diperoleh dari Badan kecepatan aliran rata-rata dengan kecepatan
Meteorologi dan Geofisika. aliran kritis merupakan rasio kecepatan kritis (m)
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yang menentukan terjadinya pengendapan atau
ini adalah stopwatch digunakan untuk penggerusan pada saluran.
menghitung waktu, tape digunakan untuk Dari data yang diperoleh, dilakukan
mengukur panjang saluran, waterpass digunakan perancangan kembali dimensi saluran tersier
untuk mengukur kemiringan saluran, sekat ukur menggunakan rumus kecepatan aliran Manning.
Segitiga 90o (tipe Thomson) digunakan untuk Dengan asumsi kecepatan aliran rata-rata sama
mengukur debit saluran, silinder besi untuk dengan kecepatan aliran kritisnya (v = vo) dan
mengukur laju perkolasi pada saluran, ring mengkombinasikan beberapa penetapan lebar
sample untuk analisis sifat fisik tanah tabung saluran (B), kedalaman air (D) dan kemiringan
erlen mayer untuk mengukur kerapatan partikel, saluran sehingga diperoleh dimensi saluran
kalkulator untuk perhitungan dan alat tulis. terbaik yang tidak menimbulkan pengendapan
Metode penelitian yang dilakukan adalah atau penggerusan di saluran.
penelitian lapang dengan mengukur parameter- Sifat fisik tanah kedua saluran (di dalam dan
parameter yang diteliti dan selanjutnya dilakukan di tepi saluran) dianalisis di laboratorium dengan
evaluasi terhadap saluran tersier Daerah Irigasi mengambil sampel tanah pada kedua saluran.
Sei Krio. Sifat fisik yang diukur adalah tekstur tanah,
Debit air dihitung dengan menggunakan bahan organik, kerapatan massa, kerapatan
sekat ukur tipe Thompson, dimana sekat ukur partikel dan porositas.
diletakkan melintang saluran dan harus dalam Paramater Penelitian
posisi lurus. Sekat ukur dimasukkan kedalam 1. Sifat fisik tanah
saluran hingga air terbendung, keluar melalui

90
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

Dilakukan analisis kerapatan massa, t1-t2 = Selisih waktu pengamatan air dalam pipa
kerapatan partikel dan porositas pada tanah di (hari).
kedua saluran. Rumus yang digunakan adalah: (Harianto, 1987 dalam Sutanto 2006).
ρb = =
Rembesan
ρs =
Rembesan = (Kehilangan Air) – (P + E)
θ = (1 - ) x 100% Dimana:
Dimana: Kehilangan Air = pengurangan debit air di hulu
ρb = Kerapatan massa (g/cm3). dengan debit air di hilir
ρs = Kerapatan partikel (g/cm3). (mm/hari)
Θ = Porositas (%) P = Perkolsi (mm/hari)
Ms = Massa tanah kering (g). E = Evapotranspirasi (mm/hari).
Vs = Volume partikel tanah (cm3).
Va = Volume udara (cm3). 4. Efisiensi Penyaluran Air
Vw = Volume Air (cm3). Efisiensi penyaluran air dihitung dengan
(Islami dan Utomo, 1995). menggunakan rumus:
EC = 100 % x
2. Debit
Debit air diukur dengan sekat ukur tipe Dimana:
Thomson dengan menggunakan persamaan: EC = Efisiensi penyaluran air (%)
Q = 0,0138 H5/2 Wf = Air yang disalurkan ke sawah (bagian hilir)
Dimana: (l/det)
Q = debit air (l/det) Wr = Air yang diambil sungai atau waduk (bagian
H = tinggi air pada sekat ukur (cm). hulu) (l/det)
(Lenka, 1991). (Hansen, dkk, 1992).

3. Kehilangan Air 5. Kecepatan Aliran Rata-rata


Kehilangan air pada kedua saluran terjadi Kecepatan aliran rata-rata dihitung dengan
melalui evapotranspirasi, perkolasi dan menggunakan rumus:
rembesan. Rumus yang digunakan adalah: V=
Evapotranspirasi Dimana:
V = Kecepatan rata-rata (m/det)
U= Q = Debit (m3/det)
A = Luas Penampang (m2).
Dimana:
(Soewarno, 1991).
U = Evapotranspirasi bulanan (mm)
p = Persentase bulanan jam hari-hari terang
6. Kecepatan Aliran Kritis
dalam setahun.
Kecepatan Aliran Kritis (Vo) dihitung dengan
t = Suhu rata-rata bulanan (oC)
menggunakan rumus
(Soemarto, 1995)
V0= 0,546 x D0,64
Dimana D adalah kedalaman saluran (m)
K = Kt x Kc (Basak, 1999).
Kt= 0,0311t +0,240
Dimana: 7. Kemiringan Saluran
K = Koefisien tanaman Kemiringan saluran dihitung dengan
Kt = Koefisien suhu menggunakan metode Breaking taping. Rumus
Kc = Koefisien tanaman bulanan yang digunakan adalah:
(Kartasoeputra dan Sutedjo, 1994). Kemiringan = x 100 %

Perkolasi 8. Rancangan ukuran saluran


Rancangan Ukuran saluran dilakukan
P= mm/hari
dengan mengasumsikan V = V0 dengan
Dimana: beberapa kombinasi penetapan lebar saluran.
P = Laju Perkolasi (mm/hari) Rumus yang digunakan adalah:
h1-h2= Beda tinggi air dalam silinder waktu t1 dan V=
t2 (mm)
Dimana:
V = Kecepatan Aliran (Manning) (m/det)

91
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

N = Koefisisen kekasaran saluran lebih kecil dari pada di tepi kedua


R = Kedalaman rata-rata hidrolik (m) saluran. Hal ini disebabkan pada tepi kedua
S = Kemiringan saluran (%) saluran ditumbuhi berbagai jenis rumput liar dan
(Basak, 1999). di tepi saluran 1 juga ditanamani tanaman
jagung. Menurut Foth (1994) adanya tanaman
akan meningkatkan akumulasi bahan organik
HASIL DAN PEMBAHASAN pada tanah karena sisa-sisa tanaman akan diurai
oleh jasad renik menjadi bahan organik. Lain
1. Sifat Fisik Tanah halnya dengan bagian dalam saluran 1 dan 2
Tektur Tanah yang sama sekali tidak di tumbuhi tumbuhan,
sehingga tepi kedua saluran lebih kaya bahan
Hasil analisis tekstur tanah pada 2 saluran organik dibandingkan bagian dalam kedua
tersier di Desa Sei Beras Sekata Daerah Irigasi saluran.
Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Menurut Susanto (2005) adanya bahan
Serdang dapat dilihat pada Tabel 1. organik dalam tanah akan memperbaiki sifat fisik,
Tabel 1. Hasil Analisis Tektsur Tanah kimia dan biologi tanah seperti meningkatkan
Fraksi aktivitas mikroorganisme, meningkatkan total
Tekstur ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah
Lokasi Pasir Debu Liat yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat
Tanah
(%) (%) (%) air dalam tanah tinggi.
Dalam Lempung Kerapatan Massa, Kerapatan Partikel dan
53,84 24.56 21,60 Porositas
Saluran 1 Liat Berpasir
Tepi Lempung Pengukuran kerapatan massa, kerapatan
37,84 32,56 29,60 partikel dan porositas pada 2 saluran tersier di
Saluran 1 Liat
Dalam Lempung Desa Sei Beras Sekata Daerah Irigasi Sei Krio
49,84 28.56 21,60 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Saluran 2 Liat Berpasir
Tepi dapat dilihat pada Tabel 3.
33,84 42,56 23,60 Lempung
Saluran 2 Tabel 3. Hasil Analisa Kerapatan Massa,
Kerapatan Partikel dan porositas
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanah
pada bagian dalam saluran 1 dan saluran 2 Kerapatan Kerapatan Porositas
bertekstur lempung liat berpasir, bagian tepi Lokasi Massa Partikel (%)
saluran 1 bertekstur lempung liat dan bagian tepi (g/cm3) (g/cm3)
saluran 2 bertekstur lempung. Tekstur tanah Dalam
1,32 2,54 48,03
ditentukan dengan menggunakan segitiga USDA. Saluran 1
Perbedaan tekstur di masing-masing lokasi Tepi
1,14 2,57 55,64
disebabkan oleh kandungan fraksi yang berbeda Saluran1
di setiap lokasinya. Menurut Ismail dan Hadi Dalam
1,23 2,37 48,10
(1995) tekstur tanah akan mempengaruhi Saluran 2
kemampuan tanah untuk menyimpan dan Tepi
1,19 2,42 50,83
menghantarkan air, menyimpan dan Saluran 2
menyediakan hara tanaman. Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil pengukuran
Bahan Organik kerapatan massa di dalam dan ditepi saluran 1
Hasil analisis bahan organik tanah pada 2 dan 2 menunjukkan hasil yang berbeda, dimana
saluran tersier di Desa Sei Beras Sekata Daerah kerapatan massa tanah di dalam kedua saluran
Irigasi Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten lebih besar dibandingkan di tepi kedua saluran.
Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan bahan organik mempengaruhi besar
Tabel 2. Hasil Analisa Bahan Organik kerapatan massa. Dari Tabel 2 dapat dilihat
Bahan Organik bahwa kandungan bahan organik di tepi kedua
Lokasi C-Organik (%) saluran lebih besar dibandingkan pada bagian
(%)
Dalam Saluran 1 0,09 0,15 dalam kedua saluran. Adanya bahan organik
Tepi Saluran 1 0,32 0,55 akan menyebabkan tanah menjadi gembur
Dalam Saluran 2 0,09 0,15 sehingga menurunkan kepadatan tanah
Tepi Saluran 2 0,28 0,48 (Susanto, 2005). Selain bahan organik,
kandungan fraksi tanah juga mempengaruhi
kerapatan massa tanah. Menurut Foth (1992)
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
tanah berpasir memiliki nilai kerapatan massa
kandungan bahan organik di dalam kedua
yang lebih besar dibandingkan dengan tanah

92
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

yang bertekstur halus. Pada Tabel 1 dapat dilihat Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai
bahwa persentase kandungan fraksi pasir di kerapatan partikel pada kedua saluran, baik di
dalam kedua saluran lebih banyak dibanding di tepi maupun di dalam saluran menunjukan
tepi kedua saluran sehingga kerapatan massa di perbedaan yang sangat kecil atau dapat
dalam kedua saluran lebih tinggi dari pada dikatakan relatif sama. Hanafiah (2007)
bagian tepi nya. Menurut Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa adanya bahan organik akan
kerapatan massa merupakan petunjuk kepadatan menurunkan nilai kerapatan partikel. Pada Tabel
tanah dimana semakin padat suatu tanah maka 3 ditunjukkan bahwa kerapatan partikel pada
akan semakin tinggi kerapatan massanya, artinya bagian tepi kedua saluran lebih besar
semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh dibandingkan bagian dalam kedua saluran,
akar. sedangkan pada Tabel 2 kandungan bahan
Dari Tabel 3 diperoleh bahwa porositas organik pada tepi kedua saluran lebih besar. Hal
tanah di dalam saluran lebih kecil daripada di tepi ini disebabkan oleh ukuran fraksi tanah. Pada
saluran. Nilai kerapatan massa dan kerapatan tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase
partikel mempengaruhi besar porositas tanah. kandungan fraksi pasir pada bagian dalam kedua
Berdasarkan rumus porositas, kerapatan massa saluran lebih banyak dibandingkan bagian
berbanding terbalik dengan porositas tanah dan tepinya. Fraksi pasir memiliki ukuran pori yang
berbanding lurus dengan kerapatan partikelnya lebih besar sehingga kerapatan partikelnya
jika salah satu nya bernilai tetap. Pada Tabel 3 rendah. Hal ini lah yang menyebabkan kerapatan
ditunjukkan bahwa nilai kerapatan partikel di partikel di dalam saluran lebih rendah
dalam dan di tepi saluran relatif sama sehingga dibandingkan bagian tepi saluran.
nilai kerapatan partikelnya tidak begitu 2. Debit Air
mempengaruhi besar nilai porositas tanah. Tabel Pengukuran debit pada saluran 1 dan
3 menunjukan nilai kerapatan massa di dalam saluran 2 dengan menggunakan sekat ukur tipe
dan tepi saluran 1 dan saluran 2 yang cukup Thompson di Desa Sei Beras Sekata Daerah
berbeda. Berdasarkan hal tersebut maka Irigasi Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten
perbedaan nilai porositas tanah di dalam dan di Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.
tepi saluran disebabkan oleh nilai kerapatan Dari Tabel 4 diketahui bahwa debit air pada
massa yang lebih kecil pada tepi saluran, bagian hulu saluran lebih besar dibandingkan
sehingga nilai porositas tanah di tepi saluran dengan bagian hilir. Hal ini disebabkan karena
yang lebih besar dari pada di dalam saluran. terjadi kehilangan air yang disebabkan oleh
Porositas tanah juga dipengaruhi oleh evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan
kandungan bahan organik. Porositas tanah tinggi sehingga mengakibatkan berkurangnya air di
jika bahan organik tinggi (Hardjowigeno, 2007). bagian hilir saluran.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa porositas di tepi
saluran 1 dan 2 lebih besar dari pada porositas di Tabel 4. Hasil Pengukuran Debit Saluran
dalam kedua saluran. Hal ini sejalan dengan Saluran 1 Saluran 2
kandungan bahan organiknya, dimana Lokasi
(l/det) (l/det)
kandungan bahan organik di tepi saluran 1 dan Hulu 3,45 3,26
saluran 2 lebih besar dari pada porositas di Hilir 2,74 2,50
dalam kedua saluran (Tabel 2). Selain bahan Pengurangan Debit
organik, sistem perakaran merupakan faktor lain 0,71 0,76
(Jarak Berbeda)
yang diduga berpengaruh terhadap tinggi Pengurangan Debit
rendahnya nilai porositas tanah. Sistem 0,71 0,27
(Jarak Sama 30 m)
perakaran tanaman akan melakukan penetrasi
secara vertikal dan lateral untuk menyerap unsur Kehilangan air pada saluran 1 dan saluran
hara. Secara tidak langsung akar-akar tanaman 2 dipengaruhi oleh jarak pengukuran debitnya.
akan mengikat butir-butir tanah, sehingga Untuk saluran 1 jarak pengukuran debit di hulu
tanah menjadi remah (Saribun, 2007). dan di hilir adalah 30 m sedangkan pada saluran
Adanya tanaman di atas tanah juga dapat 2 jarak pengukuran debit di hulu dan di hilirnya
meningkatkaan kandungan bahan organik serta adalah 85 m. Dengan mengasumsikan bahwa
biota tanah, dimana porositas tanah akan tinggi kehilangan air setiap meter adalah sama maka
jika kandungan bahan organik tinggi (Lee, 1990 besar kehilangan air pada saluran 2 dengan jarak
dalam Asdak, 2002). Dengan demikian sistem pengukuran 30 m akan lebih kecil dibandingkan
perakaran tanaman jagung pada tepi saluran 1 pada saluran 1 yaitu 0,27 l/det.
sangat menunjang untuk memperbaiki pori-pori 3. Kehilangan Air
tanah. Pengukuran kehilangan air pada 2 saluran
tersier di Desa Sei Beras Sekata Daerah Irigasi

93
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli b. Perkolasi


Serdang dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa laju
perkolasi pada saluran 1 lebih besar dari pada
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kehilangan Air
saluran 2. Kandungan pasir pada tanah
ETo Perkolasi Rembesan
Kehilangan mempengaruhi besar air yang lolos akibat
Lokasi Air perkolasi. Tanah pasir memiliki daya hantar air
(mm/hari) (mm/hari) (mm/hari)
(mm/hari) cepat tetapi kemampuan menyimpan air dan zat
hara rendah. Analisis sifat fisik tanah pada Tabel
Saluran 1
(30 m)
2,54 32,50 3075, 36 3110,4 1 menunjukan bahwa persentase kandungan
pasir pada bagian dalam saluran 1 lebih besar
Saluran 2 dari pada saluran 2 dan persentase debu saluran
2,38 11,33 936,69 950,40
(85 m) 1 memiliki kandungan debu yang lebih sedikit
Saluran 2 daripada saluran 2 sedangkan porositas pada
2,38 11,33 321,73 335,44
(30 m) saluran 1 dan saluran 2 hampir sama (Tabel 3).
Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1994)
Dari Tabel 5 dapat dilihat jumlah besarnya perkolasi dipengaruhi oleh kondisi
kehilangan air pada saluran 1 lebih besar dari tanah. Tekstur tanah seperti tanah bertekstur liat,
saluran 2. Perbedaan sifat fisik tanah dan lempung dan lempung berpasir sangat
tanaman yang tumbuh pada kedua saluran mempengaruhi besar kecilnya perkolasi. Pada
mempengaruhi besarnya rembesan, perkolasi tanah bertekstur liat (menurut hasil penyelidikan
dan evapotranspirasi yang yang terjadi. Jepang, laju perkolasi mencapai 13 mm/hari dan
Dari Tabel 4 dan Tabel 5 juga dapat dilihat pada tanah bertekstur pasir mencapai 26,9
bahwa jarak pengukuran debit dari hulu ke hilir mm/hari. Hasil penyelidikan selanjutnya, pada
mempengaruhi besarnya kehilangan air. tanah bertekstur lempung berpasir laju perkolasi
Kehilangan air pada saluran 2 dimana mencapai 3-6 mm/hari, pada tanah lempung laju
pengukuran debit dari hulu ke hilir dilakukan perkolasi mencapai 2-3 mm/hari dan pada tanah
pada jarak 30 m lebih kecil dibandingkan dengan lempung berliat mencapai antara 1-2 mm/hari.
jarak 85 m. Hal ini disebabkan karena jika c. Rembesan
semakin panjang jarak pengukuran maka luas Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa
penampang saluran untuk merembeskan air kehilangan air terbesar disebabkan oleh
semakin besar sehingga kehilangan airnya rembesan. Saluran tersier di Desa Sei Beras
semakin besar demikian pula sebaliknya. Sekata yang terbuat dari saluran tanah
merupakan penyebab utama terjadinya
a. Evapotranspirasi kehilangan air yang besar akibat rembesan.
Dari Tabel 5 dapat dilihat perbedaan jumlah Pada Tabel 5 juga dapat dilihat bahwa jumlah
evapotranspirasi pada saluran 1 dan saluran 2. rembesan yang terjadi pada saluran 1 lebih besar
Jumlah evapotranspirasi pada saluran 1 lebih dari pada saluran 2. Hal ini disebabkan nilai
besar daripada saluran 2. Hal ini disebabkan porositas tepi saluran 1 (Tabel 3) yang lebih
adanya perbedaan jenis tumbuhan dan tahapan besar dari saluran pada 2.
pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tepi 4. Efisiensi
kedua saluran, dimana tumbuhan tersebut Besar efisiensi pada saluran 1 dan saluran
memiliki nilai kebutuhan air yang berbeda. Nilai 2 di Desa Sei Beras Sekata Daerah Irigasi Sei
koefisien tanaman jagung berumur 1,5 bulan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
adalah 0,96 sedangkan rumput-rumputan hanya Serdang dapat dilihat pada Tabel 6.
0,85. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada jarak
Pada saat penelitian dibagian tepi saluran 1 saluran yang berbeda efisiensi penyaluran air
dipenuhi oleh tumbuhan jenis rumput-rumputan pada saluran 1 (30 m) lebih tinggi dari pada
dan tanaman jagung berumur 1,5 bulan, efisiensi pada saluran 2 (85 m). Dengan
sedangkan pada saluran 2 hanya ditumbuhi mengasumsikan bahwa kehilangan air setiap
rumput-rumputan dalam jumlah sedikit. Adanya meter adalah sama maka efisiensi penyaluran
tanaman di sekitar saluran akan mempengaruhi air pada jarak yang sama (30 m) untuk saluran 2
besar kehilangan air. Adanya tanaman akan (91,72%) lebih tinggi dari pada efisiensi
meningkatkan jumlah evapotranspirasi. Tanaman penyaluran air pada saluran 1 (79,42 %).
disekitar saluran juga akan menyerap air dari Efisiensi irigasi didasarkan pada jumlah air yang
saluran untuk pertumbuhannya sehingga hilang di saluran, yang meliputi evapotranspirasi,
kehilangan air meningkat. perkolasi maupun rembesan yang berakibat
terhadap rendahnya efisiensi penyaluran air.
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kehilangan air

94
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

pada saluran 1 akibat evapotranspirasi, perkolasi dengan luas penampang. Dari Tabel 7 dapat
dan rembesan lebih besar jika dibandingkan dilihat bahwa kecepatan aliran rata-rata saluran 1
dengan saluran 2. lebih besar dari saluran 2. Hal ini disebabkan
oleh besar debit saluran 1 lebih besar dari
Tabel 6. Efisiensi Saluran Tersier saluran 2 dan luas penampang saluran 1 lebih
Jarak kecil dari luas penampang saluran 2. Kecepatan
Lokasi Efisiensi (%) aliran rata-rata berbanding lurus dengan debit
Pengukuran
Saluran 1 30 m 79,42 aliran dan berbanding terbalik terhadap luas
penampangnya.
Saluran 2 85 m 76,69
Kecepatan Aliran Kritis (v0)
Saluran 2 30 m 91,72 Besar kecepatan aliran kritis saluran 1 dan
Dalam usaha peningkatan efisiensi irigasi saluran 2 di Desa Sei Beras Sekata Daerah
perlu dilakukan tindakan pencegahan terjadinya Irigasi Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten
kehilangan air di saluran dengan menggunakan Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 8.
bahan kedap air untuk pelapisan dinding saluran
(misalnya beton) sehingga kehilangan air akibat Tabel 8. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran
rembesan akan berkurang atau tidak ada sama Kritis
sekali (Wigati dan Zahab, 2005). Kedalaman Kecepatan
Menurut Direktorat Jendral Pengairan Lokasi Air Aliran Kritis
(2010) efisiensi irigasi yang baik pada tingkat (m) (m/det)
tersier adalah 80% - 87,5%. Pada Tabel 6 Saluran 1 0,17 0,18
diperoleh nilai efisiensi saluran 1 pada jarak
Saluran 2 0,16 0,17
pengukuran debit 30 m kurang dari 80%. Untuk
memperoleh efisiensi yang diharapkan perlu Dari Tabel 8 diperoleh nilai kecepatan
dilakukan perbaikan-perbaikan secara fisik dan aliran kritis saluran 1 lebih besar dari pada
operasional dari saluran irigasi sehingga saluran 2. Kedalaman air saluran mempengaruhi
kehilangan air dapat ditekan, tidak terjadi besarnya kecepatan kritis, semakin tinggi
penggerusan dan pengendapan di saluran kedalaman air maka akan semakin tinggi nilai
sehingga efisiensi irigasi tinggi. Untuk jarak kecepatan kritisnya. Kecepatan aliran kritis
pengukuran debit yang sama yaitu pada jarak 30 merupakan kecepatan aliran yang diharapkan
m nilai efisiensi di saluran 2 sebesar 91,72 %. pada saluran irigasi karena saat air mengalir
Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran air pada dengan kecepatan sebesar kecepatan kritisnya
saluran 2 dengan jarak pengukuran debit 30 m maka tidak akan terjadi pengendapan di dasar
sudah cukup baik, namun untuk jarak saluran maupun penggerusan di tepi saluran
pengukuran debit 85 m efisiensi penyaluran air sehingga efisiensi penyaluran air tidak
pada saluran 2 kurang dari 80 % yaitu 76, 69 % berkurang.
sehingga diperlukan perbaikan-perbaikan Terjadinya penggerusan atau pengendapan
terhadap saluran irigasi. di saluran ditentukan melalui hubungan
5. Rancangan Saluran perbandingan kecepatan aliran rata-rata dan
Kecepatan Aliran Rata-Rata (v) kecepatan aliran kritis (m). Menurut Basak (1999)
Kecepatan aliran rata-rata saluran 1 dan jika m = 1 maka tidak terjadi pengendapan atau
saluran 2 di Desa Sei Beras Sekata Daerah penggerusan, jika m > 1 terjadi penggerusan di
Irigasi Sei Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten tepis saluran dan jika m < 1 terjadi pengendapan
Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 7. didalam saluran. Dari hasil diperoleh nilai m < 1
pada saluran 1 dan saluran 2. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saluran 1 dan saluran
Tabel 7. Hasil Pengukuran Kecepatan Aliran 2 terjadi pengendapan.
Rata-Rata Kemiringan Saluran
Luas Dari pengukuran dilapangan diperoleh nilai
Debit Rata- Kecepatan
Penampan kemiringan saluran 1 sebesar 0,64 % dan
Lokasi Rata Rata-Rata
g saluran 2 sebesar 0,82 %. Perhitungan dengan
(m3/det) (m/det)
(m )
2
menggunakan kemiringan yang ada dilapangan
Saluran 1 3,10x10 -3 0,11 0,03 menunjukkan bahwa terjadi pengendapan pada
Saluran 2 2,88x10-3 0,14 0,02 kedua saluran, sehingga perlu dirancang kembali
ukuran maupun kemiringan saluran yang tepat.
Kecepatan aliran rata-rata saluran 1 dan Kombinasi Dimensi Saluran
saluran 2 diperoleh dengan menggunakan rumus Untuk meningkatkan efisiensi air irigasi dan
dasar yaitu dengan membagikan besar debit agar tidak terjadi pengendapan pada saluran

95
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

maka diperlukan perancangan saluran irigasi, efisien yang tidak menimbulkan saluran
baik ukuran maupun kecepatan alirannya. Untuk penggerusan atau pengendapan di saluran 1
memperoleh kecepatan aliran yang tidak adalah rancangan dengan kemiringan 0,02%,
menimbulkan penggerusan dan pengendapan di lebar dasar saluran (B) 0,62 m dan kedalaman
saluran maka nilai rasio kecepatan kritis (m) = 1 air (D) 0,31 m.
(Basak,1999). Saluran Tersier 2
Dimensi saluran diperoleh dengan
Tabel 10. Hasil Perhitungan Rancangan Dimensi
mengasumsikan nilai kecepatan aliran rata-rata
Saluran Tersier 2
sama dengan kecepatan kritisnya (v = v0)
Kemiringan Lebar (m) Dalam (m)
sehingga m = 1. Rancangan saluran untuk
berbagai kombinasi kemiringan dan lebar saluran (0,00026) 0,85* 0,16*
1 dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13. 0,85* (0,22)
0,0002
Saluran Tersier 1 (0,58) (0,29)
Tabel 9. Hasil Perhitungan Rancangan Dimensi 0,85* (0,14)
Saluran Tersier 1 0,0003
(0,42) (0,21)
Kemiringan Lebar (m) Dalam (m) * = nilai dari pengukuran di lapangan
(0,00031) 0,65* 0,17* (...) = nilai rancangan dimensi saluran
0,65* (0,29)
0,0002 Dari ketiga kombinasi rancangan saluran
(0,62) (0,31)
pada Tabel 10, rancangan dimensi saluran
0,65* (0,13) tersier terbaik adalah kombinasi rancangan
0,0004
(0,36) (0,18) kemiringan 0,02% dengan asumsi B = 2D dimana
* = nilai dari pengukuran di lapangan lebar dasar saluran (B) 0,58 m dan kedalaman
(...) = hasil rancangan dimensi saluran air (D) 0,29 m. Hasil lebar dasar yang diperoleh
Untuk mendapatkan kombinasi rancangan dari rancangan dengan kemiringan 0,02%
saluran yang terbaik Hansen, dkk (1992) menunjukan nilai yang tidak begitu jauh dari lebar
menyatakan bahwa lebar dasar saluran dapat dasar saluran di lapangan sehingga untuk
kurang dari kedalamannya atau dapat sepuluh mendapatkan ukuran lebar dasar yang lebih kecil
kali atau lebih dari kedalamanya. Namun sesuai rancangan hanya diperlukan sedikit
potongan melintang hidrolik terbaik adalah pekerjaan penimbunan saluran jika dibandingkan
dengan lebar dasar yang diperoleh dari
B = 2D tan , dimana adalah sudut antara rancangan dengan kemiringan 0,03%.
kemiringan tepi dan horizontal. Untuk saluran Berdasarkan hal tersebut maka kombinasi
tersier di Desa Sei Beras Sekata bentuk rancangan saluran tersier yang paling efektif dan
penampang salurannya adalah persegi panjang efisien yang tidak menimbulkan saluran
sehingga nilai tan adalah 1, oleh karena itu penggerusan atau pengendapan di saluran 1
lebar dasar sama dengan 2 kali kedalamanya adalah rancangan dengan kemiringan 0,02%,
adalah sifat hidrolik terbaik. lebar dasar saluran (B) 0,58 m dan kedalaman
Dari ketiga kombinasi rancangan saluran air (D) 0,29 m.
pada Tabel 9, rancangan dimensi saluran tersier
terbaik adalah kombinasi rancangan kemiringan KESIMPULAN DAN SARAN
0,02% dengan asumsi B = 2D dimana lebar
dasar saluran (B) 0,62 m dan kedalaman air (D) Kesimpulan
0,31 m. Lebar dasar yang diperoleh dari 1. Berdasarkan analisis tekstur tanah, tanah
rancangan dengan kemiringan 0,04% selisihnya pada bagian dalam saluran 1 dan saluran 2
mencapai 0,29 m dari lebar dasar di lapangan bertekstur lempung liat berpasir, bagian tepi
sehingga kurang efisien untuk digunakan pada saluran 1 bertekstur lempung liat dan bagian
saluran yang ada. Lebar dasar yang diperoleh tepi saluran 2 bertekstur lempung.
dari rancangan dengan kemiringan 0,02% 2. Pada jarak saluran yang berbeda, efisiensi
menunjukan nilai yang tidak begitu jauh dari lebar penyaluran air pada saluran 1 (30 m) adalah
dasar saluran yang sebenarnya yaitu hanya 79,42 % dan untuk saluran 2 (84 m) adalah
selisih 0,03 m dari ukuran lebar di lapangan, 76,69 %, namun dengan asumsi bahwa
sehingga untuk mendapatkan ukuran lebar dasar kehilangan air setiap meter adalah sama
yang lebih kecil sesuai rancangan hanya maka efisiensi penyaluran air pada jarak
diperlukan sedikit pekerjaan penimbunan yang sama (30 m) pada saluran 1
saluran. (79,42%) lebih lebih kecil dari pada efisiensi
Berdasarkan hal di atas maka kombinasi penyaluran air pada saluran 2 (91,72%).
rancangan saluran tersier yang paling efektif dan

96
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2013

3. Rancangan dimensi saluran tersier terbaik


untuk saluran 1 adalah kombinasi Foth, D. H., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
kemiringan 0,02% dengan asumsi lebar Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
saluran adalah dua kali kedalaman air (B =
2D) dimana lebar saluran (B) 0,62 m dan Hanafiah, K. A., 2007. Dasar-DasarIlmu Tanah.
kedalaman air (D) 0,31 m. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
4. Rancangan dimensi saluran tersier terbaik
untuk saluran 2 adalah kombinasi Hansen, V. E., O.W. Israelsen, dan Stringham,
kemiringan 0,02% dengan asumsi lebar 1992. Dasar-Dasar Praktek Irigasi.
saluran adalah dua kali kedalaman air (B = Erlangga, Jakarta.
2D) dimana lebar saluran (B) 0,58 m dan
kedalaman air (D) 0,29 m. Hardjowigieno, S., 2007. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo, Jakarta
Saran
Islami, T., dan W. Hadi, 1995. Hubungan Tanah,
1. Untuk penelitian selanjutnya perlu: Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press,
a. pengukuran langsung rembesan Semarang
yang terjadi pada saluran
b. pengukuran tentang kontiniuitas Kartasapoetra, A.G., dan M. M. Sutedjo, 1994.
pori tanah. Teknologi Pengairan dan Pertanian Irigasi.
2. Untuk membandingkan debit atau efisiensi Bumi Aksara, Jakarta.
pada kedua saluran perlu diukur pada jarak
saluran yang sama. Lee. R., 1990. Hidrologi Hutan. Gamma Press,
Yogyakarta.

Saribun, 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan


DAFTAR PUSTAKA Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng
Terhadap Bobot Isi, Porositas Total dan
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Kadar Air Tanah Pada Sub-DAS
Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada Cikapundung Hulu. Universitas Padjajaran,
University Press, Yogyakarta. Jatinangor.

Bazak, N.N., 1999. Irrigation Engineering. Tata Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
McGraw-Hill Publishing Company Limited, Kanisius, Yogjakarta.
New Delhi.
Wigati, S dan R. Zahab, 2005. Analisis
Direktorat Jendral Pengairan. Departemen Hubungan Debit dan Kehilangan Air Pada
Pekerjaan Umum. 2010. Standar Saluran Irigasi Tersier Di Daerah Irigasi
Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Punggur Utara Ranting Dinas Pengairan
Bagian Saluran KP-03. Pekerjaan Umum, Punggur Lampung Tengah. Jurusan Teknik
Jakarta. Pertanian, Lampu

Doorenbos, J., and W. O. Pruit, 1984. Guidelines


For Predicting Crop Water Requitmen.
FAO, Rome.

97

Anda mungkin juga menyukai